D. Tinjauan Tentang Kode Etik dan Pelanggaran Kode Etik 1. Pengertian Kode Etik
3. Pengertian Pelanggaran Kode Etik
Pengertian pelanggaran adalah suatu perbuatan yang melanggar sesuatu dan berhubungan dengan hukum, berarti tidak lain dari perbuatan melawan hukum.52 Definisi lain menyebutkan pelanggaran adalah Politis-on Recht, yang artinya adalah perbuatan yang tidak menaati larangan atau keharusan yang ditentukan oleh penguasa negara.53 Adapun unsur - unsur dari suatu pelanggaran yaitu :
1. Adanya perbuatan yang bertentangan dengan perundang - undangan 2. Menimbulkan akibat hukum
Kode etik adalah prinsip - prinsip moral yang melekat pada suatu profesi dan disusun secara sistematis. Ini berarti, tanpa kode etik yang sengaja disusun secara sistematis itupun suatu profesi tetap bisa berjalan karena prinsip - prinsip moral tersebut sebenarnya sudah melekat pada profesi tersebut.
Meskipun demikian, kode etik menjadi perlu karena jumlah penyandang profesi itu sendiri sudah demikina banyak, disamping itu tuntutan masyarakat juga makin bertambah komplek. Pada titik seperti ini organisasi profesi mendesak untuk dibentuk.54
Dari penjelsan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa pelanggran kode etik profesi merupkan pelanggran yang dilakukan oleh sekelompok profesi yang tidak mencerminkan atau tidak manaati peraturan yang telah di
52 Wirjono Prodjodikoro, “Asas - Asas Hukum Pidana”, Refika Aditama, Bandung, 2003. Hlm. 33
53 Bambang Poernomo, “Dalam Asas - Asas Hukum Pidana”, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002. Hlm. 40
54 Shidarta, “Moralitas Profesi Hukum”, Refika Aditama : Suatu Tawaran Kerangka Berfikir, Cet Ke 2, Bandung, 2002. Hlm. 107-108
buat serta tidak memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu suatu profesi di mata masyarakat.
Pelanggaran kode etik POLRI adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh anggota POLRI yang bertentangan dengan kode etik profesi POLRI.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya pelanggaran kode etik oleh anggota POLRI, mulai dari turunnya integritas moral, hilangnya independensi, adanya tuntutan ekonomi, minimnya pengasilan, lemahnya pengawasan, sampai dengan ketidak patuhan terhadap kode etik profesi hukum yang mengikatnya.55
Dalam hal terjadi pelanggaran kode etik maka telah ada prosedur tersendiri untuk penyelesaian pelanggaran kode etik di lingkungan Kepolisian Republik Indonesia. Penyelesaian pelanggaran kode etik dilakukan melalui sidang kode etik oleh Komisi Kode Etik Polri (KEPP). KEPP menurut Perkap Polri Nomor 19 Tahun 2012 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah suatu wadah yang dibentuk di lingkungan POLRI yang bertugas memeriksa dan memutus perkara dalam persidangan pelanggara KEPP berupa menyatakan bahwa pelanggar terbukti secara sah dan meyakinkan telah terjadi pelanggran KEPP atau tidak terbukti melakukan pelanggaran KEPP. Dalam hal ini terjadi pelanggaran kode etik, maka berasarkan ketentuan Pasal 56 ayat (2) Perkap Polri Nomor 19 Tahun 2012 akan menerima sanksi berupa sanksi etika dan sanksi administratif.
55 Dwi Haryadi, “Kode Etik Profesi Hukum”, http://www.uub.ac.id, diakses 19 November 2016.
Pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia harus dipertanggungjawabkan di hadapan Sidang Komisi Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia guna pemuliaan profesi kepolisian.
4.Ruang Lingkup dan Bentuk - Bentuk Pelanggaran Kode Etik Kepolisian
Pelanggaran kode etik profesi anggota Kepolisian Republik Indonesia dapat dinilai berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. Ruang lingkup etika profesi POLRI mencakup :
a. Etika Kenegaraan
Etika kenegaraan aadalah sikap moral anggota POLRI terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pancasila, Undang - Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan kebinekatunggalikaan.
Etika kenegaraan memuat pedoman berprilaku anggota POLRI dalam hubungan :56
a) Tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b) Pancasila.
c) Undang - Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 d) Kebinekatunggalikaan.
56 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia Pasal 5 huruf a.
b. Etika Kelembagaan
Etika kelembagaan adalah sikap moral anggota POLRI terhadap institusi yang menjadi wadah pengabdian dan patut dijunjung tinggi sebagai ikatan lahir batin dari semua insan Bhayangkara dengan segala martabat dan kehormatannya sesuai dengan nilai - nilai yang terkandung dalam Tribata (pedoman hidup POLRI) dan Catur Prasetya (pedoman kerja POLRI).
Etika kelembagaan memuat pedoman prilaku anggota POLRI dalam hubungan :57
a) Tribrata sebagai pedoman hidup.
b) Catur prasetya sebagai pedoman kerja c) Sumpah janji anggota POLRI.
d) Sumpah janji jabatan.
e) Sepuluh komitmen moral pada perubahan pola pikir.
c. Etika Kemasyarakatan
Etika kemasyarakatan adalah sikap moral anggota POLRI yang senantiasa memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakan hukum, serta melindungi, mengayomi dan melayani masyarakat dengan mengindahkan kearifan lokal dalam budaya Indonesia.
Etika kemasyarakatan ini memuat pedoman berprilaku anggota POLRI dalam hubungan :58
a) Pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat.
b) Penegakan hukum.
57 Ibid. Huruf b
58 Ibid. Huruf c
c) Pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat.
d) Kearifan lokal, antara lain gotong royong, kesetiakawanan dan toleransi.
d. Etika Kepribadian
Etika kepribadian adalah sikap perilaku perseorangan anggota POLRI dalam kehidupan beragama, kepatuhan, ketaatan dan sopan santun dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Etika kepribadian memuat pedoman berprilaku anggota POLRI dalam hubungan :59
a) Kehidupan beragama.
b) Kepatuhan dan ketaatan terhadap hukum.
c) Sopan santun dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Keempat etika tersebut di atas tentunya akan menimbulkan kewajiban dan larangan bagi anggota POLRI, di mana pelanggaran terhadap kewajiban dan larangan itu akan menimbulkan sanksi atau hukuman setelah melalui tahapan proses penegakan kode etik profesi POLRI.
Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia senantiasa menghindarkan diri dari perbuatan tercela yang dapat merusak kehormatan profesi dan organisasinya, dengan tidak melakukan tindakan - tindakan berupa :60
1. Bertutur kata kasar dan bernada marah
2. Menyalahi dan atau menyimpang dari prosedur tugas
59 Ibid. Huruf d
60 Yanius Rajalahu, “Penyelesaian Pelanggaran KOde Etik Profesi Oleh Kepolisian Republik Indonesia”, Lex Crimen, Vol. II No. 2, 2013. Hlm. 151.
3. Bersikap mencari - cari kesalahan masyarakat
4. Mempersulit masyarakat yang membutuhkan bantuan atau pertolongan 5. Menyebarkan berita yang dapat meresahkan masyarakat
6. Melakukan perbuatan yang dirsakan merendahkan martabat perempuan 7. Merendahkan harkat dan martabat manusia.
5.Penegakan Dalam Hal Terjadinya Pelanggaran Kode Etik Kepolisian Apabila terjadi pelanggaran atas kode etik profesi Polri maka dilakukan pemeriksaan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Kapolri berdasarkan Pasal 35 Undang - Undang Polri yang menyebutkan pelanggaran atas kode etik profesi oleh pejabat Polri dioeriksa oleh Komisi Kode Etik Polri. Dari ketentuan tersebut jelaslah bahwa polisi merupakan sebuah profesi yang diikat atau tunduk pada kode etik profesi yang diterbitkan oleh institusi Polri. Pelanggaran terhadap kode etik tersebut membawa konsekuensi akan diadili oleh sebuah komisi kode etik profesi. Dengan demikian sebagai sebuah profesi maka setiap pajabat polri wajib memiiki profesionalisme dalam menjalankan tugas dan kewajiban.
Kode etik profesi Polri untuk pertma kali ditetapkan oleh kapolri dengan Surat Keputusan Kapolri No. Skep/213/VII/1985, yang kemudian diubah dengan keputusan Kapolri No. Pol:Kep/05/III/2001, tanggal 7 Maret 2001, yang berisi buku petunjuk administrasi bagi komisi kode etik profesi Pori.61 Terakhir diatur dengan peraturan Kapolri No 7 Tahun 2006. Setiap pelanggaran terhadap kode etik profesi polri dikenakan sanksi moral yang
61 Keputusan Kapolri Nomor V Tahun 2001 Tentang Petunjuk Administrasi Bagi Komisi Kode Etik Profesi Polri
diberikan dalam bentuk putusan sidang komisi secara tertlis kepada terperiksa.
Sanksi moral tersebut dapat berupa pernyataan putusan yang menyatakan tidak terbukti atau peryataan putusan yang menyatakan terperiksa terbuktu melakukan pelanggara kode etik.62
Upaya penegakan disiplin dan kode etik kepolisian sangat dibutuhkan guna terwujudnya pelaksanaan tugas yang dibebeankan dan tercapainya profesionalisme Polri. Sangat tidak mungkin penegakan hukum dapat berjalan dengan baik, apabila penegak hukum sendiri tidak disiplin dan tidak profesional. Ketidak disiplinan dan ketidak profesionalan Polri akan sangat berdampak dalam hal penegakan hukum atau pengungkapan kejahatan yang terjadi di masyarakat.
62 Pudi Rahardi, “Hukum Kepolisian”, Cet 1, Lakbang Mediatama. Surabaya, 2007. Hlm. 205.