• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.1.5 Kompetensi Pribadi

2.1.5.1 Pengertian Kompetensi

Kompetensi adalah terminologi yang sering didengar dan diucapkan banyak orang. Kita pun sering mendengar dan mengucapkan terminologi itu dalam berbagai pengunaan, khususnya terkait dengan pengembangan sumber daya manusia. Akan tetapi, sering kali persepsi, pemahaman, dan makna terminologi itu tidak sama atau saling dipertukarkan (interchangeable) dengan terminologi lain. Kesamaan persepi banyak orang terhadap “kompetensi” barangkali terletak pada bahwa terminologi itu merupakan atribut untuk melekatkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas atau unggul (Sudarmanto, 2009).

Suatu atribut adlaah kualitas yang diberikan kepada orang atau benda. Atribut mengacu pada karakteristik tertentu yang diperlukan untuk dapat melaksanakan pekerjaan secara efektif. Oleh karenanya, atribut terdiri atas persyaratan pengetahuan, keterampilan, dan keahlian atau karakteristik tertentu (Sudarmanto, 2009). Ada yang menginteprestasikan kompetensi sepadan dengan kemampuan atau kecakapan. Ada lagi yang menginterprestasikan sepadan dengan

keterampilan, pengetahuan dan berpendidikan tinggi. Bahkan, ada pula yang mersepsikan sepadan dengan layak (feasible), handal (reliable), cocok, dapat dipercaya dan cerdas (Sudarmanto, 2009).

Perbedaan persepsi atas makna kompetensi itu merupakan hal yang wajar dan tetap sah – sah saja karena memang masing - masing belum memahami makna asal atau makna aslinya. Akan tetapi, perbedaan persepsi akan makna itu menjadi problematis ketika kompetensi itu diterapkan dalam desain instrumen dan aplikasi manajemen sumber daya manusia. Oleh karenanya, perlu pemahaman yang komprehenif atau holistik tentang kompetensi, sehingga pada saat melakukan desain instrumen dan aplikasi tidak terjadi kontroversi yang kontraproduktif (Sudarmanto, 2009).

Agar memiliki pemahaman yang komprehensif, perlu ditelusuri kosep “kompetensi “ dari sejarah perkembangan dan makna aslinya. Terkait dengan itu, ada banyak pengertian atau definisi tentang kompetensi dari berbagai ahli, di antaranya adalah sebagai berikut :

- Menurut Richard E. Boyatzis (1982), kompetensi adalah karakteristik – karakteristik yang berhubungan dengan kinerja unggul dan atau efektif di dalam pekerjaan.

- Menurut Klemp (1980), kompetensi merupakan karakteristik mendasar seseorang yang menghasilkan kinerja unggul dan atau efektif dalam suatu pekerjaan (dalam Robert Wood dan Tim Payne, 1998, p.24). - Likewise Hornby dan Thomas (1989: 53) menyatakan

kompetensi adalah pengetahuan, keahlian, dan kualitas manajer atau pemimpin yang efektif (dalam Woodruffe, 1993: 64).

- Menurut Lyle Spencer & Signe Spencer (1993, p.9), kompetensi merupakan karakteristik dasar perilaku individu yang berhubungan dengan kriteria acuan efektif atau kinerja unggul didalam pekerjaan atau situasi. - Menurut Michael Armstrong (1994, p.92), kompetensi

adalah apa yang orang bawa pada suatu pekerjaan dalam bentuk, tipe, dan tingkat – tingkat perilaku yang berbeda – beda. Kompetensi menentukan aspek – aspek proses kinerja pekerjaan.

Dari berbagai definisi tersebut, di satu sisi telah semakin jelas tentang makna dan muatan atau komponen – kompenen dari kompetensi. Akan tetap, di sisi lain banyaknya definisi juga menunjukkan pengertian kompetensi dari berbagai orang tidak sama atau sangat beragam. Dalam persepsi tentang kompetensi, memang terdapat perbedaan,

antara pendekatan Amerika Serikat dengan pendekatan inggris (Wood, 1998 & Dale, 2003). Pendekatan Amerika cenderung memandang kompetensi dari “perspektif perilaku” di mana karakteristik perilaku tersebut dapat menyebabkan kinerja unggul dalam pekerjaanya. (Wood, 1998 & Dale, 2003).

Dapat diambil kesimpulan bahwa, suatu kompetensi dapat mendukung efektivitas kinerja dari seorang individu, dalam hal ini kita ambil contoh seorang ethics officer, didalam diri seorang ethics officer diperlukan 2 macam kompetensi, yaitu technical knowledge dan business knowledge. Technical knowledge sendiri itu adalah, pemahaman secara rinci yang dimiliki seseorang/individu tentang keahlian atau skill yang diterapkan dengan atau dalam bentuk apapun untuk setiap masalah atau aplikasi (Adobor, 2006).

Pengetahuan atau knowledge tentang hukum dan peraturan yang berlaku dan relevan dapat mempengaruhi proses pembuatan kinerja yang etis. Ferrel (2005) mengamati bahwa peraturan yang mengatur perilaku bisnis jatuh kedalam empat kelompok, berikut adalah peraturan dan hukum yang harus dipahami untuk mewujudkan kinerja yang etis :

- Laws protecting consumers, maksud dari bagian ini adalah, adanya hukum dan peraturan yang harus ditaati oleh suatu perusahaan, yaitu memberikan informasi yang akurat tentang jasa dan produk yang diberikan oleh perusahaan kepada konsumen.

- Laws promoting equity and safety, harus terdapatnya hukum di tempat kerja untuk mewujudkan lingkungan kerja yang aman dan adil bagi seluruh anggotanya. - Regulation of competition, regulasi atau ketentuan yang ada

untuk dapat mewujudkan suatu kompetisi bisnis yang adil, seperti adanya larangan untuk memonopoli suatu jenis bisnis tertentu.

- Laws protecting the environment, hukum yang mengatur dan memberikan batasan – batasan kepada para perusahaan untuk tetap memperhatikan lingkungan sekitar dalam menjalan aktivitas bisnisnya.

Dapat kita simpulkan bahwa, seorang ethics officer tidaklah cukup jika hanya dibekali dengan keahlian atau skill yang hebat saja dalam menjalankan pekerjaanya, tetapi ethics officer tersebut harus memahami teori etika – etika dan hukum yang berlaku untuk dapat mewujudkan kinerja yang maksimal dan efektif bagi dirinya dan perusahaan (Adobor, 2006).

Menurut Adobor (2006) selain technical knowledge, terdapat satu lagi bentuk kompetensi yang diperlukan oleh seorang ethics officer jika ingin mencapai kinerja yang maksimal dan efektif, bentuk kompetensi tersebut adalah : business knowledge. Business knowledge sendiri adalah, pengetahuan seseorang atau individu tentang bisnis yang dijalankan perusahaan, produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan, dan peraturan & ketentuan yang terdapat didalam perusahaan tersebut.

Business knowledge ini mencakup tiga hal, yaitu : tugas kompetensi kinerja individu, pengetahuan yang luas tentang industri dan perusahaan, termasuk pengetahuan tentang produk, pasar, dan kebijakan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut (Woodruffe, 2003). Seorang ethics officer yang memiliki business knowledgeyang bagus akan mempunyai pemahaman yang jelas tentang masalah apa yang mereka hadapi didalam perusahaan tempat dimana mereka bekerja dan akan berusaha untuk mengatasi masalah tersebut dengan tetap menjunjung tinggi etika bisnis yang berlaku (Adobor, 2006).

Technical dan business knowledge yang dimiliki oleh seorang ethics officer dapat sangat mempengaruhi kinerja

mereka didalam perusahaan yang mereka tempati karena dua alasan (Adobor, 2006) :

- Pertama, pemahaman kompetensi pada pekerjaan yang berhubungan dengan tugas – tugas akan mengurangi kompleksitas pada peran pekerjaan yang sedang kita jalankan. Seorang ethics officer yang kompeten, akan dapat mengetahui apa jenis informasi yang mereka butuhkan, dimana tempat untuk mendapatkan informasi tersebut dan menafsirkan masalah dan menyelesaikannya dengan tepat.

- Kedua, seorang ethics officermemiliki pemahaman yang jelas tentang sifat bisnis dan lingkungan perusahaan dimana dia bekerja akan berada dalam posisi yang lebih untuk berurusan dan memahami persyaratan kompleks yang diberikan oleh sejumlah stakeholder dan subsistemnya.

Seorang ethics officeryang memiliki task-relevant knowledgeseharusnya dapat mengatasi task complexity (kompleksitas tugas) dan stress peran (role stress) yang secara positif akan mempunyai dampak kepada kinerja mereka (Maret dan Simon, 1958). Penelitian telah menunjukkan bahwa manajemen pengetahuan teknis secara langsung mempengaruhi kinerja peran manajerial (McCall,

1994). Singkatnya, pengetahuan bisnis (business knowledge) dan pengetahuan teknis (technical knowledge) dapat membantu seorang ethics officeruntuk mengurangi sejumlah ambiguitas peran (role ambiguity) yang dapat mempengaruhi keefektivitasan kinerja diri mereka (March and Simon, 1958).

Dokumen terkait