• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Pengertian dan Tujuan laporan keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan

Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai suatu alat penguji dan pekerjaan bagi pembukuan. Akan tetapi untuk selanjutnya laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk menentukan dan menilai posisi keuangan suatu perusahaan, dimana hasil analisis tersebut pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu keputusan.

Laporan Keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca, perhitungan laba-rugi, ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan. Laporan keuangan adalah hasil akhir proses akuntansi. Setiap transaksi yang dapat diukur dengan nilai uang, dicatat dan diolah sedemikian rupa. Laporan akhir pun disajikan dalam nilai uang.

Menurut Tampubolon dan Lubis (2001:1) Pengertian laporan Keuangan sebagai berikut, ”Laporan Keuangan adalah laporan yang dibuat secara sistematis oleh pembukuan pada akhir periode akuntansi yang dapat dijadikan sumber informasi keuangan suatu perusahaan, bagi pihak intern maupun ekstern perusahaan”.

Dengan demikian laporan keuangan merupakan sumber informasi keuangan suatu perusahaan yang dipergunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Pemakai laporan keuangan meliputi pemegang saham, manajer, karyawan dan serikat pekerja, instansi pajak, pemberi dana (kreditur), pemerintah atau lembaga pengatur resmi.

2. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE -02/PM/2002 Tanggal 27 desember 2002, Tujuan Laporan Keuangan adalah sebagai berikut,

untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung-jawaban (stewardship) manajemen atas pengguna sumber-sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

Manajemen suatu perusahaan menyiapkan laporan keuangan dengan menggunakan cara yang berbeda sesuai dengan tujuan perusahaan masing-masing. Laporan keuangan harus mengikuti Standar Akuntansi Keuangan bila diterbitkan untuk orang lain. Laporan keuangan juga menampung catatan dan schedul tambahan serta informasi lainnya misalnya, laporan tersebut mungkin menampung informasi tambahan yang relevan dengan kebutuhan pemakai neraca dan laporan laba rugi.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:12), tujuan laporan keuangan adalah sebagai berikut :

a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.

b. Laporan Keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.

c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.

C. Rasio Keuangan 1. Analisis Rasio Keuangan

Ada beberapa tehnik analisis laporan keuangan yang digunakan, seperti Analisis Rasio, Analisis Perbandingan yang terdiri dari Analisis Vertikal (Common Size Analisys) dan Analisis Horizontal (Horizontal Analisys), Analisis Trend, Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, Analisis Perubahan Laba Kotor dan Analisis break-even.

Tetapi jenis analisis yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah Analisis Rasio. Pentingnya analisis rasio keuangan juga digunakan untuk mendapatkan tolak ukur tertentu. Tolak ukur tersebut digunakan untuk membandingkan kinerja suatu perusahaan pada tahun–tahun tertentu dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya dan sesudahnya atau membandingkan kinerja perusahaan dengan kinerja perusahaan lain dari industri yang sama. Menurut Harahap (2006:297), ”Pengertian Ratio Keuangan bahwa : angka yang di peroleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)”. Rasio merupakan bentuk matematis sederhana yang menyatakan hubungan satu bagian dengan bagian yang lain, yang merupakan perbandingan antara satu bagian dengan bagian yang lain. Menurut Djarwanto (2001:123) yang dimaksud dengan rasio dalam analisis laporan keuangan adalah : “suatu angka menunjukkan hubungan antara suatu unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur laporan keuangan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana”.

Menurut Subramanyam dkk (2005:36) ”Analisa rasio merupakan salah satu alat analisis keuangan yang paling populer dan banyak digunakan. Namun perannya sering disalahpahami dan sebagai konsekuensinya, kepentingannya sering dilebih-lebihkan. Sebuah rasio menyatakan hubungan matematis antara dua kuantitas”. Analisis rasio keuangan merupakan alat yang penting dan berguna bagi manajer keuangan maupun pihak-pihak lain diluar perusahaan. Bagi manajer keuangan analisis rasio keuangan digunakan untuk menilai kinerja yang telah dicapai perusahaan, yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen khususnya fungsi perencanaan dan pengendalian. Sedangkan untuk pihak di luar perusahaan umumnya berkepentingan terhadap prospek perusahaan di masa yang akan datang. Analisis rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan usaha, untuk analisis pemberian kredit dan dalam analisis efek (saham dan obligasi). Dalam analisis kredit membantu manajer kredit menentukan dengan cepat perusahaan-perusahaan mana yang segera diberikan kredit.

Rasio keuangan memberikan dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan penting berkaitan dengan kesehatan keuangan perusahaan, antara lain :

a. Bagaimana likuiditas perusahaan ?

b. Apakah manajemen menghasilkan cukup keuntungan dari aktiva perusahaan ?

c. Bagaimanakah manajemen membiayai investasinya?

d. Apakah pemegang saham umum menerima laba yang cukup dari investasinya?

Dari Pertanyaan diatas dapat dijelaskan :

a. Likuiditas berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segenap hutang atau kewajibannya dan mengkonversikan aktiva menjadi kas. Faktor ini jelas sangat penting bagi kreditur-kreditur perusahaan. b. Manajemen menghasilkan cukup keuntungan dari aktiva perusahaan

karena tujuan utama pembelian aktiva adalah menciptakan keuntungan, analis perlu memiliki pedoman atas tingkat keuntungan perusahaan.

c. Keputusan ini mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat hasil bagi para pemegang saham umum.

d. Tugas manajer keuangan adalah memaksimalkan nilai dari saham umum dan bagian laba/keuntungan bagi para investor. Tingkat hasil itu sendiri merupakan pertimbangan pokok para investor dalam membeli saham perusahaan

2. Manfaat dan tujuan analisa rasio keuangan

Menurut Rangkuti, (2004:69) “Analisis ratio keuangan merupakan teknik untuk mengetahui secara cepat kinerja keuangan perusahaan”. Tujuannya adalah :

1. Mengevaluasi situasi yang terjadi saat ini.

2. Memprediksi kondisi keuangan masa yang akan datang.

Dari defenisi diatas rasio keuangan sangat bermanfaat bagi perusahaan mengetahui kelemahan dan kekuatan dibidang keuangan dan sangat membantu dalam menilai prestasi manajemen masa lalu dan prospeknya di masa datang.

3. Jenis-jenis Rasio Keuangan

Untuk mengukur keuangan perusahaan dapat digunakan dengan menggunakan beberapa rasio. Setiap rasio memiliki tujuan dan mengandung arti tertentu. Setiap rasio diukur dan diintepretasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambilan keputusan. Berdasarkan sumber datanya dari mana rasio tersebut dibuat, Riyanto (2001:254) membedakan rasio-rasio itu menjadi tiga, yaitu :

a. Rasio-rasio neraca (balanced racios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca. Misalnya rasio Lancar (current

rasio), rasio cepat (quick ratio) rasio modal sendiri dengan total

aktiva, rasio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang dan lain sebagainya.

b. Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari laporan laba rugi. Misalnya rasio-rasio laba bruto dengan penjualan netto, operating ratio, dan lain-lain.

c. Rasio-rasio antar laporan keuangan (interstatement ratios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data, baik yang berasal dari neraca maupun laporan laba rugi. Misalnya rasio penjualan netto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata dan lain sebagainya.

Menurut Darsono & Ashari (2004:51) dijelaskan “jenis-jenis rasio-rasio keuangan yang digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan adalah rasio neraca (Likuiditas dan solvabilitas), rasio laba rugi (profitablitas) dan rasio neraca aktivitas”.

1. Rasio Likuiditas, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau hutang-hutang jangka pendeknya. Rasio liquiditas meliputi

a. Rasio Lancar

Rasio Lancar (current ratio), yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dengan

aktiva lancar yang dimiliki. Rasio lancar ini sangat penting karena masalah arus kas jangka pendek bisa mengakibatkan perusahaan bangkrut. Rumus Rasio Lancar adalah Aktiva Lancar dibagi Kewajiban Lancar.

Semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Tetapi rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang buruk atas sumber likuiditas. Kelebihan dalam aktiva lancar seharusnya digunakan untuk membayar deviden, membayar hutang jangka panjang, atau untuk investasi yang bisa menghasilkan tingkat kembalian lebih. Dalam melihat rasio lancar, analisis juga harus memperhatikan kondisi dan lingkungan perusahaan seperti rencana manajemen, sektor industri dan kondisi ekonomi makro secara umum.

b. Quick Test Rasio

Quick Test Ratio (QTR), yaitu kemampuan aktiva lancar minus persediaan untuk membayar kewajiban lancar. Rasio ini memberikan indikator yang lebih baik dalam melihat likuiditas perusahaan dibandingkan dengan rasio lancar, karena penghilangan unsur pesediaan dan pembayaran dimuka serta aktiva yang kurang lancar dari perhitungan rasio. Penghilangan persediaan karena

menjadi kas, pembayaran dimuka kadang-kadang juga tidak bisa dikonversi menjadi kas.

Rumusnya adalah : (Kas + setara kas + piutang) dibagi kewajiban lancar.

Dalam menganalisis rasio cepat, faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah sektor usaha dan lingkungan industri dari perusahaan. Pada jenis industri ini persediaan akan memiliki tingkat likuiditas yang lebih baik dibandingkan dengan asset lancar yang lain seperti piutang dagang dan investasi jangka pendek. c. Net Working Capital (NWC)

Net Working Capital atau modal kerja bersih. Rasio modal keja bersih digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih terhadap kewajiban lancar.

Rumusnya adalah : (Aktiva lancar – kewajiban lancar) dibagi kewajiban lancar.

2. Rasio solvabilitas, rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya jika suatu saat perusahaan dilikuidasi atau dibubarkan. Pengertian lain adalah rasio ini menunjukkan seberapa jauh perusahaan difinansir oleh pihak luar atau kreditor. Rasio solvabilitas meliputi

Debt to Asset Ratio (DAR) yaitu rasio kewajiban terhadap asset. Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko pada kreditur berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar semua kewajibannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran deviden.

Untuk menilai rasio ini faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah stabilitas laba perusahaan. Pada perusahaan yang memiliki catatan laba yang stabil, peningkatan dalam hutang lebih bisa ditoleransi dari pada perusahaan yang memiliki catatan laba yang tidak stabil.

b. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham Dari perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka

panjang, semakin rendah rasio ini akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang.

c. Equity Multiplier (EM)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan ekuitas pemegang saham. Rasio ini juga bisa diartikan sebagai berapa porsi dari aktiva perusahaan yang dibiayai oleh pemegang saham. Semakin kecil rasio ini berarti porsi pemegang saham akan semakin besar, sehingga kinerjanya semakin baik, karena persentasi untuk pembayaran bunga semakin kecil.

d. Interest Coverage (IC) atau Time Interest Earned

Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan laba dalam membayar biaya bunga untuk periode sekarang. Investor dan kreditor lebih menyukai rasio yang tinggi menunjukkan margin keamanan dari investasi yang dilakukan. Rumusnya adalah Laba sebelum pajak dan biaya bunga (EBIT) dibagi biaya bunga.

Secara umum dalam menganalisis kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya dari laporan laba rugi harus dipertimbangkan hal-hal yang akan berpengaruh pada keuntungan periode berikutnya, sehingga komponen yang tidak rutin harus

dikeluarkan dari perhitungan yaitu : (1) Pos-pos yang jarang terjadi, (2) Kegiatan yang dihentikan, (3) Pos-pos luar biasa, dan (4) pengaruh dari perubahan dalam prinsip akuntansi.

Rule of thumb dari rasio solvabilitas adalah maksimal 100%, artinya perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam bukan hutang.

3. Rasio Keuntungan atau Profitability Ratio, rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.

a. Gross Profit Margin

Rasio gross pofit margin atau margin keuntungan kotor dicari dengan penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dibagi penjualan bersih. Rasio ini berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Jadi dengan mengetahui rasio ini, kita bisa tahu bahwa untuk setiap satu barang yang terjual perusahaan memperoleh keuntungan kotor sebesar x rupiah. Kelemahan dari rasio ini adalah hanya menyediakan keuntungan kotor dari penjualan yang dilakukan tanpa memasukkan struktur biaya yang ada pada perusahaan.

Penentuan margin keuntungan kotor oleh perusahaan akan mempertimbangkan aspek struktur pasar, jenis barang, dan struktur persaingan. Pada pasar dengan persaingan yang amat ketat, margin

keuntungan kotor akan semakin rendah dibandingkan dengan pasar yang bersifat monopolistis.

b. Net Profit Margin

Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Rasio ini tidak mengambarkan besarnya persentase keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan untujk setiap penjualan karena adanya unsur pendapatan dan biaya non operasional. Kelemahan rasio ini adalah memasukkan pos atau item yang tidak berhubungan langsung dengan aktivitas penjualan seperti biaya bunga untuk pendanaan dan biaya pajak peng hasilan.

c. Return on Asset (ROA)

Laba bersih dibagi rata – rata total aktiva. Rata – rata total aktiva diperoleh dari total aktiva awal tahun ditambah total aktiva akhir tahun di bagi dua. Return on asset diperoleh dari Net Profit Margin dikalikan aset turn over adalah penjualan bersih dibagi rata–rata total aktiva. Return on Asset disebut juga Earning Power menurut sistem Du Pont. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah

perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasionalnya perusahaannya. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.

d. Return on Equity (ROE)

Laba bersih dibagi rata–rata ekuitas. Rata-rata ekuitas diperoleh dari ekuitas awal periode ditambah akhir periode dibagi dua. Rasio ini berguna untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik.

Rasio ini juga menunjukan kesuksesan manajemen dalam pelaksanaan memaksimalkan tingkat kelemahan pada pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besar pada pemegang saham. Sebagai pembandingan untuk rasio ini adalah tingkat suku bunga bebas resiko misalkan suku bangsa sertifikat bank Indonesia.

4. Rasio Aktivitas atau Activity Rasio, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan dana yang tersedia yang tercermin dalam perputaran modalnya. Rasio aktivitas ini terdiri dari :

a. Receivable Trun Over (RTO), rasio ini menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam penagihan piutang yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam menagih piutang yang dimiliki. Akan tetapi, rasio yang terlalu tinggi juga bisa mengakibatkan ketidaksukaan pelanggan sehingga bisa mengakibatkan pelanggan lari karena kebijakan kredit yang terlalu ketat. Rasio ini bisa juga dijadikan dasar untuk pemberian kebijakan kredit yang dapat meningkatkan jumlah penjualan denganmemperhitungkan piutang tidak tertagih.

b. Rata-rata Penerimaan Piutang (RPP), dengan melihat rasio ini kita bisa melihat dalam jangka waktu berapa hari piutang akan bisa diubah menjadi kas atau ditagih. Rasio penerimaan piutang yang terlalu panjang akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan karena banyaknya aktiva yang menganggur. Aspek Lain yang harus dipertimbangkan untuk mengurangi rasio penerimaan piutang adalah penurunan penjualan dan kerugian dari piutang tidak tertagih. Rumusnya adalah : Jumlah hari dalam setahun (365) dibagi receivable turn over.

c. Inventory Turn Over (ITO), rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan, dalam arti

berapa kali persediaan yang ada akan diubah menjadi penjualan. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa mengetahui likuiditas dari persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi rasio maka semakin cepat persediaan diubah menjadi penjualan. Rasio Perputaran persediaan yang terlalu rendah menunjukkan lambatnya penjualan atau terlalu banyaknya persediaan yang ada ditangan. Sebaliknya, rasio perputaran persediaan yang terlalu tinggi bisa menunjukkan kondisi persediaan yang habis sehingga bisa mengakibatkan ketidakpuasan.

Rumusnya adalah : Harga pokok penjualan dibagi rata-rata persediaan barang jadi.

d. Lama Persediaan Mengendap (LPM), rasio ini berguna untuk mengetahui jangka waktu persediaan mengendap di gudang perusahaan. Semakin cepat persediaan mengendap, maka semakin likuid persediaan tersebut sehingga tidak ada aktiva yang

menganggur terlalu lama. Rumusnya adalah : Jumlah hari dalam setahun (365) dibagi inventory turn over.

e. Total Asset Turn Over (TATO), kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan digambarkan dalam rasio ini. Dengan melihat rasio ini kita bisa

penjualan. Rumusnya adalah : Penjualan bersih dibagi rata-rata total aktiva.

Rule of thumb receivable turn over adalah sekitar 6-12 kali, sehingga waktu mengendap piutang adalah 30 sampai dengan 60 hari. Untuk persediaan, stok berkisar 30-45 hari. Total asset turn over bagi perusahaan yang produktif harus diatas satu.

D. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Meskipun analisis rasio keuangan dapat menghasilkan informasi yang bermanfaat sehubungan dengan operasi dan keadaan keuangan perusahaan, namun di dalamnya terdapat masalah dan keterbatasan yang memerlukan kehati-hatian dan pertimbangan.

Menurut Harahap (2006:298) Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan antara lain:

1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti :

a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subjektif.

b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.

c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.

d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.

5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama dan karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.

E. Pengukuran kinerja Perusahaan Perkebunan

Mengukur kinerja perusahaan adalah suatu indikator atau penilaian tingkat kinerja perusahaan dimana dengan penilaian ini dapat diketahui bahwa suatu perusahaan itu dari hasil informasi laporan keuangan perusahaan yang telah diperiksa oleh pihak auditor sehingga dapat diketahui sehat atau tidak sehat laporan keuangan suatu perusahaan.

Kegiatan menilai atau mengevaluasi kinerja perusahaan akan menghasilkan informasi yang berguna bagi perusahaan itu sendiri. Hasil dari penilaian kinerja ini akan dapat dijadikan sebagai umpan balik (feed back) bagi formulasi atau implementasi strategi. Jika terjadi penyimpangan, maka untuk menghindari agar tidak terjadi penyimpangan lagi perlu dilakukan perubahan, misalnya perubahan rencana atau kegiatan termasuk pengendaliannya.

Menurut Umar (2002:36) :

Penilaian atau evaluasi merupakan suatu proses untuk menyediakan Informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, Bagaimana perbedaan itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh.

Dari defenisi di atas dapat dijelaskan :

kebutuhan. Misalnya, untuk menentukan laba perusahaan dibutuhkan data mengenai seluruh pendapatan dan seluruh pengeluaran kemudian dianalisis dengan perhitungan matematis sederhana, sehingga akan dihasilkan besar laba perusahaan.

b. Sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui ada selisih diantara keduanya, berarti bahwa penilaian atau evaluasi dimaksudkan untuk membandingkan suatu kegiatan yang telah diselesaikan dengan yang seharusnya diselesaikan. Hasilnya apakah sesuai, dibawah standar, atau diatas standar yang telah ditentukan. Hal ini memerlukan tolak ukur tertentu, misalnya perkiraan suatu proyek yang sedang dikerjakan pada waktu tiga bulan akan selesai 75% dan pengeluaran anggaran sebesar RP 1 Milyar. Kenyataannya proyek baru diselesaikan 65% dan anggaran pengeluaran telah habis Rp 1,2 Milyar, sehingga harus diputuskan hasil dari evaluasi terhadap perbedaan ini.

Proses suatu evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya sendiri. Walaupun tidak selalu sama, tetapi yang lebih penting adalah bahwa prosesnya sejalan dengan fungsi evaluasi itu sendiri. Berikut ini merupakan salah satu tahapan evaluasi yang sifatnya umum digunakan menurut Umar (2001:39) :

a. Menentukan apa yang akan dievaluasi.

Dalam bisnis apa saja yang dapat dievaluasi dapat mengacu pada program kerja perusahaan. Pada program kerja perusahaan

Dokumen terkait