Sebagai suatu metode pembelajaran, role play atau bermain peran berakar pada dimensi pribadi dan sosial, dari dimensi pribadi model pembelajaran ini berusaha membantu anak-anak menemukan makna dari lingkungan sosial yang bermanfaat bagi dirinya (Mulyasa, 2015:173).
Role playing pada dasarnya mengekspresikan tingkah laku untuk mengembangkan konsep diri anak menjadi positif dan meningkatkan stabilitas emosional anak. Dengan mengekspresikan, siswa berkesempatan melakukan, menafsirkan dan memerankan suatu peranan tertentu. Menurut Gangel (1986) role play merupakan tindakan yang dilakukan secara sadar para pemain diskusi tentang peran dalam kelompok.
Melalui role play, anak diharapkan memiliki kesempatan untuk mengembangkan seluruh pikiran dan minatnya dan juga perilakunya yang negatif menjadi positif, emosinya yang meledak-ledak menjadi halus dan tidak emosian, anak yang tidak dapat berempati menjadi dapat bersikap empati, yang kurang bertanggung jawab menjadi bisa lebih bertanggung jawab, anak yang kendali dirinya lemah dapat menjadi terkendali, anak yang interpersonal skill nya rendah bisa menjadi bagus.
Dalam memilih tokoh, guru yang bijaksana akan memberikan pengarahan kepada anak yang akan dipilih berdasarkan hasil pengalaman kepribadian anak sehari-hari dikelas. Dalam hal ini guru menjelaskan kepada anak-anak bahwa anak-anak harus bersedia dan mau menyadari dan membuang rasa tidak percaya diri yang ada di dalam dirinya untuk mau tampil di depan umum dan menyadari bahwa anak memiliki kemampuan untuk berperan, dalam permainan peran ini dilakukannya tidak perlu kaku melainkan harus santai dan dapat menghayati peran yang anak terima sehingga tidak salah dalam memeragakan atau mendramatisasikan di depan umum dan juga dalam bermain peran ini sistemnya spontan dan tidak menghafal naskah sebelumnya, selain itu juga pemeran bebas memperagakan tokoh yang muncul dalam situasi tersebut.
2. Manfaat Metode Role Play
Bermain peran atau role play merupakan kegiatan bermain dengan sebuah peran dalam naskah cerita atau drama, berpain peran juga dikenal sebagai bahan khayalan atau imajinasi anak, hakikat bermain peran atau role play dalam pembelajaran PAUD terletak pada keterlibatan emosional pemeranan dan pengamatan, dalam situasi masalah yang sangat nyata dialami atau dihadapi. Menurut Mulyasa ( 2015:174) melalui bermain peran atau role play dalam pembelajaran anak-anak mampu :
a. Mengeksplorasi perasaan-perasaannya
b. Memperoleh wawasan tentang sikap, nilai, dan persepsinya.
c. Mengembangkan keterampilan dan sikap dala memecahkanmasalah yang dihadapinya.
d. Mengeksplorasi inti pemasalahan yang diperankan melalui berbagai cara.
e. Bisa menambah percaya diri anak ketika guru menyuruhnya untuk menjadi salah satu pemeran di kegiatan role play, anak akan bersemangat mengikuti meskipun diawal mereka akan merasa malu-malu.
f. Bisa menambah kosa kata, karena dalam metode role play anak akan mendapatkan kosa kata-kosa kosa kata yang baru, dan anak juga akan lebih lancar lagi berbicara lebih berani.
g. Anak bisa mengambil keputusan dan bebas perekspresi.
h. Guru dapan mengevaluasi kebiasaan anak sebelum mengikuti permain role play dan sesudah mengikuti permainan role play.
i. Sangat menarik bagi anak, sehinnga anak akan berantusiasi untuk mengikuti permainan role play.
j. Membangkitkan gairah dan semangat anak karena bekerjasama dengan teman yang lainnya.
k. Mudah berinteraksi dengan teman-teman yang lainnya.
l. Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan anak-anak.
m. Anak dapat mengembangkan kemampuan sosial, pada saat bermain anak yang lain berinteraksi dengan teman yang lainnya, dan disitu ada pembelajaran bagaiman merespon pertanyaan dari teman-temannya.
3. Tujuan Metode Role Play
Metode bermain perlu digunakan dalam pembelajaran kepada anak baik itu dalam pendidikan formal maupun non formal guna anak dalam pembentukan karakternya yang berguna bagi negara dan lingkungannya.
Dengan menggunakan metode bermain peran diharapkan anak bisa menjalankan kegiatan yang baik sesuai dengan kaidah dan tidak terpengaruh kegiatan-kegiatan yang negatif, selain itu juga berguna bagi dirinya sendiri dalam mengembangkan berbagai pengalaman, metode
pembelajaran role play didapatkan suasana menyenangkan dan tidak membosankan.
4. Langkah-langkah Pembelajaran Metode Role Play
Merencanakan tema apa saja yang akan diperankan anak misalnya : Aku, keluargaku, kebun binatang, praktik dokter, rumah sakit, kebun sayur dan pasar, Slamet Suyanto (2005:19) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran role play sebagai berikut :
a. Pembuat Naskah, bagi guru bautlah naskah sekreatif mungkin atau segampang mungkin agar anak cepat untuk menghapal tiap-tiap adegan yang akan dimainkannya, pembuat naskah harus sesuai dengan susai umur anak-anak yang ada dikelas jangan membaut naskah yang berbahasa indonesia yang tinngi karena anak tidak akan mampu memerankan jika bahasa yang dipakainnya terlalu tinggi.
b. Menceritakan tema yang akan dibuat untuk berpain peran atau role play, dengan menceritakan tema yang akan dibuat untuk bermain peran anak-anak mendengarkan dengan semangat, agar mudah lebih diingat.
c. Memilih Peran, Pilihlah anak yang sesuai dengan karakternya masing-masing jangan salah memilih karena jika salah memilih permainan role play akan merasa sulit bagi anak-anak, dan berikan peran kepada anak yang pemalu tetapi tidak juga harus dipilih sebagai pemeran pertama, karena anak yang pemalu mereka yang harus sangat diperhatiakan.
d. Waktu Bermain role play, Berilah waktu anak bermain peran jangan terlalu lama cukup satu jam saja, jika anak merasa lelah biarkan anak beristirahat dahulu.
e. Tempat Bermain role play, Siapkan tempat yang luas, agar anak bebas dan berani berekpresi atau menata ruangan sesuai dengan tema yang ditentukan.
f. Menyiapkan alat-alat yang akan dipakai ketika bermain role play.
g. Bermain role play harus ada diluar ruangan dan didalam ruangan, agar anak tidak merasa bosan dan jenuh.
h. Evaluasi, berikan pengarahan atau kritikan kepada anak-anak dengan candaan dan tawa, dan berikan penilaian yang bagus.