• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi siswa smp terhadap kompetensi kepribadian guru BK (studi deskriptif pada siswa SMP Taman Dewasa Jetis Kelas VIII tahun ajaran 2016/2017).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi siswa smp terhadap kompetensi kepribadian guru BK (studi deskriptif pada siswa SMP Taman Dewasa Jetis Kelas VIII tahun ajaran 2016/2017)."

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERSEPSI SISWA SMP TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BK

(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis Tahun Ajaran 2016/2017)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan dan Konseling

Oleh :

YOHANES LUKAS KALU

121114083

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini saya persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria,

Bapak Mere Lamberthus dan Ibu Kale Yasinta,

Keluarga, Sahabat, Teman, dan

(5)

v

MOTTO

“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun

juga, tetapi nyatakanlah dalam segala keinginanmu

kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan

ucapan syukur”

(Filipi 4:6)

Bukan kebahagiaan yang menjadikan kita bersyukur

tapi bersyukur yang membuat kita bahagia

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA SMP TERHADAP KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU BK

(Studi Deskriptif Pada Siswa Kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis Tahun Ajaran 2016/2017)

Yohanes Lukas Kalu Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur persepsi siswa VIII Sekolah Menengah Pertama Taman Dewasa Jetis Tahun Ajaran 2016/2017 terhadap kompetensi kepribadian guru BK, untuk mengidentifikasi butir instrumen penelitian kompetensi kepribadian yang perolehan skornya rendah dan menganalisis perolehan persentase aspek kompetensi guru BK.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Subyek pada penelitian ini adalah siswa-siswi kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis yang berjumlah 126 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK. Uji instrumen berupa uji validitas dan reliabilitas dengan nilai koefisien reliabilitas 0,924. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kategorisasi jenjang ordinal.

(9)

ix ABSTRACT

HIGH SCHOOL STUDENTS’ PERCEPTIONS TOWARDS GUIDANCE AND COUNSELING TEACHERS’ PERSONALITY COMPETENCE (A Descriptive Study on Class VIII Students of SMP Taman Dewasa Jetis

Batch 2016/2017)

Yohanes Lukas Kalu Sanata Dharma University

2017

This study aims to: 1) measure class VIII students of SMP Taman Dewasa Jetis Batch 2016/2017 perceptions towards the guidance and counseling teacher personality competence; 2) identify the instrument item of the personality competence study with low scores; 3) analyze the percentage of guidance and counseling teacher competence aspect.

This is a descriptive quantitative study. Subjects in this study were 126 students of class VIII SMP Taman Dewasa Jetis. Data collection technique was conducted using questionnaires. The questionnaire used is a questionnaire on the Students' Perceptions towards the Counseling and Guidance Teacher Personality Competence. Instrument's test are in the form of validity and reliability tests with reliability coefficient value of 0.924. Data analysis technique used is the ordinal level categorization technique.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan membimbing penulis serta melimpahkan rahmat yang tak terhingga dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Siswa Kelas VIII Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK di SMP Taman Dewasa Jetis Tahun Ajaran 2016/2017”. Skripsi ini ditulis dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Bimbingan dan Konseling.

Dalam proses penyusunan skripsi ini mendapatkan berbagai masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta;

2. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta; 3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu dengan kesabaran dalam memberikan bimbingan, pengarahan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

(11)
(12)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii

(13)

xiii

F. Manfaat Penelitian ... G. Defenisi Operasional ...

6 7

BAB II LANDASAN TEORI

(14)

xiv

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian... B. Tempat dan Waktu Penelitian ... C. Subyek Penelitian... D. Teknik Pengumpulan Data ... E. Validitas dan Reliabilitas ... 1. Validitas ... 2. Reliabilitas Instrumen ... F. Teknik Analisis Data...

36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 1. Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling ... 2. Butir Item Terendah dari Instrumen Penelitian Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru Bimbingan dan Konseling ... 3. Aspek Kompetensi Kepribadian Guru BK yang Perolehan Persentase Rendah Menurut Persepsi Siswa ... B. Pembahasan... 1. Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK ... 2. Analisis Butir Item Terendah dari Instrumen Penelitian Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru BK ...

(15)

xv

3. Analisis Aspek-Aspek Kompetensi Keribadian Guru BK yang Perolehan Persentase Rendah Menurut Persepsi Siswa...

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA...

60

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Subyek Penelitian ...38

Tabel 2 Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban. ...39

Tabel 3 Kisi-Kisi Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK ...40

Tabel 4 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ...43

Tabel 5 Kisi-kisi Instrumen setelah Uji Validitas ...44

Tabel 6 Kualifikasi Reliabilitas...46

Tabel 7 Norma Penggolongan Kategorisasi Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK ...47

Tabel 8 Kategori Skor Subjek Penelitian ...48

Tabel 9 Kategori Skor Item Penelitian ...49

Tabel 10 Kategori Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK ...50

Tabel 11 Kategori Item Instrumen Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK ...52

(17)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Grafik 1 Kategori Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru BK ... 68

LAMPIRAN 2 Tabulasi Data Hasil Penelitian ... 74

LAMPIRAN 3 Reliabilitas dan Validitas ... 83

(19)
(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dipaparkan latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah.

A. Latar Belakang Masalah

Layanan Bimbingan dan Konseling, pada dasarnya adalah proses interaksi timbal balik antara konselor sebagai pihak yang membantu dan konseli sebagai pihak yang di bantu. Tugas seorang konselor adalah sebagai pribadi yang akan membantu konseli untuk mencapai tugas perkembangannya, maka dalam aktivitas bimbingan dan konseling sangat dibutuhkan kompetensi tertentu yang harus dimiliki oleh seorang konselor.

(21)

Apabila ditata kedalam empat kompetensi pendidik sebagaimana tertuang dalam Permendiknas no 27 tahun 2008, ada empat kompetensi yang harus dimiliki oleh konselor, yaitu; kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi profesional dan salah satunya adalah kompetensi kepribadian. Kinerja guru BK dipengaruhi oleh kualitas penguasaan keempat kompetensi tersebut yang dilandasi oleh sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung .Jika guru BK menguasai keempat kompetensi tersebut maka tidak perlu diragukan akan kualitas keberhasilan BK di sekolah (Mulyasa, 2007: 10). Carkhuff (Winkel& Hastuti, 2004:184) mengatakan bahwa barangkali kualitas kepribadian yang membuat seseorang mampu bergaul dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari serta membuat seseorang disukai dan disenangi oleh orang lain, sama dengan kualitas kepribadian yang membuat konselor sekolah efektif dalam pekerjaannya.

(22)

bagi siswa, guru BK tidak terlibat dalam ekstrakurikuler, ada siswa yang takut untuk berkonsultasi atau bertemu dengan guru BK, cara mengajar guru BK membosankan karena berisi ceramah atau nasehat dan tiga orang lainnya berpendapat bahwa guru BK adalah pribadi yang baik, guru BK selalu membantu mereka apabila sedang mengalami kesusahan, misalnya ketika adik kelas dipalak oleh kakak kelas, guru BK akan membantu menyelesaikan masalah ini, ketika ada siswa yang sakit guru ikut membantu siswa yang sakit.

Adanya perbedaan persepsi antara keenam siswa merupakan hal yang wajar karena adanya pengalaman-pegalaman yang berbeda dan perasaan-perasaan yang berbeda sesuai yang terhadap guru BK. Persepsi dapat dikemukan karena perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu tidak sama, maka dalam persepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu yang lain. Persepsi itu bersifat individual (Davidoff,1981;Rogers 1965).

(23)

perbedaan persepsi antara siswa yang satu lain terhadap kompetensi pribadi yang dimiliki oleh guru BK.

Berdasarkan hal yang dipaparkan di atas peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Persepsi Siswa SMP Terhadap Kompetensi

Kepribadian Guru BK”

B. Identifikasi Masalah

Bertolak dari latar belakang di atas, terkait dengan persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru BK penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Adanya pandangan siswa yang mengatakan bahwa guru BK itu galak.

2. Adanya pandangan siswa yang mengatakan bahwa guru BK hanya bisa menasehati dan tidak memberi contoh bagi siswa.

3. Guru BK tidak terlibat dalam ekstrakurikuler.

4. Siswa takut untuk berkonsultasi atau bertemu dengan guru BK.

5. Guru memaksa siswa agar mengakui kesalahannya dan memarahi mereka jika mereka terbukti melakukan kesalahan.

(24)

C. Pembatasan Masalah

Penelitian ini berfokus pada persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru BK khususnya di SMP Taman Dewasa Jetis. Persepsi siswa terhadap kompetensi guru BK adalah pengalaman siswa dalam mengamati kemampuan kepribadian guru BK yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas dan kebebasan memilih, menunjukkan integritas dan stabilitas kepribadian yang kuat dapat dilakukan dengan menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji, menampilkan kinerja berkualitas tinggi, cerdas, kreatif, mandiri, dan berpenampilan menarik.

D. Rumusan Masalah

Dari identifikasi yang telah penulis jabarkan di atas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Seberapa positif persepsi siswa Kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2016/2017 terhadap kompetensi kepribadian guru BK?

2. Butir instrumen persepsi siswa terhadap kompetensi guru BK mana sajakah yang teridentifikasi perolehan skornya rendah?

(25)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan beberapa masalah penelitian yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini memiliki tujuan yaitu untuk:

1. Mengukur persepsi siswa Kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2016/2017 terhadap kompetensi kepribadian guru BK.

2. Mengindetifikasi butir item instrumen penelitian kompetensi kepribadian guru BK yang perolehan skornya rendah.

3. Menganalisis aspek kompetensi kepribadian guru BK.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini kiranya dapat digunakan untuk menambah wawasan di bidang bimbingan dan konseling khususnya dalam membangun kompetensi kepribadian.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru BK, hasil penelitian ini kiranya menjadikan bahan refleksi dalam meningkatkan kompetensi kepribadian.

(26)

c. Bagi dosen, hasil penelitian ini kiranya menjadi masukan agar dapat memotivasi atau membimbing mahasiswa BK universitas Sanata Dharma agar mengembangkan kompetensi kepribadian sebagai calon guru BK. d. Bagi mahasiswa BK universitas Sanata Dharma, hasil penelitian ini

menjadi masukan yang sangat berharga untuk mengembangkan kompetensi kepribadian sebagai calon guru BK.

G. Definisi Istilah

Beberapa istilah dalam penelitian didefenisikan sebagai berikut:

1. Persepsi adalah proses kognisi yang terjadi dalam individu, terhadap rangsangan atau stimulus yang diterima melalui panca indera sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna.

2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan individu yang stabil, dewasa, arif, menjadi teladan, mengevaluasi kinerja sendiri, mengembangkan diri, dan religius yang menjadi modeling bagi orang lain.

(27)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini dipaparkan hakikat persepsi, hakikat kompetensi kepribadian guru bimbingan dan konseling, dan hakikat remaja.

A. Hakikat Persepsi 1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, penginderaan adalah suatu proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat penerima atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak berhenti begitu saja, melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi (Walgito, 2005: 99).

(28)

mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain. Persepsi itu bersifat individual (Davidoff, 1981; Rogers, 1965).

Persepsi merupakan proses saat seseorang mengatur dan mengiterpretasikan kesan-kesan sensorik mereka guna memberikan arti lingkungan bagi mereka. Selain itu persepsi merupakan proses penilaian seseorang terhadap objek tertentu (Kuswana, 2011:220). Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses dimana individu mengatur dan menginterpretasikan kesan dari indera, dalam menilai suatu atau memberi arti terhadap lingkungan atau objek tertentu.

Young (Kuswana, 2011:220) berpendapat bahwa persepsi merupakan aktivitas mengindra, mengiterpretasikan, dan memberikan penilaian pada objek-objek fisik maupun objek sosial. Pengindraan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah poses pengindraan terhadap stimulus fisik dan stimulus sosial, menginterprestasikan dan memberikan penilaian pada objek-objek fisik dan objek sosial.

(29)

penghayatan maka persepsinya negatif atau cenderung menjauhi, menolak dan menanggapinya secara berlawanan terhadap objek persepsi tersebut.

Robbins (2002) menambahkan bahwa persepsi positif merupakan penilaian individu terhadap suatu objek atau informasi dengan pandangan yang positif atau sesuai dengan yang diharapkan dari objek yang dipersepsi atau dari aturan yang ada. Penyebab mulculnya persepsi negatif dapat mulcul karena adanya ketidakpuasan individu terhadap objek yang menjadi sumber persepsinya, adanya ketidaktahuan individu serta tidak adanya pengalaman individu terhadap terhadap objek yang dipersepsikan dan sebaliknya, penyebab mulculnya persepsi positif seseorang karena adanya kepuasan individu terhadap objek yang menjadi sumber persepsinya, adanya pengetahuan individu, serta adanya pengelaman individu terhadap objek yang dipersepsikan.

(30)

2. Objek Persepsi

Objek persepsi dapat dibedakan atas objek yang non manusia dan manusia. Objek persepsi yang berujud manusia ini disebut person perception atau juga ada yang menyebutkan sebagai social perception, sedangkan persepsi yang berobjekkan non manusia, hal ini sering disebut non social perception.

Pada objek persepsi manusia, manusia yang dipersepsi mempunyai kemampuan-kemampuan, perasaan ataupun aspek-aspek seperti halnya pada orang yang mempersepsi. Orang yang dipersepsi akan dapat mempengaruhi pada orang yang mempersepsi. Karena itu pada objek yang dipersepsi yaitu manusia yang dipersepsi, lingkungan yang melatarbelakangan objek persepsi, dan perseptor sendiri akan sangat menentukan dalam hasil persepsi (Walgito, 2005: 108-109). Misalnya guru BK yang baik, perhatian, dan peduli terhadap siswa akan didekati siswa dan guru BK yang galak, cuek, suka menghukum siswa yang bermasalah akan dijauhi siswa.

3. Aspek-Aspek Persepsi

Aspek-aspek persepsi berupa rangsangan, tanggapan, dan perilaku (Walgito, 1994:54).

a. Rangsang

(31)

syaraf penerima atau rangsangan sebagai reseptor, lalu meneruskan ke syaraf penerima atau sensoris, sedangkan rangsangan yang berasal dari dalam individu langsung mengenai penerima.

b. Tanggapan

Tanggapan terjadi dalam suatu proses yang disebut proses persepsi. Proses persepsi bermula dari adanya objek yang menimbulkan rangsangan, lalu rangsangan diterima oleh reseptor. Tahap ini disebut kelaman, karena terjadinya secara alamiah. Rangsangan yang diterima oleh reseptor diteruskan ke syaraf sensori setelah mengalami penyeleksian, dan dilanjutkan oleh syaraf ke otak sebagai pusat kesadaran. Tahap ini disebut proses fisiologis, karena terjadi dalam diri individu.

Proses terakhir terjadi di otak, yang memungkinkan individu menyadari sepenuhnya rangsangan yang diterima melalui reseptor, tahap ini disebut tahap psikologis karena berhubungan dengan penyadaran. Proses yang terjadi di otak juga merupakan proses persepsi sebenarnya. Setiap rangsangan yang disadari kemudian ditanggapi oleh individu melalui syaraf motorik.

c. Perilaku

(32)

4. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi

Menurut Fauzi (Suciati, 2015:88-89), ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu:

a. Perhatian

(33)

b. Harapan

Harapan terhadap rangsangan yang akan timbul. Ekspektasi terhadap munculnya rangsangan menyebabkan individu bisa memiliki perbedaan persepsi. Misalnya ketika siswa memiliki harapan bahwa guru BK bisa membantu dia menyelesaikan masalah, maka berkonsultasi dengan guru BK dianggap sebagai solusi terhadap keinginanya. Namun bagi siswa yang sering dimarahi guru BK, berkonsultasi dengan guru BK akan dianggap sesuatu yang menakutkan karena dia sering dimarahi.

c. Kebutuhan

Kebutuhan-kebutuhan yang sesaat maupun menetap akan mempengaruhi persepsi seseorang. Rasa lapar menyebabkan seseorang akan berpikir untuk mencari menu dan memesan makanan ketika ia sampai di kantin. Persepsi siswa terhadap seorang guru BK juga dipengaruh oleh sebuah kebutuhan, misalnya siswa yang belum membayar uang sekolah persemester, dan pada saat itu dia dituntut untuk segera untuk membayar uang SPP, siswa akan berpikir untuk mencari bantuan kepada guru BK agar guru membantu mencari solusi atas permasalahannya.

d. Sistem nilai

(34)

baik terhadap guru BK, maka mereka akan memberi makna yang buruk kepada guru BK yang berperilaku buruk.

e. Ciri kepribadian

Sebuah kepribadian yang berbeda akan berakibat pemberian persepsi yang berbeda terhadap orang lain. Seorang dengan kepribadian penakut akan memaknai kata-kata teguran atasannya sebagai sebuah kemarahan. Namun bagi seorang yang pemberani, kata-kata teguran atasannya adalah jalan masuk untuk bisa lebih dekat dalam bergaul. Misalnya seorang guru BK yang mudah tersinggung akan memaknai siswa yang selalu bercanda dengannya adalah suatu penghinaan buatnya. Namum bagi seorang guru BK yang mudah bergaul akan memaknai candaan siswa adalah hal yang biasa buatnya.

Sedangkan menurut Gibson, Ivancevich, dan Donnely (1996) faktor-faktor persepsi pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu faktor-faktor-faktor-faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi persepsi yang terdapat dalam diri individu, yang mencakup beberapa hal antara lain:

1) Fisiologis.

(35)

mempersepsi pada tiap orang berbeda-beda sehingga interpretasi terhadap lingkungan juga berbeda.

2) Perhatian.

Individu memerlukan sejumlah energy yang dikeluarkan untuk memperhatikan atau memfokuskan pada bentuk fisik dan fasilitas mental yang ada suatu objek. Energi tiap orang-orang sehingga perhatian seseorang terhadap objek juga berbeda dan hal ini akan mempengaruhi persepsi terhadap suatu objek.

3) Minat.

Persepsi terhadap suatu objek bervariasi tergantung pada seberapa banyak energi atau perceptual vigilance yang digerakan untuk mempersepsi. Perceptual vigilance merupakan kecenderungan seseorang untuk memperhatikan tipe tertentu dari stimulus atau dapat dikatakan sebagai minat.

4) Kebutuhan yang searah.

Faktor ini dapat dilihat dari bagaiman kuatnya seseorang individu mencari obyek-obyek atau pesan yang dapat memberikan jawaban sesuai dengan dirinya.

5) Pengalaman dan ingatan.

(36)

6) Suasana hati.

Keadaan emosi mempengaruhi perilaku seseorang, mood ini menunjukan bagaimana persaan seseorang dalam menerima, bereaksi dan mengingat.

b. Faktor eksternal.

Faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi, merupakan karakteristik dari lingkungan dan obyek-obyek yang telibat didalamnya. Elemen-elemen tersebut dapat mengubah sudut pandang seseorang terhadap dunia sekitarnya dan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakannya atau menerimanya. Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi persepsi adalah:

1) Ukuran dan penempatan dari objek atau stimulus.

Faktor ini menyatakan bahwa semakin besarnya hubungan obyek, maka semakin mudah untuk dipahami. Bentuk ini akan mempengaruhi persepsi individu dan dengan melihat bentuk ukuran suatu obyek individu akan mudah untuk perhatian pada gilirannya membentuk persepsi.

2) Warna dari obyek-obyek

Obyek-obyek yang mempunyai cahaya lebih banyak, akan lebih mudah dipahami (to be perceived) dibandingkan dengan yang sedikit.

(37)

Stimulus dari luar akan memberi makna, lebih sering diperhatikan dibadingkan dengan yang hanya sekali dilihat. Kekuatan dari stimulus merupakan daya dari suatu obyek yang bisa mempengaruhi persepsi.

5. Proses Terjadinya Persepsi

Persepsi terbentuk melalui proses psikologis yaitu diawali dengan penerimaan stimulus mengenai suatu objek melalui indera, stimulus tersebut oleh syaraf sensori diteruskan ke otak untuk diorganisir, dianalisis dan diinterpretasikan. Buss (1992) mengemukan bahwa persepsi yang terdiri pengekstrasian informasi dari lingkungan dapat dianalisis ke dalam empat tahap, yaitu: (1) adanya stimulus, (2) proses pada reseptor yang meliputi yang meliputi seleksi dan pemberian kode ke dalam implus-implus diteruskan ke otak, diberi kode lanjut dan pengkodean dalam otak, dan (4) pengalaman atau informasi sebagai hasil proses, pengelaman adalah kesadaran atas stimuli dan informasi adalah pengetahuan yang dapat digunakan segera atau disimpan sebagai potensi yang digunakan. Dengan demikian persepsi terbentuk karena adanya stimulus atau objek, saraf sensori dan otak sebagai pengolah informasi yang diterima dari indera untuk diinterpretasikan.

(38)

oleh satu stimulus saja, melainkanberbagai macam stimulus yang ditimbulkan oleh keadaan sekitar, akan tetapi tidak stimulus itu mendapatkan respon individu, hanya beberapa stimulus yang menarik yang akan diberi respon. Hal ini dikarenakan individu mengadakan seleksi stimulus mana yang dipilih oleh individu, individu menyadari dan memberikan respon sebagai reaksi terhadap stimulus tersebut.

6. Peranan Persepsi Terhadap Terbentuknya Perilaku

Salah satu faktor yang mempengaruhi cara kita bereaksi terhadap orang lain adalah apakah kita memandang diri kita sama dengan orang lain. Apabila kita melihat orang lain mirip dengan diri kita, maka kita cenderung tertarik padanya, namum jika orang lain itu memiliki ciri yang tidak kita sukai, maka secara psikologis akan menjauhinya Schimel & Arndt (Shelley, 2009:45).

(39)

Psikologi gestalt mencoba mencoba mengenali prinsip-prinsip yang mengatur bagaimana pikiran kita membuat peyimpulan tentang dunia dari data indarwi (membuat data indrawi jadi bermakna). Atribusi merupakan tindakan penafsiran; apa yang terberi (kesan dari data yang indrawi) dihubungkan kembali kepada sumber asalnya. Misalnya ketika saya bertemu dengan dengan seseorang yang menampilkan ekspresi wajah tidak ramah dan posisi tubuh yang terkesan berjarak dari orang lain, maka saya menyimpulkan bahwa orang itu tidak ramah yang menyebabkan saya menjauhinya. (Sarwono, 2009:31).

B. Hakikat Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling

1. Pengertian Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling

(40)

mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik.

Kompetensi kepribadian adalah seperangkat perilaku yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, dan pemahaman diri. Kompetensi kepribadian meliputi kemampuan untuk mengolah diri, memahami diri, mengendalikan diri, dan menghargai diri. (Kunandar, 2009:55). Kompetensi kepribadian adalah salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang berkaitan dengan tingkah laku pribadi guru itu sendiri yang kelak harus memiliki nilai-nilai luhur sehingga terlihat dalam perilaku sehari-hari (Fachruddin Saudagar dan Ali idrus, 2011:42).

(41)

2. 12 Kualitas Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling

Cavanagh (Yusuf, 2010: 37-44) mengemukakan bahwa karakteristik kualitas kepribadian guru BK sebagai berikut:

a. Pemahaman diri (self-knowledge)

Pemahaman diri ini berarti guru BK memahami dirinya dengan baik, dia memahami secara pasti apa yang dia lakukan, mengapa dia melakukan hal itu, dan masalah apa yang harus diselesaikan. Guru BK harus mampu memahami dirinya dengan baik karena dengan memahami dirinya, guru BK mampu juga memahami diri konseli dengan baik pula. Pemahaman diri sangat penting, karena beberapa alasan sebagai berikut:

1) Guru BK yang memiliki persepsi yang akurat tentang dirinya cenderung akan memiliki persepsi yang akurat juga tentang orang lain khususnya konseli.

2) Guru BK yang terampil dalam memahami dirinya, maka dia akan terampil juga memahami orang lain.

3) Guru BK yang memahami dirinya, maka dia akan mampu mengajarkan cara memahami diri kepada orang lain.

(42)

b. Kompeten (competent)

Kompeten diartikan bahwa guru BK harus memiliki kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral sebagai pribadi yang berguna. Guru BK yang berkompeten akan mampu menjalani hidup dengan baik karena ia memiliki kemampuan untuk berpikir dan bertindak secara baik sebagai pribadi yang berguna baik diri sendiri dan orang lain.

c. Kesehatan psikologis

Guru BK dituntut memiliki kesehatan psikologis yang lebih baik dari konseli. Hal ini penting karena kesehatan psikologis (psychological healt) guru BK akan mendasari pemahamannya terhadap perilaku dan keterampilannya. Guru BK yang kesehatan psikologisnya baik memiliki kualitas sebagai berikut:

1) Memperoleh pemuas dan kebutuhan rasa aman, cinta, kekuatan, dan seks.

2) Dapat mengatasi masalah-masalah pribadi yang dihadapinya. 3) Menyadari kelemahan dan keterbatasan kemampuan dirinya.

Guru BK yang memiliki kesehatan psikologis yang baik, akan mampu bertanggung jawab penuh atas hidupnya dengan baik.

d. Dapat dipercaya (trustworthiness)

(43)

1) Memiliki pribadi yang konsisten

2) Dapat dipercaya oleh orang lain, baik ucapannya maupun perbuatannya.

3) Tidak pernah membuat orang lain kecewa.

4) Bertanggung jawab, mampu merespon orang lain secara utuh, tidak ingkar janji, dan mampu membantu secara penuh.

e. Jujur (honest)

Guru BK dituntut untuk bersikap transparan (terbuka), autentik, dan asli (guine). Guru BK yang jujur memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Bersikap kongruen, artinya sifat-sifat dirinya yang dipersepsi oleh

dirinya sendiri sama seperti yang dipersepsikan oleh orang lain. 2) Memiliki pemahaman yang jelas tentang makna kejujuran.

Guru BK yang memiliki sikap kongruen yaitu yang menampilkan kepribadian secara apa adanya dan alami. Guru BK yang menampilkan kepribadiannya secara alami tidak buat-buat akan terlihat nyaman dan santai saat menjalankan kehidupan sehari-hari.

f. Kekuatan (strength)

(44)

Kekuatan yang harus dimiliki oleh guru BK bukan berarti kekuatan fisik, akan tetapi merupakan kekuatan jiwa atau mental.

Guru BK yang memiliki kekuatan jiwa atau mental adalah guru BK yang tidak terpengaruh dengan situasi yang diciptakan oleh konseli pada saat konseling berlangsung misalnya pada konseling, konseli menceritakan masalah yang sangat sedih yang membuat konseli itu menangis, pada saat itu guru BK tidak terpengaruh dengan situasi sedih yang dialami oleh konseli dan tidak turut menangis bersama konseli. Sebaliknya guru BK harus tabah dan menguatkan konseli agar konseli tegar mengahadapi masalah.

g. Bersikap hangat

Bersikap hangat itu adalah ramah, penuh perhatian, dan memberikan kasih sayang. Guru BK yang ramah, penuh perhatian dan memberikan kasih sayang akan membuat konseli merasa nyaman dan diterima oleh guru BK h. Sabar (patience)

(45)

i. Kepekaan (sensitivity)

Guru BK menyadari tentang adanya dinamika psikologis yang tersembunyi atau sifat-sifat mudah tersinggung, baik pada konseli maupun pada dirinya sendiri. Guru BK yang memiliki kepekaan, tidak akan mudah terpengaruh emosinya oleh situasi yang membuatnya tidak nyaman. Guru BK yang peka akan menyadari pada situasi mana ia akan mudah tersinggung dengan apa yang dilakukan atau dikatakan oleh konseli kepada dirinya dan menyadari pada saat mana konseli mudah merasa tersinggung dengan apa yang dilakukan atau dikatakan oleh guru BK.

3. Aspek-Aspek Kompetensi Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling

Bertolak dari Undang-Undang No.20/2003 Pasal 1 (1) yang menyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktik mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian dirinya, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Maka pendidikan yang didalamnya termasuk guru bimbingan dan konseling, sepantasnya adalah pribadi-pribadi yang memiliki karakteristik sebagaimana yang tertuang dalam Permendiknas No 19 Tahun 2005 sebagai berikut:

(46)

Maha Esa; konsisten dalam menjalankan kehidupan beragama dan toleran terhadap pemeluk agama lain; berakhlak mulia dan berbudi pekerti luhur. b. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, individualitas,

kebebasan memilih yaitu dengan mengaplikasikan pandangan positif dan dinamis tentang manusia sebagai makhluk spiritual, bermoral, sosial, individual, dan berpotensi; menghargai dan mengembangkan potensi positif individu, pada umumnya dan konseli pada khususnya;peduli terhadap kemaslahatan manusia pada umumnya dan konseli pada khususnya; menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan hak asasinya; toleran terhadap permasalahan konseli; bersikap demokratis.

c. Menunjukkan intergritas dan stabilitas kepribadian yang kuat adalah menampilkan kepribadian dan perilaku yang terpuji (seperti berwibawa, jujur, sabar, ramah, konsisten); menampilkan emosi yang stabil; peka; bersikap empati; serta menghormati keragaman dan perubahan. Guru bimbingan dan konseling yang berperilaku berwibawa, jujur, sabar, ramah dan konsisten akan memberikan contoh yang baik bagi siswa.

(47)

mampu membantu memecahkan masalah konseli dan mampu mengambil keputusan atau tindakan yang tepat dalam menghadapi permasalah konseli yang beragam, guru BK juga harus mampu membuat sesuatu yang baru dan berguna bagi klien dalam proses bimbingan. Ketika proses bimbingan berlangsung guru BK harus mampu menciptakan suasana yang menyenangkan dan berpenampilan menarik agar dapat menarik minat siswa dalam mengikuti bimbingan dan siswa tidak cepat bosan mengikuti bimbingan.

C. Hakikat Remaja sebagai Pelajar SMP

1. Pengertian Remaja

(48)

batasan usia 11-24 tahun belum menikah. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa dimana terjadi peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Dimana terjadi perubahan fisik maupun perubahan pada psikisnya.

2. Ciri-Ciri Remaja

Paplia dan Olds (Marliani, 2015:168-169), mengemukan ciri-ciri khusus masa remaja yang mencakup: perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan kepribadian dan sosial. Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa masa suatu masa perubahan. Pada masa remaja terjadi perubahan yang cepat, baik secara fisik maupun psikologis, sebagai ciri dari perkembangan masa remaja, bebarapa ciri khusus mengenai pada perubahan yang terjadi selama masa remaja adalah sebagai berikut:

a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat pada masa remaja awal yang dikenal dengan sebagai masa storm & stress. Peningkatan emosional ini merupakan hasil perubahan fisik, terutama hormon yang terjadi pada masa remaja. Dari segi kondisi sosial, peningkatan emosi merupakan tanda bahwa remaja berada dalam kondisi baru yang berbeda dari masa sebelumnya. Pada masa ini banyak tuntuntan dan tekanan yang dtunjukan pada remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak bertingkah seperti anak-anak, lebih mandiri dan bertanggung jawab.

(49)

dan kemampuan mereka sendiri. Perubahan fisik yang terjadi secara cepat, baik perubahan internal seperti system sirkulasi, percernaan, dan system respirasi maupun perubahan ekternal, seperti tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh sangat berpengaruh terhadap konsep diri remaja. c. Perubahan dalam hak yang menarik bagi dirinya dan hubungan dengan

orang lain. Selama masa remaja, banyak hal yang menarik bagi dirinya yang dibawa dari masa kanak-kanak diganti dengan hal menarik yang baru dan lebih matang. Hal ini disebabkan adanya tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja. Oleh karena itu remaja diharapkan untuk mengarahkan ketertarikan mereka pada hal-hal yang lebih penting. Perubahan juga terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Remaja tidak lagi berhubungan hanya dengan individu dari jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis dan orang dewasa.

d. Perubahan nilai, yang semula mereka anggap penting pada masa kanak-kanak menjadi kurang penting kerana sudah mendekati dewasa.

(50)

3. Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Hurlock (1991) tugas perkembangan masa remaja di fokuskan pada upaya meninggalkan sikap perilaku kekanak-kanakan serta untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku. Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja yaitu:

1) Mampu menerima keadaan fisiknya;

2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa;

3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis;

4) Mencapai kemandirian ekonomi;

5) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat;

6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota masyarakat;

7) Memahami dan menginternalisasi nilai-nilai orang dewasa dan orang tua; 8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk

memasuki dunia dewasa.

9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.

(51)

4. Persepsi Remaja Pada Umumnya

Pada umumnya remaja memusatkan perhatian pada cara seseorang menggunakan proses kognitifnya seperti perhatian, persepsi, ingatan, pemikiran, penalaran, harapan, untuk memahami dunia social meraka. Remaja mempersepsikan sesuat berdasarkan egosentrismenya. Egosntrime remaja (adolencent egocentrism) menggambarkan meningkatnya kesadaran diri remaja yang terwujud pada keyakinan mereka bahwa orang lain memiliki perhatian amat besar, seberapa besar mereka terhadap diri mereka, dan terhadap perasaan akan keunikaan pribadi mereka. (Santrock, 2003:121-122).

David Elkin (Santrock, 2003:122) mengemukan bahwa egosetrisme remaja dapat dibagi menjadi dua jenis berpikir social yaitu imaginary audience dan personal fable. Imaginary audience (penonton imajiner)

menggambarkan peningkatan kesadaran remaja yang tampil pada keyakinan mereka bahwa orang lain memiliki perhatian yang amat besar terhadap diri mereka. Gejala penonton imajiner mencakup berbagai perilaku untuk mendapat perhatian; keinginan agar kehadirannya diperhatikan, disadari orang lain dan menjadi pusat perhatian. Misalnya, gadis SMP, saat berjalan memasuki kelas akan berpikir dan bahwa bahwa semua orang sedang melihat penampilannya. Remaja merasa bahwa mereka adalah pemeran utamanya sedangkan orang lain adalah penontonya.

(52)

yang dimiliki. Perasaan akan keunikan pribadi mereka membuat mereka merasa bahwa tidak ada seorang pun yang dapat memahami perasaan mereka. Misalnya, seorang gadis remaja beranggapan bahwa ibunya tidak dapat merasakan kepedihan hatinya yang dirasakannya karena putus cinta. Sebagai cara untuk mempertahankan adanya keunikan pribadinya, remaja mungkin mengarang cerita penuh fantasi mengenai diri mereka, menenggelamkan diri mereka dalam dunia yang jauh dari realitas.

Menurut Barenboim (Santrock, 2003:124) remaja mengartikan kepribadian seseorang dengan tiga cara yang berbeda yaitu: pertama, ketika remaja diberi informasi mengenai orang lain, mereka cenderung akan mempertimbangkan baik informasi yang sudah dimilikinya maupun informasi yang baru diterimanya, dan buka semata-mata mengadalkan informasi yang konkret yang dimilikinya saat itu saja. Kedua, remaja cenderung lebih menganali perbedaan konseptual atau situasional dari kepribadian, dan tidak beranggapan bahwa kepribadian bersifat selalu tetap. Ketiga, remaja cenderung tidak sekedar merima sifat yang tampil di permukaan untuk mendapatkan gambaran yang mantap mengenai kepribadian yang lebih mendalam, kompleks, bahkan tersembunyi.

(53)

seseorang remaja cenderung cenderung akan mempertimbangkan baik informasi yang sudah dimilikinya maupun informasi yang baru diterimanya, remaja cenderung lebih menganali perbedaan konseptual atau situasional dari kepribadian, dan tidak beranggapan bahwa kepribadian bersifat selalu tetap, cenderung tidak sekedar merima sifat yang tampil di permukaan untuk mendapatkan gambaran yang mantap mengenai kepribadian yang lebih mendalam, kompleks, bahkan tersembunyi.

D. Kajian Penelitian yang Relevan

(54)

Hasil analisis butir item dari instrumen penelitian persepsi siswa kelas VIII SMP Negeri di Kecamatan Trucuk terhadap kompetensi kepribadian guru BK menunjukkan sebanyak 42 item (92%) berada pada kategori sangat tinggi, 12 item (8 %) berada pada kategori tinggi, dan tidak ada item yang berada pada kategori cukup tinggi, rendah, maupun sangat rendah, namun terdapat item yang memiliki skor terendah yaitu pada indikator bersikap demokratis terhadap siswa.

Skripsi Sisrianti Yusri (2014) tentang “Persepsi Siswa Tentang Kompetensi

Kepribadian Guru Bimbingan dan Konseling di SMPN 5 Pariam”. Berdasarkan

penelitian ini menunjukan bahwa gambaran persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian Guru BK/Konselor secara rata-rata siswa menyatakan bahwa 46,83% GuruBK/Konselor selalu menampilkan kompetensikepribadiannya, 30,99% siswa menyatakan Guru BK/Konselor sering menampilkan kompetensi kepribadiannya, 20,77% siswa menyatakan kadang-kadang dan 1,41% siswa yang menyatakan Guru BK/Konselor tidak pernah menampilkan kompetensi kepribadiannya

E. Kerangka Berpikir

(55)

adalah guru BK. Persepsi dibagi menjadi dua bentuk yaitu persepsi yang positif dan persepsi yang negatif, persepsi siswa terhadap guru BK khususnya terhadap kompetensi kepribadiaan guru BK tentu ada yang positif maupun negatif.

Persepsi positif merupakan penilaian individu terhadap suatu objek atau informasi sesuai dengan apa yang diharapkan dari objek yang dipersepsi atau kesesuian objek yang dipersepsi dengan aturan yang ada Siswa akan memiliki persepsi yang positif apabila guru BK memiliki kualitas atau kompetensi kepribadian yang baik. Apabila dalam keseharian guru BK memiliki kompetensi kepribadian yang baik, siswa memberikan persepsi yang positif terhadap guru BK dan membuat guru BK disukai dan disenangi oleh siswa pada umunya atau konseli pada khususnya.

Persepsi negatif dapat mulcul karena adanya ketidakpuasan individu terhadap objek yang menjadi sumber persepsinya atau karena ketidaktahuan individu serta tidak adanya pengelaman individu terhadap objek yang dipersepsikan. Apabila dalam keseharian guru BK kurang mengusai kompetensi kepribadian akan menimbulkan suatu persepsi yang negatif terhadap guru BK, karena siswa merasa kurang puas terhadap guru BK. Persepsi siswa terhadap keberadaan layanan bimbingan dan konseling persepsi siswa terhadap keberadaan layanan bimbingan dan konseling cederung negatif, istilah “polisi

sekolah” guru BK menjadi umum. Persepsi siswa mengenai bimbingan dan

(56)

36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi beberapa hal yang berkaitaan dengan metodologi penelitan antara lain jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, instrumen penelitian, dan kisi-kisi instrumen.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian

kuantitatif deskriptif ini bertujuan untuk menjelaskan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi, dan berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu berdasarkan apa yang terjadi (Bungin, 2011:44). Menurut Sugioyono (2000), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk memberikan gambaran terhadap satu objek yang diteliti melalui data data sampel dan populasi sebagaimana adanya dengan melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku secara umum. Penelitian ini juga termasuk penelitian deskriptif kuantitatif yaitu data diperoleh dari analisis skor jawaban subjek pada alat instrumen yang dipakai.

(57)

deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi, maupun mempelajari implikasinya (Azwa, 2012:7).

Penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan persepsi siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2016/2017 terhadap kompetensi kepribadian guru BK, karena peneliti ingin mengetahui seberapa positif persepsi siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2016/2017 terhadap kompetensi kepribadian guru BK.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian di SMP Taman Dewasa Jetis. Penelitian dilaksanakan pada tanggal, 25 Juli 2016 dan tanggal, 28 Juli 2016 peneliti menyebarkan kuesioner pada siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis Yogyakarta Tahun Ajaran 2016/2017. Pada bulan Mei-Juni 2016 peneliti membuat kuesioner dan dikonsultasikan pada dosen pembimbing

C. Subyek Penelitian

Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa VIII

(58)

anggota populasi penelitian dijadikan sebagai sumber penelitian. Jumlah siswa dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1.

Jumlah Subjek Penelitian

NO KELAS JUMLAH

1. VIII 1 25

2. VIII 2 25

3. VIII 3 25

4. VIII 4 26

5. VIII 5 25

JUMLAH 126

D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian itu berupa kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK yang berbentuk tertutup.

(59)

tidak setuju (STS) dengan bobot setiap altenatif jawaban adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2011:135).

Tabel 2.

Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban.

NO Pernyataan

Alternatif jawaban S

(Sangat Setuju)

S (Setuju)

TS (Tidak Setuju)

STS

(Sangat Tidak Setuju)

1. Favorabel 4 3 2 1

2. Unfavorabel 1 2 3 4

Item-item Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru BK

(60)

Tabel 3

Kisi-Kisi Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK (Sebelum uji coba)

No Aspek-Aspek Kompetensi

Kepribadian Guru BK Indikator

Item

Favorabel Unfavorabel

1 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

2 Menghargai dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan,

3 Menunjukan stabilitas dan integritas yang kuat.

Menampilkan perilaku berwibawa

47, 54, 63 52, 57

Menampilkan perilaku jujur 15, 58 53

Menampilkan perilaku ramah 55 30, 39 Menampilkan perilaku

4 Menampilkan kinerja yang berkualitas tinggi.

Cerdas. 9, 60

Kreatif-Inovatif. 25 51

Berdisplin.

Berkomunikasi secara efektif. 12, 32 38, 29

JUMLAH 36 32

(61)

E. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas suatu instrumen penelitian adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2009:122). Instrumen yang valid berarti alat ukur dapat digunakan untuk memperoleh data yang valid. Instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009: 173).

(62)

Menurut Arikunto (2002), suatu instrumen yang valid mempunyai tingkat validitas yang tinggi, dikatakan valid apabila dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Selanjutnya Arikunto (2002:160) menjelaskan bahwa untuk menguji tingkat validitas dari kuesioner dengan taraf signifikan (α = 5%) digunakan rumus koefisien korelasi product

moment sebagai berikut :

∑ ∑ ∑

√{ ∑ ∑ } { ∑ ∑ }

Keterangan:

= korelasi produk moment

= nilai setiap butir = nilai dari jumlah butir = jumlah responden

Koefisien korelasi validitas item diukur menggunakan SPSS versi

(63)

yang memiliki koefisien validitas ≥ 0,30. Sehingga dinyatakan valid dan digunakan untuk pengambilan data penelitian sesungguhnya. Adapun item-item yang valid dan gugur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.

Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian

No Aspek Indikator Nomor Item

Valid Gugur 1 Beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha

3 Menunjukan stabilitas dan

integritas yang kuat. Menampilkan perilaku berwibawa

47, 54 ,5 63

57

Menampilkan perilaku jujur 15, 58 53

Menampilkan perilaku ramah 30, 55 39

Menampilkan perilaku konsisten 22, 64, 66 Menampilkan emosi yang stabil. 21, 65 8 Berempati. 18, 67, 59 28, 35 4 Menampilkan kinerja

yang berkualitas tinggi.

Cerdas. 9 60

Kreatif-Inovatif. 25 51

Berdisplin. 13,50

Berkomunikasi secara efektif. 12, 32, 38 29

(64)

Setelah diadakan pengujian validitas maka didapatkan kisi-kisi kuesioner seperti berikut ini:

Tabel. 5.

Kisi-kisi Instrumen setelah Uji Validitas (Setelah uji coba)

No

1 Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

dan integritas yang kuat. Menampilkan perilaku berwibawa

47, 54, 63 52

Menampilkan perilaku jujur 15, 58

Menampilkan perilaku ramah 55 30

Menampilkan perilaku konsisten 64, 66 22

Menampilkan emosi yang stabil. 21 65

Berempati. 18, 67 59

Berkomunikasi secara efektif. 12, 32 38

JUMLAH 34 20

(65)

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas adalah tingkat kepercayaan hasil pengukuran (Azwar, 2007). Pengukuran yang mempunyai reliabilitas tinggi yaitu yang mampu memberikan hasil ukur yang terpercaya, disebut sebagai reliabel (Azwar, 2007:176). Menurut Azwar (2011:4) konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur erat berkaitan dengan masalah eror pengukuran (error of measurement), sedangkan konsep reliabilitas dalam arti

reliabilitas hasil ukur erat berkaitan dengan eror dalam pengambilan sampel (sampling error) yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang pada kelompok individu yang berbeda. Perhitungan indeks reliabilitas kuesioner penelitian ini menggunakan pendekatan koefisien Alpha Cronbach (α). Penggunaan formula Alpha Cronbach untuk menghitung koefisien reliabilitas alat ukur karena skornya berbentuk interval dan diyakini tidak ada parallel yang tegas antara belahan-belahan instumen. Adapun rumusan koefisien reliabilitas Alpha Cronbach (α) adalah sebagai berikut:

(66)

Tinggi rendahnya koefisien reliabilitas dan validitas mengacu pada daftar indeks kualifikasi reliabilitas menurut Guilford (dalam Masidjo, 1995: 209). Kriteria kualifikasi reliabilitas tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 6.

Kualifikasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kualifikasi 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Cukup Tinggi 0,21 – 0,40 Rendah Negatif – 0,20 Sangat rendah

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.924 54

(67)

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk mengetahui persepsi siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2016/2017 terhadap kompetensi kepribadian guru BK dan untuk mengetahui item kompetensi kepribadian guru BK yang penguasaanya tergolong rendah. Teknik Analisis data yang digunakan adalah teknik kategorisasi jenjang ordinal (dalam Azwar (2011: 107-108)). Ada lima kategorisasi yang digunakan yaitu kategori

Tabel 7.

Norma Penggolongan Kategorisasi

Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK.

Penghitungan Skor Item Kategori

µ+1,5σ < X Sangat Positif

µ+0,5σ < X ≤µ+1,5σ Positif µ-0,5σ < X ≤ µ + 0,5σ Cukup Positif

µ-1,5σ < X ≤ µ - 0,5σ Kurang Positif X µ - 1,5σ Sangat Kurang Positif

Keterangan:

X maximum teoritik : Rata-rata skor total tertinggi X minimum teoritik : Rata-rata skor total terendah

σ : Standar deviasi, yaitu luas jarak rentangan yang dibagi dalam 6 satuan deviasi sebaran.

µ :Mean teoretik, yaitu rata-rata teoretis dari skor maksimum dan minimum/

(68)

penelitian diperoleh melalui perhitungan (dengan jumlah item 54) sebagai berikut:

X maxsimum teoritik : 54 x 4 = 216 X minimum teoritik : 54 x 1 = 54 Luas Jarak : 216 – 54 = 162

σ : 162 : 6 = 27

µ : (216 + 54) : 2 = 135

Jadi, karena dalam penelitian ini subjek digolongkan ke dalam lima kategori, maka keenam satuan deviasi standar dibagi dalam lima bagian sebagai berikut:

Tabel 8.

Kategori Skor Subjek Penelitian

Penghitungan Skor Item Rerata Skor Kategori

X > µ+1,5σ X > 175,5 Sangat Tinggi

µ+0,5σ < X ≤µ+1,5σ 148,5 < X 175,5 Tinggi µ-0,5σ < X ≤ µ + 0,5σ 121,5 < X 148,5 Cukup Tinggi

µ-1,5σ < X ≤ µ - 0,5σ 94,5< X 121,5 Rendah X µ - 1,5σ X 94,5 Sangat rendah

Kategorisasi ini digunakan sebagai acuan atau norma dalam mengelompokan skor Subjek dalam kategorisasi atau skala Persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru BK.

Selanjutnya kategorisasi butir-butir item penelitian diperoleh melalui perhitungan (dengan jumlah Subjek 126) sebagai berikut:

(69)

X minimum teoritik : 126 x 1 = 126 Luas Jarak : 504 – 126 = 378

σ : 378 : 6 = 63

µ : (504 + 126) : 2 = 315

Jadi Penentuan kategorisasi item-item setelah dilakukan penghitungan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 9.

Kategori Skor Item Penelitian

Penghitungan Skor Item Rerata Skor Kategori X > µ+1,5σ X > 409,5 Sangat Tinggi

µ+0,5σ < X ≤µ+1,5σ 346,5 < X 409,5 Tinggi µ-0,5σ < X ≤ µ + 0,5σ 283,5 < X 346,5 Cukup Tinggi

µ-1,5σ < X ≤ µ - 0,5σ 220,5< X 283,5 Rendah X µ - 1,5σ X 220,5 Sangat rendah

Kategorisasi ini digunakan sebagai acuan dalam mengelompokan skor item dalam kategorisasi atau skala persepsi siswa kelas VIII SMP Taman Dewasa Jetis tahun ajaran 2016/2017.

Langkah berikutnya yaitu menghitung persentase aspek-aspek kompetensi kepribadian guru BK dengan perhitungan sebagai berikut:

(70)

50

1. Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK

Hasil penelitian yang telah diperoleh dapat dilihat pada tabel kategori persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru BK berikut:

Tabel 10.

Kategori Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK

Rerata Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori X > 175,5 50 39,68 Sangat positif 148,5 < X 175,5 63 50 Positif 121,5 < X 148,4 12 9,52 Cukup Positif

94,5< X 121,5 _ _ Kurang Positif X 94,5 1 0,79 Sangat Tidak Positif

Kategorisasi persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru BK jika digambarkan dalam bentuk diagram dapat dilihat pada grafik berikut:

Grafik 1

(71)

Berdasarkan data dari Tabel 10 dan garfik 1 diperoleh gambaran persepsi bahwa:

a. Sebanyak 50 siswa (39,68%) memiliki persepsi terhadap kompetensi kepribadian guru BK capaian skornya berada pada kategori sangat positif.

b. Sebanyak 63 siswa (50%) siswa memiliki persepsi terhadap kompetensi kepribadian guru BK capaian skornya berada pada kategori positif.

c. Sebanyak 12 siswa (9,52%) siswa memiliki persepsi terhadap kompetensi kepribadian guru BK berada capaian skornya pada kategori positif.

d. Sebanyak 1 siswa (0,79%) memiliki persepsi terhadap kompetensi kepribadian guru BK capaian skornya berada pada kategori sangat tidak positif.

(72)

2. Butir Item Terendah dari Instrumen Penelitian Persepsi Siswa

Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK

Dari keseluruhan 54 butir item instrumen penelitian persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru BK, telah dilakukan pengujian dan telah didapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel. 11

Kategori Item Instrumen Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK

Rerata Skor

Frekuensi Persentase (%) Kategori No. item

X > 409,5 15 27,77 Sangat Tinggi 2,3,4,6,7,9,18,19,34, 44,47,54,55,58,61 instrumen penelitian persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru BK, sebanyak 15 item (27,77%) berada pada kategori sangat tinggi. Sebanyak 37 item (68,51%) berada pada kategori tinggi, dan sebanyak 2 item (3,70) item berada pada kategori cukup tinggi.

(73)

tinggi hal ini menunjukan bahwa guru BK SMP Taman Dewasa Jetis memiliki kompetensi kepribadian yang baik.

3. Aspek Kompetensi Kepribadian Guru BK Perolehan Persentasenya

Rendah Menurut Persepsi Siswa.

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 12

Persentase Perolehan Skor Per Aspek Kompetensi kepribadian Guru BK

No Aspek-Aspek Kompetensi Kepribadian Guru BK

Persentase (%)

1. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa. 79,26%

2. Menghargai dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan untuk memilih.

77,9%

3. Menunjukan stabilitas dan integritas yang

kuat. 79,53%

4. Menampilkan kinerja yang berkualitas

tinggi. 67,79%

(74)

Grafik 2

Aspek-Aspek Kompetensi Kepribadian Guru BK

Berdasarkan data dari tabel 12 dan grafik 2 diperoleh hasil persentase perolehan skor per aspek kompetensi kepribadian guru BK terendah menurut persepsi berada pada aspek menampilkan kinerja yang berkualitas tinggi yaitu 67,79%.

B. Pembahasan

1. Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian Guru BK

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa siswa SMP Taman

Dewasa Jetis kelas VIII tahun ajaran 2016/2017, memiliki persepsi yang positif terhadap kompetensi kepribadian yang dimiliki guru BK SMP Taman Dewasa Jetis. Positifnya persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru BK menunjukan bahwa guru menampilkan kompetensi kepribadian

(75)

yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan apa yang diharapkan oleh siswa dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini selaras dengan apa yang dikatakan Robbins (2002) menambahkan bahwa persepsi positif merupakan penilaian individu terhadap suatu objek atau informasi dengan pandangan yang positif atau sesuai dengan yang diharapkan dari objek yang dipersepsi atau dari aturan yang ada.

Persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian merupakan proses saat siswa mengatur mengainterpretasikan kesan-kesan sensorik guna memberi arti terhadap kompetensi kepribadian guru BK dan proses penilaian siswa terhadap kompetensi kepribadian yang dimiliki guru BK, sesuai dengan apa yang dijelaskan oleh kuswana, (2011:220) yang mengatakan bahwa persepsi merupakan proses saat seseorang mengatur dan mengiterprestasikan kesan-kesan sensorik mereka guna memberikan arti lingkungan bagi mereka. Selain itu persepsi merupakan proses penilaian seseorang terhadap objek tertentu.

(76)

fisik maupun objek sosial. Pengindraan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada di lingkungannya.

Positifnya persepsi terhadap kompetensi kepribadian guru BK tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: karena adanya pengalaman yang baik dengan guru BK yang berhubungan dengan kompetensi kepribadian guru BK, kebutuhan siswa yang dipenuhi oleh guru BK, sistem nilai di sekolah juga dapat mempengaruhi persepsi siswa terhadap kompetensi guru BK, apabila sekolah memberikan penilaian yang positif, maka siswa juga akan ikut memberikan persepsi yang positif, dan adanya harapan dari siswa agar guru BK bisa membantu mereka dalam menyelesaikan masalah. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Fauzi (Suciati, 2015:88-89) yang mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah perhatian, set atau harapan, kebutuhan sesaat, dan sistem nilai. Gibson, Ivancevich, dan Donnely (1996) juga mengemukan bahwa adanya faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu: minat, kebutuhan yang searah dan pengalaman dan ingatan.

Guru BK SMP Taman Dewasa Jetis adalah pribadi yang dewasa, arif

(77)

mulia, juga seperti yang tertera dalam Undang-Undang tentang guru dan dosen (Undang-Undang, No.14, 2005) disebutkan bahwa Kompetensi kepribadiaan adalah kemampuan kepribadiaan yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa, serta menjadi teladan peserta didik.

Positifnya persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru BK menunjukan bahwa guru BK sudah mewujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, dan pemahaman diri, sesuai pendapat Kunandar (2009:55), yang mengatakan bahwa Kompetensi kepribadiaan adalah seperangkat perilaku yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam memwujudkan dirinya sebagai pribadi yang mandiri untuk melakukan transformasi diri, identitas diri, dan pemahaman diri.

(78)

dan menggali informasi yang berkaitan dengan kompetensi guru akan berpengaruh terhadap kompetensi guru BK itu sediri.

Salah satu guru BK disekolah adalah membantu siswa memenuhi tugas perkembangannya, penguasaan guru BK terhadap kompetensi kepribadian atau cara berperilaku guru BK yang baik di sekolah menjadi contoh atau model bagi siswa dalam rangka memenuhi tugas perkembangannya sebagai seorang remaja.

2. Analisis Butir Item Instrumen Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi

Kepribadian Guru BK

Sebanyak 15 item (27,77 %) capaian skornya berada pada kategori sangat tinggi. Sebanyak 37 item (68,51) capaian skornya berada pada kategori tinggi. Sebanyak 2 item (3,70%) capaian skornya berada pada kategori cukup tinggi dan tidak ada item yang berada pada kategori rendah dan sangat rendah. Terdapat skor yang sangat tinggi di antara item-item lain, item tersebut termasuk dalam aspek menunjukan stabilitas dan integritas yang kuat, dengan indikator menampilkan perilaku yang berwibawa. Menurut persepsi siswa, guru BK SMP Taman Dewasa Jetis telah mampu mengusai aspek kompetensi tersebut, dengan indikator menampilkan perilaku berwibawa.

(79)

kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan untuk memilih, dengan indikator menghargai dan mengembangkan potensi siswa, Peduli dan toleran terhadap kemaslahatan siswa. Ada beberapa hal yang mempengaruhi rendah penilaian siswa terhadap indikator menghargai dan mengembangkan potensi siswa, Peduli dan toleran terhadap kemaslahatan siswa. Hal ini dikarena oleh guru BK tidak terlibat dalam kegiatan ekstrakurikuler dan perlombaan seperti olaraga dan kesenian, item termasuk dalam indikator menghargai dan mengembangkan potensi siswa dan siswa SMP Taman Dewasa Jetis merasa bahwa mereka sulit untuk mendapat bantuan dari guru BK pada saat mereka mengalami masalah, item ini temasuk dalam indikator, peduli dan toleran terhadap kemaslahatan siswa.

(80)

Siswa yang merasa sulit mendapat bantuan dari guru BK ketika mereka mengalami masalah, dikarena guru BK kurang peduli dan toleran terhadap kemaslahatan siswa. Berdasarkan salah satu prinsip bimbingan dan konseling di sekolah yang berkaitan dengan subyek yang dibimbing yaitu, setiap siswa yang terdaftar sebagai peserta didik di lembaga pendidik berhak mendapat pelayanan bimbingan yang memadai dan memuaskan bagi meraka, sejauh kebutuhan mereka memang dapat dipenuhi oleh tenaga bimbingan di lembaga pendidikan itu. (Winkel dan Hastuti, 2004:80).

3. Analisis Aspek-Aspek Kompetensi Kepribadian Guru BK Perolehan Persentasenya Rendah Menurut Persepsi Siswa.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa aspek-aspek kompetensi kepribadian menurut persepsi siswa dilihat dari aspek beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebanyak 79,26%. Hal ini berarti persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru BK dilihat dari aspek beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa cukup positif.

(81)

Hasil penelitian menunjukan bahwa aspek kompetensi kepribadian guru BK yaitu menghargai dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, individualitas, dan kebebasan untuk memilih, menurut persepsi siswa adalah sebanyak 77,9%. Hal ini menunjukan bahwa persepsi siswa tentang kompetensi kepribadian guru BK dilihat dari aspek menghargai dan menjunjung tinggi nilai kemanusian, individualitas, dan kebebasan untuk memilih cukup positif. Hal ini menunjukan bahwa guru sudah menghargai dan menghormati siswa sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih.

Guru BK hendaknya berpandangan positif dan dinamis tentang kliennya sebagai makluk spiritual, bermoral, individual dan sosial (Supriatna, 2011:22). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru BK harus melihat siswa dari berbagai sudut pandang yang berbeda karena siswa adalah makluk spiritual, bermoral, individu yang berpotensi, beda dengan yang satu dan yang lain dan di sisi lain siswa adalah makluk sosial yang membutuhkan orang lain.

Gambar

Grafik 2  Aspek-Aspek Kompetensi Kepribadian Guru BK................................. 54
Tabel 1. Jumlah Subjek Penelitian
Tabel 2. Penentuan Skor Tiap Alternatif Jawaban.
Tabel 3 Kisi-Kisi Kuesioner Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Kepribadian
+7

Referensi

Dokumen terkait

1144 tahun 2010 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan RI, tugas Pusat Teknologi Terapan Kesehatan dan Epidemiologi Klinik (Pusat TTK

Tampak hadir dalam kesempatan Kapolda DIY Brigjen Drs Anggoro Harry Anwar/Kadaop wilayah VI Drs Herlianto/beserta jajarannya // disampaikan kapolda diy bahwa hal ini sesuai dengan

Membaca  pengertian   Ilmu ekonomi,  ruang   lingkup pembagian   Ilmu   ekonomi, dan   prinsip   ekonomi  dari berbagai   sumber   belajar

untuk pencapaian sasaran program sektor pengembangan kawasan permukiman yang.. dusulkan setiap tahunnya dan dijabarkan oleh matriks di bawah

Diklat Fungsional Penjenjangan Pranata Komputer adalah diklat yang diwajibkan bagi PNS yang akan memangku Jabatan Fungsional Pranata Komputer pada jenjang tertentu, kecuali

Bagian Isi terdiri dari beberapa bab yakni: (Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah

Jika di dalam agama Islam aliran sesat adalah aliran yang mengingkari es- ensi dari Islam itu sendiri, yang tidak se- suai dengan Al-Qur’an maupun Hadist Rasulullah SAW..

Apabila besar sudut H lebih besar 15º maka bentuk profil wajah adalah cembung, sedangkan bila lebih kecil dari 7º maka bentuk profil wajah adalah cekung karena letak Pog’ lebih