• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORITIS

C. Pengertian Nilai Dan Akhlak

1. Pengertian Nilai

Mengenal bermacam-macam nilai, yaitu nilai material, nilai vital, dan nilai keruhanian. Nilai material yaitu segala seseuatu yang berguna bagi unsur manusia. Nilai material ini secara relatif lebih mudah diukur

30

dengan alat-alat pengukur, misalnya berat, panjang, luas, isi, dan sebagainya. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan kegiatan dan aktivitas. Sedangkan nilai keruhanian yaitu segala sesuatu yang berguna bagi ruhani manusia, misalnya nilai religius, keindahan, nilai moral yang berasal dari kodrat manusia, dan nilai kebenaran yang bersumber pada unsur akal manusia. Nilai ruhani tidak dapat diukur menggunakan alat-alat pengukur yang biasa digunakan untuk mengukur nilai-nilai material, tetapi hanya bisa diukur dengan akal budi dan hati nurani manusia.31

Nilai, secara singkat dapat dikatakan sebagai hasil penilaian/pertimbangan baik atau tidak baik terhadap sesuatu, yang kemudian dipergunakan sebagai dasar alasan (motivasi) seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Adapun yang dinamakan norma (kaidah) adalah petunjuk tingkah laku (perilaku) yang harus di lakukan atau tidak boleh di lakukan dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan suatu alasan (motivasi) tertentu dengan disertai sanksi.32

Peran utama orang tua adalah memberikan makna kehidupan kepada anaknya dalam menghadapi gejolak kehidupan, manusia membutuhkan nilai untuk menuntutnya, termasuk ke dalam motif ini ialah

31

M. Solihin, dan M. Rosid Anwar, Akhlak Tasawuf: Manusia, Etika, dan Makna Hidup,

(Bandung: Penerbit Nuansa, Cet.1, 2005) h. 27-28

32

motif keagamaan. Manusia membutuhkan nilai untuk kepastian bertindak, tanpa nilai manusia kehilangan pegangan.33

2. Pengertian Akhlak

Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk mendefinisikan akhlak, yaitu pendekatan linguistic (etimologi, kebahasaan, lughat) dan pendekatan terminologik (peristilahan). Kata akhlak kalau kita terjemahkan secara bahasa berarti budi pekerti dan sopan santun. Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu isim masdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa-yukhliqu-ikhlaqan, sesuai dengan timbangan (wazan) tsulasi

majid af’ala-yuf’ilu-if’alan yang berarti al-sajiyah (perangai), al-thabi’ah

(kelakuan, tabiat, watak dasar), al-‘adat (kebiasaan, kelaziman),

al-maru’ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).

Dalam Bahasa Arab, kata akhlaq adalah jamak dari kata khilqun atau khuluqun yang artinya sama dengan arti akhlaq sebagaimana disebutkan diatas.34 Definisi atau pengertian akhlak tidak ada yang bertentangan, melainkan memiliki kemiripan antara yang satu dengan yang lainnya. Bahkan definisi-definisi tersebut justru saling melengkapi. Menurut Abuddin Nata dalam buku Akhlak Tasawuf : Manusia, Etika, dan Makna Hidup yang di tulis oleh Dr. M. Sholihin, M.Ag dan M. Rosyid Anwar, S.Ag, berdasarkan penjelasan para ulama setidaknya ada lima ciri-ciri akhlak, yaitu:

33

Armawati Arbi, Psikologi Komunikasi Dan Tabligh, (Jakarta: Amzah, 2012) Ed.1, Cet.1 h.66

34

M. Solihin, dan M. Rosid Anwar, Akhlak Tasawuf: Manusia, Etika, dan Makna Hidup,

a. Akhlak adalah perbuatan yang telah tertanam kuat dalam jiwa seseorang dan telah menjadi bagian dari kepribadian.

b. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan mudah dan tanpa pemikiran.

c. Akhlak adalah perbuatan yang timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari luar.

d. Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan secara sungguh-sungguh, bukan main-main atau bersandiwara, seperti dalam film.

e. Sejalan dengan cirri yang keempat, perbuatan akhlak (khususnya akhlak yang baik) adalah perbuatan yang dilakukan karena ikhlas semata-mata karena Allah bukan karena ingin dipuji.35

3. Fungsi Akhlak Dalam Kehidupan Manusia

Ada dua macam naluri manusia yang paling kuat yaitu ingin mempertahankan hidupnya di dunia ini dan ingin mencapai kehidupan yang lebih baik di masa mendatang. Di samping itu, dalam diri manusia ada hati nurani yang mendapat cahaya Tuhan dan dapat menilai hal-hal yang baik untuk di kerjakan. Di dalam hati nurani manusia juga ada rasa malu jika seseorang melakukan keburukan dan kejahatan.

Dengan pendengaran, penglihatan dan hatinya, manusia dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman. Manusia yang berilmu dan berakhlak tidak akan sama dengan manusia yang tidak berilmu dan tidak

35

M. Solihin, dan M. Rosid Anwar, Akhlak Tasawuf: Manusia, Etika, dan Makna Hidup,

berakhlak. Orang yang beriman, berakhlak, dan berilmulah yang akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.36

Menurut Armawati Arbi dalam bukunya Psikologi Komunikasi Dan tabligh, Din Syamsuddin menjelaskan sebagai berikut37:

“Islam adalah agama etik (etichal religion), yaitu agama yang berorientasi pada pengembangan etika dalam arti yang seluas-luasnya atau apa yang disebut dalam Islam dengan akhlak. Akhlak, dalam hal ini, mengandung konotasi etik dan etos sekaligus. Keberagamaan yang tertinggi, dengan demikian akan diukur dari sudut derajat manifestasi etika dan etos sosial dalam

kehidupan seorang muslim.”

4. Akhlak Sosial Islam

Secara garis besar, ajaran Islam meliputi tiga aspek penting yaitu akidah, syariah, dan akhlak. Dengan begitu bisa dikatakan akhlak merupakan sepertiga dari ajaran Islam dan sekaligus menjadi puncak dari seluruh rangkaian ajaran Islam. Bahkan, semua bentuk ibadah bermuara pada pembentukan akhlak yang mulia. Ini tergambar misalnya bahwa shalat dimaksudkan untuk mencegah diri dari perbuatan keji dan mungkar, puasa berujung pada ketakwaan, zakat untuk membersihkan harta dan jiwa, sedangkan ibadah haji menitikberatkan pada pengorbanan fisik, harta, dan persaudaraan universal.38

Akhlak yang mulia berakar dari pancaran keimanan. Itulah

sebabnya, kata „iman dan amal saleh’ selalu disebut bertautan dalam

36

M. Solihin, dan M. Rosid Anwar, Akhlak Tasawuf: Manusia, Etika, dan Makna Hidup

h.100-101

37

Armawati Arbi, Psikolgi Komunikasi Dan Tabligh, (Jakarta: Amzah, 2012), Ed.1 Cet.1, h.274

38

Muhammad Maulana,Akhlak Sosial Muslim: Satu Hati dan Perbuatan, (Jakarta: Pustaka Zaman, Cet-1, 2000) h.71-73

Alquran. Artinya, keimanan yang kuat akan mendorong seorang Muslim untuk senantiasa melakukan perbuatan yang baik.

Akhlak sosial Islam bermula dari kesalehan pribadi/individu. Dari kesalehan pribadi itulah yang akan membentuk keluarga yang saleh. Dan, keluarga yang saleh merupakan salah satu indikator bagi suatu tatanan masyarakat/sosial yang bermoral.39

Jika akhlak sosial Islam telah dihayati oleh setiap individu masyarakat dan teraplikasikan dalam derap langkah kehidupan, maka hal tersebut merupakan salah satu indikasi terwujudnya tatanan masyarakat madani yang dicita-citakan bersama.40

Sebagai pegangan operatif dalam menjalankan pendidikan keagamaan kepada anak, mungkin nilai-nilai akhlak berikut ini patut sekali dipertimbangkan oleh orang tua untuk ditanamkan kepada anak dan keturunannya41:

a. Silaturrahmi (dari bahasa Arab, shilat al-rahm): Yaitu pertalian rasa cinta kasih antara sesama manusia, khususnya antara saudara, kerabat, handai taulan, tetangga, dst. Sifat utama Tuhan adalah kasih (rahm, rahmah) sebagai satu-satunya sifat Ilahi yang di wajibkan sendiri atas Diri-Nya. Maka manusia pun harus cinta kepada sesamanya, agar

Allah SWT cinta kepadanya. “Kasihlah kepada orang di bumi, maka

Dia (Tuhan) yang ada di langit akan kasih kepadamu.”

39

Muhammad Maulana,Akhlak Sosial Muslim: Satu Hati dan Perbuatan, (Jakarta: Pustaka Zaman, Cet-1, 2000) h. 71-73

40

Muhammad Maulana,Akhlak Sosial Muslim, h.71-73

41

Dokumen terkait