• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP SABAR DALAM KITAB NASHAIHUL ‘IBAD KARYA IMAM NAWAWI AL-BANTANI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONSEP SABAR DALAM KITAB NASHAIHUL ‘IBAD KARYA IMAM NAWAWI AL-BANTANI SKRIPSI"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP SABAR DALAM KITAB

NASHAIHUL ‘IBAD

KARYA

IMAM NAWAWI AL-BANTANI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan(S.Pd.)

Oleh:

Nur Chasanah

NIM : 111-14-222

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)

iii

KONSEP SABAR DALAM KITAB

NASHAIHUL ‘IBAD

KARYA

IMAM NAWAWI AL-BANTANI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Nur Chasanah

NIM : 111-14-222

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO

خ

شاُهن ىهعفَأ شاُنا ري

“Sebaik

-baik manusia adalah yang paling

bermanfaat bagi

manusia lain”

(HR. Thabrani

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi ini penulis persembahkan untuk:

1. Ayahku dan ibuku, Bapak Jupri dan Ibu Samirah. Motivator terbesar penulis

yang tak pernah berhenti memberikan doa dan dorongan agar segera

menyelesaikan skripsi ini. Kakakku sekeluarga, Mbak Dwi Astuti, Mas

Amin, dek Syifa dan Pakdhe Qoiman yang selalu memberikan semangat dan

doa

2. Abah KH. Cholid Ulfi Fatkhurrohman, Abah K. As‟ad Haris N.F., Abah K.

Taufiqurrahman, Ibunda Ny. Fatichah Ulfah dan Ummah Ny. Chusnul

Halimah, serta segenap keluarga besar kepengasuhan Yayasan PP. Al-Manar

yang senantiasa memberi tempat, wejangan, nasehatkepada penulis dalam

ngangsukaweruh (mencariilmu).

3. Pondok Pesantren Al-Manar, tempat penulis menemukan ilmu pengetahuan,

nilai-nilai kehidupan dan saudara.

4. Dosen pembimbing skripsiku, Bp. Dr. M. Gufron, M.Ag. yang selalu

memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama

proses skripsi ini.

5. Sahabat-sahabatku Endah Rofika, Rif‟a Muafia, Harnia Eka Prasanti, Qurnia

Nur Aieda, Isna Nur Rofiah yang selalu membantu dan menemani penulis

dalam perjalanan menyelesaikan skripsi ini.

(9)

ix

7. Teman-teman seperjuangan angkatan 2014 IAIN Salatiga terkhusus PAI F,

teman-teman PPL SMA 1 Bringin (Mir‟a, Mbak Fitri, Muna, Anik, Ayuk,

Mbak Tatik, Arif, Rofik, Najib, Rino), KKN posko 127 (Sania, Ririn, Hani,

Mbak Okta, Mbak Rif‟atul, Sodiqin, Rokhim, Barra)

8. Mereka telah mendo‟akan & memberi semangat yang tidak dapat Penulis

sebutkan satu persatu.

9. Seluruh kaum muslimin dan muslimat yang senantiasa menuntut ilmu, selalu

senang belajar, berlatih, berkarya dalam memahami makna hidup hingga

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan nikmat, rahmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan Konsep

Sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad Karya Imam Nawawi Al- Bantani inidengan baik dan lancar.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi agung

Muhammad SAW, semoga kelak dapat berjumpa dan mendapat syafa‟atnya di yaumul akhir. aamiin.

Penulisan skripsi initidak akan pernah terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN

Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. Ketua Prodi Pendidikan Agama Islam.

4. Ibu Dr. M. Gufron, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

membimbing dan mengarahkan dari awal hingga akhir dalam proses

penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Juz‟an.M. Hum.selaku Pembimbing Akademik yang senantiasa

membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbingan akademik selama

kuliah.

6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta

karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang

pendidikan S1.

(11)

xi

8. Sahabat-sahabatkuyang selalu memberikan motivasi kepadaku,

menyemangatiku dan membantu menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman KKN IAIN 2018 Dusun Deras, Desa DerasPosko 127.

10. Teman-teman PPL SMA NEGERI 1 BRINGIN.

11. Keluarga besar PAI IAIN Salatiga angkatan 2014.

12. Seluruh pihak yang sudah mendukung dan memberikan semangat yang tidak

bisa disebutkan satu persatu.

Terselesaikannya tulisan ini selain sebagai bentuk tanggung jawab

pengenyam perguruan tinggi yang tentunya kelak akan menjadi salah satu

referensi. Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis

harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya,

serta para pembaca pada umumnya. Aamiin.

Salatiga,25 Juli 2018

Nur Chasanah

(12)

xii

ABSTRAK

Chasanah, Nur. 2018.Konsep Sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad karya Imam

Nawawi Al-Bantani.Prodi Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Dr. M. Gufron, M.Ag.

Kata Kunci: Kosep. Sabar. Nashaihul „Ibad. Imam Nawawi Al-Bantani.

Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa Imam Nawawi al-Bantani merupakan seorang ulama salaf pemikir yang menghasilkan karya-karya besar yang terkenal. Beliau merasa bahwa sangat pentingnya sebuah pribadi yang memiliki keimanan yang kuat, kesempurnaan akidah dan akhlak serta pendidikan yang berkualitas dan memadai harus dimiliki oleh setiap orang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Maka, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa konsep sabar yang terkandung di dalam kitab Nashaihul „Ibadkarya Imam Nawawi al-Bantani. Pertanyaan yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah: 1). Bagaimana konsep sabar yang terdapat dalam kitab Nashaihul „Ibad ? 2). Bagaimana relevansi konsep sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad dengan konteks kehidupan penuntut ilmu sekarang ?.

Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kepustakaan. Metode penelitian yang digunakan dengan jenis penelitian perpustakaan (liberary research), sedangkan sumber data primer dari penelitian ini adalah kitab Nashaihul „Ibad, sumber sekunder adalah buku-buku lain yang relevan dengan penelitian dan sumber tersiernya diambil dari kitab-kitab, buku-buku, dan media elektronik seperti: internet yang mendukung objek penelitian.

Adapun teknik analisis data menggunakan metode content analysis,

metode induktif dan metode kontekstual. Bahwa temuan penelitian ini menunjukkan konsep sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad karya Imam Nawawi al-Bantani ini sangat dibutuhkan bagi dunia pendidikan sekarang ini. Ciri pemikiran beliau dapat digolongkan dalam corak praktis yang tetap berpegang teguh dengan al-Qur‟an dan Hadits serta atsar para ulama‟. Beliau menuliskan bahwa sabar adalah tidak suka mengeluh atas kesedihan yang timbul daripada musibah yang menimpanya, kepada selain Allah serta ridha kepadaNya.

(13)

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR ... ii

LEMBAR BERLOGO IAIN ... ii

HALAMAN SAMPUL DALAM ... iiError! Bookmark not defined. HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iError! Bookmark not defined. HALAMANPENGESAHAN KELULUSAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... vii

MOTTO ... viii

PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... x

ABSTRAK ... xiii

DAFTAR ISI ... xiii

BAB IPENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

(14)

xiv

E. Kajian Pustaka ... 5

F. Penegasan Istilah ... 6

G. Metode Penelitian ... 8

H. Sistematika Penulisan ... 10

BAB IIBIOGRAFI IMAM NAWAWI AL-BANTANI ... 12

A. Sistematika Penulisan Kitab Nashaihul „Ibad ... 12

B. Riwayat Hidup Imam Nawawi ... 14

C.Pendidikan ... 16

D. Mengajar dan Menjadi Imam di Masjidil Haram ... 18

E. Murid-murid Imam Nawawi al-Bantani ... 20

F. Nasionalisme ... 21

G. Gelar ... 22

H. Karya-karya ... 23

I. Nasab-nasab Imam Nawawi... 30

J. Silsilah Guru Imam Nawawi ... 30

BAB IIIKONSEP SABAR DALAM KITAB NASHAIHUL ‘IBAD... 33

A. Konsep Sabar ... 33

1. Pengertian Konsep Sabar ... 34

2. Menumbuhkan Sifat Sabar ... 38

(15)

xv

BAB IVANALISIS RELEVANSI KONSEP SABAR DALAM KITAB

NASHAIHUL 'IBAD KARYA IMAM NAWAWIAL-BANTANI ... 45

A. Analisis Konsep Sabar Dalam Kitab Nashaihul „Ibad Karya Imam Nawawi Al-bantani ... 45

B. Relenvansi Konsep Sabar dalam Kitab Nashaihul „Ibad dalam Konteks kehidupan Penuntut Ilmu Sekarang ... 53

BAB VPENUTUP ... 63

A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 64

C. Penutup. ... 65

(16)

xvi

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(17)
(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Islam adalah sebuah pendidikan agama yang komplit

dan total. Komplit karena ia mengatur segala aspek kehidupan manusia,

baik yang berhubungan langsung dengan Tuhan atau dengan mahluk

lainnya. Total karena segala ketentuan tersebut bersifat menyeluruh dan

terperinci. Wilayah yang menjadi garapan pendidikan Islam mencangkup

banyak hal, misalnya akhlak, tasawuf dan fiqih. Semua urusan ini diatur

dan ditata rapi oleh Islam dengan tujuan untuk menciptakan pola interaksi

yang selaras dan harmonis.

Salah satu pendidikan agama Islam adalah tentang anjuran dalam

bersabar. Perlu diketahui, bahwa Allah menetapkan kesabaran sebagai

kedermawan yang tidak akan hilang, pedang yang tidak akan tumpul,

pasukan yang tidak akan kalah dan benteng yang tidak akan roboh atau

runtuh. Allah telah menjamin dalam Al-Quran, dia akan memberikan

pahala kepada siapa saja yang berlaku sabar. Allah juga telah mengajarkan

bahwa pokok ajaran agama Islam berporos pada kesabaran dan keyakinan

(Salamulloh, 2005: 23).

Ibnu Atha‟illah mengatakan bahwa sabar adalah tabah menghadapi

cobaan dengan penuh kesopanan, sedangkan Al-Qusyairi menyebutkan

bahwa sabar adalah lebur(fana‟) dalam cobaan tanpa menampakkan

(19)

2

segala sesuatu yang terjadi merupakan iradah Tuhan (Jumantoro dan

Amin, 2005: 197).

Allah telah berfirman dan hanya dengan firmanNya orang-orang

yang diberi petunjuk mendapatkan petunjuk dengan benar:



































Artinya:Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. dan adalah mereka meyakini ayat-ayat kami.”(Q.S. As Sajdah: 24).(Departemen Agama, 2005:333)

Sabar juga merupakan kemampuan untuk menahan diri terhadap

segala sesuatu yang dibenci, bahkan terhadap segala sesuatu yang

disenangi sekalipun. Sabar adalah kemampuan diri untuk menahan diri

dari mendapatkan atau menghilangkan sesuatu sebelum waktunya. Sabar

adalah kemampuan diri untuk menerima sesuatu yang telah

ditetapkan-Nya, tanpa menafikan usaha dan upaya. Dalam kesabaran ada ketabahan,

kepasrahan, ketenangan dan ketawakalan diri kepada Allah (Sutha, 2009:

1).

Pentingnya konsep sabar diterapkan oleh manusia dalam

menyikapi cobaan, ujian, musibah dan berbagai masalah lainnya.

Kemapuan sabar tidak hanya pada kemampuan bersifat pribadi semata,

melainkan juga kemampuan dibidang sosial, seperti kemampuan dalam

berempati, atau mengenali perasaan orang lain, bekerjasama dalam

mengelola konflik dengan solusi secara lebih tepat. Kemampuan ini sangat

penting diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, apalagi dalam

(20)

3

Dari sekian konsep sabar, dalam kitab Nashaihul „Ibad ini menarik

untuk dikaji. Alasannya karena penjelasannya lebih ringkas sehingga

pembaca lebih mudah memahami inti. Hal ini bukan berarti pakar lainnya

kurang menarik dan jelas, namun konsep sabar dalam kitab Nashaihul

„Ibad bisa dijadikan salah satu alternatif.

Di dalam kitab Nashaihul „Ibad ini berisi tentang nasehat-nasehat

yang berupa hadis. Salah satu hadis tersebut berisi tentang tiga nasehat

meliputi seseorang berilmu harus memiliki sopan-santun, orang yang

beragama harus bersikap sabar dan orang yang mempunyai derajat harus

memiliki sifat wara‟. Di dalam keterangan kitab Nashaihul „Ibad ini hanya

disebutkan empat macam sabar tetapi tidak dijelaskan secara global

bagaimana macam-macam dari jenis sabar tersebut.

Dalam kitab Nashaihul „Ibad, orang yang tidak sabar berarti ia

tidak menghayati sebuah ilmu. Sabar memiliki empat macam yaitu sabar

dalam menghadapi musibah, menghadapi kesulitan, melaksanaan taat dan

menjauhi maksiat.Dari arti-arti yang dikemukakan di atas, dapat

disimpulkan bahwa kesabaran berasal dari orang yang berilmu. Orang

yang berilmu dalam menghadapi sesuatu yang sulit, berat, dan pahit pasti

akan menerima dan menghadapi dengan penuh tanggung jawab.

Konsep sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad berkaitan dengan adab

menuntut ilmu karena dalam menuntut ilmu dibutuhkan kesabaran. Dalam

terjemah kitab Ta‟limul Muta‟alim terdapat keterangan bahwa seorang

yang mencari ilmu harus tekun dan bersabar menghadapi seorang guru,

(21)

4

disimpulkan bahwa memang seorang pelajar harus mempunyai sifat sabar

dalam menghadapi hal-hal selama pelajar tersebut menuntut ilmu.

Dari berbagai latar belakang yang telah penulis paparkan di atas,

maka penulis mengambil kesimpulan tentang judul skripsi yang akan

penulis teliti, yaitu dengan judul “Konsep Sabar Dalam Kitab

Nashaikhul ‘Ibad Karya Imam Nawawi Al-Bantani ” dengan harapan semoga dapat memberikan kontribusi dan manfaat terutama bagi penulis

dan umumnya bagi pembaca.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimanakah konsep sabar yang terdapat dalam kitab Nashaihul

„Ibad ?

2. Bagaimanakah relevansi konsep sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad

dengan konteks kehidupan penuntut ilmu sekarang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

1. Mengetahui bagaimanakah konsep sabar yang terdapat dalam kitab

Nashaihul „Ibad

2. Mengetahui relevansi konsep sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad

dengan konteks kehidupan penuntut ilmu sekarang.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua bagian:

a. Manfaat teoritis, menjadi sumbangsih bagi ilmu pengetahuan dalam

(22)

5

dalam pengembangan Pendidikan Agama Islam yang bersifat

mendasar.

b. Manfaat Praktis, bagi penulis dan pembaca, dapat memperluas

khazanah dalam segi pendidikan, adalah “Konsep Sabar dalam Kitab

Nasaihul „IbadKarya Imam Nawawi Al Bantany”.

E. Kajian Pustaka

Sepanjang pengetahuan peneliti, dalam penelitian diperpustakaan

IAIN Salatiga belum ditemukan skripsi yang judulnya sama menyangkut

sabar. Namun demikian sejauh yang peniliti ketahui telah banyak

penelitian yang membahas konsep sabar, tetapi belum ada yang

menyentuh dan menganalisis pemikiran Imam Nawawi Al-Bantany dala

kitab Nashaihul „Ibad.

Skripsi yang disusun Amin Husni jurusan Pendidikan Agama Islam

IAIN Walisongo dengan judul “Relevansi Konsep Imam Al-Gazali

Tentang Sabar Dalam Kitab Ihya Ulumuddin Dengan Tujuan Pendidikan

Islam”, skripsi ini menitikberatkan pembahasan konsep Imam Al-Ghazali

tentang sabar ditinjau dari tujuan pendidikan Islam.

Skripsi yang disusun Heri Stiono jurusan Pendidikan Agama Islam

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul “Konsep Sabar dan

Aktualisasinya Dalam Pendidikan Agama Islam di Lingkungan Keluarga

(Kajian Buku Sabar dan Syukur Karya Ibnul Qayyim al-Jauziyah)”, skripsi

ini menitikberatkan pembahasan aktualisasi konsep sabar ditengah

keluarga dalam pendidikan agama Islam menurut Ibnu Qayyim menelaah

(23)

6

Skripsi yang disusun Siti Ernawati Fakultas Ushuluddin IAIN

Walisongo dengan judul “Konsep Sabar Menurut M.Quraish Shihab dan

Hubungannya dengan Kesehatan Mental”, skripsi ini menitikberatkan

pembahasan pemikiran M.Quraish Shihab tentang sabar dan relevansi

pemikiran M.Quraish Shihab tentang sabar dengan kesehatan mental.

Dengan mencermati uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian terdahulu berbeda dengan penelitian yang penulis susun.

Perbedaannya yaitu penelitian terdahulu belum mengungkapkan konsep

sabar dalam kitab Nashaihul „Ibad.

F. Penjelasan Istilah.

1. Konsep Sabar

Konsep adalah ide abstrak yang dapat digunakan untuk

mengadakan klasifikasi atau penggolongan yang pada

umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian

(Soedjadi, 2000:14).

Kata sabar berasal dari bahasa Arab sabr, artinya

„menahan‟ atau mengekang. Bersabar artinya menahan diri dari

segala sesuatu yang disukai dan tidak disukai dengan tujuan

mendapat ridha dari Allah SWT. Menahan diri artinya

mengendalikan diri dari dorongan hawa nafsu yang cenderung

(24)

7

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

konsep sabar adalah ide abstrak yang digunakan untuk

mengklasifikasikan diri seseorang agar tetap konsekuen dengan

bersikap baik dalam menghadapi cobaan.

2. Kitab Nashaihul „Ibad

Adalah sebuah karya Muhammad Nawawi bin Umar

Al-Bantany Al-Jawi yang disajikan untuk seorang hamba

sebagai pedoman dan rujukan berperilaku sesuai tuntunan

islami yang dapat membawa kearah kebaikan dan menjadikan

seseorang berbudi pekerti santun dan berjiwa lembut.

Kandungannya begitu dalam dan hakikatnya begitu tinggi,

sehingga bila dipahami dengan ikhlas dala kehidupan

sehari-hari dapat mengantarkan kita pada kebersihan hati, kesucian

jiwa dan kesantunan budi pekerti serta dapat mengingatkan kita

akan pentingnya memahami makna hidup haqiqi dan

mempersiapkan diri menghadap sang Maha Kuasa dengan

membawa berbagai amal kebaikan dan budi pekerti yang baik

1230H bertepatan dengan 181M didalam keluarga yang mulia

(25)

8

hidup dan menimba ilmu di Makkatul Mukaromah dan

berbagai daerah seperti Madinah, Syria dan Mesir. Kemudian

menetap kembali di Makkah. Beliau dikenal dengan “Sayyid

Ulama Hijaz”, syeikh yang terkemuka, dermawan, bertakwa,

zuhud, rendah hati, lembut hatinya, pecinta fakir miskin. Beliau

wafat pada tahun 1314 H bertepat dengan tahun 1897 M di

Makkatul Mukaromah (Al-Qof, 2008: 183).

G. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Library Research,jenis penelitian ini

data-datanya diambil dari perpustakaan artinya penelitian Literature

yang dilakukan dengan penelitian menggali dan menganalisa data dari

bahan-bahan tertulis di perpustakaan yang relevan dengan

masalah-masalah yang diangkat (Warsito,1993:10).

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan metode library research

(penelitian kepustakaan). Maka penulis menggunakan teknik yang

diperoleh dari perpustakaan dan dikumpulkan dari kitab-kitab dan

buku-buku yang berkaitan dengan objek penelitian. Yang terdiri dari

tiga sumber:

a. Sumber Primer, adalah sumber yang langsung berkatan

dengan permasalahan yang didapat yaitu: kitab Nashoihul

(26)

9

b. Sumber Sekunder, adalah data yang diperoleh dari sumber

pendukung untuk memperjelas data primer. Yaitu

terjemahan kitab Nashoihul „Ibad.

c. Sumber Tersier, dalam penelitian ini, data tersiernya

penulis ambil dari kitab-kitab, buku-buku, dan media

elektronik seperti internet yang mendukung objek

penelitian.

3. Metode Analisis

Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi

ini adalah:

a. Metode Content Analysis. Analisis isi merupakan suatu

metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi

secara sistematik, objektif, dan kuantitatif terhadap pesan

yang tampak (Kriyantono, 2010: 232). Sedangkan menurut

Budd, analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk

menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat

untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku

komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih

(Kriyantono, 2010:233).

b. Metode Induktif merupakan cara berfikir dengan

berlandaskan pada fakta yang khusus dan kemudian ditarik

menjadi pemecahan yang bersifat umum (Hadi, 1981:42).

(27)

10

Dalam kamus besar bahasa Indonesia konteks berarti apa

yang ada di depan dan di belakang (KKBI, 2005:521).

Metode kontekstual adalah metode yang digunkan untuk

mencari, mengolah, dan menemukan kondisi yang lebih

konkret (terkait dengan kehidupan nyata).

H. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang penulis maksud di sini adalah sistematika

penyusunan skripsi dari bab ke bab. Sehingga skripsi ini menjadi satu

kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan. Hal ini bertujuan

agar tidak ada pemahaman yang menyimpang dari maksud penulisan

skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut:

Bab Pertama. Berisi pendahuluan, menguraikan tentang : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, kajian pustaka, metode penelitian, dan

sistematika penulisan sebagai gambaran awal dalam memahami

skripsi.

Bab Kedua. Tinjuan tentang naskah dan biografi penulis

yang menguraikan tentang: gambaran umum kitab Nashoihul

„Ibad, latar belakang penulisan kitab Naskhoihul „Ibad, urgensi

kitab Nasoihul‟Ibad. Biografi dan pemikiran Imam Nawawy

Al-Bantany yang meliputi riwayat kelahiran, kehidupan intelektual,

dan perjalanan karirnya.Selain itu dalam bab ini juga membahas

perkembangan intelektual, karya-karyanya, silsilah nasab dan

(28)

11

Bab Ketiga. Berisi tentang deskripsi pemikiran Imam Nawawi Al-Bantany dalam kitab Nashoihul „Ibad, dimana disitu

diuraikan gambaran sabar secara umum, dilanjutkan konsep sabar

Imam Nawawi Al-Bantany dalam kitab Naskhoikul „Ibad.

Bab Keempat. Berisi tentang Analisis dan relevansi Konsep Sabar menurut Imam Nawawi Al-Bantany Dalam Kitab

Nashoihul „Ibaddengan kehidupan penutut ilmu sekarang.

(29)

12

BAB II

BIOGRAFI IMAM NAWAWI AL-BANTANI A. Sistematika Penulisan Kitab Nashailul ‘Ibad

Sistematika yang dipakai dalam penulisan kitab Nashaihul

„Ibadadalah tematik, yang penulisannya dari satu bab ke bab yang lain

berdasarkan jumlah nasehat dan pokok masalah yang terkandung di

dalamnya. Mulai dari dua pokok masalah, tiga pokok masalah, dan

seterusnya sampai sepuluh pokok masalah. Jumlah pembahasannya ada

214 yang didasarkan pada 45 Hadits dan sisanya merupakan atsar

(perkataan sahabat dan tabi‟in). Adapun rincian bab yang terdapat dalam

kitab ini yaitu:

1. Bab I, khutbatul kitab yang berisi kata pengantar dan sambutan dari

penulis.

2. Bab II, dalam bab ini terdapat 30 nasehat yang masing masing terdiri

dari 2 poin. Empat diantaranya berupa hadits nabi, sedang sisanya

berupa atsar. Adapun urutannya adalah:

a. Dua hal yang sangat utama

b. Dua perintah Nabi agar bergaul dengan ulama‟

c. Dua perumpamaan masuk kubur tanpa bekal

d. Dua kemuliaan

e. Dua kesedihan

f. Dua pencarian

(30)

13

h. Dua modal yang berbeda hasilnya

i. Dua dasar kemaksiatan

j. Dua jenis tangisan

k. Larangan meremehkan dosa kecil

l. Dua jenis dosa

m. Dua aktivitas utama

n. Dua bukti belum mengenal Allah dan dirinya sendiri

o. Dua kerusakan

p. Dua nasehat tentang nafsu dan sabar

q. Dua pengendalian akal

r. Dua keuntungan menjauhi keharaman

s. Dua wahyu Allah kepada Nabinya

t. Dua kesempurnaan akal

u. Dua perbedaan antara yang berilmu dan yang bodoh

v. Dua ciri orang yang taat kepada Allah

w. Dua aktivitas inti

x. Dua sumber dosa dan fitnah

y. Dua pengakuan kelemahan diri

z. Dua perbuatan tercela

3. Bab III, dalam bab ini terdapat 55 nasehat yang masing masing terdiri

dari 3 poin. Tujuh diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya

(31)

14

4. Bab IV, dalam bab ini terdapat 37 nasehat yang masing masing terdiri

dari 4 poin. Delapan diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya

berupa atsar.

5. Bab V, dalam bab ini terdapat 27 nasehat yang masing masing terdiri

dari 5 poin. Enam diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya

berupa atsar.

6. Bab VI, dalam bab ini terdapat 17 nasehat yang masing masing terdiri

dari 6 poin. Dua diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya berupa

atsar.

7. Bab VII, dalam bab ini terdapat 10 nasehat yang masing masing terdiri

dari 7 poin. Lima diantaranya berupa Hadits Nabi, sedang sisanya

berupa atsar.

8. Bab VIII, dalam bab ini terdapat 5 nasehat yang masing masing terdiri

(32)

15

Beliau dilahirkan di desa Tanar, Banten, Jawa Barat pada tahun 1230

H/1813 M dalam keluarga yang terkenal dengan dakwah islamiahnya.

Kedua orang tua beliau memberi nama dengan Muhammad Nawawi.

Nama pada bagian awal diambil dari nama pemimpinnya para Nabi dan

Rasul yang memiliki risalah yaitu Muhammad bin Abdullah SAW. Dan

nama pada bagian dua diambil dari nama Syaikhul Islam Waliyullah

Mukhyiddin Abi Zakaria Yahya bi Syarif an-Nawawi (Al-Qof, 2008:

183-184).

Ayah beliau bernama K.H „Umar bin „Arabi, seorang pejabat

penghulu yang memimpin sebuah masjid. Dilacak dari segi silsilah, Imam

Nawawi merupakan keturunan ke-11 dari Maulana Syarif Hidayatullah

(Sunan Gunung Jati, Cirebon), yaitu cucu dari Maulana Hasanuddin

(Sultan Banten I) yang bernama Sunyaratas (Tajul Arsy). Nasabnya

bersambung dengan Nabi Muhammad SAW. Melalui jalur imam Ja‟far

ash-Shadiq, Imam Muhammad al-Baqir, imam Ali Zainal Abidin,

Sayyidina Husain, Fatimah az-Zahra (Ghofur, 2008:189). Beliau

bersaudara tiga orang yaitu Nawawi, Tamim dan Ahmad (Syamsu,

1996:271).

Ketika masa beliau berusia 10 tahun, beliau sudah memulai hafalan

Al-Qur‟an dan membacakan kitab Fiqih pada sebagian ulma di sana.

Proses pembelajaran ini dikalangan Ahli Hadits lebih dikenal dengan

sebutan Al-Qira‟ah. Suatu ketika, secara kebetulan seorang ulama bernama

Syaikh Yasin bin Yusuf al-Marakisyi melewati perkampungan tersebut

(33)

16

untuk bermain, namun dia tidak mau bahkan lari dari kejaran mereka dan

menagis sembari membaca Al-Qur‟an. Syeikh ini kemudian

mengantarkannya kepada ayahnya dan menasehati sang ayah agar

mengarahkan anaknya tersebut untuk menuntut ilmu. Snag ayah setuju

dengan nasehat ini (Amirul Ulum, 2016:57).

Syekh Imam Nawawi al-Bantani wafat dalam usia 84 tahun di

Syeib „Ali, sebuah kawasan di pinggiran kota Mekah, pada 25 Syawal

1314 H. Ia dimakamkan di Ma‟la, Arab Saudi dekat makam istri

Rasulullah SAW. Yang pertama, Ummul Mukmini, Khadijah binti

Khuwalid RA. Beberapa tahun setelah ia wafat, makamnya dibongkar oleh

pemerintah Kerajaan Saudi untuk dipindahkan tulang belulangnya, dan

liang lahadnya akan ditumpuki jenazah lainnya seperti kebiasaan di Ma‟la.

Saat itulah, para petugas mengurungkan niatnya, sebab jenazah Syeikh

Imam Nawawi al-Bantani dan kain kafannya masih utuh, walaupun

jasadnya sudah bertahun-tahun dikubur. Oleh karena itu, jika kita

berangkat ibadah haji dan umrah ke Mekah, kita masih bisa berziarah ke

makamnya di Pemakaman Umum Ma‟la (Iskandar, 2011: 67).

C. Pendidikan

Imam Nawawi adalah pecinta ilmu agama yang mengamalkan

ilmunya, yang mencintai sampai dilubuk hatinya (Al-Qof, 2008:183).

Semenjak kecil beliau terkenal cerdas, otaknya dengan mudah menyerap

pelajaran yang diberikan ayahnya sejak umur 5 tahun.

Pertanyaan-pertanyaan kritisnya sering membuat ayahnya bingung. Melihat potensi

(34)

17

mengirimkannya keberbagai pesantren di Jawa. Beliau mula-mula

mendapat bimbingan langsung dari ayahnya, kemudian berguru kepada

kiyai Sahal banten, setelah itu mengaji kepada kiyai Yusuf Purwakarta

(http://id.Wikipedia.org).

Pada usia 15 tahun, Imam Nawawi bersama dua saudaranya

berangkat ke Makkah untuk menunaikan haji. Namun selepas musim haji,

ia enggan kembali ke Indonesia. Dahaga keilmuan yang mencekik telah

meneguhkan keinginannya untuk tetap menetap di Makkah. Di tanah suci

ini beliau mencerap pelbagai pengetahuan. Ilmu kalam (teologi), bahasa

dan sastra arab, ilmu hadis, tafsir dan terutama ilmu fiqih adalah sederet

pengetahuan yang dikajinya dari para ulama besar di sana (Ghofur,

2008:190). Beliau berguru kepada para ulama‟ terkenal di Makkah,

seperti: syeikh Khatib al-Sambasi, Abdul Ghani Bima, Yusuf

Sumbulaweni, „Abdul Hamid Dhagestani, Syeikh Ahmad Zaini Dahlan,

Syeikh Muhammad Khatib Hambali, dan Syeikh Junaid al-Betawi. Akan

tetapi guru yang paling berpengaruh adalah Syeikh Sayyid Ahmad

Nahrawi, Syeikh Juneid al-Betawi, dan Syeikh Ahmad Dimyati ulama‟

terkemuka di Makkah, lewat karakter ketiga syeikh inilah karakter beliau

terbentuk. Selain itu juga ada dua ulama‟ lain yang berpengaruh besar

mengubah alam pikirannya, yaitu Syeikh Muhammad Khatib al-Sambasi

dan Syeikh Ahmad Zaini Dahlan, ulama‟ besar Madinah

(http://id.Wikipedia.org).

Setelah beliau menggali ilmu di Madinah, kemudian beliau

(35)

18

Kinanah, Mesir, yang menjadi kota sekaligus gudangnya ilmu, dan menuju

universitas Al-Azhar yang menjadi kiblat ilmu dan ulama‟. Beliau disana

berkeinginan berjumpa dengan pembesar para ulama‟ (Al-Qof, 2008:183).

Merasa masih haus akan dunia keilmuwannya Imam Nawawi

mengembara lagi ke Negara-negara Islam di Timur Tengah untuk belajar

kepada Ulama-ulama‟ seperti Syam. Setelah menyerap banyak materi

Ulama‟ beliau kembali ke Hijaz untuk belajar dengan ulama‟-ulama‟ di

sana (Amirul Ulum, 2015:45).

Syekh Imam Nawawi al-Bantani berangkat ke Hijaz pada 1828 M.

Setelah 2 tahun memimpin pesantren ayahnya sejak 1828M. Setelah

kepergiannya tugas mengasuh pesantren ditumpahkan kepada adiknya,

terutama Tamim dan Syaid yang seperguruan dengannya ketika belajar

kepada K.H Sahal, Kyai Yusuf dan pengasuh Pesantren Cikempek (Amirul

Ulum, 2016:66).

D. Mengajar dan Menjadi Imam di Masjidil Haram

Kedatangan Syekh Imam Nawawi al-Bantani ke Hijaz tidak serta

mertanya langsung bisa mengajar di Masjidil Haram. Akan tetapi, ntuk

menuju itu semua harus melalui sebuah seleksi yang ketat dan

mendapatkan legalitas dari penguasa Hijaz yang di waktu itu dijabat oleh

Syarief Aunur Rofiq. Sebelum mengajar di Masjidil Haram, Syeikh Imam

Nawawi al-Bantani sudah aktif mengajar, terlebih di kediaman Syeikh

Syi‟if Ali atau perkampungan al-Jawi. Waktu melakukan penelitian Snock

Hurgronje atas Ulama-ulama Nusantara yang ada di Hijaz, ia sempat

(36)

19

Snock berpura-pura masuk Islam dan mengubah namanya menjadi Abdul

Ghaffar (Amirul Ulum, 2015:46).

Snock keheranan menyaksikan bagaimana cara penguasaan materi

dan penampaian tidak kalah hebat dengan para Syeikh yang mengajar di

Masjidil Haram. Snock bertanya kepada Syeikh Imam Nawawi “ mengapa

anda tidak mengajar di Masjidil Haram, tapi malah diperkampungan Jawa

?” “pakaianku yang jelek dan kepribadianku tidak cocok dan tidak pantas,

tidak layak bila disejajrkan dengan keilmuwan seorang Syeikh yang

berbangsa Arab”,” bukankah di Masjidil Haram banyak orang yang tidak

sepandai anda, akan tetapi mereka tetap dipersilahkan mengajr di Masjidil

Haram”, “tentunya mereka adalah orang-orang alim pilihan”, jawab Imam

Nawawi (Amirul Ulum, 2015:47).

Dalam mengajar Syekh Imam Nawawi al-Bantani dikenal dengan

sebutan Imam al-Manthuq wa al-Mafhum. Yaitu orang yang paling

menguasai dalam hal pemahaman ilmu dan cara penyampaiannya.

Sehingga para Ulama Mesir menyebutnya dengan Syyidu Ulama

al-Hijaz (penghulu para Ulama di Negri al-Hijaz). Ketika keilmuawan Imam

Nawawi terkenal di dataran Hijaz, akhirnya diambil menjadi bagian dari

Syekh yang ikut serta dalam mengajar di Masjidil Haram dan menjadi

Imam di dalamnya. Dengan tampilnya Syekh Imam Nawawi al-Bantani

sebagai pengajar di Masjidil Haram (Amirul Ulum, 2015:48).

Lantaran ketajaman otak Syekh Imam Nawawi al-Bantani, ia

tercatat sebagai salah satu murid terpandang di Masjidil Haram. Sewaktu

(37)

20

Nawawi ditujuk sebgai pengganti. Sejak saat itu, ia dikenal dengan

sebutan Syekh Nawawi al-Jawi (Ghofur, 2008:191).

E. Murid-murid Imam Nawawi al-Bantani

Ketika berada di Mesir, para ulama‟ Mesir memuliakan

kedudukannya dan derajatnya karena ketakjubannya pada beliau, dan

mereka memberikan gelar sebagai “Sayyid Ulama‟ Hijaz” yaitu tokoh

ulama Hijaz (jazirah Arab), atau sekarang lebih dikenal dengan Arab

Saudi, karena kesemangatannya yang tinggi di dalam keilmuwannya

sehingga Imam Nawawi al-Bantani mempunyai beberapa murid yang

belajar kepada beliau, diantaranya murid-murid Imam Nawawi baik yang

menjadi pengajar di Masjidil Haram maupun yang kembali ke daerahnya

4. Syeikh Abdul Karim al-Bantani (1840 M- 1875 M)

5. Syeikh Jum‟an bin Makmun al-Tengerangi

6. Syeikh Kyai Hasyim Asy‟ari (1287 H/1871 M- 1366H/1915

M)

7. Syeikh Kyai Ahmad Dahlan (1868 M -1923 M)

8. Syeikh Abdul Hamid al-Qudsi (1277H/1860 M-1334H/1915

(38)

21

9. Kyai Wasith al-Bantani

10.Kyai Arsyad Thawil al-Bantani (1263 H/1847 M- 1328

H/1910)

11.Kyai Saleh Darat Semarang (1820 M-1903 M)

12.Syaikhona Khalil Bangkalan (1235 H/1820 M-1343 H/1925

M)

13.Kyai Umar bin Harun Rembang (1270 H/1855M-1328

H/1910 M)

Adapun untuk murid Imam Nawawi al-Bantani yang berasal dari

luar Nusantara yang menjadi pengajar di Masjidil Haram, diantaranya

adalah:

a. Sayyid Ali bin Ali al-Habsyi (1270 H-1333 H)

b. Syeikh Abdul Satar al-Dahlawi

c. Syeikh Abdul Satar bin Abdul Wahab dll. (Amirul Ulum,

2015:49-50).

F. Nasionalisme

Tiga tahun lamanya Imam Nawawi bermukim di Makkah. Setelah

merasa cukup, beliau kembali ke tanah air untuk menyebarkan ilmu dan

hukum yang ia peroleh, terhadap putra-putri atau generasi tanah air dan

para pecintanya. Beliau melakukannya dengan nasehat dan menguatkan

para tokoh mereka dengan jalan dakwah, dan berperan aktif dalam

membangun serta membina masyarakat Islam (Al-Qof, 2008:184).

Beliau mengajar di halaman rumahnya. Mula-mula muridnya cuma

(39)

22

dari berbagai penjuru dunia. Maka jadilah Syeikh Nawawi Bantani

al-Jawi sebagai ulama yang dikenal piawai dalam ilmu agama, terutama

tentang tauhid, fiqih, tafsir, dan tasawwuf (http://id.wikipedia.org).

Seorang orientalis kenamaan yang pernah berkunjung ke Makkah pada

1884-1885, Snouck Hourgronje, menuturkan bahwa Imam Nawawi setiap

hari sejak pukul 07.30-12.00 menyampaikan tiga perkuliahan sesuai

dengan kebutuhan jumlah muridnya. Di antara muridnya yang berasal dari

Indonesia adalah K.H. Asnawi dari Kudus, K.H. Tubagus Bakri, K.H.

Arsyad Thawil dari Banten, K.H. Hasyim Asy‟ari dari Jombang, dan K.H.

Kholil dari Madura. Merekalah yang kelak menjelma sebagai ulama besar

dan berpengaruh di Indonesia (Ghofur, 2008:191).

G. Gelar-gelar

Untuk kedua kalinya Imam Nawawi tinggal di Makkah.

Kesempatan ini tidak disia-siakannya. Bahkan, lantaran ketajaman

otaknya, ia tercatat sebagai salah satu murid terpandang di Masjidil

Haram. Sewaktu Syeikh Ahmad Khatib Sambas uzur sebagai Imam

Masjidil Haram, Imam Nawawi ditunjuk sebagai pengganti. Sejak saat itu,

ia dikenal dengan sebutan Syekh Nawawi al-Jawi (Ghofur, 2008:191).

Ketika berada di Mesir, para ulama‟ Mesir memuliakan

kedudukannya dan derajatnya karena ketakjubannya pada beliau, dan

mereka memberikan gelar sebagai “Sayyid Ulama‟ Hijaz” yaitu tokoh

ulama‟ hijaz (jazirah arab), atau sekarang lebih dikenal dengan Arab

Saudi, karena kesemangatannya yang tinggi di dalam meraih ilmu agama

(40)

23

syeikh yang terkemuka, dermawan, bertakwa, zuhud, rendah hati, lembut

hatinya, dan pecinta para fakir miskin. Semoga Allah merahmati beliau

dan memberi ampunan (Al-Qof, 2008:104).

H. Karya-karya

Kurang lebih 15 tahun sebelum wafat, Imam Nawawi sangat subur

dalam membuahkan kitab. Waktu mengajarnya pun sengaja dikurangi

untuk menambah kesempatan menulis. Maka tak heran jika Nawawi

mampu melahirkan puluhan, bahkan menurut sebuah sumber ratusan karya

tulis meliputi berbagai disiplin ilmu, seperti tauhid, ilmu teolog, sejarah,

syari‟ah, tafsir dan lainnya. Paling tidak, Yusuf alias Sarkis mencatat 34

karya Imam Nawawi dalam Dictionary of Arabic Printed Books (Ghofur,

2008:192).

Sedangkan ulama mesir Syeikh „Umar „Abdul Jabbar dalam

kitabnya “al-Durus min Madhi al-Ta‟lim wa Hadrilih bi al-Masjidil

al-Haram” (beberapa kajian masa lalu dan masa kini tentang pendidikan di

Masjidil Haram) menulis bahwa syeikh Nawawi sangat produktif dalam

menulis hingga karyanya mencapai seratus judul lebih, meliputi berbagai

disiplin ilmu. Banyak pula karyanya yang berupa syarah atau komentar

terhadap kitab-kitab klasik (http://id.wikipedia.org).

Sebagian diantara karya-karya Imam Nawawi diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Dalam bidang Tafsir, Imam Nawawi al-Bantani mempunyai

sebuah karya yaitu: Tafsir Al-Munir. Tafsir setebal dua jilid ini

(41)

24

Usai selesai menulis Imam Nawawi al-Bantani

menyodorkannya kepada ulama‟ Mesir. Ulama Mesir merasa

kagum dengan prestasi yang dimiliki Imam Nawawi

al-Bantani.

Kitab tersebut bahkan telah ditetapkan sebagai buku wajib

di dunia pesantren. Popularitasnya hanya diungguli oleh Tafsir

Jalalain karya Jalaludin as-Suyuthi dan Jalaludi al-Mahalli.

Lantaran karyanya yang bergaung luas dengan bahasa yang

mudah dicerna tanpa mengurangi kepadatan isi, nama Nawawi

termasuk dalam barisan ulama besar abad ke-14 H/ 19 M.

Karena keilmuannya ia dikaruniai gelar: al-Imam al-Muhaqqiq

wa al-Fahmah al-Mudaqqiq dan Sayyid Ulama al-Hijaz

(Ghofur, 2008:192).

2. Dalam bidang Fiqih, Imam Nawawi al-Bantani mempunyai

sebuah karya diantaranya:

a. Fatkhul Mujid, yang ditulis pada 1276 H, kitab ini

merupakan ulasan ringkas atas kitab Khatib al-Syarbani fi

al-Manasik.

b. Khasifatu al-Saja‟, yang ditulis pada 1292 H, kitab yang

berisi uraian pemikiran tauhid Syaikh Nawawi ini

merupakan ulasan atas kitab Syafinah al-Najah karya

Syaikh Salim ibn Samir al-Hadharami.

c. Mirqath al-Su‟ud al-Tasdiq, kitab yang ditulis pada 1292

(42)

25

Syaikh Abdullah ibn Hasyim Ba‟alawi dalam kitab Sullam

Taufiq.

d. Nihuyatu al-Zain, yang berisi ulasan atas pemikiran Syaikh

Zain al-DinAbdul Aziz al-Malibari dalam kitab Qurrah

al-Ain bi Muhimmat al-Din. Kitab tersebut ditulis pada 1297

H.

e. Al-Tausyik, yang ditulis pada 1314 H, ini berisi ulasan atas

kitab Fath al-Qarib al-Mujib karya Ibn Qasim al-Ghazi.

f. Al-Aqdu al-Tsamin, yang berisi ulasan atas kitab

Mandzumat al-Sittin Mas‟alatan al-Musamma bil al-Fath

al-Mubin karya Syaikh Mustofa ibn Usman Jawi

al-Quruti.

g. Uqudu al Lujain fi Bayan Huquq al Zaujain yang ditulis

pada 1297 H, ini membahas hak dan kewajiban suami isri.

h. Sullam al-Munanjat, kitab ini ditulis pada 1292 H dan

berisi ulasan atas kitab Syafinah al-Shalat karya Sayyid

Abdullah ibn Uma al-Hadhrami.

i. Al-Tsimar al-Yani‟ah yang berisi ulasan atas kitab

al-Riyadh al-Badi‟ah karya Syaikh Muhammad ibn Sulaiman

Hasb Allah (Samsul Munir, 2008:12).

3. Dalam hadist dan Musthalahu Hadist Imam Nawawi

al-Bantani mempunyai sebuah karya diantaranya:

a. Syarah Shahih Muslim

(43)

26

Abwab al-Tashrifiyyah yang membahas marfologi atas ilmu

Sharf. Kitab ini merupakan ulasan atas kitab Raudhah

(44)

27

a. Bahjatu al-Wasail, yang merupakan ulasan atas Risalah

al-Jami‟ah baina Ushul al-Din wal Fiqh wat Tashawuf. Kitab

ini ditulis pada 1922 H.

b. Fath al-Majid, Kitab yang ditulis pada 1298 H ini

merupakan ulasan dari kitab al-Duru al-Farid fi al-tauhid.

c. Tijan ad-Durori, kitab yang ditulis pada 1298 H. Ini

merupakan ulasan dari kitab al-Duru al-Farid fi al-Tauhid.

d. Al-Najah al-Jadidah, yang ditulis pada 1303 H.

e. Dzari‟ah al-Yaqin ala Ummu al-Barahin, yang ditulis pada

1317H , kitab ini memberi ulasan pada Umm al-Barahain

karya al-Sanusi.

f. Al-Maraqi al-Ubudiyah, yang berisi ulasan atas kitab

Bidayah al-Hidayah karya Hujjah Islam, Abu Hamid

al-Ghazali.

g. Qami‟ al-Tughyan, kitab ini berisi ulasan atas kitab

Mandzumat al-Syu‟b al-Imam karya Syaikh Zain al-Din ibn

Ali ibn Ahmad al- Syafi‟i al-Kausyani al-Malibari.

h. Salalim al-Fudhala‟

i. Nashaihul „Ibad, kitab ini ulasan atas pemikiran Syaikh

Syihab al-Din Ahmad ibn Ahmad al-Asqalani dalam

karyanya al-Munabbihat ala al-Istidad li Yaum al-Ma‟ad.

(Samsul Munir, 2008: 14-16)

6. Dalam Tarikh, Imam Nawawi al-Bantani mempunyai sebuah

(45)

28 a. Tarqhib al-Mustaqim

b. Al-Ibriz al-Dani

c. Fath al-Shamad

Selain kitab-kitab di atas, Imam Nawawi al-Bantani juga mempunyai

banyak karya dalam berbagai kajian ilmu. Akan tetapi kitab yang

terdeteksi sangat sedikit jumlahnya (Amirul Ulum, 2015:51-52).

Karya-karya di atas itulah merupakan sebagian dari karya Imam

Nawawi yang penulis sebutkan hanya sebagian saja, masih banyak

karya-karya beliau yang belum bisa disebutkan di sini dikarenakan terbatasnya

sumber yang penulis dapatkan. Dan memang dari sumber yang penulis

dapatkan, banyak dari karya-karya beliau yang belum diterbitkan oleh

penerbit-penerbit.

I. Nasab Imam Nawawi

Telah disebutkan di atas, bahwa nasab Imam Nawawi bersambung

sampai pada baginda Nabi Muhammad SAW. Adapun urutan nasab beliau

adalah sebagai berikut:

1. Sayyiduna Muhammad Saw

2. Sayyiduda „Ali bin Abi Tholib Karomawallahu wajh wa

Sayyidatuna Hababah Fatimah Azzahro al-Batul Ra.

3. Sayyiduna Imam Maulana Husain Ra.

4. Sayyiduna Imam „Ali Zainal „Abidin Assajad Ra.

5. Sayyiduna Imam Muhammad Baqir Ra.

6. Sayyiduna Imam Ja‟far Shodiq Ra.

(46)

29

8. Sayyiduna Imam Muhammad Naqib Ra.

9. Sayyiduna Imam Isa Syakir Arrumi Ra.

10.Sayyiduna Imam Ahmad al-Muhajir Ra.

11.Sayyiduna Imam Ubaidullah Ra.

12.Sayyiduna Imam Alawi Ra.

13.Sayyiduna Imam Muhammad Ra.

14.Sayyiduna Imam Alawi Ra.

15.Sayyiduna Imam „Ali Kholi Qosam Ra.

16.Sayyiduna Imam Muhannad Shohib Marbath Ra.

17.Sayyiduna Imam „Ali Hadroh Maut (yaman) Ra.

18.Sayyiduna Imam Abdul Malik Ra.

19.Sayyiduna Imam Abdullah Khon Ra.

20.Sayyiduna Imam Ahmad Syah Jalaliddin Ra.

21.Sayyiduna Imam Jamaluddin al-Akbar Ra.

22.Sayyiduna Imam „Ali Nurril „Alim Siyam Ra.

23.Sayyiduna Imam Abdullah Umdataddin Ra.

24.Sunan Gunung Jati Raden Syarif Hidayatullah Cirebon Ra.

25.Maulana Hasanuddin Banten Ra.

26.Maulana Yusuf Banten Ra.

27.Maulana Muhammad Nashriddin Banten Ra.

28.Maulana Abul Mafakhir Muhammad Abdil Qadir Ra.

29.Maulana Abul Ma‟ali Ahmad Kanari Banten Ra.

30.Maulana Abul Fath Abdil Fattah Tirtayasa Banten Ra.

(47)

30

32.Maulana Nawawi Ra.

33.Maulana „Ali Ra.

34.Maulana „Umar Attanar al-Bantani Ra.

35.Syaikhul Kabir wa „Alim Hijaz Abdul Mu‟thi Muhammad

Nawawi Ra.

Demikianlah runtunan nasab beliau yang sampai pada baginda

Nabi Muhammad melalui jalur sayyiduna Husain ra

(http//id.wikipedia.org).

J. Silsilah Guru-guru Imam Nawawi

Guru Imam Nawawi yang paling berpengaruh terhadap beliau yang

mampu mengubah alam pikirnya adalah syeikh Khatib as-Sambasi yang

pada waktu uzur Imam Nawawi mengantikan beliau menjadi imam

masjidil haram sehingga menjadikan beliau masyhur dan terkenal sebagai

syekh Nawawi al-Jawi. Adapun silsilah guru-guru beliau melalui syeikh

Khatib as-Sambasi adalah sebagai berikut:

1. Allah SWT.

2. Malaikat Jibril

3. Nabi Muhammad SAW.

4. Sayyiduna „Ali bin Abi Thalib Karromawallahu Wajh.

5. Sayyiduna Imam Maulana Husain Ra.

6. Sayyiduna Imam Ali Zainal Abidin Ra.

7. Sayyiduna Imam Muhammad Baqir Ra.

8. Sayyiduna Imam Ja‟far Shodiq Ra.

(48)

31

10.Sayyiduna Imam Ali Ridho Ra.

11.Sayyiduna Syeikh Abu Mahfuzh Ma‟ruf al-Kharkhi Ra.

12.Sayyiduna Syeikh Abul Hasan Sirriddin Assaqathi Ra.

13.Sayyiduna Syeikh Abul Qasimil Junaidi al-Baghdadi Ra.

14.Sayyiduna Syeikh Abu Bakar Dullaf bin Juhdur Asy-Syibli Ra.

15.Sayyiduna Syeikh Abdul Aziz at-Tamimi Ra.

16.Sayyiduna Syeikh Abu Fadl Abdil Wahid bin Abdil Aziz

at-Tamimi Ra.

17.Sayyiduna Syeikh Abul Faraj Ath-Thartusi Ra.

18.Sayyiduna Syeikh Abul Hasan Ali bin Yusuf Qirusyi

al-Hankari Ra.

19.Sayyiduna Abu Said Mubarrok bin Ali al-Makhzumi RA.

20.Sayyiduna Imam Ghoutsul A‟zhom Abu Muhammad Abdil

Qadir Jailani Ra.

21.Sayyiduna Imam Abdul Aziz bin Abdil Qadir jailani Ra.

22.Sayyiduna Syeikh Muhammad Hattak Ra.

23.Sayyiduna Syeikh Samsuddin Ra.

24.Sayyiduna Syeikh Syarofuddin Ra.

25.Sayyiduna Syeikh Nuruddin Zainiddin Ra.

26.Sayyiduna Syeikh Waliyuddin Ra.

27.Sayyiduna Syeikh Nuruddin Hisyamiddin Ra.

28.Sayyiduna Syeikh Yahya Ra.

29.Sayyiduna Syeikh Abu Bakar Ra.

(49)

32

31.Sayyiduna Syeikh Utsman Ra.

32.Sayyiduna Syeikh Abdul Fattah Ra.

33.Sayyiduna Syeikh Muhammad Murad Ra.

34.Sayyiduna Syeikh Syamsuddin Ra.

35.Sayyiduna Syeikh Ahmad Khatib Syambasi bin Abdil Ghaffar

Ra.

36.Syeikhul kabir wa Alimul Hijaz Abu Abdil Mu‟thi Muhammad

Nawawi Ra.

Demikian silsilah guru-guru beliau melalui jalur syeikh khatib

as-Sambasi yang wusul pada Allah SWT. yang mana telah kita ketahui di

atas, bahwasannya syeikh khatib merupakan guru beliau yang memberikan

kontribusi yang sangat besar bagi diri pribadi Imam Nawawi, sehingga diri

beliau lebih terbentuk dan termotivasi dengannya. Dengan demikian,

Semoga dapat memberikan kefahaman dan pengetahuan kepada para

(50)

33

BAB III

KONSEP SABAR DALAM KITAB NASHAIHUL ‘IBAD

KARYA IMAM NAWAWI

A. Konsep Sabar

1. Pengertian Konsep Sabar

Konsep adalah rancangan, ide, atau pengertian yang diabstrakkan

dari peristiwa konkret. Pengertian disini ruang lingkup tentang suatu

nilai terhadap pendidikan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:558).

Konsep juga berasal dari kata latin Concipere yang berarti

mencangkup, mengambil, menangkap. Dari kata concipere muncul

kata benda concipere muncul kata benda conceptus yang berarti

tangkapan. Konsep ini dalam bahasa Indonesia sering diterjemahan

dengan istilah pengertian yakni makna yang terkandung oleh sesuatu

(Bakri, 1986:2).

Kata sabar berasal dari bahasa Arab shabr, artinya „menahan‟

atau „mengekang‟. Bersabar artinya menahan diri dari segala sesuatu

yang disukai dan tidak disukai dengan tujuan mengharap ridha Allah

Swt .Menahan diri artinya mengendalikan diri dari dorongan hawa

nafsu yang cenderung negatif (Effendy, 2012:6). Secara terminologi

sabar adalah menahan dari jiwa yang lemah, lisan dari mengeluh, dan

organ tubuh dan berbuat sesuatu yang tidak layak untuk dilakukan

(51)

34

Adapun menurut pengertian bahasa, sabar berarti melarang dan

menahan. Dalam hal ini berarti menahan hati agar tidak gusar,

menahan keluhan dan segala macam nafsu serta amarah. sabar

termasuk akhlak utama yang dapat menghindarkan diri seseorang dari

melakukan hal-hal yang tidak baik. Oleh sebab itu, sabar menjadi

kekuatan jiwa yang menentukan kebaikan dan kelurusan (Soebachman,

2014:67).

Sabar dalam Islam artinya sikap tahan menderita, hati-hati

dalam bertindak, tahan uji dalam mengabdi dan mengemban

perintah-perintah Allah Swt serta tahan dari godaan dan cobaan duniawi, seperti

yang sering ditunjukkan oleh para sufi (Dagun, 1997:987).

Sabar termasuk salah satu budi pekerti yang dapat dibentuk

oleh seseorang. Ia menahan nafsu dari putus asa, sedih, dan

sentimentil. Ia menahan jiwa dari kemarahan, menahan lidah dari

merintih kesakitan dan anggota badan dari melakukansesuatu yang

tidak pantas. Sabar merupakan ketegaran hati atas hukum takdir dan

hukum-hukum syariat (al-Jauziyah, 1998:30).

Orang-orang yang sabar selalu yakin dan optimis bahwa

penderitaan yang berkepanjangan, yang seakan tidak berkesudahan,

pasti akan ada akhirnya. Setelah itu, ia yakin akan munculnya

kemuliaan dan kejayaan. Bersikap sabar yang baik adalah tidak terlihat

apakah ia sedang mendapatkan musibah atau tidak. Akan tetapi bila

(52)

35

Sabar merupakan sebuah perkara yang penting sehingga Allah

Swt sampai berkali-kali menyebutkan dalam firmanNya. Diantaranya:

























Artinya: “Bersabarlah (hai Muhammad) dan Tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu

dayakan.”(Q.S an-Nahl: 127). (Departemen Agama, 2005: 224)

Manusia akan senantiasa diuji oleh Allah Swt. Bentuk ujiannya

bermacam-macam. Ada yang berat, ada yang ringan. Akan tetapi di

samping memberikan ujian tersebut, Allah Swt juga menganjurkan

manusia supaya menyikapi semua ujian tersebut dengan bersabar.

Sabar adalah suatu bagian utama yang dibutuhkan seseorang

muslim dalam masalah dunia dan agama. Ia harus mendasarkan amal

dan cita-citanya kepada sabar itu. Sebagai hamba Allah Swt, kita tidak

terlepas dari musibah yang menimpa kita, baik musibah yang

berhubungan dengan pribadi kita sendiri maupun musibah yang

menimpa sekelompok masyarakat maupun bangsa (al-Ghazali,

1990:258).

Berbagai pengertian di atas menunjukkan bahwa sabar merupakan

(53)

36

mengeluh, tidak gelisah, tidak merasa susah dan berlaku tenang. Orang

yang mampu menghadapi kesulitan tersebut tergolong sabar sehingga

membuatnya dapat mencapai keridhaan Allah Swt . Secara umum

terlihat bahwa sabar merupakan upaya seorang hamba untuk

mengendalikan diri dalam menghadapi kesulitan hidup.

Salah satu karya Imam Nawawi yang sudah dikenal dalam dunia

pesantren adalah kitab Nashaihul „Ibad. Karya beliau yang satu ini

mengajak kita terutama para pemuda untuk menjadi hamba yang

santun dan bijak dalam mencari ilmu. Dengan harapan agar dalam

mencari ilmu tidak hanya memperoleh pemahaman saja, namun juga

keberkahan dari ilmu yang dicari tersebut.

Karakteristik pemikiran konsep sabar Imam Nawawi al-Bantani

dalam kitab Nashaihul „Ibad dapat digolongkan dalam corak praktis

yang tetap berpegang teguh pada Al-Quran dan Hadits.

Dalam kitab Nashaihul „Ibad bahwa pengertian sabar menurut

Imam Nawawi adalah tidak suka mengeluh atas kesedihan yang timbul

daripada musibah yang menimpanya, kepada selain Allah serta ridha

kepadaNya (Solihin, 2006: 75).

Sabar meliputi seluruh kehidupan orang beriman sehingga sabar

adalah sikap pertama yang perlu kita bina apabila kita ingin mencoba

menggali kebahagian yang tersimpan dala diri kita. Kita harus sabar

apabila ada tujuan dalam hidup kita yang belum tercapai, kita juga

(54)

37

Semua yang kita kerjakan dan usahakan membutuhkan waktu untuk

diproses, dan untuk itu dibutuhkan kesabaran (Chalil, 2006:99).

Sabar yang ada pada kitab Nashaihul‟ Ibad dapat penulis paparkan

sebagai berikut:

1. Sabar menghadapi kesusahan

Dalam kitab Nashaihul „Ibad dituliskan dalam bab 2

maqalah ke 27 pada sebuah syair Bahar Kamil mengungkapkan

pada point ke empat dikatakan :

ْمَجَءْلااِت َّلاِإ َتْىَي َلا اَهِناَىْهَا ًَهَع ْرِثْصِا

Artinya: “Bersabarlah menghadapi kesusahan, tiada mati tanpa ajal yang menentukan“ ( Ahmad, 852: 7).

2. Orang sabar sebenarnya adalah orang yang paling bahagia

Dalam kitab Nashaihul „Ibad dalam bab 3 maqalah ke 17

dikatakan :

ِذَينا ًِف اًَِت ٌةَعاََُق َو ٌىِناَع ٌةْهَق ُهَن ٍَْي ِشاَُّنا ُذَعْضَا : َمْيِق

Artinya : “Dikatakan, bahwa manusia yang paling bahagia

ialah orang yang memiliki hati yang mengetahui (bahwa Allah selalu bersamanya), memiliki jiwa yang sabar, dan rela atas apa yang dimiliki” (Ahmad, 852: 11).

3. Sabar merupakan tanda Iman

Dalam kitab Nashaihul „Ibad dituliskan dalam bab 4

maqalah ke 16 dikatakan :

ُرْكُّشناَو ُءاَيَحْنا و يَىْقَّتنا : ٌةَعَتْرَا ٌِاًَْيِلإْا َرِء اَعَش ٌََّا ِءاًََكُحْنا ِضْعَت ٍَْع

(55)

38

Artinya : “Sebagian ahli hikmah mengatakan, bahwa tanda -tanda iman (Kepada Allah ) itu ada 4: Taqwa, Malu,

Syukur, Sabar” (Ahmad, 852:24).

4. Sabar atas penganiayaan orang lain

Dalam kitab Nashaihul „Ibad dituliskan dalam bab 5

maqalah ke 24 dikatakan :

يِّرَثَّتنا َو ِهَّهناِت ُةَقِّتنَا : ٍلاَصِخ ُصًَْخ ُذْهُّسنا : َلاَق ُهََّأ ِءاًََكُحْنا ِضْعَت ٍَْع

ذَينا ًِف اًَِت ُةَعاََُقْناَو ِىْهُّظنا ُلاًَِتْحاَو ِمًََعْنا ًِف ُصَلاْخِءْلااَو ِقْهَخْنا ٍَِع

Artinya : “Sebagian ulama ahli hikmah mengatakan, bahwa zuhud itu mengandung 5 hal yaitu Penuh keyakinan kepada Allah, Berbuat baik kepada sesama mahluk, Ikhlas dalam beramal, Sabar atas penganiyaan orang lain, Qana‟ah” (Ahmad, 852: 40)

2. Menumbuhkan Sifat Sabar

Untuk menumbuhkan sifat sabar, maka seseorang harus

membekali diri dengan ilmu dan amal (perbuataan). Umpamanya

seseorang tidak dapat menahan nafsu syahwatnya, maka hendaknya

memiliki ilmu bagaimana cara mematahkan nafsu syahwatnya (Al

Ghazali, 2003: 316).

a. Dengan senantiasa berdoa;

Kita tidak akan mampu untuk bersabar kecuali

(56)

39

























Artinya:”Bersabarlah (hai Muhammad) dan Tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan pertolongan Allah dan janganlah kamu bersedih hati terhadap (kekafiran) mereka dan janganlah kamu bersempit dada terhadap apa yang mereka tipu dayakan “(Q.S Al-A‟raf: 126). (Departemen Agama, 2005:131)

b. Dengan mengingat kasih sayang Allah Swt kepada

manusia;

Sabar terasa mudah saat kita memikirkan

keberanian seorang hamba terhadap Rabb-nya,

sementara kemurahan Rabb-nya tetap bersamanya.

c. Dengan mengingat kondisi musuh Allah Swt;

d. Dengan mengingat pahala bersabar;

Ketika mengingat bahwa sabar itu akan menghapus

karat-karat dosa, kita pasti akan lebih bersemngat untuk

mendapatkan rahmat-Nya. Kita tentunya juga akan lebih

banyak ridho terhadap qadar Allah Swt.

e. Dengan memimpikan kesuksesan;

Tak akan pernah ada kesuksesan tanpa adanya

kesabaran. Kesuksesan itu butuh perjuangan. Prosesnya

bisa jadi dan membosankan. Bila kita tidak punya

kesabaran untuk melalui proses panjang itu tidak akan

(57)

40

kepadamu, dengan sedikit kelaparan, ketakutan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun".Mereka Itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka Itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”(Q.S.

Al-Baqarah 155-157). (Departemen Agama,

2005:18)

Ayat di atas memberikan kesimpulan bahwa Allah SWT

menyediakan tiga pahala bagi orang-orang yang bersabar yaitu

kesejahteraan di dunia dan akhirat, rahmat dan kasih sayang Allah

SWT, dan petunjuk dalam menghadapi berbagai kesulitan yang

dihadapinya. Adakalanya kita merasa demikian berat untuk

bersabar, terutama di jalan Allah. Di saat-saat seperti inilah kiranya

kita perlu mengingat bahwa Allah SWT menganjurkan para

hambaNya agar memiliki sikap sabar.

Itulah cara-cara untuk menggapai sabar. Semuanya dapat

diupayakan sejauh kita mau berusaha keras. Pandai bersabar bukan

(58)

41

panjang dan berliku berarti pula dapat diupayakan (Soebachman,

2014:82).

Langkah yang baik ketika kita ditimpa musibah adalah

mengembalikan segala sesuatu kepada Allah. Musibah tidak hanya

terjadi karena faktor alam, seperti sakit atau bencana alam, tetapi

juga dapat diakibatkan oleh tindakan seseorang. Tindakan yang

mengakibatkan dirinya tersakiti hati dan fisiknya. Ada pula

bencana yang terjadi karena faktor-faktor dosa yang telah

dilakukan, sehingga musibah tersebut hendaknya dijadikan bahan

peringatan bagi seseorang, dan dapat melakukan langkah

intropeksi.

Orang biasanya hanya sibuk memikirkan bagaimana

musibah dapat terjadi lewat hitung-hitungan, tetapi lupa bersabar

dan berdzikir, sehingga apapun musibah yang terjadi tidak

membawa pengaruh apapun terutama pelajaran yang mesti diambil.

Padahal dalam Islam suatu musibah tidak hanya terjadi secara

begitu saja, melainkan juga di dalamnya tersimpan kehendak Allah

Swt yang ditunjukkan kepada diri seseorang.

B. Keutaman dan Manfaat Sabar

Sabar merupakan akhlak terpuji yang harus dimiliki setiap muslim.

(59)

42

kesulitan dan musibah, tetapi juga teguh pendirian (istiqamah) dalam

memperjuangkan kebenaran, dan selalu dinamis dan optimis dalam

meraih masa depan yang lebih baik dan bermakna (Elfanany,

2013:24).

Kiranya sudah jelas bahwa sabar memiliki banyak manfaat

(Soebachman, 2014:77). Diantaranya:

a. Sebagai penolong/penyelamat;

Kesabaran bisa menjadi penolong yang akan

menyelamatkan seseorang dari bahaya, baik bahaya dunia

maupun bahaya akhirat (Soebachman, 2014:77). Salah satu

firman Allah mengenai perintah untuk menjadikan sabar

sebagai penolong utama utama bagi setiap masalah ataupun

ujian yang tengah kita hadapi dalam kehidupan sehari-hari

adalah:







Artinya: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali

bagi orang-orang yang khusyu'.”(Q.S Al

-Baqarah:45)(Departemen Agama, 2005: 7)

b. Sebagai pembawa keberuntungan;

Setiap manusia normal pasti menginginkan keberuntungan

dalam hal apapun. Bila ingin menjadi orang yang beruntung,

Referensi

Dokumen terkait

Syekh Nawawi al-Bantani berperan dalam dunia pendidikan Islam di Indonesia, terutama dalam tradisi kitab klasik yang sampai sekarang masih digunakan dan

Tarbawy, vol. Husna, Zulfa Famaul. “Pendidikan Adab Kepribadian Menurut Syekh Muhammad Bin Umar Al Nawawi Al Bantani dalam Kitab Maraqiy Al-‘Ubudiyah ”. Skripsi--

Hasilnya, dapat disimpulkan bahwa: (1) biografi Imam Nawawi menunjukan keistimewaan beliau sebagai seorang pemikir yang telah meninggalkan banyak karya monumental;

Sebab dibandingkan dengan karya-karya para ulama lainnya dari Indonesia dan Asia Tenggara, karya Nawawi adalah yang paling banyak, paling tidak terdapat 41 buah kitab karya

Sebelum peneliti melaporkan hasil penelitian tentang Konsep Jihad dalam Kitab Minha>jut T{a>libi>n karya Imam Nawawi ini, akan dikemukakan beberapa penelitian

37 Kesimpulan Menurut An-Nawawi, ada 13 kompetensi kepribadian pendidik yang beliau paparkan dalam kitab At-Tibyān fî Ādābi Hamalah al- Qur’ān, yaitu: 1 Niat mencari ridlo Allah, 2

Berdasarkan kepada pandangan-pandangan Imam Nawawi yang dinyatakan ini serta metodologi berinteraksi dengan kitab-kitab beliau seperti yang digariskan oleh para ulama, penulis mendapati

Hasil dari penelitian ini adalah : di dalam kitab Nurud Dholam karya Syekh Nawawi Al-Bantani ini mengandung nilai pendidikan Aqidah yang terdapat dalam rukun iman yang termasuk ke dalam