• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI BERINVESTASI DALAM ISLAM DAN

B. Konsep Umum Tentang Likuiditas

1. Pengertian Likuiditas

Likuiditas adalah tingkat dimana suatu aktiva (asset) dapat diubah kedalam mata uang, baik uang kertas ataupun uang logam yang digunakan untuk melakukan pembayaran.

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, likuiditas adalah perihal menyatakan posisi uang kas suatu perusahaan dan kemampuannya untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo tepat pada waktunya.14 Bank Islam yang selanjutnya disebut dengan Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang operasional produknya dikembangkan berlandaskan pada al-Qur'an dan as-Sunnah. Dalam UU No. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 13 tentang perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 dijelaskan bahwa prinsip syari'ah adalah aturan perjanjian berdasarkan hokum syari'ah (islam) antara bank dan pihak lain untuk menyimpan dana dan atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syari'ah.15

Likuiditas perbankan adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya, terutama kewajiban jangka pendek. Dan likuiditas suatu bank mampunyai peranan penting dalam keberhasilan pengelolaan bank, karena likuiditas diperlukan antara lain untuk :

a. Pemenuhan aturan reserve requirement atau cadangan wajib minimum yang ditetapkan bank sentral.

b. Penarikan dana oleh deposan.

14

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), Cet. Ke-2, h. 523

15

c. Penarikan dana oleh debitur.

d. Pembayaran kewajiban yang jatuh tempo.

Dalam rangka memenuhi likuiditasnya, maka bank dapat menggunakan beberapa pendekatan, yaitu :

a. Commercial Loan Theory atau Productive Theory of Credit atau Real Bills Doctrine

Pendekatan ini menyatakan bahwa likuiditas bank akan dapat terjamin apabila aktiva produktif bank diwujudkan dalam bentuk kredit jangka pendek dan bersifat self liquidating. Kredit jangka pendek ini terutama dalam bentuk kredit modal kerja, sehingga diharapkan dalam jangka pendek debitur mampu mengembalikan pinjamannya.

b. Asset Shiftability Theory

Pendekatan ini menyatakan bahwa likuiditas bank akan dapat dipelihara apabila asset bank dengan cepat diubah dalam bentuk asset lain yang lebih likuid sesuai dengan kebutuhan. Focus pendekatan ini adalah surat berharga, karena surat berharga dipandang cukup mudah untuk dikonversikan menjadi alat likuid. Pinjaman yang diberikan oleh bank juga dijamin menggunakan surat berharga.16

Surat berharga (financial and security) adalah suatu instrument keuangan yang diterbitkan perusahaan, lembaga keuangan dan pemerintah sebagai tujuan meminjam uang dan penghimpun modal baru. Surat-surat berharga yang biasa dipergunakan adalah saham (debenture), wesel, surat berharga pemerintah dan obligasi (bond). Sekali diterbitkan, surat berharga

16

Y. Sri Susilo, Sigit Triandaru dan A. Totok Budi Santoro, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, (Jakarta: Salemba Empat, 2000) Cat. 1, h. 105

ini dapat diperjual belikan di pasar uang (money market) atau di pasar modal (stock exchange).

Salah satu kendala operasional yang dihadapi oleh perbankan Islam adalah kesulitan dalam mengendalikan likuiditasnya secara efisien. Hal itu terlihat pada beberapa gejala, yaitu :

a. Tidak tersedianya kesempatan investasi segera atas dana, dana-dana tersebut terakumulasi dan menganggur untuk beberapa hari sehingga mengurangi rata-rata pendapatan mereka.

b. Kesulitan mencairkan dana investasi yang sedang berjalan, pada saat ada penarikan dana dalam masa krisis.

Pada umumnya, salah satu kendala yang dialami oleh Bank Islam bila dibandingkan dengan Bank Konvensional yaitu kurangnya akses ke pasar uang (money market) sehingga Bank Islam hanya dapat memelihara likuiditasnya dalam bentuk kas.

2. Standarisasi Likuiditas

Persoalan likuiditas bagi setiap bank adalah persoalan yang amat penting dan berkaitan erat dengan kepercayaan masyarakat, nasabah dan pemerintah. Bahkan begitu pentingnya persoalan likuiditas ini bank harus mengamati, mengikuti dan terjun dalam usaha-usaha langsung agar posisi likuiditas bank terjaga setiap hari.

Mengenai persoalan likuiditas ini maka harus ada standarisasi likuiditas perbankan yang harus dipelihara dan memalui paket kebijaksanaan moneter dan perbankan, maka pemerintah pada tanggal 27

Oktober 1988 dengan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia,17 (No.21/56/Kep./Dir.tgl.27/101988) menentukan standarisasi yang harus dipelihara oleh bank yaitu 2% dari perbadingan antara alat-alat likuid yang dikuasai dengan kewajiban-kewajiban yang segera dibayar.

3. Penentuan Kebutuhan Likuiditas

Likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi kewajibannya, terutama kewajiban dana jangka pendek. Dari sudut aktiva, likuiditas adalah kemampuan untuk mengubah seluruh asset menjadi uang tunai (cash). Sedangkan dari sudut pasiva, likuiditas adalah kemampuan bank memenuhi kebutuhan dana melalui peningkatan portofolio liabilitas. Kemampuan likuiditas asset tergantung pada dua factor utama, yaitu kandungan daya cair asset itu sendiri (self contained liquidity) dan daya jual asset tersebut. Daya cari asset (self liquiditing) ditentukan oleh pelaksana pemenuhan syarat-syarat penjualan asset tersebut, baik jangka waktu maupun pembayarannya. Sedangkan marketability asset ditentukan oleh kemampuan pengalihan asset tersebut kepada pihak lain secara final atau keberhasilan penawaran kepada pihak lain untuk berpartisipasi mendanai asset tersebut. Faktor yang disebut pertama berkaitan dengan teori likuiditas yang disebut commercial loan theory dan yang disebut terakhir dijumpai dalam teori yang disebut shiftability theory.18

Pengelolaan likuiditas bank juga merupakan bagian dari pengelolaan liabilitas (liability management). Melalui pengelolaan

17

Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2000), Edisi ke-2, h. 98-100

18

likuiditas yang baik, bank dapat memberikan keyakinan kepada para penyimpan dana bahwa mereka dapat menarik dananya sewaktu-waktu atau pada saat jatu tempo. Oleh karena itu, bank harus mempertahankan sejumlah alat likuid guna memastikan bahwa bank sewaktu-waktu dapat memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Pada umumnya kebutuhan likuiditas bank ditentukan oleh adanya beberapa factor, yaitu :

a. Kewajiban Reserve

Kewajiban reserve adalah ratio antara komponen-komponen alat likuid dengan komponen-komponen kewajiban bank yang harus dipelihara bank dalam setiap periode tertentu. Sebagaimana terjadi pada beberapa bidang perbankan lainnya. Peraturan dibidang kewajiban reserve (statutory reserve requirement) juga terus menerus berubah. Bank sentral sebagai otoritas moneter menetapkan kewajiban reserve itu dalam rangka pengendalian jumlah uang beredar. Di samping guna mendukung pelaksanaan prinsip kehati-hatian.19

Besarnya kewajiban reserve yang ditetapkan oleb Bank Indonesia bagi setiap bank telah beberapa kali mengalami perubahan. Reserve ratio itu pernah ditetapkan sebesar 30%, lalu 15%, kemudian 2%. Demikian pula komponen-komponen reserve yang ditetapkan oleh Bank Indonesia juga telah beberapa kali mengalami perubahan. Suatu ketika (sebelum Pakto 88) Bank Indonesia menetapkan besarnya

19

komponen alat likuid itu meliputi saldo kas, saldo giro pada Bank Indonesia dan saldo giro pada bank lain, dan pada saat yang lain (setelah Pakto 88) komponen alat likuid yang diatur hanya meliputi saldo kas dan giro pada Bank Indonesia saja. Demikian pula komponen-komponen kewajiban yang diperhitungkan sebagai factor pembanding dalam perhitungan reserve ratio.

b. Tipe Dana yang Ditarik Bank

Tipe dana yang ditarik oleh bank merupakan factor yang harus diperhatikan dalam melakukan estimasi kebutuhan likuiditas bank. Untuk dana investasi mudharabah, kebutuhan likuiditas bank timbul pada tanggal jatuh tempo atas investasi tersebut. tetapi untuk wadi'ah (giro dan tabungan) kebutuhan likuiditas dapat timbul sewaktu-waktu apabila pemegang wadi'ah ingin menarik kembali sebagian atau seluruh simpanannya.

c. Komitmen Bank dalam Pembiayaan atau Investasi

Komitmen bank kepada nasabah atau pihak lain dalam memberikan fasilitas atau melakukan investasi menimbulkan konsekuensi kewajiban bagi bank untuk merealisasikannya. Kewajiban komitmen ini oleh bank dicatat dalam rekening administrative dan ketidakmampuan bank untuk merealisasikan komitmen tersebut akan berdampak pada reputasi dan bonafiditas bank, tetapi juga berpotensi untuk menghadapi tuntutan permintaan ganti rugi.

35

Dokumen terkait