KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka
2. Pengertian Menulis
Ada beberapa bahasan tentang menulis yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:
Tarigan (dalam Munirah, 2015: 1) mengemukakan bahwa menulis merupakan salasatu keterampilan berhasa yang dipergunakan untuk berkomonikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Adapun pada penelitian lain, Takala dan Ahamadi (dalam Munirah, 2015: 1) menyatakan bahwa menulis atau mengarang adalah suatu proses menyusun, mencatat, dan mengomunikasikan makna ganda. Sedangkan Poerwardarminta (dalam Munirah,2015: 1) mengemukakan pula bahwa menulis selalu berurusan dengan bahasa. Itulah sebabnya kecakapan menggunakan bahasa merupakan bekal yang utama.
Akhadiah, dkk (dalam Munirah, 2015: 1) menyatakan bahwa menulis merupakan suatu bentuk komunikasi. Menulis merupakan suatu proses pemikiran yang dimulai dengan pemikiran tentang gagasan yang akan disampaikan, menulis bentuk yang berbeda dengan bercakap cakap; dalam tulisan tidak terdapat intonasi, ekspresi wajah, gerakan fisik, serta yang tidak menyertai percakapan: menulis merupakan bentuk komunikasi yang harus disertai dengan tanda baca.
Menulis bentuk percakapan yang menyampaikan gagasan menulis kepada halayak pembaca yang dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu. Selanjutnya, Nurgiantoro (dalam Munirah, 2015: 1) menjelaskan pula bahwa menulis merupakan sutu bentuk manifestasi kemampuan atu
keterampilan bebahasa paling akhir dikuasai pelajar setelah kemampuan mendengarkan berbicara dan membaca. Kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur diluar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi karangan baik unsur bahasa maupn unsur isi haruslah terjalin rapi untuk menghasilkan karangan utuh dan padu.
Caraka (dalam Munirah, 2015: 2) mengemukakan bahwa menulis berarti menggunakan bahasa untuk menyatakan isi hati dan buah pikiran secara menarik bagi pembaca. Ide yang jelas dan tertentu, mesti ada sebelum mulai mengarang agar tidak membuang waktu dan bicara tanpa tujuan.
Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis merupakan suatu bentuk komonikasi yang tidak langsung untuk menyampaikan gagasan penulis kepada pembaca dengan menggunakan media bahas yang dilengkapai dengan unsur suprasegmental. Oleh karena itu, menulis perlu dipelajari dan dilakukan secara intensif. Hal ini sejalan dengan pendapat D’angole (dalam Munirah, 2015: 2) yang menyatakan bahwa belajar menulis berarti belajar berfikir dengan cara tertentu.
a. Bentuk bentuk menulis
Berdasarkan sifat dan teknik penyajian dikenal dengan empat jenis menulis, yaitu (1) eksposisi atau paparan, (2) deskiripsi atau lukisan, (3) argumentasi atau dalihan, dan (4) narasi atau kisahan.
1) Eksposisi (paparan)
Syaif ie (dalam Munirah, 2015: 2) menyatakan bahwa eksposisi adalah wacana berusaha atau menjelaskan pokok pikiran yang dapat memperluas pengetahuan pembaca. Wacana ini bertujuan untuk menyampaikan fakta-fakta secara teratur, lugis dan saling bertautan dengan maksud untuk menjelaskan sesuatu ide, istilah, masalah, proses, unsur-unsur sesuatu, hubungan sebab akibat, dan sebegainya. Wacana ini dapat menjelaskan dan memberikan keterangan serta dapat mengembangkan gagasan agar menjadi luas dan mudah di mengerti.
Metode penulisan dikenal dengan metode, yaitu metode defenisi dan metode analis. Kedua metode ini dijelaskan secara singkat berikutini
a) Metode defenisi
defenisi adalah jenis eksposisi yang paling alamaiah karena defenis merupakan dasar dari semua jenis tulisan yang menerangkan sesuatu. Dengan eksposisi didefenisikan sebagai tulisan yang menghasilkan penjelasan. Sayarat untuk dapat menulis eksposisi penuis harus betul betul memahami apa yang ditulisnya.
b) Metode analisis
Analisis adalah suatu proses memisah-misahkan suatu keseluruhan atas komponen-komponen. Bistok dalam Tolla (dalam Munirah, 2015: 3) mungkin terjadi sifat umum bagi manusia normal dalam melihat sesuatu pertama-tama secara keseluruhan. Dari keseluruhan itu timbul usaha untuk melihat dan mengenal bagian-bagiannya makin lama mengamati sesuatu semakin jelas bagian-bagian yang akan dideskiripsikan.
2) Deskiripsi (lukisan)
Menurut syafi ie (dalam Munirah, 2015: 3) deskiripsi ialah tulisan yang melukiskan sesuatu dengan sebenarnya, sehingga pembca dapat mencitrai,melihat, mendengar, mencium, dan merasakan, dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya.
Wacana deskiripsi ini ada dua macam, yaitu wacana deskripsi yang faktawi (objektif) dan wacana deskripsi yang petama, merupakan wacana yang berusaha memberikan hubungan, ukuran, susunan, warna, bahan sesuatu menurut kenyataannya dengan tujuan menyampaikan informasi saja. Wacana deskripsi yang berusaha menjelaskan ciri-ciri fisik, sikap seseorang, keadaan suatu tempat dan sebagainya menurut khayalan. Hal ini bertujuan membuat alur cerita dapat memberikan gambaran kedepan dan mampu menarik keingintahuan pembaca.
Menurut Supriyadi (dalam Munirah, 2015: 4) menyatakan bahwa wacana deskripsi fakta wacana yang menginformasikan sesuatu sebagaimana adanya, sedangkan wacan deskripsi hanya penambahan daya
khayalan.Perlu dilukiskan pada bagian penting jika karangan deskripsi melukiskan betapa ngerinya tersesat di hutan, maka setuasi di hutan yang menimbulakan kengerian itu harus dilakukan secara lengkap, sehingga pembaca dapat membacakan (bagaimana jika tersesat di hutan).
3) Argumentasi (dalihan)
Argumentasi merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan. ilmu pengetahuan argumentasi berwujud usaha untuk mengajukan bukti-bukti atau menentukan kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat penulis mengenai hal yang dibahas
Untuk meyakinkan orang lain agar terpengaruh dan bertindak sesuai keingianan penulis. Penulis argumentasi harus memiliki pengetahuan atau pandangan yang luas tentang hal yang dibicarakan. Kegiatan berpikir, keterbukaan sikap dan keluasan pandangan memiliki peranan yang besar untuk memengaruhi oranglain.
4) Narasi (kisahan)
Supriyadi (dalam Munirah, 2015: 4) menyatakan bahwa wacana narasi adalah rangkaian tuturan yang menceritakan atau menyajikan suatu hal kejadian melalui tokoh atau pelaku dengan maksud memperluas pengetahuan, pendengar atau pembaca.
Wacana narasi berisi fakta benar-benar terjadi dapat pula berisi sesuatu yang khayali. Wacana narasi yang berupa fakata misalnya otobiografi atau biografi seorang terkenal, sedangkan wacana narasi yang khayali seperti cerpen, novel, roman, hikayat, drama, dongeng, dan lain
lain. Dari dialog, cerita memang terasa hidup dan menarik sehingga mengasikkan bagi pembaca lukisan, watak, pribadi, kecerdasan, sikap dan tingkat pendidikan tokoh dalam cerita yang disuguhkan sering dapat lebih tepat dan mengenah apabila ditampilkan lewat dialog dialog. Tokoh yang kejam, buta huruf atau lema lembut dan sangat penyantun akan lebih hidup bila diceritakan dalam bentuk percakapan dibandingkan dengan uraian biasa.
5) Paragraf persuasif
Beberapa konsep yang akan dibahas dalam paragraf persuasif adalah hakikat paragraf persuasif, dan teknik penyajian.
1. Hakikat paragraf persuasif
Menurut keraf (dalam Ika Sari Astarina, 2009: 14), persuasif adalah suatu bentuk wacana yang merupakan penyimpangan dari argumentasi, dan khusus berusaha mempengaruhi orang lain atau pembaca, agar pembaca atau pendengar melakukan sesuatu bagi orang yang mengadakan persuasi, walaupun yang di persuasif sebenarnya tidak terlalu percaya dengan apa yang dikatakan itu. Karena itu, persuasif lebih condong menggunakan atau memanfatkan aspek-aspek psikologi untuk mempengaruhi orang lain.
Keraf juga menggambarkan bahwa argumentasi maupun persuasif sama-sama memanfatkan fakta dan evidensi. Namun, dalam argumentasi fakta dan evidensi digunakan sebanyak-banyaknya, sehingga pihak lain akan diyakinkan akan mengenai kebenaran yang dipersoalkan itu.
Sedangkan dalam persuasif, fakta dan evidensi digunakan seperlunya. Bila terlalu banyak menggunakan fakta dan evidensi, akan ketahan kelemahannya sehingga pihak yang dipersuasikan tidak akan percaya pada penulis.
Kata persuasif diturunkan dari verba to persuade (ing), yang artinya membujuk atau menyarankan. Persuasif merupakan kelanjutan atua pengembangan argumentasi. Persuasif memaparkan gagasan dengan alasan, bukti atau contoh untuk meyakinkan pembaca. Kemudian diikuti dengan ajakan, bujukan, rayuan, imbauan, atua saran kepada pembaca. Wiyanto(dalam Ika Sari Astarina, 2009:46).
Paragraf persuasif digunakan untuk mengajak seseorang untuk melakukan sesuatu. Paragraf persuasif biasa ditemukan dalam iklan, iklan tersebut mengajak konsumen untuk menggunakan, membeli, atau memanfatkan produk atau barang yang mereka tawarkan menurut Prasetya (dalam Ika Sari Astarina, 2009:46,).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka paragraf persuasif merupakan bentuk tulisan yang berisi ajakan, bujukan, rayuan, imbauan, atau saran yang dapat memengaruhi pembaca agar mau melakukan sesuatu seperti yang ditulis pengarang
b.) Ciri-ciri paragraf persuasif
Regina (dalam Ika Sari Astarina, 2009: 22) juga berpendapat bahwa ciri-ciri pragraf persuasif antara lain: (1) persuasif bertolak dari pendirian bahwa pikiran manusiah dapat diubah, (2) harus menimbulkan
kepercayaan para pembaca, (3) persuasif harus dapat menciptakan kesepakatan atu penyesuaiyan melalui kepercayaan antara penulis dengan pembaca, (4) persuasif dapat mungkin menghindari konfilik agar kepercayaan tidak hilang dan supaya kesepakatan pendapatnya tercapai, dan (5) persuasif memerlukan fakta dan data.
Menurut Fia (dalam Ika Sari Astrani, 2009: 23) ciri-ciri paragraf persuasif, yaitu (1) bertujuan untuk menimbulkan kesesuaian antara pembaca dengan penulis, (2) bahwa manusia dapat diubah pikirannya, (3) sedapat mungkin menghadirkan konflik antara pembaca dengan penulis, (4) menggunakan data dan fakta secukupnya, dan (5) memakai kata persuasif.
Dari uraian tentang ciri-ciri persuasif di atas dapat disimpulkan bahwa paragraf persuasif mempunyai ciri-ciri (1) bertujuan untuk menimbulkan antara pembaca dengan penulis, (2) bertolak dari pandangan bahwa manusia dapat diubah pikirannya, (3) sedapat mungkin menghadirkan konflik antara pembaca dengan penulis, (4) menggunakan data dan fakta secukupnya, (5) memakai kata-kata persuasi.
c) Langkah-langkah menulis paragraf persuasif
Alviansah (dalam Nurmala Sari, 2014:62) memaparkan langkah-langkah yang dapat ditempuh saat hendak menulis paragraf persuasif sebagi berikut:
a. Menentukan topik dan tujuan dalam paragraf persuasif, tujuan penulis dapat dikemukakan secara langsung.
b. Membuat kerangka paragraf persuasif agar susunan tulisan persuasif sistematis dan logis, kerangka pikiran perlu mendapat perhatian dan perumusannya
c. Menarik simpulan dari paragraf persuasif, penarikan simpulan dalam suatu paragraf harus kita lakukan dengan benar agar tujuan dapat tercapai. Suatu kesimpulan dapat dilakukan dengan cara induksi atau deduksi.
d. Penulisan di ketahui dari penggunan tanda baca,
e. Menutup paragraf persuasif. Pada bagian ini penulis menutup paragraf persuasif dengan imbauan atau ajakan agar pembaca mau bertindak melakukan sesuatu yang diharapkan penulis.
6) Penerapan menulis paragraf persuasif dengan menggunakan media foto berorientasi dalam kehidupan sosial.
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru secara terencana untuk mencapai suatu tujuan, sehingga tingka lakuh siswa dapat berubah ke arah yang lebi baik. Menulis paragraf persuasif adalah kegiatan melahirkan gagasan atau ide melalui tulisan disertai dengan fakta atu bukti yang bertujuan untuk mengajak atau menyarankan agar pembaca menerima dan mengikuti pendapat penulis. Pembelajaran ini menggunakan sarana media foto atau gambar untuk membantu siswa dalam mengembangkan krativitas berfikirnya dalam menulis paragraf persuasif.
b. Tujuan menulis
Menulis digunakan oleh orang terpelajar untuk berbagai tujuan seperti mencatat, merekam, meyakinkan, memberitahu dan memengaruhi. Hago Harting (dalam Munirah, 2015: 5) merangkum tujuan penulisan sebagai berikut.
1) Tujuan penugasan. Pada tujuan ini, sebenarnya penulis menulis sesuatu karena ditugasi. Misalnya siswa ditugasi merangkum, membuat laporan dan sebagainya.
2) Tujuan altrulistik. Penulis bertujuan menyenagkan, menghindarkan kedukaan, ingin menolong para pembaca memahami, menghargai perasaan, ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan menyenangkan.
3) Tujuan persuasif. Penulis bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran yang diutarakan.
4) Tujuan penerangan. Penulis bertujuan memberikan informasi atau keterangan kepada pembaca.
5) Tujuan pernyataan diri. Penulis bertujuan memperkenalkan atau menyatakan diri kepada pembaca melalui tulisannya, pembaca dapat memahami sang penulis.
6) Tujuan kreatif. Penulis bertujuan agar para pembaca dapat memiliki nilai artistic atau nilai kesenian. Penulis tidak hanya memberikan informasi, tetapi pembaca terharu tentang apa yang dibacanya.
Jelaslah bahwa menulis adalah hal yang sangat komleks karena selain harus mengemukakan gagasan atau ide dengan jelas, juga harus menerapkan kaidah bahasa tulis yang benar. Kaidah bahasa tulis yang dimaksud ialah dapat menata organisai karangan yang menggunakan ejaan. Semua aspek tersebut diperlukan dalam kegiatan tulis menulis dalam berbagai tujuan.
3) Media pembelajaran