• Tidak ada hasil yang ditemukan

PSIKOLOGI DALAM PEMBINAAN OLAHRAGA

BAB IV IMPLEMENTASI PROGRAM

E. PSIKOLOGI DALAM PEMBINAAN OLAHRAGA

a. Peserta mampu memahami, meramalkan, dan mengendalikan gejala perilaku anak dalam aktivitas olahragayang tidak menguntungkan bagi penampilannya.

b. Peserta mampu menerapkan beberapa metode intervensi sederhana yang sesuai dengan gejala perilaku yang muncul pada anak.

c. Peserta mampu memberikan kesempatan kepada anak untuk menampilkan perilaku geraknyasecara harmonis dengan penuh kesenangan dan kegembiraan.

d. Peserta mampu memberikan kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi, merangsang daya fantasi, kreativitas, serta dapat menumbuhkan harapan serta kepekaan emosi.

2. Materi

Psikologi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia, dalam

perkembangannya ilmu psikologi meluas tidak hanya melingkupi perilaku manusia dalam kegiatannya sehari-hari tetapi telah masuk dalam berbagai sendi kehidupan manusia, salah satu diantaranya adalah perilaku manusia dalam olahraga, maka munculah psikologi olahraga. Dalam psikologi olahraga, perilaku manusia dalam melakukan olahraga menjadi titik fokus bahasan, perilaku tersebut berasal dari kegiatan berolahraga misalnya proses latihan dan pertandingan olahraga.

Dalam olahraga, pelaku olahraga akan dihadapkan pada berbagai

permasalahan/gejolak yang menimpa dirinya, baik yang disebabkan oleh dirinya sendiri, maupun oleh adanya hubungan dengan kawan, lawan, pelatih, penonton, orang tua ataupun hal lainnya. Interaksi yang kurang baik akan mempengaruhi penampilannya, terutama pada anak-anak. Banyak alasan yang menyebabkan anak

PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)

53 bergabung dan meninggalkan kegiatan olahraga salah satunya disebabkan oleh adanya pergeseran kesenangan dari kegiatan olahraga menuju pada kegiatan lain yang anak senangi, karena pada diri anak tersebut rasa senanglah yang menjadi alasan utama mengapa mereka terlibat dalam olahraga.

Selain itu, peran pelatih dan orang tua sangat menentukan bagi perkembangan anak, baik perkembangan dalam aspek fisik, maupun sosialnya. Sehingga para pelatih dan orang tua perlu mengetahui kedaan anak didiknya, dengan cara memberikan berbagai pendekatan yang efektif, sehingga selain “prestasi” yang diraih anak, juga hubungan antara pelatih, orang tua, dan anak dengan teman sebaya di lingkungan olahraga juga berjalan harmonis.

a. Pengertian Psikologi Olahraga

Psikologi olahraga merupakan ilmu terapan (applied science)yaitu ilmu psikologi yang diterapkan pada situasi olahraga. Psikologi olahraga merupakan bidang kajian yang menerapkan prinsip-prinsip psikologi dalam ruang lingkup olahraga, baik pada penampilan indvidual maupun tim yang ditandai oleh sejumlah interaksi antara individu dengan individu lain dalamsituasi-situasi eksternal yang menstimulasinya. Psikologi olahraga tidak memfokuskan pada satu aspek penampilan saja, melainkan pada faktor-faktor pribadi dan sosial, sehingga hal ini sesuai dengan hakekat manusia sebagai mahkluk yang hidup dalam kesatuan jiwa dan raga, serta sebagai makhluk individu dan sosial.

b. Pendekatan dalam Mempelajari Psikologi Olahraga

Untuk memahami gejala-gejala psikologis individu dalam olahraga,perlu beberapa pendekatan yaitu: a) pendekatan Individual, b) pendekatan sosio-interaktif, c) pendekatan multi-dimensional, dan d) pendekatan sistem. Untuk lebih jelas beberapa pendekatan tersebut silahkan (telaah di buku induk).

c. Prinsip Kesenangan dalam Olahraga

Olahraga merupakan wadah potensial untuk mengungkapkan rasa kesenangan dan kegembiraannya. Keterlibatan anak dalam olahraga, memberikan kesempatan untuk bersosialisasi dengan anak sebaya lainnya, mendapatkan teman baru, merangsang daya fantasi dan kreativitas,serta

PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)

54

menumbuhkan harapan serta kepekaan emosinya. Bagi anak, keterlibatan dalam olahraga tidak membedakan warna kulit, latar belakang sosial ekonomi, dan budaya,baginya, olahraga adalah bermain, menang atau kalah tidaklah penting, yang tampak hanya aktivitas gerak nyata, yang terdengar hanya celoteh dan tawa gembira (Hoedaya, 2006). Lebih lanjut beliau menegaskan bahwa keterlibatan anak dalam olahraga lebih banyak memberikan kesempatan untuk merasakan bermacam keterampilan gerak dan bersosialisasi dalam lingkungan yang berbeda-beda. Dari hasil sosialisasi tersebut, sifat, perilaku, serta aspek kepribadian diharapkan tumbuh dan berkembang dengan baik, serta tumbuh sifat bersaing yang dilandasi sportivitas tinggi, menghargai lawan bermain, menghargai usaha sendiri, percaya diri, dan kemampuan untuk mengendalikan emosi. Sehingga anak bisa mengenal dan menyadari, kelebihan maupun kekurangan dirinya dalam berolahraga.

Pelatih harus mengajarkan esensi dasar dari kerja sama, sportivitas,

disiplin, tanggung jawab, dan percaya diri. Nilai-nilai luhur yang

diperoleh dari keterlibatan anak dalam olahraga tersebut, diharapkan

bisa dialihkan dalam kehidupan anak di kemudian hari. Proses

olahraga memiliki potensi kuat supaya anak melibatkan dirinya secara

aktif, anak harus banyak gerak, menyenangi kegiatannya, bergembira,

dan belajar bersikap dan bermain dengan baik, guru dalam aktivitas

tersebut tampil sebagai model bagi anak. Perilaku guru menjadi

bahan renungan sesuai daya imaginasi dan persepsi anak, tidak

mustahil perilaku guru akan ditiru oleh anak binaannya. Oleh karena

itu, guru harus mampu membangkitkan motivasi anak, supaya

kegairahan pada anak timul untuk mengikuti olahraga. Guru harus

mampu memperkenalkan dan membawa anak pada dimensi

pengalaman gerak (psikomotor), berpikir (kognitif), dan bersikap

(afektif) dengan baik, sehingga selepas sekolah anak tetap termotivasi

untuk terlibat di dalam aktivitas tersebut. Hoedaya (2006)

menekankan bahwa: “proses kognitif yang berlangsung baik, akan

merangsang kreativitas dan keinginan untuk meneliti, menguatkan

pemahaman, kesadaran akan pentingnya berolahraga. Kekayaan

PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)

55

pengalaman gerak (psikomotor) akan menunjang kebugaran jasmani,

peningkatan keterampilan, efisiensi gerakan, dan memperlancar

pengulangan keterampilan motorik. Selanjutnya, sikap yang terbina

dengan baik akan menimbulkan kesenangan dalam melakukan

aktivitas, memperkuat konsep-diri, memantapkan kemampuan

bersosialisasi, dan bisa menghargai segala macam aktivitas fisik.

Oleh karena itu, perilaku dan kinerja guru sangat menentukan

keterlibatan anak lebih lanjut dalam olahraga yang nantinya lebih

terfokus pada prestasi yang diharapkan.”

Untuk mendukung keberlangsungannya, orang tua berperan sebagai

pendamping yang bijak dalam memahami situasi “kekalahan” atau

kemenangan” yang dialami anaknya. Orang tua harus memandang

bahwa keberhasilan dalam membimbing anaknya berolahraga

hendaknya dilandasi oleh pengertian bahwa arti “kemenangan” bagi

anak adalah cerianya tawa, senangnya berlatih, dan banyaknya

kesempatan untuk menemukan jatidiri dan memikul

tanggungjawabnya sendiri. Sebaliknya, arti “kekalahan” bagi anak

adalah apabila anak merasa dibatasi keterlibatan dalam olahraga

yang disenanginya, anak kurang diberi kesempatan mengekspresikan

dirinya, anak merasa terlalu diatur dalam kegiatannya, serta dibatasi

pilihan olahraganya.

d. Aspek-Aspek Psikologis pada Anak

Aspek-aspek psikologis yang seringkali muncul pada anak dalam olahraga adalah sebagai berikut: 1) motivasibaikintrinsik maupun ekstrinsik; 2) stress dan kecemasan; 3) kepercayaan diri; 4) konsentrasi; 5) disiplin; dan 6) interaksi sosial(telaah di buku induk).

e. Strategi Meningkatkan Aspek Psikologis

1) Menetapkan tujuan. Tujuan yang ditetapkan sangat membantu anak

dalam meningkatkan motivasi, anak lebih produktif dan efektif dalam menampilkan “prestasi” terbaiknya.Tujuantersebutyaitu tujuan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang.

PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)

56

2) Memberikan penguatan. Penguatan diberikan oleh pelatih, tatkala anak

melakukan perilaku yang positif maupun negatif. Penguatan yang biasa diberikan pelatih seperti tekuk lutut, tunggu bola jatuh, dekati bola, lihat bola) satu atau dua kata kunci saja sudah menjadi umpan balik yang spesifik untuk anak dalam memperbaiki gerakannya. Bentuk penguatan dalam bentuk perilaku sosial seperti pujian verbal, sinyal non-verbal (tepuk tangan, senyum); kontak fisik (menepuk pundak); dan kesempatan untuk terlibat dalam tingkah laku tertentu (latihan ekstra), dan sebagainya.

3) Menciptakan situasi yang menyenangkan. Segala kegiatan yang

dilakukan anak harus didasari kesenangan, anak harus senang melakukan aktivitas rutin yang menjadi tanggungjawabnya, dengan cara mengadakan berbagai variasi latihan. Proses latihan yang dilakukan secara rutin jelas akan membosankan, variasi dalam rangkaian gerak akan membantu anak tetap merasa senang untuk melakukan aktivitas gerak. Apabila variasi tidak lakukan anak akan bosan, dan cenderung mengalami dropout dari proses latihan (telaah pada buku induk).

4) Memberikan pengalaman sukses. Memberikan pengalaman sukses

kepada anak sangat penting, jika “prestasi” anak terus menerus menurun. Cara yang bisa dilakukan diantaranya mempertandingkan anak dengan anak lain atau tim secara seimbang atau di bawah kemampuannya,tetapi tanpa sepengetahuan anak tersebut.

5) Memberikan hadiah pada penampilan yang baik.Dalam olahraga

khususnya di sekolah tentu harus ada keseimbangan dalam pemberian motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Karakteristik yang ada dalam motivasi intrinsik harus tetap terpenuhi tanpa meniadakan bentuk penghargaan yang sifatnya ekstrinsik seperti dalam bentuk hadiah. Pujian pada waktu latihan, demikian pula hadiah perlu diberikan bagi anak yang menunjukkan “prestasi”, sebagai bentuk penghargaan yang harus diperolehnya. Sedangkan janji atau imbalan materi bila anak menang atau ancaman bila anak kalah, sebenarnya telah melunturkan makna olahraga bagi anak. Sadar atau tidak, sikap seperti itu telah merampas hak bermain dan membunuh kesenangan anak yang berarti pula telah menodai esensi kehidupan masa kanak-kanaknya (Hoedaya, 2006).

PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)

57 f. Strategi Mengendalikan Ketegangan dan Kecemasan

Strategi untuk mengendalikan ketegangan dan kecemasan dibagi kedalam dua strategi yaitu:

1) Strategi rileksasi. Apabila anak mengalami ketegangan, kecemasan, dan kegairahan terlalu tinggi, anak akan mengalami kesulitan mencapai penampilan maksimal. Ketegangan dan kecemasan yang berlebihan menyebabkan penampilan anak menurun. Kondisi seperti itu perlu diatasi melalui relaksasi. Tujuannya, agar anak bisa cepat rileks jika dibutuhkan. Salah satu strategi rileksasi yang harus diberikan adalah rileksasi secara progresif.

2) Strategi kognitif. Strategi ini merupakan prosedur psikologis yang digunakan anak untuk mempersiapkan dirinya dalam menghadapi pertandingan. Strategi kognitif bertujuan untuk mengurangi pengaruh ketegangan terhadap penampilan anak. Strategi yang bisa dilakukan adalah imagery, menghentikan dan memusatkan pikiran, dan sebagainya.

g. Strategi Membangun Kepercayaan Diri

1) Memberikan pengalaman sukses. Keberhasilan yang dicapai anak akan

meningkatkan kepercayaan diri, dan akan menghasilkan penampilan selanjutnya yang lebih baik. Ketika anak mengalami kekalahan terus menerus dalam pertandingan, anak merasa tertekan dan tidak memiliki kepercayaan diri untuk sukses. Oleh sebab itu pelatih harus mendesain proses latihan sedemikian rupa supaya anak mencapai sukses atau mencapai performa terbaik dari sebelumnya.

2) Berpikir percaya diri. Percaya diri mengandung cara berpikir untuk mencapai tujuan baik positif maupun negatif. Tatkala anak mengatakan bahwa: “Jika saya berlatih keras saya pasti bisa menang, saya kuat sekali memukul.” Penyataan tersebut membentuk sikap positif, sikap ini penting untuk mencapai kemampuan maksimal. Dalam olahraga anak harus membuang pikiran-pikiran negatif seperti “saya bodoh”, “saya tidak percaya bahwa saya bisa bermain baik”, “saya tidak pernah berbuat seperti apa yang saya harapkan.” Pikiran tersebut, harus dihilangkan dan digantikan dengan pikiran positif seperti “saya akan menjaga penampilan tetap baik dalam berlatih atau dalam bertanding”,

PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)

58

“saya akan tetap tenang dan fokus pada aktivitas yang saya lakukan”, “saya bisa melakukan pukulan dengan baik”, dan sebagainya.

3) Imagery.Upaya yang bisa dilakukan untuk membangun kepercayaan diri

adalah imagery. Dalam imagery anak dapat melihat, membayangkan,menggambarkan kemampuan dirinya sendiri dalam benaknya, bahwa anak dapat melakukan sesuatu yang tidak pernah anak bisa lakukan sebelumnya.

4) Latihan kondisi fisik. Latihan kondisi fisik yang baik dalam aktivitas olahraga merupakan salah satu kunci untuk membangun kepercayaan diri. Banyak anak bertahun-tahun berlatih kondisi fisik dengan tujuan untuk meningkatkan kondisi tubuhnya supaya tetap bugar. Kondisi yang bugar bagi anak dapat meningkatkan kepercayaan dirinya, karena merasa dirinya lebih baik kondisinya dari anak lainnya.

5) Persiapan. Keberhasilan ditentukan dengan persiapan yang baik. Sedangkan kegagalan terjadi manakala persiapan tidak dilakukan dengan baik. Persiapan yang dilakukan anak akan memberikan kepercayaan diri pada anak, sebab anak mengetahui apa yang harus dilakukan pada setiap tahapan. Inilah yang akan menjadi bekal bagi anak untuk menampilkan yang terbaiknya.

h. Strategi Meningkatkan Konsentrasi

1) Latihan dengan menghadirkan gangguan. Bentuk latihan ini sangat menakjubkan tatkala suara, bunyi-bunyian, gerakan seseorang dalam kelompok dapat merusak konsentrasi anak. Banyak anak dalam tim cabang olahraga tertentu menyanyikan “yel-yel” sambil melambaikan tangan membentuk aliran ombak, menepukkan kaki mereka ke lantai, dan menimbulkan keributan. Anak harus mempersiapkan diri untuk mengatasi gangguan tersebut, dengan tetap memfokuskan perhatiannya pada gerakan yang sedang dilakukan, segala macam pergerakkan benda atau suara yang didengarnya harus diabaikan seolah-olah tidak mendengar apa-apa.

2) Menggunakan kata kunci. Penggunaankata kunci bertujuan memberikan

instruksi atau motivasi pada anak untuk meningkatkan konsentrasinya. Kata kunci yang diberikan berupa instruksi yang diberikan kepada anak, misalnya dalam smash bulutangkis, anak melakukan smash nyangkut di net, katakan pada anak elbow,follow through, watch the

PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)

59 shuttlecock.Selain itu kata-kata kunci untuk memotivasi yang bersifat emosional seperti strong, move, relax, dan seterusnya.

3) Menyusun kegiatan rutin. Kebiasaan rutin bisa membantu anak

menampilkan penampilan terbaiknya, anak dapat memfokuskan dirinya ketika dalam penampilannya. Superstisi bisa dilakukan seperti menggunakan sepasang kaos kaki untuk keberuntungan, memakai tali sepatu warna warni. Kebiasaan rutin memang membantu anak dalam memfokuskan penampilan yang akan dilakukan dalam waktu cepat.

4) Berlatih mengendalikan mata. Mengendalikan mata merupakan salah

satu metoda untuk melatih konsentrasi. Terkadang mata kita kemana-mana seperti halnya pikiran kita. Kunci untuk mengendalikan mata adalah yakinkan bahwa mata tidak kemana-mana atau melihat sesuatu yang tidak relevan. Pelatih tennis, sepakbola, bola voli, atau tennis meja, sering mengatakan pada anaknya “lihat bola” (watch the ball). Setelah anak mendengarkan kata-kata tersebut,tahu apa yang harus dilakukannya, yaitu jaga mata agar tetap fokus pada bola saat melakukan pukulan atau tendangan.

5) Latihan simulasi bertanding. Simulasi membuat anak terbiasa dengan suasana pertandingan yang sebenarnya. Pelatih harus memberikan latihan simulasi dengan menghadirkan kemungkinan-kemungkinan buruk dalam simulasi tersebut. Dalam permainan bulutangkis tatkala anak sedang main dengan lawan seimbang, teman-teman pendukungnya duduk disekitar pinggiran lapangan untuk memperkuat temannya dengan memberikan sorakan, bekata keras, memojokan pemain tersebut, atau menyalakan suara kaset dalam tape recorder yang berisi rekaman suara penonton pada pertandingan yang sebenarnya. Maksudnya, memberikan bekal pengalaman bertanding kepada anak, agar mampu mengatasi berbagai masalah pada saat pertandingan.

6) Pengamatan titik. Mengamati suatu titik sampai titik yang lainnya tidak kelihatan memerlukan waktu yang lama. Oleh karena itu, harus dilakukan pada setiap sesi latihan baik sebelum, sesudah latihan atau menjelang pertandingan.

7) Menggambarkan penulisan nomor.Tulis nomor 1 sampai 10 dengan

mata tertutup, selanjutnya putar searah jarum jam dan ulangi gerakan tersebut sampai beberapa kali. Perintahkan anak menuliskannya secara

PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)

60

jelas dan tepat. Cara ini membantu anak terutama bagi anak pemula yang tidak bisa konsentrasi selama pertandingan.

8) Mengamati jarum detik dalam jam. Amati jam dengan hati-hati

selanjutnya hitung dari 1 sampai 5 ketika jarum detik berjalan. Ulangi menghitung selama 1 menit. Berhenti sejenak, kemudian ulangi lagi dengan mata tertutup selama 1 menit, kemudian cek waktu di jam setelah melakukan latihan tersebut. Prinsip terpenting yang harus diingat anak adalah menjaga agar suasana hati tetap dalam keadaan tenang dan mengkonsentrasikan pikirannya pada tugas-tugas yang harus dilakukan.

i. Strategi Meningkatkan Disiplin

Strategi yang bisa dilakukan adalah: a) Usaha preventif lebih baik daripada usaha memperbaiki anak yang kurang disiplin; b) Membuat acara yang padat yang menarik minat anak; c) Memberikan pujian dan penghargaan pada anak yang disiplin: d) Memperhatikan perbedaan individual untuk memberi perlakuan yang tepat; e) Usahakan tidak memberikan hukuman kepada anak yang sensitif; f) Memperhatikan perasaan anggota tim pada waktu memberi perlakuan terhadap salah seorang anggota tim; g) Hindarkan perbedaan pendapat atau pertentangan antara pelatih dan anak; h) Setelah melakukan hukuman harus segera bertindak normal kepada anak yang melakukan kesalahan; i) Jangan menghukum seluruh pemain apabila kesalahan hanya dilakukan oleh seorang pemain.

j. Praktik Latihan Keterampilan Mental

1) Self Talk

Self-talk yang bisa dilakukan oleh anak salah satunya seperti terlihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Cara merubah self-talk negatif menjadi self-talk positif

Self-talk Negatif Self-talk Positif

Bodoh kamu, bagaimana mungkin kamu gagal menerima umpan mudah seperti itu.

Setiap orang bisa berbuat salah, lebih konsentrasilah pada umpan selanjutnya.

Apa kata orang jika pertandingan hari ini kalah.

Lakukan yang terbaik, kemenangan dan kekalahan bagian dari proses.

PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)

61

Saya berharap tidak lepas lagi. Tenang dan tetaplah lihat bola. Saya akan santai sebentar hari ini

dan besok akan kerja keras.

Jika saya kerja keras hari ini maka pekerjaan besok akan lebih mudah. Wah lawannya berat hari ini. Tenang dan percayalah kamu bisa

bermain baik. Kita tidak pernah menang

melawan tim ini.

Lakukan yang terbaik hari ini dan satu gol kemenangan sudah cukup. Saya tidak pernah bermain bagus

jika ada angin.

Angin ini dirasakan juga oleh lawan, saya hanya butuh lebih berkonsentrasi.

2) Rileksasi. Latihan relaksasi otot secara progresif merupakan teknik latihan relaksasi otot yang meliputi rangkaian latihan menegangkan dan merelakskan kelompok otot dalam tubuh. Metode tersebut dilakukan selama kurang lebih 20-30 menit, atau disesuaikan dengan sifat-sifat kepribadian setiap anak. Setiap kelompok otot saat kontraksi dilakukan sebanyak 2 kali ulangan, pada saat otot kontraksi ditahan selama 5 detik, sedangkan pada saat relaksasi ditahan selama 10-15 detik. Selanjutnya berpindah pada kelompok otot berikutnya, prosedur lebih lengkap coba (telaah di buku induk).

k. Membangun Harmonisasi Tim

Latihan untuk membangun tim yang harmonis bisa dilakukan dengan beberapa cara, misalnya dalam bolabasket dikenal dengan istilah “The bull in the ring.” Teknik ini digunakan ketika tim sedang mengalami gejolak akibat kegagalan. Bila masalah tersebut ditangani dengan segera dengan melibatkan semua anak dalam tim akan membuka kesadaran individu dalam tim. Teknik “bull in the ring” dapat dilaksanakan dalam dua bagian yaitu: 1) anak-anak duduk dikursi membentuk lingkaran di lingkaran tengah lapangan basket; 2) Sama seperti bagian (1) namun setiap anak duduk di kursi tengah secara bergiliran untuk mendengar komentar yang diarahkan pada dirinya. Anak mendengar komentar temannya, baik positif maupun negatif. Setiap anggota tim diberi kesempatan untuk memilih apakah akan menjadi pendengar pertama atau tidak, atau secara berurutan menurut jarum jam. Untuk lebih jelas (telaah dalam buku induk). Teknik “the bull in the ring”

PANDUAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN EKSTRKURIKULER OLAHRAGA (Melalui Klub Olahraga di Sekolah Dasar)

62

tim. Didalam metode ini, rekan tim saling mempelajari kelebihan dan kekurangan dirinya, bagaimana dirinya bisa dianggap oleh rekan tim, bagaimana dirinya bisa dirasakan oleh orang lain dalam tim, Metoda ini akan membantu meningkatkan kesadaran diri (self awareness) dengan cara melihat keadaan dirinya sendiri melalui mata orang lain. Sedangkan tujuan metoda ini adalah untuk mencairkan suasana, dan mengokohkan bathin anak dalam tim, serta memecahkan isu-isu yang terjadi yang menyebabkan tim menjadi tidak kohesif.

l. Penataan Psikologis pada Anak dalam Pertandingan Olahraga

Latihan mental penting bagi anak terutama bagi anak yang bergabung dalam olahraga kompetitif.Aspek psikologis akan terlihat jelas manakala anak mengikuti pertandingan, baik sebelum maupun pada saat pertandingan. Aspek psikologis seringkali mengganggu anak untuk menampilkan penampilan terbaiknya. Oleh sebab itu, anak perlu melakukan persiapan latihan mental yang dibagi dalam empat tahapan penting, yaitu:

(1) sebelum hari pertandingan; (2) pada hari pertandingan; (3) saat pertandingan; dan (4) setelah hari pertandingan. Untuk lebih jelas (telaah di buku induk).

F. PEMBINAAN CABANG OLAHRAGA

Dokumen terkait