• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Sumber Belajar dalam Proses Pembelajaran

2.3.1 Pengertian Pembelajaran

Dalam meninjau pembelajaran sebagai suatu sistem diperlukan adanya pendalaman terhadap konsep sistem dan konsep pembelajaran. Apakah yang dimaksud dengan sistem dan pembelajaran itu? Sistem adalah suatu kesatuan

berbagai unsur yang mempunyai hubungan fungsional dan berintraksi secara dinamis untuk mencapai tujuan/ fungsi sistem tersebut. Maka sistem sebagai pendekatan berarti cara memandang sesuatu secara sistematik dan menyeluruh, tidak terpisah-pisah. Sedangkan pembelajaran di sini adalah menekankan proses pembelajaran di sekolah, sehingga secara umum pembelajaran tersebut digambarkan sebagai kesatuan sub-sub sistem yang membentuk suatu sistem utuh. Dalam prosesnya sistem pembelajaran itu merupakan intraksi fungsional antara sub sistem seperti sub sistem kurikulum, kesiswaan, tenaga kependidikan, perpustakaan dan sebagainya.

Kegiatan pendidikan bermaksud menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di sekolah untuk membantu peserta didik menumbuh-kembangkan potensi-potensi kemanusiaannya. Tugas pendidik akan dapat dilakukan dengan benar, bila pendidik mampu menganalisis kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran di kelas (Hamalik, 2001: 5).

Menurut Hamalik (2001: 57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Selanjutnya dijelaskan unsur manusia yang terlibat dalam sistem pengajaran terdiri dari siswa, guru, dan tenaga lainnya seperti petugas laboratorium. Unsur material meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide, film, audio, dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruang kelas, perlengkapan audio visual, juga

komputer (multimedia). Unsur prosedur meliputi; jadwal, metode penyampaian informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya.

Pembelajaran menurut Sugandi (2004: 9). Pembelajaran terjemahan dari kata

instruction” yang berarti self instruction (dari internal) dan external instruction

(dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat eksternal antara lain datang dari guru

yang disebut teaching atau pengajaran. Dalam pembelajaran yang bersifat eksternal

prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran. Sesuatu yang dikatakan prinsip biasanya berupa aturan atau ketentuan dasar yang bila dilakukan secara konsisten, sesuatu yang ditentukan itu akan efektif atau sebaliknya. Prinsip pembelajaran merupakan aturan/ ketentuan dasar dengan sasaran utama adalah perilaku guru. Pembelajaran yang berorintasi bagaimana perilaku guru yang efektif, beberapa teori belajar mendeskripsikan pembelajaran sebagai berikut :

a. Untuk guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan

lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku si belajar. (Behavioristik)

b. Cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berpikir agar

memahami apa yang dipelajari. (Kognitif)

c. Memberikan kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan

cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuanya. (Humanistik) Senada dengan arti pembelajaran tersebut Briggs (1992) dalam Sugandi menjelaskan bahwa pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi

si belajar sedemikian rupa sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan dalam berinteraksi berikutnya dengan lingkungan. Dengan demikian prinsip belajar menurut teori belajar tertentu, teori tingkah laku dan prinsip-prinsip pengajaran dalam implementasinya akan berintegrasi menjadi prinsip-prinsip pembelajaran.

Menurut Darsono (2001: 22) belajar adalah proses perubahan yang relatif tetap, dan sering terjadi dalam keseluruhan tingkah laku. Menurut Reber dalam Syah (1997: 13) belajar juga dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan. Dari teori belajar di atas dapat ditegaskan bahwa belajar adalah proses perubahan untuk memperoleh pengetahuan. Proses pembelajaran ini mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor siswa.

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik atau peserta didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai oleh peserta didik.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran meliputi; pertama, kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para pendidik, khususnya guru agar dapat melaksanakan proses belajar secara profesional. Kedua, kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan

yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar. Ketiga, penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep materi pembelajaran. Keempat, rumusan pernyataan dalam kegiatan pembelajaran mengandung dua unsur yang mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.

Belajar merupakan suatu proses (Purwanto, 2003: 106). Sebagai suatu proses

didalamnya harus ada yang diproses (masukan atau input) dan hasil dari pemrosesan

(keluaran atau output).

Faktor-faktor dalam proses belajar mengajar diantaranya:

a. Raw Input

Didalam proses belajar mengajar di sekolah, yang dimaksud raw input adalah

siswa. Sebagai raw input, siswa memiliki karakteristik atau kekhususan sendiri-sendiri yang banyak mempengaruhi keberhasilan dalam belajar, baik fisiologi maupun psikologi. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya, kesehatannya dan panca inderanya. Sedangkan yang menyangkut psikologinya meliputi minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi, kesehatan mental dan kebiasaan/tipe belajar.

b. Instrumental Input

Yang dimaksud dengan instrumental Input adalah kurikulum atau bahan

pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas serta manajemen yang berlaku disekolah.

c. Environmental Input

Yang dimaksud dengan environmental input adalah lingkungan yang secara

langsung maupun tidak langsung mempengaruhi siswa dalam belajar, meliputi lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.

d. Output

Yang dimaksud output adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan.

Berbagai faktor yang terdiri dari raw input, instrumental input dan

environmental input satu sama lain saling melengkapi dan menunjang dalam

pembelajaran guna meng hasilkan output yang diharapkan.

Dalam proses pembelajaran, guru diharapkan dapat menguasai berbagai strategi pengajaran, memahami hakekat belajar, hakekat peserta didik, dan mengikuti perkembangan pendidikan terbaru. Guru hendaknya juga mengkaji dan mengevaluasi tindakan pembelajaran yang telah dilakukan untuk kemudian merefleksikan dengan tindakan baru sebagai perbaikan agar dapat melakukan pengelolaan pembelajaran dengan baik dan bermutu (Dimyati, dan Mudjiono 2002: 28).

Menurut Hasibuan (2002: 3), komponen-komponen yang terlibat dalam pembelajaran berupa: tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan siswa, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana yang tersedia. Banyak komponen yang terlibat dalam proses pembelajar. Unsur-unsur yang terlibat tersebut sangat komplek dan terkait satu dengan lainnya baik berupa perangkat lunak seperti program, tujuan, dan strategi pembelajaran dengan

pendekatan tertentu maupun berupa perangkat keras seperti sarana dan prasarana gedung sekolah, laboratorium dan media. Oleh sebab itu dalam pengelolaan proses pembelajaran tentunya juga diperlukan pemahaman yang mendalam tentang unsur-unsur pembelajaran tersebut.

Menurut Syah (2004: 12) kegiatan pengajaran tidak sekedar mentransfer pengetahuan pada siswa dengan memandang siswa seperti bejana atau botol kosong yang harus diisi begitu saja. Akan tetapi lebih dari itu proses pengajaran hendaknya memungkinkan terjadinya proses interaktif dan adanya pengalaman belajar siswa secara optimal. Siswa tidak hanya berperan sebagai penerima informasi berupa pengetahuan tetapi justru harus mencari dan menemukan pengetahuan tersebut. Oleh sebab itu proses pengajaran harus diciptakan sampai terjadinya proses belajar tersebut secara interaktif. Hal ini Gulo dalam Syah (2004: 8) menjelaskan bahwa mengajar adalah usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar secara optimal.

Hudoyo (2003: 64) menyatakan bahwa mengajar akan efektif jika kemampuan berpikir anak diperhatikan dan karena itu perhatian ditujukan kepada kesiapan struktur kognitif siswa. Adapun struktur kognitif mengacu pada organisasi pengetahuan atau pengalaman yang telah dikuasai seorang siswa yang memungkinkan siswa itu dapat menangkap ide-ide atau konsep-konsep baru. Kesiapan struktur kognitif siswa mencakup perkembangan intelektual siswa. Sementara itu, Mulyasa (2004: 100) menjelaskan pembelajaran pada hakekatnya

adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa tugas guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi siswa.

Lingkungan pembelajaran yang terkondisikan dengan adanya fasilitas yang mencukupi dapat memberikan nilai positif dalam pencapaian tujuan pendidikan. Adanya prasarana seperti media, alat pembelajaran, sumber bacaan dapat membantu dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah (Retnoningsih, 2005: 42-54).

Menurut Mulyasa (2004: 101), proses pembelajaran dikatakan efektif apabila seluruh siswa terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya. Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri siswa seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (65%).

Demikian jelas bahwa hakekat pembelajaran dititik-beratkan pada berlangsungnya proses belajar dari siswa secara interaktif sehingga memperoleh

pengalaman belajar secara langsung dan bukan sekedar transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Proses pembelajaran juga ditekankan pada pengembangan dan penguasaan kompetensi tertentu oleh siswa. Hal demikian tentunya harus dipahami semua pihak terutama guru sebagai pelaksanan di garis depan dalam mengelola proses pembelajaran yang efektif dan berkualitas.

Dalam penelitian ini pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Dokumen terkait