SKRIPSI
MANFAAT ANALISA RASIO KEUANGAN UNTUK
MENGUKUR KINERJA KEUANGAN PADA PT.
PERKEBUNAN SUMATERA UTARA
Oleh:
Nama : TRI UMASARI LUBIS
NIM : 040522098
Departemen : Akuntansi
Program : S1-Ekstensi
GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT UNTUK
MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI
Manfaat Analisa Ratio Keuangan Dalam Mengukur Kinerja Perusahaan Pada PT. Perkebunan Sumatera Utara
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul dimaksud belum pernah dimuat,
dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi
level program S-1 Ekstensi Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Sumatera
Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah diyatakan dengan jelas,
benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.
Medan, 14 November 2008 Yang membuat pernyataan
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt, karena atas segala
berkat dan rahmatNya yang diberikan kepada penulis sehingga akhirnya dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul: ” Manfaat Analisa Ratio Keuangan untuk
mengukur Kinerja Keuangan pada PT. Perkebunan Sumatera Utara” guna
memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi Universitas
Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak baik berupa informasi, motivasi dan saran-saran
sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si, Ak., selaku Ketua Departemen Akuntansi
dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE., M.Acc, Ak., selaku Sekretaris
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Narumondang B. Siregar, MM, Ak., selaku Dosen Pembimbing
yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan
penulis dalam skripsi ini.
Utara yang telah membimbing dan membantu penulis, serta Pegawai
Perpustakaan Fakultas Ekonomi yang telah membantu penulisan dalam
penelitian kepustakaan.
6. Kepada segenap staf dan pegawai PT. Perkebunan Sumatera Utara yang telah
membantu selama penulisan skripsi hingga skripsi ini selesai.
7. Keluarga terutama orang tua tercinta: Ibunda Hj. Aida Hafni Nasution,
kakak dan abang, terima kasih atas dukungannya.
8. Serta untuk teman-teman seperjuangan. Terimakasih untuk segalanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
menyempurnakan di masa yang akan datang. Harapan penulis semoga skripsi ini
bermanfaat bagi pembaca dan dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi
rekan-rekan yang mengadakan penelitian yang sama dengan judul skripsi ini.
Amin Ya Rabbal’ Alamin.
Medan, 14 November 2008
Penulis
keuangan ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor : Kep-100/MBU/2002 tentang Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN. Analisis yang digunakan adalah analisis likuiditas, analisis solvabilitas, analisis profitabilitas dan analisis aktivitas. Rasio keuangan yang dianalisis berdasarkan laporan keuangan tahun buku 2006 dan 2007 yang telah diaudit oleh auditor independent. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menyusun, menginterpretasikan serta menganalisisnya sehingga dapat menghasilkan informasi yang lengkap dan berdayaguna sesuai dengan judul “ Manfaat Analisa Rasio Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan pada PT. Perkebunan Sumatera Utara.” Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, antara lain teknik dokumentasi, teknik wawancara.
Penulis telah menganalisa rasio keuangan perusahaan dan dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja perusahaan mengalami kenaikan yang cukup baik dengan adanya peningkatan rasio likuiditas dan rasio profitabilitas perusahaan.
BUMN No. Kep - 100/MBU/2002 on the Performance Appraisal of State Owned Companies (BUMN). The applied analysis are liquidity, solvability, profitability and acivities analysis. The financial ratio would be analyzed is based on the financial statement in book year of 2006 and 2007 that had audited by independent auditor.
In This research, the writer applies the descriptive method, i.e all of methods are applied by data collecting, arrangement, interpretation and analysis to get a complete and feasible information in accordance with the title ”The Advantages of Financial Ratio Analysis to Appraise the Financial Performance at PT. Perkebunan Sumatera Utara”. The collected data are primary and secondary data. The applied data collecting method are documentation and interview.
The writer had analyze the financial ratio of the company and draw a conclusion that the performance of company has a high increasing by the increasing of liquidity and profitability ratios of the company.
KATA PENGANTAR... ii
ABSTRAK... iv
ABSTRACT... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN... xi
BAB – I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Perumusan Masalah... 2
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian... 3
D. Kerangka Konseptual... 4
BAB – II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Perusahaan Perkebunan... 6
B. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan... 6
C. Ratio Keuangan... 9
1. Analisa Rasio Keuangan... 9
2. Manfaat dan Tujuan Analisa Rasio Keuangan... 11
B. Jenis dan Sumber Data... 27
C. Teknik Pengumpulan Data... 27
D. Metode Analisis Data... 28
BAB – IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian 1. Sejarah Singkat & Struktur PT. Perkebunan Sumatera Utara... 29
2. Kebijakan Akuntansi Perusahaan... 37
3. Laporan Keuangan Perusahaan... 42
4. Rasio Keuangan... 46
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Analisa Rasio Keuangan... 48
a. Analisis Rasio Likuiditas... 48
b. Analisis Rasio Solvabilitas... 50
c. Analisis Rasio Profitabilitas... 52
d. Analisis Rasio Aktivitas... 55
Tabel 2.2 Laba/Rugi... 45
keuangan ini berdasarkan Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor : Kep-100/MBU/2002 tentang Penilaian Kinerja Perusahaan BUMN. Analisis yang digunakan adalah analisis likuiditas, analisis solvabilitas, analisis profitabilitas dan analisis aktivitas. Rasio keuangan yang dianalisis berdasarkan laporan keuangan tahun buku 2006 dan 2007 yang telah diaudit oleh auditor independent. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menyusun, menginterpretasikan serta menganalisisnya sehingga dapat menghasilkan informasi yang lengkap dan berdayaguna sesuai dengan judul “ Manfaat Analisa Rasio Keuangan Untuk Mengukur Kinerja Keuangan pada PT. Perkebunan Sumatera Utara.” Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Menggunakan berbagai teknik pengumpulan data, antara lain teknik dokumentasi, teknik wawancara.
Penulis telah menganalisa rasio keuangan perusahaan dan dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja perusahaan mengalami kenaikan yang cukup baik dengan adanya peningkatan rasio likuiditas dan rasio profitabilitas perusahaan.
BUMN No. Kep - 100/MBU/2002 on the Performance Appraisal of State Owned Companies (BUMN). The applied analysis are liquidity, solvability, profitability and acivities analysis. The financial ratio would be analyzed is based on the financial statement in book year of 2006 and 2007 that had audited by independent auditor.
In This research, the writer applies the descriptive method, i.e all of methods are applied by data collecting, arrangement, interpretation and analysis to get a complete and feasible information in accordance with the title ”The Advantages of Financial Ratio Analysis to Appraise the Financial Performance at PT. Perkebunan Sumatera Utara”. The collected data are primary and secondary data. The applied data collecting method are documentation and interview.
The writer had analyze the financial ratio of the company and draw a conclusion that the performance of company has a high increasing by the increasing of liquidity and profitability ratios of the company.
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini usaha perkebunan kelapa sawit cukup potensial diusahakan, hal
tersebut tak terlepas dari kebijaksanaan pemerintah untuk memperbesar
penerimaan negara dari sektor non migas dan meningkatnya permintaan minyak
sawit dunia dengan harga yang cukup menarik. Dalam proyeksi ekspor minyak
sawit dunia, berdasarkan data proyeksi dari Bank Dunia, Malaysia merupakan
negara nomor satu pengekspor minyak sawit terbesar yang disusul Indonesia di
urutan kedua. Dilihat dari luas areal perkebunan di Indonesia dengan lahan yang
cukup potensial untuk pengembangan komoditi kelapa sawit, bukan tidak
mungkin Indonesia bisa menjadi negara nomor satu pengekspor minyak sawit
dunia, hal tersebut tentunya tak terlepas dari usaha pengembangan yang dilakukan
oleh Perkebunan Besar Negara, Perkebunan Swasta Nasional dan Perkebunan
Rakyat.
Kegiatan usaha PT. Perkebunan Sumatera Utara dilaksanakan dengan
berpedoman pada arah kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah daerah.
Perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya menggunakan dana yang cukup besar
di mana dalam pengelolaannya diperlukan data yang informatif. Rasio keuangan
merupakan salah satu alat dalam mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja
kondisi keuangan di masa yang akan datang. Hasil dari analisa laporan keuangan
ini dapat dipergunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan
tersebut, baik bagi pihak intern perusahaan maupun pihak ekstern perusahaan.
Bagi pihak intern khususnya manajer, hasil dari analisa ini merupakan alat untuk
mempertanggungjawabkan kepada pemilik atau pemegang saham perusahaan
tersebut atas kepercayaannya yang telah diberikan untuk mengelola perusahaan
tersebut. Sedangkan bagi pihak ekstern perusahaan yang terdiri dari investor,
kreditor dan pemerintah hal ini berguna untuk mengetahui kondisi kerja dan
kondisi keuangan atau kinerja perusahaan tersebut.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik mengambil judul :
”Manfaat Analisa Rasio Keuangan dalam Mengukur Kinerja Perusahaan pada PT. Perkebunan Sumatera Utara.
B. Perumusan Masalah
Guna memberikan arah bagi jalannya penelitian perlu dirumuskan terlebih
dahulu permasalahan yang ada. Untuk itu penulis membatasi permasalahan yang
akan diteliti.
Adapun perumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Apakah analisa ratio keuangan bermanfaat dalam mengukur kinerja keuangan
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis mengadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat
analisa ratio keuangan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat bagi penulis
Peneliti dapat menambah pengetahuan dan pemahaman mengenai manfaat
analisa ratio keuangan dalam mengukur kinerja keuangan perusahaan.
2. Manfaat bagi perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan yang berguna dan
saran-saran tentang manfaat analisa ratio keuangan serta penilaian kinerja
yang dipandang perlu dalam rangka mencapai tujuan perusahaan secara
optimal.
3. Manfaat bagi akademisi
Sebagai bahan referensi bagi yang ingin melakukan penelitian yang sama
dengan penelitian ini maupun yang berkaitan dengan masalah ini.
D. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
yang digunakan berhubungan dengan berbagai faktor yang telah penulis
Dalam Teori Analisa Rasio Keuangan, rasio menggambarkan suatu
hubungan atau perimbangan (Mathematical Relationship) antara suatu jumlah
tertentu dengan jumlah yang lain dan menjelaskan tentang baik atau buruknya
keadaan posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut
dibandingkan dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standard.
Penjelasan ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Penelitian yang dapat dirumuskan sebagai berikut :
Rasio Lancar/Current Ratio, Rasio Kas/Cash Ratio, Networking Capital, Debt To
Asset Ratio, Debt To Equity Ratio, Equity Multiflier, Interest Coverage, Gross
Profit Margin, Net Profit Margin, Return on Asset (ROA), Return on Equity
(ROE), Receivable Turn Over, Rata-rata penerimaan barang, berpengaruh untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perusahaan perkebunan memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan perusahaan lain, yang ditunjukkan oleh adanya aktivitas
pengelolaan dan tansformasi biologis atas tanaman untuk menghasilkan produk
yang akan dikonsumsi atau diproses lebih lanjut.
A. Karakteristik Perusahaan Perkebunan
Menurut Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE-02/PM/2002 tanggal 27 desember 2002, Karakteristik Perusahaan Perkebunan
dapat digolongkan menjadi :
1. Pembibitan dan penanaman, yaitu proses pengelolaan bibit tanaman agar siap untuk ditanam dan diikuti dengan proses penanaman.
2. Pemeliharaan, berupa pemeliharaan tanaman melalui proses pertumbuhan dan pemupukan hingga dapat menghasilkan produk. 3. Pemungutan hasil, yaitu proses pengambilan atau panen atas
produksi tanaman untuk kemudian dijual atau dibibitkan kembali. 4. Pengemasan dan pemasaran, yaitu proses lebih lanjut yang
dibutuhkan agar produk tersebut siap dijual.
Dalam kegiatannya, perusahaan perkebunan seringkali bekerja sama dengan masyarakat setempat dan pihak terkait lainnya. Bentuk kerja sama meliputi pengadaan proyek kebun plasma diatas lahan milik masyarakat atau penyediaan lahan perusahaan yang dikelola oleh masyarakat. Kerja sama tersebut merupakan karakteristik tambahan sektor perkebunan yang tercermin dalam penyajian dan pengungkapan laporan keuangan perusahaan.
Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai
suatu alat penguji dan pekerjaan bagi pembukuan. Akan tetapi untuk selanjutnya
laporan keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar
untuk menentukan dan menilai posisi keuangan suatu perusahaan, dimana hasil
analisis tersebut pihak-pihak yang berkepentingan dapat mengambil suatu
keputusan.
Laporan Keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi
kesehatan perusahaan adalah laporan keuangan yang terdiri dari neraca,
perhitungan laba-rugi, ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan.
Laporan keuangan adalah hasil akhir proses akuntansi. Setiap transaksi yang dapat
diukur dengan nilai uang, dicatat dan diolah sedemikian rupa. Laporan akhir pun
disajikan dalam nilai uang.
Menurut Tampubolon dan Lubis (2001:1) Pengertian laporan Keuangan
sebagai berikut, ”Laporan Keuangan adalah laporan yang dibuat secara sistematis
oleh pembukuan pada akhir periode akuntansi yang dapat dijadikan sumber
informasi keuangan suatu perusahaan, bagi pihak intern maupun ekstern
perusahaan”.
Dengan demikian laporan keuangan merupakan sumber informasi keuangan
suatu perusahaan yang dipergunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Pemakai laporan
keuangan meliputi pemegang saham, manajer, karyawan dan serikat pekerja,
2. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut Surat Edaran Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor : SE
-02/PM/2002 Tanggal 27 desember 2002, Tujuan Laporan Keuangan adalah
sebagai berikut,
untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, perubahan ekuitas dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung-jawaban (stewardship) manajemen atas pengguna sumber-sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Manajemen suatu perusahaan menyiapkan laporan keuangan dengan
menggunakan cara yang berbeda sesuai dengan tujuan perusahaan
masing-masing. Laporan keuangan harus mengikuti Standar Akuntansi Keuangan bila
diterbitkan untuk orang lain. Laporan keuangan juga menampung catatan dan
schedul tambahan serta informasi lainnya misalnya, laporan tersebut mungkin
menampung informasi tambahan yang relevan dengan kebutuhan pemakai neraca
dan laporan laba rugi.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:12), tujuan laporan keuangan
adalah sebagai berikut :
a. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
b. Laporan Keuangan disusun untuk memenuhi kebutuhan bersama oleh sebagian besar pemakainya, yang secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu.
c. Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
C. Rasio Keuangan 1. Analisis Rasio Keuangan
Ada beberapa tehnik analisis laporan keuangan yang digunakan, seperti
Analisis Rasio, Analisis Perbandingan yang terdiri dari Analisis Vertikal
(Common Size Analisys) dan Analisis Horizontal (Horizontal Analisys), Analisis
Trend, Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, Analisis Perubahan Laba Kotor dan
Analisis break-even.
Tetapi jenis analisis yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
Analisis Rasio. Pentingnya analisis rasio keuangan juga digunakan untuk
mendapatkan tolak ukur tertentu. Tolak ukur tersebut digunakan untuk
membandingkan kinerja suatu perusahaan pada tahun–tahun tertentu dengan
kinerja tahun-tahun sebelumnya dan sesudahnya atau membandingkan kinerja
perusahaan dengan kinerja perusahaan lain dari industri yang sama. Menurut
Harahap (2006:297), ”Pengertian Ratio Keuangan bahwa : angka yang di peroleh
dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti)”. Rasio merupakan
bentuk matematis sederhana yang menyatakan hubungan satu bagian dengan
bagian yang lain, yang merupakan perbandingan antara satu bagian dengan bagian
yang lain. Menurut Djarwanto (2001:123) yang dimaksud dengan rasio dalam
analisis laporan keuangan adalah : “suatu angka menunjukkan hubungan antara
suatu unsur lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur-unsur
Menurut Subramanyam dkk (2005:36) ”Analisa rasio merupakan salah satu
alat analisis keuangan yang paling populer dan banyak digunakan. Namun
perannya sering disalahpahami dan sebagai konsekuensinya, kepentingannya
sering dilebih-lebihkan. Sebuah rasio menyatakan hubungan matematis antara dua
kuantitas”. Analisis rasio keuangan merupakan alat yang penting dan berguna
bagi manajer keuangan maupun pihak-pihak lain diluar perusahaan. Bagi manajer
keuangan analisis rasio keuangan digunakan untuk menilai kinerja yang telah
dicapai perusahaan, yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai dasar dalam
pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen khususnya fungsi perencanaan dan
pengendalian. Sedangkan untuk pihak di luar perusahaan umumnya
berkepentingan terhadap prospek perusahaan di masa yang akan datang. Analisis
rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kebangkrutan usaha, untuk
analisis pemberian kredit dan dalam analisis efek (saham dan obligasi). Dalam
analisis kredit membantu manajer kredit menentukan dengan cepat
perusahaan-perusahaan mana yang segera diberikan kredit.
Rasio keuangan memberikan dasar untuk menjawab beberapa pertanyaan
penting berkaitan dengan kesehatan keuangan perusahaan, antara lain :
a. Bagaimana likuiditas perusahaan ?
b. Apakah manajemen menghasilkan cukup keuntungan dari aktiva
perusahaan ?
c. Bagaimanakah manajemen membiayai investasinya?
d. Apakah pemegang saham umum menerima laba yang cukup dari
Dari Pertanyaan diatas dapat dijelaskan :
a. Likuiditas berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk memenuhi
segenap hutang atau kewajibannya dan mengkonversikan aktiva menjadi
kas. Faktor ini jelas sangat penting bagi kreditur-kreditur perusahaan.
b. Manajemen menghasilkan cukup keuntungan dari aktiva perusahaan
karena tujuan utama pembelian aktiva adalah menciptakan keuntungan,
analis perlu memiliki pedoman atas tingkat keuntungan perusahaan.
c. Keputusan ini mempunyai pengaruh langsung terhadap tingkat hasil bagi
para pemegang saham umum.
d. Tugas manajer keuangan adalah memaksimalkan nilai dari saham umum
dan bagian laba/keuntungan bagi para investor. Tingkat hasil itu sendiri
merupakan pertimbangan pokok para investor dalam membeli saham
perusahaan
2. Manfaat dan tujuan analisa rasio keuangan
Menurut Rangkuti, (2004:69) “Analisis ratio keuangan merupakan teknik
untuk mengetahui secara cepat kinerja keuangan perusahaan”. Tujuannya adalah :
1. Mengevaluasi situasi yang terjadi saat ini.
2. Memprediksi kondisi keuangan masa yang akan datang.
Dari defenisi diatas rasio keuangan sangat bermanfaat bagi perusahaan
mengetahui kelemahan dan kekuatan dibidang keuangan dan sangat membantu
3. Jenis-jenis Rasio Keuangan
Untuk mengukur keuangan perusahaan dapat digunakan dengan
menggunakan beberapa rasio. Setiap rasio memiliki tujuan dan mengandung arti
tertentu. Setiap rasio diukur dan diintepretasikan sehingga menjadi berarti bagi
pengambilan keputusan. Berdasarkan sumber datanya dari mana rasio tersebut
dibuat, Riyanto (2001:254) membedakan rasio-rasio itu menjadi tiga, yaitu :
a. Rasio-rasio neraca (balanced racios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca. Misalnya rasio Lancar (current
rasio), rasio cepat (quick ratio) rasio modal sendiri dengan total
aktiva, rasio aktiva tetap dengan hutang jangka panjang dan lain sebagainya.
b. Rasio-rasio laporan laba rugi (income statement ratios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari laporan laba rugi. Misalnya rasio-rasio laba bruto dengan penjualan netto, operating ratio, dan lain-lain.
c. Rasio-rasio antar laporan keuangan (interstatement ratios), yaitu rasio-rasio yang disusun dari data, baik yang berasal dari neraca maupun laporan laba rugi. Misalnya rasio penjualan netto dengan aktiva usaha, rasio penjualan kredit dengan piutang rata-rata, rasio harga pokok penjualan dengan persediaan rata-rata dan lain sebagainya.
Menurut Darsono & Ashari (2004:51) dijelaskan “jenis-jenis rasio-rasio
keuangan yang digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan adalah rasio
neraca (Likuiditas dan solvabilitas), rasio laba rugi (profitablitas) dan rasio neraca
aktivitas”.
1. Rasio Likuiditas, rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban atau hutang-hutang jangka pendeknya. Rasio
liquiditas meliputi
a. Rasio Lancar
Rasio Lancar (current ratio), yaitu kemampuan aktiva lancar
aktiva lancar yang dimiliki. Rasio lancar ini sangat penting karena
masalah arus kas jangka pendek bisa mengakibatkan perusahaan
bangkrut. Rumus Rasio Lancar adalah Aktiva Lancar dibagi
Kewajiban Lancar.
Semakin tinggi rasio lancar seharusnya semakin besar kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka pendek. Tetapi
rasio lancar yang terlalu tinggi juga menunjukkan manajemen yang
buruk atas sumber likuiditas. Kelebihan dalam aktiva lancar
seharusnya digunakan untuk membayar deviden, membayar hutang
jangka panjang, atau untuk investasi yang bisa menghasilkan
tingkat kembalian lebih. Dalam melihat rasio lancar, analisis juga
harus memperhatikan kondisi dan lingkungan perusahaan seperti
rencana manajemen, sektor industri dan kondisi ekonomi makro
secara umum.
b. Quick Test Rasio
Quick Test Ratio (QTR), yaitu kemampuan aktiva lancar minus
persediaan untuk membayar kewajiban lancar. Rasio ini
memberikan indikator yang lebih baik dalam melihat likuiditas
perusahaan dibandingkan dengan rasio lancar, karena penghilangan
unsur pesediaan dan pembayaran dimuka serta aktiva yang kurang
menjadi kas, pembayaran dimuka kadang-kadang juga tidak bisa
dikonversi menjadi kas.
Rumusnya adalah : (Kas + setara kas + piutang) dibagi kewajiban
lancar.
Dalam menganalisis rasio cepat, faktor lain yang perlu
dipertimbangkan adalah sektor usaha dan lingkungan industri dari
perusahaan. Pada jenis industri ini persediaan akan memiliki
tingkat likuiditas yang lebih baik dibandingkan dengan asset lancar
yang lain seperti piutang dagang dan investasi jangka pendek.
c. Net Working Capital (NWC)
Net Working Capital atau modal kerja bersih. Rasio modal keja
bersih digunakan untuk mengetahui rasio modal bersih terhadap
kewajiban lancar.
Rumusnya adalah : (Aktiva lancar – kewajiban lancar) dibagi
kewajiban lancar.
2. Rasio solvabilitas, rasio ini untuk mengukur kemampuan perusahaan
untuk membayar hutang-hutangnya jika suatu saat perusahaan
dilikuidasi atau dibubarkan. Pengertian lain adalah rasio ini
menunjukkan seberapa jauh perusahaan difinansir oleh pihak luar atau
kreditor. Rasio solvabilitas meliputi
Debt to Asset Ratio (DAR) yaitu rasio kewajiban terhadap asset.
Rasio ini menekankan pentingnya pendanaan hutang dengan jalan
menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh
hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan
perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva akibat
kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga pada kreditor. Nilai
rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko pada
kreditur berupa ketidakmampuan perusahaan dalam membayar
semua kewajibannya. Dari pihak pemegang saham, rasio yang
tinggi akan mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi yang
pada akhirnya akan mengurangi pembayaran deviden.
Untuk menilai rasio ini faktor lain yang perlu dipertimbangkan
adalah stabilitas laba perusahaan. Pada perusahaan yang memiliki
catatan laba yang stabil, peningkatan dalam hutang lebih bisa
ditoleransi dari pada perusahaan yang memiliki catatan laba yang
tidak stabil.
b. Debt to Equity Ratio (DER)
Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang
saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin
rendah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang
panjang, semakin rendah rasio ini akan semakin baik kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjang.
c. Equity Multiplier (EM)
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
mendayagunakan ekuitas pemegang saham. Rasio ini juga bisa
diartikan sebagai berapa porsi dari aktiva perusahaan yang dibiayai
oleh pemegang saham. Semakin kecil rasio ini berarti porsi
pemegang saham akan semakin besar, sehingga kinerjanya
semakin baik, karena persentasi untuk pembayaran bunga semakin
kecil.
d. Interest Coverage (IC) atau Time Interest Earned
Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan laba dalam
membayar biaya bunga untuk periode sekarang. Investor dan
kreditor lebih menyukai rasio yang tinggi menunjukkan margin
keamanan dari investasi yang dilakukan. Rumusnya adalah Laba
sebelum pajak dan biaya bunga (EBIT) dibagi biaya bunga.
Secara umum dalam menganalisis kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajibannya dari laporan laba rugi harus
dipertimbangkan hal-hal yang akan berpengaruh pada keuntungan
dikeluarkan dari perhitungan yaitu : (1) Pos-pos yang jarang
terjadi, (2) Kegiatan yang dihentikan, (3) Pos-pos luar biasa, dan
(4) pengaruh dari perubahan dalam prinsip akuntansi.
Rule of thumb dari rasio solvabilitas adalah maksimal 100%,
artinya perusahaan banyak mengandalkan modal dari dalam bukan
hutang.
3. Rasio Keuntungan atau Profitability Ratio, rasio ini menunjukkan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba.
a. Gross Profit Margin
Rasio gross pofit margin atau margin keuntungan kotor dicari
dengan penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dibagi
penjualan bersih. Rasio ini berguna untuk mengetahui keuntungan
kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual. Jadi dengan
mengetahui rasio ini, kita bisa tahu bahwa untuk setiap satu barang
yang terjual perusahaan memperoleh keuntungan kotor sebesar x
rupiah. Kelemahan dari rasio ini adalah hanya menyediakan
keuntungan kotor dari penjualan yang dilakukan tanpa
memasukkan struktur biaya yang ada pada perusahaan.
Penentuan margin keuntungan kotor oleh perusahaan akan
mempertimbangkan aspek struktur pasar, jenis barang, dan struktur
keuntungan kotor akan semakin rendah dibandingkan dengan pasar
yang bersifat monopolistis.
b. Net Profit Margin
Rasio ini menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh
oleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Rasio ini
menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh
perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan. Rasio ini tidak
mengambarkan besarnya persentase keuntungan bersih yang
diperoleh perusahaan untujk setiap penjualan karena adanya unsur
pendapatan dan biaya non operasional. Kelemahan rasio ini adalah
memasukkan pos atau item yang tidak berhubungan langsung
dengan aktivitas penjualan seperti biaya bunga untuk pendanaan
dan biaya pajak peng hasilan.
c. Return on Asset (ROA)
Laba bersih dibagi rata – rata total aktiva. Rata – rata total aktiva
diperoleh dari total aktiva awal tahun ditambah total aktiva akhir
tahun di bagi dua. Return on asset diperoleh dari Net Profit Margin
dikalikan aset turn over adalah penjualan bersih dibagi rata–rata
total aktiva. Return on Asset disebut juga Earning Power menurut
sistem Du Pont. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang
perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam
kegiatan operasionalnya perusahaannya. Rasio ini juga memberikan
ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena
menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva
untuk memperoleh pendapatan.
d. Return on Equity (ROE)
Laba bersih dibagi rata–rata ekuitas. Rata-rata ekuitas diperoleh
dari ekuitas awal periode ditambah akhir periode dibagi dua. Rasio
ini berguna untuk mengetahui besarnya kembalian yang diberikan
oleh perusahaan untuk setiap rupiah modal dari pemilik.
Rasio ini juga menunjukan kesuksesan manajemen dalam
pelaksanaan memaksimalkan tingkat kelemahan pada pemegang
saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena
memberikan tingkat kembalian yang lebih besar pada pemegang
saham. Sebagai pembandingan untuk rasio ini adalah tingkat suku
bunga bebas resiko misalkan suku bangsa sertifikat bank
Indonesia.
4. Rasio Aktivitas atau Activity Rasio, rasio ini mengukur kemampuan
perusahaan dalam menggunakan dana yang tersedia yang tercermin
a. Receivable Trun Over (RTO), rasio ini menggambarkan kualitas
piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam penagihan
piutang yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik
kemampuan perusahaan dalam menagih piutang yang dimiliki.
Akan tetapi, rasio yang terlalu tinggi juga bisa mengakibatkan
ketidaksukaan pelanggan sehingga bisa mengakibatkan pelanggan
lari karena kebijakan kredit yang terlalu ketat. Rasio ini bisa juga
dijadikan dasar untuk pemberian kebijakan kredit yang dapat
meningkatkan jumlah penjualan denganmemperhitungkan piutang
tidak tertagih.
b. Rata-rata Penerimaan Piutang (RPP), dengan melihat rasio ini kita
bisa melihat dalam jangka waktu berapa hari piutang akan bisa
diubah menjadi kas atau ditagih. Rasio penerimaan piutang yang
terlalu panjang akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan
karena banyaknya aktiva yang menganggur. Aspek Lain yang
harus dipertimbangkan untuk mengurangi rasio penerimaan
piutang adalah penurunan penjualan dan kerugian dari piutang
tidak tertagih. Rumusnya adalah : Jumlah hari dalam setahun (365)
dibagi receivable turn over.
c. Inventory Turn Over (ITO), rasio ini berguna untuk mengetahui
berapa kali persediaan yang ada akan diubah menjadi penjualan.
Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa mengetahui likuiditas dari
persediaan yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi rasio
maka semakin cepat persediaan diubah menjadi penjualan. Rasio
Perputaran persediaan yang terlalu rendah menunjukkan lambatnya
penjualan atau terlalu banyaknya persediaan yang ada ditangan.
Sebaliknya, rasio perputaran persediaan yang terlalu tinggi bisa
menunjukkan kondisi persediaan yang habis sehingga bisa
mengakibatkan ketidakpuasan.
Rumusnya adalah : Harga pokok penjualan dibagi rata-rata
persediaan barang jadi.
d. Lama Persediaan Mengendap (LPM), rasio ini berguna untuk
mengetahui jangka waktu persediaan mengendap di gudang
perusahaan. Semakin cepat persediaan mengendap, maka semakin
likuid persediaan tersebut sehingga tidak ada aktiva yang
menganggur terlalu lama. Rumusnya adalah : Jumlah hari dalam
setahun (365) dibagi inventory turn over.
e. Total Asset Turn Over (TATO), kemampuan perusahaan dalam
menggunakan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan
penjualan. Rumusnya adalah : Penjualan bersih dibagi rata-rata total
aktiva.
Rule of thumb receivable turn over adalah sekitar 6-12 kali, sehingga waktu
mengendap piutang adalah 30 sampai dengan 60 hari. Untuk persediaan, stok
berkisar 30-45 hari. Total asset turn over bagi perusahaan yang produktif harus
diatas satu.
D. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Meskipun analisis rasio keuangan dapat menghasilkan informasi yang
bermanfaat sehubungan dengan operasi dan keadaan keuangan perusahaan,
namun di dalamnya terdapat masalah dan keterbatasan yang memerlukan
kehati-hatian dan pertimbangan.
Menurut Harahap (2006:298) Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan antara
lain:
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti :
a. Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgement yang dapat dinilai bias atau subjektif.
b. Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.
c. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak pada angka rasio.
d. Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bisa diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia, akan menimbulkan kesulitan menghitung rasio.
5. Dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama dan karenanya jika dilakukan perbandingan bisa menimbulkan kesalahan.
E. Pengukuran kinerja Perusahaan Perkebunan
Mengukur kinerja perusahaan adalah suatu indikator atau penilaian tingkat
kinerja perusahaan dimana dengan penilaian ini dapat diketahui bahwa suatu
perusahaan itu dari hasil informasi laporan keuangan perusahaan yang telah
diperiksa oleh pihak auditor sehingga dapat diketahui sehat atau tidak sehat
laporan keuangan suatu perusahaan.
Kegiatan menilai atau mengevaluasi kinerja perusahaan akan menghasilkan
informasi yang berguna bagi perusahaan itu sendiri. Hasil dari penilaian kinerja
ini akan dapat dijadikan sebagai umpan balik (feed back) bagi formulasi atau
implementasi strategi. Jika terjadi penyimpangan, maka untuk menghindari agar
tidak terjadi penyimpangan lagi perlu dilakukan perubahan, misalnya perubahan
rencana atau kegiatan termasuk pengendaliannya.
Menurut Umar (2002:36) :
Penilaian atau evaluasi merupakan suatu proses untuk menyediakan Informasi tentang sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, Bagaimana perbedaan itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya serta bagaimana manfaat yang telah dikerjakan itu bila dibandingkan dengan harapan-harapan yang ingin diperoleh.
Dari defenisi di atas dapat dijelaskan :
kebutuhan. Misalnya, untuk menentukan laba perusahaan dibutuhkan data
mengenai seluruh pendapatan dan seluruh pengeluaran kemudian
dianalisis dengan perhitungan matematis sederhana, sehingga akan
dihasilkan besar laba perusahaan.
b. Sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah tercapai, bagaimana perbedaan
pencapaian itu dengan suatu standar tertentu untuk mengetahui ada selisih
diantara keduanya, berarti bahwa penilaian atau evaluasi dimaksudkan
untuk membandingkan suatu kegiatan yang telah diselesaikan dengan yang
seharusnya diselesaikan. Hasilnya apakah sesuai, dibawah standar, atau
diatas standar yang telah ditentukan. Hal ini memerlukan tolak ukur
tertentu, misalnya perkiraan suatu proyek yang sedang dikerjakan pada
waktu tiga bulan akan selesai 75% dan pengeluaran anggaran sebesar RP 1
Milyar. Kenyataannya proyek baru diselesaikan 65% dan anggaran
pengeluaran telah habis Rp 1,2 Milyar, sehingga harus diputuskan hasil
dari evaluasi terhadap perbedaan ini.
Proses suatu evaluasi pada umumnya memiliki tahapan-tahapannya sendiri.
Walaupun tidak selalu sama, tetapi yang lebih penting adalah bahwa prosesnya
sejalan dengan fungsi evaluasi itu sendiri. Berikut ini merupakan salah satu
tahapan evaluasi yang sifatnya umum digunakan menurut Umar (2001:39) :
a. Menentukan apa yang akan dievaluasi.
Dalam bisnis apa saja yang dapat dievaluasi dapat mengacu pada program kerja perusahaan. Pada program kerja perusahaan itulah akan terdapat aspek-aspek yang memerlukan untuk dievaluasi. Tetapi biasanya yang diprioritaskan untuk dievaluasi adalah hal-hal yang menjadi faktor kunci suksesnya.
Sebelum evaluasi dilakukan, tentukan dahulu design evaluasinya agar data apa yang dibutuhkan, tahapan-tahapan kerja apa yang dilakukan, siapa saja yang akan dilibatkan, dan apa saja yang yang akan dihasilkan menjadi jelas.
c. Pegumpulan data
Berdasarkan design yang telah ditetapkan, pengumpulan data dapat dilakukan secara efektif dan efisien, yaitu sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku dan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.
d. Pengolahan dan analisis data
Setelah data terkumpul, data tersebut diolah untuk dikelompokkan agar mudah dianalisis dengan menggunakan alat-alat analisis yang sesuai, sehingga dapat menghasilkan fakta yang dapat dipercaya. Selanjutnya dibandingkan antara fakta dan harapan/rencana untuk menghasilkan perbedaan (gap). Besarnya perbedaan tersebut akan disesuaikan dengan tolak ukur tertentu sebagai hasil evaluasinya.
e. Pelaporan hasil evaluasi
Agar hasil evaluasi dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, hendaknya hasil evaluasi didokumentasikan secara tertulis dan dikonfirmasikan baik secara lisan maupun tulisan.
f. Tindak lanjut hasil evaluasi
Evaluasi merupakan salah satu bagian dari fungsi manajemen. Oleh karena itu hasil evaluasi hendaknya dimanfaatkan oleh manajemen untuk mengambil keputusan dalam rangka mengatasi masalah manajemen, baik ditingkat strategi maupun ditingkat implementasi strategi.
Dalam kamus istilah akuntansi, Aliminsyah dan Padji (2003:215)
mengartikan kinerja sebagai berikut :
Suatu istilah umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu periode, sering dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang diproyeksikan, suatu standar efisiensi, pertanggungjawaban atau akuntabilitas manajemen dan semacamnya.
demikian kinerja diartikan sebagai suatu istilah untuk mengukur dan menilai
kegiatan suatu organisasi.
Evaluasi kinerja dapat dilakukan pada berbagai bidang pekerjaan, termasuk
diantaranya dalam bidang organisasi baik organisasi nirlaba maupun organisasi
laba (perusahaan). Dalam skripsi ini evaluasi akan diarahkan pada organisasi laba.
Dari beberapa definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa penilaian kinerja
merupakan suatu proses untuk menyediakan informasi tentang sejauh mana suatu
kegiatan tertentu telah tercapai, bagaimana perbedaan pencapaian itu dengan suatu
standar tertentu untuk mengetahui apakah ada selisih diantara keduanya dan
bagaimana tindak lanjut atas perbedaan tersebut. Jadi tampak jelas untuk
melakukan evaluasi dibutuhkan tolak ukur tertentu sebagai acuan, seperti yang
terdapat dalam suatu program kerja. Program kerja ini pada gilirannya akan
dilaksanakan dan dievaluasi.
Rasio Keuangan dihitung berdasarkan SK Menteri BUMN No. Kep.
100/MBU/2002 tanggal 4 juni 2002 tentang Penilaian Kesehatan BUMN, Pasal 3
(2) yang menyatakan :
2. Tingkat Kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan penilaian terhadap kinerja Perusahaan untuk tahun buku yang bersangkutan yang meliputi penilaian :
a. Aspek Keuangan. b. Aspek Operasional. c. Aspek Administrasi.
Dalam skripsi ini penulis hanya membahas penilaian kinerja dari aspek
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam menulis skripsi ini, penulis melakukan penelitian di PT. Perkebunan
Sumatera Utara. Jl. Letjend Jamin Ginting Km. 13 No. 45 Medan dan waktu
penelitian dimulai pada bulan November 2007 sampai dengan selesai.
B. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer, yaitu data yang belum diolah yang diperoleh langsung
dikumpulkan peneliti dari objek penelitian. Dalam hal ini data yang di
gunakan merupakan data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan kepala
bagian keuangan dan staf keuangan.
2. Data sekunder, yaitu data yang telah diolah dan diperoleh langsung dari
sumber yang sudah terdokumentasi di perusahaan, seperti Sejarah Singkat
Perusahaan, Struktur Organisasi Perusahaan, Laporan Keuangan tahun 2006
dan 2007.
C. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penelitian
1. Teknik Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data yang berkaitan dengan
masalah analisa rasio keuangan dan mempelajari teori-teori yang diharapkan
dapat menyelesaikan masalah yang ada.
2. Teknik Wawancara, yaitu pengumpulan data primer dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkompeten untuk
memperoleh data pada PT. Perkebunan Sumatera Utara.
D. Metode Analisis Data
Dalam mengolah dan menganalisis data, penulis menggunakan Metode
Deskriptif, yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data,
menyusun, menginterpretasikan serta menganalisisnya sehingga menghasilkan
kesimpulan mengenai gambaran yang sebenarnya serta membandingkannya
BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A. Data Penelitian
1. Sejarah Singkat & Struktur Organisasi Perusahaan
PT. Perkebunan Sumatera Utara (Persero) merupakan salah satu badan
usaha milik daerah Provinsi Sumatera Utara, didirikan berdasarkan Peraturan
Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 16 Tahun 1979 dengan bentuk badan
hukum yang pertama sekali berupa Perusahaan Daerah (PD). Kemudian
disempurnakan dengan Peraturan Daerah (PD). Kemudian disempurnakan dengan
Peraturan Daerah Nomor 24 tahun 1985 yang disahkan dengan Keputusan
Menteri Dalam Negeri Nomor 539.22-1434 tanggal 16 Oktober 1985 dan
diundangkan dalam lembaran daerah Provinsi Sumatera Utara tanggal 29 Januari
1986.
Dalam rangka mengantisipasi era globalisasi (perdagangan bebas) dan
turut serta membantu Pemerintah dalam menggerakkan ekonomi kerakyatan,
dipandang perlu meningkatkan peran dan fungsi Perusahaan Daerah Perkebunan
Sumatera Utara sehingga mampu menarik minat investor baru untuk turut serta
dalam penyertaan modal, dan berdasarkan pertimbangan tersebut, PD. Perkebunan
Sumatera Utara berubah bentuk badan hukumnya seperti yang sekarang ini
menjadi PT. (Perseroan Terbatas) Perkebunan Sumatera Utara berdasarkan
No. 98 yang dibuat dihadapan Notaris Alina Hanum, SH tanggal 29 Agustus
2005.
Tujuan utama pendirian perusahaan adalah untuk mengembangkan
perekonomian daerah dan untuk menambah Pendapatan Asli Daerah Provinsi
Sumatera Utara.
Komoditi yang dikelola PT. Perkebunan Sumatera Utara meliputi kelapa sawit
dan tanaman karet, dengan luas areal per Desember 2005 seluruhnya berjumlah
6.478,29 Ha.
PT. Perkebunan Sumatera Utara memiliki 4 (empat) Daerah operasional
lahan perkebunan di Sumatera Utara, yaitu di Kabupaten Asahan (Tanjung Kasau,
2.591,47 Ha. Karet dan Kelapa Sawit) dan Kabupaten Deli Serdang (Sei Kari,
470,50 Ha. Karet dan Kelapa Sawit) dan Kabupaten Mandailing Natal (Simp.
Gambir, 1.582,42 Ha. Kelapa Sawit dan Patiluban, 1.833,90 Ha. Kelapa Sawit).
Jenis produk yang dihasilkan berupa : Crude Palm Oil (CPO), Inti Kelapa
Sawit/kernel (IKS), Tandan Buah Segar Kelapa Sawit (TBS), Rubber Smoked
Sheet (RSS), dan Lumps.
PT. Perkebunan Sumatera Utara memiliki (1) satu unit Pabrik Kelapa Sawit
(PKS) dengan kapasitas 20 ton per jam yang berlokasi di Tanjung Kasau
Kabupaten Asahan.
Saat ini PT. Perkebunan Sumatera Utara memiliki struktur organisasi seperti
yang dapat dilihat pada lampiran 1 dengan hanya memiliki seorang Direktur yaitu
Ir. Heriati Chaidir, dibantu oleh Satuan Pengawasan Intern (SPI) dan sejumlah
Adapun Susunan Dewan Komisaris berdasarkan Akte Pendirian Perseroan
Terbatas Nomor : 98 adalah sebagai berikut :
Komisaris Utama : Drs. H. Muhyan Tambuse
Komisaris : Drs. Jhon Tafbu Ritonga M.Ec
Komisaris : Drs. Edward Simanjuntak, MM
a. Uraian tugas
1. Direktur
Adapun tanggung jawab dan tugas-tugas :
a. Menjalankan tugas-tugas yang didelegasikan Direktur Utama.
b. Memeriksa dan menganalisis laporan-laporan yang diberikan oleh
bagian-bagian atau unit-unit dan meneruskannya ke Direktur Utama.
c. Mengkoordinir, mengawasi dan memeriksa pekerjaan yang dilakukan oleh
bagian-bagian dan unit-unit kerja.
d. Mengadakan pertemuan rutin dan khusus dengan pihak-pihak terkait
dilingkungan Perseroan dan melaporkan hasilnya ke Direktur Utama.
e. Melakukan kunjungan kerja ke bagian-bagian atau kebun dalam rangka untuk
koordinasikan dan/atau tindak lanjut laporan SPI dan audit Ekstern.
f. Memberikan usulan, saran dan pertimbangan atas operasional Perseroan
kepada Direktur Utama.
g. Memberikan usulan, saran dan pertimbangan atas penyusunan standard Sistem
Akuntansi dan Keuangan perseroan dan system evaluasi kinerja Pegawai
h. Memberikan usulan, saran, dan pertimbangan kepada Direktur Utama dalam
hal pengangkatan dan pemberhentian pegawai perseroan jabatan Struktural
dan Non Struktural.
i. Memberikan usulan, saran dan pertimbangan penyusunan Standart
Operasional dibidang Produksi.
j. Menjalankan kewajiban-kewajiban lain sesuai dengan Anggaran Dasar.
2. Kepala Satuan Pengawasan Intern (Ka. SPI) Adapun tanggung jawab dan tugas-tugasnya sebagai berikut :
a. Berdasarkan Tujuan, Sasaran dan Target Kerja Tahunan SPI, Menyusun
Strategi Kebijakan Tujuan, Sasaran dan Target Kerja.
b. Memimpin, mengawasi opeasional dan mengevaluasi kinerja.
c. Menyusun dan menyiapkan prosedur pelatihan, evaluasi dan pengembangan
personil.
d. Membuat, menentukan dan merevisi tata cara, prosedur dan teknis
pengawasan Bidang SPI Kebun dan Kantor Direksi
e. Mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan pengawasan di bidang SPI
f. Melaksanakan penyusunan RAK/RAPB
g. Melaksanakan tugas-tugas lain yang dibebankan dan didelegasikan oleh
Direksi.
3. Kepala Sub Satuan Pengawasan Intern Bidang Umum, Sdm dan Keuangan.
a. Berdasarkan tujuan, sasaran dan target kerja Sub SPI Bidang Umum, SDM
dan Keuangan, menetapkan tugas-tugas dan tanggung jawab Urusan Sub SPI
Bidang Umum, SDM dan Keuangan.
b. Memimpin dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan
c. Melaksanakan dan memelihara pengarsipan data-data secara teratur, rapi dan
konsisten.
d. Menyusun RAK/RAPB di sub bagiannya
e. Mensosialisasikan kebijakan perseroan yang berkenaan dengan Sub SPI
Bidang Umum, SDM dan Keuangan.
f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang dibebankan dan didelegasikan oleh
Kepala Satuan Pengawasan Intern.
g. Melaksanakan koordinasi dengan sub bagian lainnya.
4. Kepala Sub Satuan Pengawasan Intern Bidang Tanaman, Produksi, Konversi, Pengembangan, Teknik dan Pengelolaan.
Adapun tanggung jawab dan tugas-tugas :
a. Berdasarkan tujuan, sasaran dan target kerja sub tanaman, produksi, konversi,
pengembangan, teknik dan pengolahan menetapkan tugas dan tanggung jawab
urusan sub satuan pengawasan bidang tanaman, produksi, konversi,
pengembangan, teknik dan pengolahan.
b. Memimpin dan mengawasi, mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan sub
tanaman, produksi, konversi, pengembangan, teknik dan pengolahan agar
c. Melaksanakan seluruh kegiatan dari sub satuan pengawasan inter bidang
tanaman, produksi, konversi, pengembangan, teknik dan pengolahan.
d. Melaksanakan dan memelihara pengarsipan data-data secara teratur, rapi dan
konsisten.
e. Menyusun RAK/RAPB di sub bagiannya.
f. Melaksanakan tugas-tugas lain yang dibebankan dan didelegasikan oleh
kepala satuan pengawasan intern.
g. Melaksanakan koordinasi dengan sub bagian lainnya.
5. Kepala Bagian Umum
Adapun tanggung jawab dan tugas-tugas :
a. Berdasarkan tujuan, sasaran dan target kerja tahunan bagian umum
menetapkan strategi, kebijakan, tujuan, sasaran, dan target kerja untuk sub
bagian umum dan SDM, sub bagian hukum dan humas, sub bagian pengadaan
dan pemasaran dan sub bagian rumah tangga
b. Memimpin, mengawasi operasional, mengevaluasi kinerja sub bagian umum
dan SDM, sub bagian hukum dan humas, sub bagian pengadaan dan
pemasaran dan sub bagian rumah tangga untuk mencapai tujuan, sasaran dan
target kerja bagian umum
c. Menyusun dan menyiapkan prosedur pelatihan, evaluasi dan pengembangan
personil.
d. Membuat, menentukan dan merevisi tata cara, prosedur dan teknis sub bagian
umum dan SDM, sub bagian hukum dan humas, sub bagian pengadaan dan
e. Mengoptimalkan kegiatan-kegiatan di bagian umum
f. Melaksanakan penyusunan RAK/RAPB
g. Mensosialisasikan setiap kebijakan, prosedur dan tatacara yang berkenaan
dengan bagian umum
b. Visi dan Misi Perusahaan
Visi perusahaan adalah “Menjadi salah satu perusahaan perkebunan terbaik
dan menjadi andalan masyarakat dalam meningkatkan perekonomian Sumatera
Utara”.
Untuk mewujudkan visi maka perusahaan memiliki misi yaitu :
1) Menciptakan dan mengembangkan daya saing produk dan jaminan mutu
berkelanjutan.
2) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dan produktivitas
serta kesejahteraan pegawai.
3) Berperan dalam membina community development dan aktivitas
berwawasan lingkungan
4) Meningkatkan kontribusi pada PAD Provinsi Sumatera Utara.
5) Mendorong pembinaan perkebunan rakyat di Sumatera Utara
c. Maksud, Tujuan dan Kegiatan Usaha
Maksud dan Tujuan pendirian perusahaan seperti yang dinyatakan pada akte
pendirian perusahaan adalah berusaha dalam bidang pertanian, industri dan
perdagangan.
1. Menjalankan usaha dalam bidang pertanian dan pengusahaan budidaya
tanaman meliputi pembukaan dan pengelolaan lahan, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan dan melakukan kegiatan-kegiatan lain yang
sehubungan dengan pengusahaan budidaya tanaman tersebut termasuk di
dalamnya pengembangan usaha bidang agrobisnis, agroindustri dan
agrowisata.
2. Menjalankan usaha dalam bidang industri dan produksi yang meliputi
pemungutan hasil tanaman, pengelolaan hasil tanaman sendiri maupun
dari pihak lain menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan usaha
lainnya yang mempunyai hubungan dengan usaha bidang pertanian baik
secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan badan-badan.
3. Menjalankan usaha dalam bidang perdagangan yang meliputi
penyelenggaraan kegiatan pemasaran berbagai macam hasil produksi serta
melakukan kegiatan perdagangan lainnya sehubungan dengan kegiatan
usaha perusahaan.
d. Arah Pengembangan Usaha
Arah pengembangan perusahaan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat
meningkatkan daya saing dan nilai perusahaan. Adapun upaya-upaya yang
dilakukan meliputi sebagai berikut :
1. Peningkatan produktivitas tanaman kelapa sawit dan karet yang dibarengi
dengan Efisiensi dalam seluruh pengeluaran perusahaan dengan
melakukan pengendalian biaya untuk menambah besarnya kontribusi
2. Perbaikan kualitas pelayanan kepada konsumen dengan meningkatkan
mutu produk.
3. Peningkatan produksi melalui pengembangan luas areal perkebunan
terutama kelapa sawit dan penambahan sarana pengolahan dengan
memperhatikan konsep pembinaan perkebunan rakyat.
4. Pemanfaatan Sistem Jaringan Teknologi Informasi untuk pengolahan data
sehingga pengambilan keputusan dapat dilakukan secara cepat dan akurat.
5. Pengembangan SDM yang profesional dan mempunyai integritas yang
tinggi.
6. Perhatian yang tinggi kepada program pengembangan masyarakat
(community development) dan pembinaan perkebunan rakyat.
2. Kebijakan Akuntansi Perusahaan
Kebijakan akuntansi PT. Perkebunan Sumatera Utara berpedoman pada
Prinsip Akuntansi yang diterapkan oleh perusahaan berdasarkan prinsip akuntansi
yang telah disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia pada Kongres Bandung Tahun
1995 tanggal 22 Desember 1995 dan dipengaruhi oleh peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
a. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan
Dasar akuntansi yang digunakan dalam perhitungan hasil usaha (laporan
laba rugi) periodik dan penentuan posisi keuangan (neraca) dilakukan
metode tidak langsung dengan klasifikasi menurut aktivitas operasi,
investasi dan pendanaan.
b. Transaksi dan Saldo dalam Mata Uang Asing
Pembukuan perusahaan dilakukan dalam mata uang rupiah penuh.
Transaksi-transaksi selama tahun berjalan yang berhubungan dengan mata
uang asing dicatat berdasarkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut.
Laba atau rugi kurs dikredit atau dibebankan pada laba (rugi) tahun berjalan.
Pembayaran angsuran hutang jangka panjang dalam valuta asing yang
merupakan penerusan pinjaman pemerintah, dilakukan dalam mata uang
rupiah berdasarkan kurs pada saat pencairan pinjaman.
c. Pengakuan Pendapatan dan Biaya
Pendapatan utama adalah hasil penjualan karet, kelapa sawit, CPO, inti
kelapa sawit (IKS) dan cangkang kelapa sawit yang dilakukan berdasarkan
kontrak penjualan. Penjualan dilakukan sebagai pendapatan pada saat barang
diserahkan kepada pembeli atas dasar delivery order.
Biaya-biaya dibebankan pada saat terjadinya yang terdiri atas :
- Harga pokok penjualan yaitu semua biaya produksi yang dibebankan pada
hasil produksi yang dijual.
- Biaya produksi dan pengolahan adalah semua biaya eksploitasi yang
dikeluarkan di kebun dan pabrik.
- Biaya operasi adalah biaya-biaya administrasi dan umum yang
diperlukan di Kantor Direksi.. Biaya ini tidak dialokasikan ke Tanaman
- Pendapatan dan biaya diluar usaha pokok diklasifikasikan sebagai
pendapatan dan biaya lain-lain.
d. Metode Penilaian Aktiva Tetap
Aktiva yang diperoleh sampai dengan tanggal 15 Nopember 1978 dinilai
berdasarkan hasil penilaian kembali pada tahun 1979, sesuai Surat
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 109/KMK.04/1979 tanggal 27 Maret
1979 dengan modifikasi khusus untuk tanaman berdasarkan Surat Menteri
Keuangan Nomor S-256/MK/04/1980 tanggal 12 Maret 1980.
Aktiva yang diperoleh setelah penilaian kembali tanggal 1 Januari 1979
dinilai dengan harga perolehan.
Perbedaan nilai hasil penilaian kembali tahun 1979 tesebut dibukukan
dalam rekening “Selisih Penilaian Kembali Aktiva Tetap”dalam kelompok
modal dan cadangan.
Metode Penyusutan aktiva tetap sejak tahun 1984 disesuaikan dengan
Undang-Undang PPh Tahun 2000, yakni :
Golongan I, penyusutan 50% per tahun dari nilai buku
Golongan II, penyusutan 25% per tahun dari nilai buku
Golongan III, penyusutan 10% per tahun dari nilai buku
Golongan IV, penyusutan 5% per tahun dari nilai perolehan atau penilaian
kembali 1 Januari 1979.
Penyusutan aktiva tetap mulai dihitung pada periode aktiva tetap diterima
menghasilkan dengan tarif penyusutan golongan IV. Biaya penyusutan
yang menjadi beban biaya produksi adalah penyusutan aktiva tetap kebun,
sedangkan penyusutan aktiva tetap di Kantor Direksi dibebankan kepada
biaya usaha.
e. Penyisihan Piutang Sangsi
Terhadap piutang niaga dan piutang lain-lain yang telah berumur lebih dari
1 (satu) tahun dan diragukan penyelesaiannya, dilakukan penyisihan
piutang yang dibebankan ke biaya di luar biaya usaha.
f. Metode Penilaian Persediaan
Pesediaan hasil produksi atas harga pokok rata-rata yang berlaku sama
untuk semua jenis hasil produksi. Perhitungan harga pokok rata-rata per
satuan sebagai berikut :
Jumlah Hasil Produksi
(BL+BTL+Penyusutan Aktiva Tetap)
(BL = Biaya Langsung, BTL = Biaya Tidak langsung/Umum)
Persediaan bahan pelengkap dinilai atas dasar harga pembelian rata-rata
bergerak untuk tiap jenis bahan pelengkap.
g. Aktiva Lain-lain
Yang digolongkan ke dalam aktiva lain-lain adalah aktiva yang karena
sifatnya atau keadaannya tidak tergolong sebagai aktiva lancar dan aktiva
tetap, seperti bangunan dalam penyelesaian, tanaman belum menghasilkan,
pembibitan, tanaman dalam proses penanaman (konvesi) dan hak guna
h. Metode Kapitalisasi Inventaris
Inventaris berupa berbagai peralatan yang terbuat dari berbagai bahan
dengan masa manfaat lebih dari satu tahun dan harga perolehan per unit
yang telah ditentukan, dikapitalisasi (Capital Expenditure) dan jika mas
manfaat kurang dari satu tahun tanpa memperhatikan harga perolehan per
unit, langsung menjadi biaya operasional tahun berjalan.
i. Kapitalisasi Bunga Hutang Jangka Panjang
Bunga hutang jangka panjang yang digunakan untuk pengembangan
tanaman dikapitalisasi ke dalam tanaman belum menghasilkan serta aktiva
non tanaman yang bersangkutan selama masa pengembangan dan
pembangunan.
j. Pembagian Laba
Pembagian laba berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 1985
tanggal 27 Juli 1985 adalah sebagai berikut :
- Bagian Pemda Provinsi : 55%
- Cadangan Umum : 25%
- Tunjangan Hari Tua Pegawai : 10%
- Jasa Produksi :
Jumlah : 100%
10 %
Penyetoran bagian laba Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dilaksanakan
dalam tahun berjalan dan dalam Neraca dicatat sebagai Uang Muka Kas
Perusahaan diberikan sebesar 30% sesuai dengan Keputusan Gubernur
Sumatera Utara Nomor 539/1013/K/tahun 2003
k. Modal
Modal perusahaan menurut Perda Nomor 16 tahun 1979 berjumlah
Rp.76.004,00. Kemudian sesuai Perda Nomor 4 tahun 2004, modal dasar
yang disetor sampai dengan 31 Desember 2004 berjumlah
Rp.19.140.000.000,00. Jumlah modal tersebut seluruhnya telah disetor.
3. Laporan Keuangan Perusahaan
Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang
menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi. Laporan keuangan menggambarkan dampak keuangan dari transaksi
dan peristiwa lain yang diklasifikasikan dalam beberapa kelompok besar menurut
karakteristik ekonominya. Unsur yang berkaitan secara langsung dengan
pengukuran posisi keuangan adalah aktiva, kewajiban dan ekuitas. Sedangkan
unsur yang berkaitan dengan pengukuran kinerja dalam laporan laba-rugi adalah
penghasilan dan beban. Laporan perubahan posisi keuangan biasanya
mencerminkan berbagai unsur laporan laba-rugi dan perubahan dalam berbagai
unsur neraca.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan menggunakan laporan keuangan
perusahaan berupa neraca dan laporan laba-rugi saja karena rasio keuangan yang
keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan untuk dua periode, yaitu
periode 2006 dan 2007.
Tabel 1
PT. Perkebunan Sumatera Utara Neraca
Per Tanggal 31 Desember 2006 dan 2007 Perkiraan
Kas 157,180,467 104,759,319
Bank 14,247,446,087 4,708,806,147
Deposito Berjangka 14,265,102,107 2,000,000,000
28,669,728,661 6,813,565,466
PIUTANG :
Piutang Usaha 1,245,224,682 780,170,818
Piutang Lain-lain 2,050,184,615 35,000,000
Uang Muka Kepada Pemborong 484,538,697 125,206,310
Uang Muka Kas Daerah 2,484,325,903 2,115,121,594
Pinjaman Personil 32,177,530 79,040,030
Pinjaman lain-lain 66,447,533 303,061,793
Piutang Pajak 4,609,727,268 1,925,000,000
PPN Masukan 909,294,381 88,216,659
Biaya Dibayar Dimuka 116,846,754 66,433,698
Pendapatan Yang Masih Harus Diterima - 270,641,181
11,998,767,362 5,787,892,083
Persediaan :
Bahan Baku/Pelengkap 1,277,771,117 1,851,945,175
Hasil Produksi 1,758,394,146 941,284,924
3,036,165,263 2,793,230,099
Jumlah Aktiva Lancar 43,704,661,286 15,394,687,648
AKTIVA TETAP :
Tanah 458,270,043 458,270,043
Tanaman Menghasilkan Karet 3,216,576,213 3,300,668,574
Tanaman Menghasilkan Kelapa Sawit 27,321,765,214 21,371,872,877
Alat Pertanian/Inventaris 2,382,023,092 1,681,595,136
Jalan Jembatan & Saluran 8,491,000,912 6,959,187,101
Aktiva Tetap Lain-lain 0 15,697,469,491
85,048,320,733 90,985,814,614
Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap -29,877,039,753 -16,016,274,927
Jumlah A. Tetap (Nilai Buku) 55,171,280,980 74,969,539,687
JUMLAH AKTIVA 120,085,985,925 90,768,104,075
7,385,180,161 11,438,663,221
14,494,542,534 14,988,150,670
HUTANG JANGKA PANJANG :
Kredit Investasi 24,073,254,254 20,076,884,254 Tunjangan Hari Tua Pegawai 5,037,309,855 5,077,509,855
29,110,564,109 25,154,394,109
EKUITAS
Modal Disetor 36,151,400,000 26,140,000,000
Cadangan 0 0
Setoran Kas Daerah 0 0
Umum 5,860,715,562 2,050,096,512
Hari tua 984,432,142 0
Jasa Produksi 0 0
42,996,547,704 37,038,984,971
Laba Tahun Berjalan
Laba Tahun 2006 13,586,574,325
Laba Tahun 2007 33,484,331,578 0
Jumlah Passiva 120,085,985,925 90,768,104,075
Tabel 2
PT. Perkebunan Sumatera Utara Laporan Laba Rugi
Untuk Tahun Yang Berakhir tanggal 31 Desember 2007
Perkiraan Per 31 - 12 - 2007 Per 31 - 12 - 2006
Persediaan Awal 936.435.794 667.177.541
Biaya Bahan Baku PMKS 92.348.708.146 68.406.867.975 Biaya Langsung 31.607.088.867 24.752.654.946 Biaya Tidak Langsung 8.073.290.043 7.420.466.902 Jumlah Penyusutan 5.390.973.088 3.288.094.712 Persediaan Akhir -1.723.799.227 -936.435.794 Jumlah Beban Pokok Penjualan 136.632.696.711 103.598.826.282 Pendapatan Kotor 43.573.146.692 20.467.904.658
Beban Umum dan Administrasi 8.568.201.686 5.840.629.613 Beban Umum dan Administrasi 205.119.700 178.479.462 Beban Penyusutan Kandir 8.773.321.386 6.019.109.075
Laba Kotor 34.799.825.306 14.448.795.583
Pendapatan/Beban Lain-lain 2.135.966.397 3.658.255.513 Pendapatan Lain-Lain -3.451.460.125 -4.520.476.771
4. Rasio Keuangan
Dari hasil perhitungan terhadap rasio keuangan selama tahun 2006 sampai
dengan 2007 PT. Perkebunan Sumatera Utara, diperoleh perhitungan sebagai