BAB III KONSEP SABAR DALAM KITAB NASHAIHUL ‘IBAD
A. Konsep Sabar
1. Pengertian Konsep Sabar
Konsep adalah rancangan, ide, atau pengertian yang diabstrakkan
dari peristiwa konkret. Pengertian disini ruang lingkup tentang suatu
nilai terhadap pendidikan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:558).
Konsep juga berasal dari kata latin Concipere yang berarti
mencangkup, mengambil, menangkap. Dari kata concipere muncul
kata benda concipere muncul kata benda conceptus yang berarti
tangkapan. Konsep ini dalam bahasa Indonesia sering diterjemahan
dengan istilah pengertian yakni makna yang terkandung oleh sesuatu
(Bakri, 1986:2).
Kata sabar berasal dari bahasa Arab shabr, artinya „menahan‟ atau „mengekang‟. Bersabar artinya menahan diri dari segala sesuatu
yang disukai dan tidak disukai dengan tujuan mengharap ridha Allah
Swt .Menahan diri artinya mengendalikan diri dari dorongan hawa
nafsu yang cenderung negatif (Effendy, 2012:6). Secara terminologi
sabar adalah menahan dari jiwa yang lemah, lisan dari mengeluh, dan
organ tubuh dan berbuat sesuatu yang tidak layak untuk dilakukan
34
Adapun menurut pengertian bahasa, sabar berarti melarang dan
menahan. Dalam hal ini berarti menahan hati agar tidak gusar,
menahan keluhan dan segala macam nafsu serta amarah. sabar
termasuk akhlak utama yang dapat menghindarkan diri seseorang dari
melakukan hal-hal yang tidak baik. Oleh sebab itu, sabar menjadi
kekuatan jiwa yang menentukan kebaikan dan kelurusan (Soebachman,
2014:67).
Sabar dalam Islam artinya sikap tahan menderita, hati-hati
dalam bertindak, tahan uji dalam mengabdi dan mengemban
perintah-perintah Allah Swt serta tahan dari godaan dan cobaan duniawi, seperti
yang sering ditunjukkan oleh para sufi (Dagun, 1997:987).
Sabar termasuk salah satu budi pekerti yang dapat dibentuk
oleh seseorang. Ia menahan nafsu dari putus asa, sedih, dan
sentimentil. Ia menahan jiwa dari kemarahan, menahan lidah dari
merintih kesakitan dan anggota badan dari melakukansesuatu yang
tidak pantas. Sabar merupakan ketegaran hati atas hukum takdir dan
hukum-hukum syariat (al-Jauziyah, 1998:30).
Orang-orang yang sabar selalu yakin dan optimis bahwa
penderitaan yang berkepanjangan, yang seakan tidak berkesudahan,
pasti akan ada akhirnya. Setelah itu, ia yakin akan munculnya
kemuliaan dan kejayaan. Bersikap sabar yang baik adalah tidak terlihat
apakah ia sedang mendapatkan musibah atau tidak. Akan tetapi bila
35
Sabar merupakan sebuah perkara yang penting sehingga Allah
Swt sampai berkali-kali menyebutkan dalam firmanNya. Diantaranya:
Artinya: “Bersabarlah (hai Muhammad) dan Tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu
dayakan.”(Q.S an-Nahl: 127). (Departemen Agama, 2005: 224)
Manusia akan senantiasa diuji oleh Allah Swt. Bentuk ujiannya
bermacam-macam. Ada yang berat, ada yang ringan. Akan tetapi di
samping memberikan ujian tersebut, Allah Swt juga menganjurkan
manusia supaya menyikapi semua ujian tersebut dengan bersabar.
Sabar adalah suatu bagian utama yang dibutuhkan seseorang
muslim dalam masalah dunia dan agama. Ia harus mendasarkan amal
dan cita-citanya kepada sabar itu. Sebagai hamba Allah Swt, kita tidak
terlepas dari musibah yang menimpa kita, baik musibah yang
berhubungan dengan pribadi kita sendiri maupun musibah yang
menimpa sekelompok masyarakat maupun bangsa (al-Ghazali,
1990:258).
Berbagai pengertian di atas menunjukkan bahwa sabar merupakan
36
mengeluh, tidak gelisah, tidak merasa susah dan berlaku tenang. Orang
yang mampu menghadapi kesulitan tersebut tergolong sabar sehingga
membuatnya dapat mencapai keridhaan Allah Swt . Secara umum
terlihat bahwa sabar merupakan upaya seorang hamba untuk
mengendalikan diri dalam menghadapi kesulitan hidup.
Salah satu karya Imam Nawawi yang sudah dikenal dalam dunia
pesantren adalah kitab Nashaihul „Ibad. Karya beliau yang satu ini mengajak kita terutama para pemuda untuk menjadi hamba yang
santun dan bijak dalam mencari ilmu. Dengan harapan agar dalam
mencari ilmu tidak hanya memperoleh pemahaman saja, namun juga
keberkahan dari ilmu yang dicari tersebut.
Karakteristik pemikiran konsep sabar Imam Nawawi al-Bantani
dalam kitab Nashaihul „Ibad dapat digolongkan dalam corak praktis yang tetap berpegang teguh pada Al-Quran dan Hadits.
Dalam kitab Nashaihul „Ibad bahwa pengertian sabar menurut
Imam Nawawi adalah tidak suka mengeluh atas kesedihan yang timbul
daripada musibah yang menimpanya, kepada selain Allah serta ridha
kepadaNya (Solihin, 2006: 75).
Sabar meliputi seluruh kehidupan orang beriman sehingga sabar
adalah sikap pertama yang perlu kita bina apabila kita ingin mencoba
menggali kebahagian yang tersimpan dala diri kita. Kita harus sabar
apabila ada tujuan dalam hidup kita yang belum tercapai, kita juga
37
Semua yang kita kerjakan dan usahakan membutuhkan waktu untuk
diproses, dan untuk itu dibutuhkan kesabaran (Chalil, 2006:99).
Sabar yang ada pada kitab Nashaihul‟ Ibad dapat penulis paparkan sebagai berikut:
1. Sabar menghadapi kesusahan
Dalam kitab Nashaihul „Ibad dituliskan dalam bab 2 maqalah ke 27 pada sebuah syair Bahar Kamil mengungkapkan
pada point ke empat dikatakan :
ْمَجَءْلااِت َّلاِإ َتْىَي َلا اَهِناَىْهَا ًَهَع ْرِثْصِا
Artinya: “Bersabarlah menghadapi kesusahan, tiada mati tanpa ajal yang menentukan“ ( Ahmad, 852: 7).
2. Orang sabar sebenarnya adalah orang yang paling bahagia
Dalam kitab Nashaihul „Ibad dalam bab 3 maqalah ke 17 dikatakan :
ِذَينا ًِف اًَِت ٌةَعاََُق َو ٌىِناَع ٌةْهَق ُهَن ٍَْي ِشاَُّنا ُذَعْضَا : َمْيِق
Artinya : “Dikatakan, bahwa manusia yang paling bahagiaialah orang yang memiliki hati yang mengetahui (bahwa Allah selalu bersamanya), memiliki jiwa yang sabar, dan rela atas apa yang dimiliki”
(Ahmad, 852: 11).
3. Sabar merupakan tanda Iman
Dalam kitab Nashaihul „Ibad dituliskan dalam bab 4 maqalah ke 16 dikatakan :
ُرْكُّشناَو ُءاَيَحْنا و يَىْقَّتنا : ٌةَعَتْرَا ٌِاًَْيِلإْا َرِء اَعَش ٌََّا ِءاًََكُحْنا ِضْعَت ٍَْع
َو
ُرْثَّصنا
38
Artinya : “Sebagian ahli hikmah mengatakan, bahwa tanda -tanda iman (Kepada Allah ) itu ada 4: Taqwa, Malu,
Syukur, Sabar” (Ahmad, 852:24). 4. Sabar atas penganiayaan orang lain
Dalam kitab Nashaihul „Ibad dituliskan dalam bab 5 maqalah ke 24 dikatakan :
يِّرَثَّتنا َو ِهَّهناِت ُةَقِّتنَا : ٍلاَصِخ ُصًَْخ ُذْهُّسنا : َلاَق ُهََّأ ِءاًََكُحْنا ِضْعَت ٍَْع
ذَينا ًِف اًَِت ُةَعاََُقْناَو ِىْهُّظنا ُلاًَِتْحاَو ِمًََعْنا ًِف ُصَلاْخِءْلااَو ِقْهَخْنا ٍَِع
Artinya : “Sebagian ulama ahli hikmah mengatakan, bahwa zuhud itu mengandung 5 hal yaitu Penuh keyakinan kepada Allah, Berbuat baik kepada sesama mahluk, Ikhlas dalam beramal, Sabar atas penganiyaan orang lain, Qana‟ah” (Ahmad, 852:
40)