1
PEMANFAATAN SUMBER - SUMBER BELAJAR
DALAM PROSES PEMBELAJARAN
DI SMP NEGERI 2 LEBAKSIU
KABUPATEN TEGAL
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Prodi Teknologi Pendidikan
oleh
Juniya Ip Any
1102407009
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia
ujian skripsi.
Hari : Rabu
Tanggal : 24 Agustus 2011
Semarang, 24 Agustus 2011
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Drs. Wardi, M.Pd. Drs. Daniel Purnomo, M.Si.
NIP. 19600318 198703 1 002 NIP. 19501128 198503 1 001
Mengetahui
Ketua Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
Drs. Budiyono, M.S.
NIP. 19631209 198703 1 002
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di dalam Sidang Panitia Ujian Skripsi, Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Semarang pada
Hari :
Tanggal :
Panitia Ujian
Ketua Sekretaris
Drs. Hardjono, M.Pd. Drs. Budiyono, M.S.
NIP. 195108011979031007 NIP. 196312091987031002
Penguji I
Drs. Sukirman, M.Si.
NIP. 195501011986011001
Penguji II Penguji III
Drs. Wardi, M.Pd. Drs. Daniel Purnomo, M.Si.
NIP. 196003181987031002 NIP. 195011281985031001
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil
karya saya sendiri. Bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
keseluruhan. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip
atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 24 Agustus 2011
Juniya Ip Any NIM. 1102407009
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Buah dari kesabaran menghadapi cobaan membawa rasa manis.
Berusahalah meski melihat kenyataan yang tidak mungkin, karena dibalik itu
Allah punya rencana lain.
Sesudah ada kesulitan, pasti ada kemudahan.
Skripsi ini kupersembahan untuk:
Bapak/ Ibu yang telah mendukung serta mendoakanku
Kakak-Kakakku yang telah memberiku motivasi
Adikku, Meli
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah mencurahkan
segala rahmat, hidayah, karunia dan bimbingan-Nya sehingga penyusunan skripsi
dengan judul “Pemanfaatan Sumber-Sumber Belajar dalam Proses Pembelajaran di
SMP N 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal” sebagai syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan
UNNES dapat terselesaikan.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan, dorongan dan bimbingan
dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan penuh kerendahan hati penulis ucapkan
banyak terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. DR. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si. Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk memperoleh pendidikan
formal di UNNES sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Drs. Hardjono M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan ijin dan rekomendasi penelitian sehingga
penelitian ini dapat dilangsungkan di SMP Negeri 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal.
3. Drs. Budiyono, M.S. Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan yang
telah memberikan kepercayaan kepada penulis untuk melakukan penelitian
tentang Pemanfaatan Sumber-Sumber Belajar dalam Proses Pembelajaran Di
SMP N 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal
4. Drs. Wardi, M.Pd. Dosen pembimbing I yang dengan sabar selalu membantu
dan mengarahkan serta memberikan masukan terhadap kesempurnaan skripsi
ini.
5. Drs. Daniel Purnomo, M.Si. Dosen pembimbing II yang telah memberikan saran
dan masukan dalam pembuatan skripsi ini.
6. Kepala SMP Negeri 2 Lebaksiu yang telah memberikan ijin kepada peneliti
untuk melakukan penelitian.
7. Keluarga yang selalu mendoakan, mendukung dan memberi saya semangat
dalam penyusunan skripsi ini
8. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun Skripsi ini, khususnya
teman-teman TP’ 07.
Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal
kebaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka
kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan
guna kelengkapan dan perbaikan skripsi ini
Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri
khususnya dan berguna bagi pembaca pada umumnya.
Semarang, Agustus 2011
Penulis
ABSTRAK
Any, Juniya Ip. 2011. Pemanfaatan Sumber-Sumber Belajar dalam Proses Pembelajaran di SMP N 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal. Skripsi, Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Drs. Wardi, M.Pd, Pembimbing II : Drs. Daniel Purnomo, M.Si, 127 halaman.
Kata Kunci: Pemanfaatan, Sumber Belajar, Pembelajaran
Pemanfaatan sumber belajar dalam pembelajaran sangat membantu dalam mencapai tujuan proses pembelajaran. Penggunaan sumber belajar tersebut sangat berpengaruh untuk menunjang proses belajar mengajar. Kurang beragamnya pemanfaatan jenis-jenis sumber belajar sebagai sarana pembelajaran membuat
peneliti terinspirasi melakukan penelitian tentang Pemanfaatan Sumber-Sumber
Belajar dalam Proses Pembelajaran di SMP N 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal
Permasalahan dalam penelitian ini adalah: Bagaimana jenis sumber belajar yang dipakai dalam proses pembelajaran, upaya guru memaksimalkan sumber belajar dalam proses pembelajaran dan keefektifan pemanfaatan sumber belajar dalam proses pembelajaran di SMP N 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemanfaatan, bagaimana upaya guru memaksimalkan, serta bagaiamana keefektifan sumber-sumber belajar dalam pembelajaran.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Data penelitian ini akan diuji dengan teknik analisis deskriptif menggunakan metode kuantitatif. Untuk mengetahui seberapa besar pemanfaatan jenis sumber belajar yang dipakai dalam proses pembelajaran, upaya guru memaksimalkan sumber belajar dalam proses pembelajaran serta keefektifan pemanfaatan sumber belajar dalam proses pembelajaran di SMP N 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan sumber belajar dalam proses pembelajaran di SMP N 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal adalah pemanfaatan sumber belajar pesan sebanyak 18%, pemanfaatan sumber belajar manusia 17%, pemanfaatan sumber belajar bahan 14%, pemanfaatan sumber belajar alat 21%, pemanfaatan sumber belajar berupa metode 16%, dan pemanfaatan sumber belajar lingkungan sebanyak 14 %. Upaya memaksimalkan sumber belajar dalam proses pembelajaran sebesar 51% dengan kategori cukup baik serta Keefektifan pemanfaatan sumber belajar di SMP N 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal 48 % dengan kategori kurang baik.
Untuk perbaikan dan penelitian selanjutnya, saran yang dapat diberikan
adalah diperlukan adanya pelatihan terhadap pendidik bagaimana cara
mengembangkan serta memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar dan Guru mampu memaksimalkan lagi pemanfaatan sumber belajar dengan baik serta lebih mengefektifkan pemanfaatan sumber belajar dalam proses pembelajaran.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.4.1Manfaat Teoritis ... 5
1.4.2 Manfaat Praktis ... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teknologi Pendidikan ... 7
2.1.1 Definisi Teknologi Pendidikan ... 7
2.1.2 Landasan Filosofis Teknologi Pendidikan ... 10
2.1.3 Kawasan Teknologi Pendidikan ... 13
2.1.4 Peranan Teknologi Pendidikan dalam Pembelajaran ... 18
2.2 Sumber Belajar dalam Proses Pembelajaran ... 20
2.2.1 Hakikat Sumber Belajar ... 20
2.2.2 Pemanfaatan Sumber Belajar ... 24
2.2.3 Keefektifan Pemanfaatan Sumber Belajar ... 26
2.3 Proses Pembelajaran dalam Perkembangan TP ... 28
2.3.1 Pengertian Pembelajaran ... 28
2.3.2 Ciri-Ciri Pembelajaran ... 35
2.3.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Proses belajar ... 36
2.3.3.1 Faktor Internal ... 36
2.3.3.2 Faktor Eksternal ... 37
2.4 Kerangka Berfikir……… 38
2.5 Hipotesis ………39
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 40
3.2 Rancangan Penelitian ... 40
3.3 Populasi dan Sampel ... 41
3.3.1Populasi ... 41
3.3.2Sampel dan Teknik Sampling ... 42
3.4 Variabel Penelitian ... 43
3.5 Definisi Operasional ... 43
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 45
3.6.1 Metode Kuesioner ... 45
3.6.2 Metode Dokumentasi ... 46
3.7 Validitas dan Reliabilitas Angket ... 46
3.7.1 Validitas ... 46
3.7.2 Reliabilitas ... 47
3.8 Metode Analisis Data ... 49
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 51
4.1.1 Deskripsi Jenis Sumber Belajar yang dimanfaatkan ... 52
4.1.1.1 Sumber Belajar Pesan ... 53
4.1.1.2Sumber Belajar Manusia ... 55
4.1.1.3Sumber Belajar Bahan ... 56
4.1.1.4Sumber Belajar Alat ... 58
4.1.1.5 Sumber Belajar Metode ... 59
4.1.1.6 Sumber Belajar Lingkungan ... 61
4.1.2 Deskripsi Upaya Memanfaatkan Sumber Belajar ... 62
4.1.3 Deskripsi Keefektifan Pemanfaatan Sumber Belajar ... 65
4.2 Pembahasan ... 66
4.2.1 Jenis Sumber Belajar yang dimanfaatkan ... 67
4.2.2 Upaya Memanfaatkan Sumber Belajar ... 69
4.2.3 Keefektifan Pemanfaatan Sumber Belajar ... 70
BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 72
5.2 Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA... 74
LAMPIRAN ... 76
DAFTAR TABEL
Tabel Hal
3.1 Daftar Populasi Siswa ... 42
3.2Daftar Jumlah Sampel ... 43
3.3 Deskripsi Variabel, Sub Variabel & Indikator Penelitian ... 44
3.4 Interval Pengolongan Hasil Penelitian ... 50
4.1 Pemanfaatan Sumber Belajar Pesan ... 53
4.2 Pemanfaatan Sumber Belajar Manusia ... 55
4.3 Pemanfaatan Sumber Belajar Bahan ... 56
4.5 Pemanfaatan Sumber Belajar Alat... 58
4.6 Pemanfaatan Sumber Belajar Metode ... 59
4.7 Pemanfaatan Sumber Belajar Lingkungan ... 61
4.8 Upaya Memanfaatkan Sumber Belajar ... 62
4.9 Keefektifan Pemanfaatan Sumber Belajar ... 65
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal
2.1 Kawasan TP ... 14
2.2 Hubungan Antar Kawasan dalam Bidang ... 17
2.3 Kerangka Berfikir ... 39
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Hal
4.1 Jenis-Jenis Sumber Belajar yang Digunakan ... 52
4.2 Sumber Belajar Pesan ... 54
4.3 Sumber Belajar Manusia ... 55
4.4 Sumber Belajar Bahan ... 57
4.5 Sumber Belajar Alat ... 58
4.6 Sumber Belajar Metode... 60
4.7 Sumber Belajar Lingkungan ... 61
4.8 Upaya Guru Memaksimalkan Sumber belajar ... 63
4.9 Keefektifan Pemanfaatan Sumber belajar ... 65
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal
1. Kisi-Kisi Instrumen ... 76
2. Lembar Kuesioner Pemanfaatan Sumber Belajar ... 77
3. Rekapitulasi Hasil Pengisian Kuesioner ... 85
4. Perhitungan Validitas Kuesioner ... 89
5. Perhitungan Varian Butir & Varian Total ... 92
6. Uji Reliabilitas Soal... 94
7. Analisis Kuesioner ... 95
8. Daftar Nama Guru ... 119
9. Daftar Sampel Penelitian ... 121
10. Dokumentasi Penelitian ... 122
11. Lembar Kartu Bimbingan
12. Surat Ijin Penelitian
13. Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dunia pendidikan sekarang ini telah menghadapi tantangan dalam era
globalisasi. Dunia pendidikan dituntut agar mampu mendorong dan mengupayakan
peningkatan kemampuan dasar untuk menjadi individu unggul dan memiliki daya
saing yang kuat secara cepat.
Adanya isu sentral rendahnya mutu atau kualitas dan relevansi pendidikan
membuat lembaga pendidikan seperti sekolah dituntut untuk mempersiapkan sumber
daya manusia (SDM) yang kompeten. Apalagi dengan adanya otonomi daerah
membawa perubahan-perubahan serta penyesuaian pendidikan demokratis, yang
sangat memperhatikan keragaman kebutuhan daerah dan pembelajar itu sendiri.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003).
Ada dua proses yang saling berkaitan dalam pembelajaran yang pada hakekatnya
tidak dapat dipisahkan satu sama lain, yaitu proses belajar dan proses mengajar.
Proses belajar dapat terjadi kapan saja dan di mana saja terlepas dari ada yang
mengajar atau tidak. Proses belajar terjadi karena adanya interaksi individu dengan
lingkungan. Apabila mengajar kita pandang sebagai kegiatan atau proses yang
seseorang, maka pendapat bahwa seorang belajar karena ada yang mengajar adalah
tidak benar.
Belajar merupakan proses kompleks yang terjadi pada semua orang dan
berlangsung seumur hidup, sejak masih bayi hingga ke liang lahat (meninggal)
nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar adalah adanya perubahan
tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik
perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif). Keterampilan (psikomotorik),
maupun nilai (afektif). Sesorang telah belajar apabila terdapat perubahan tingkah
laku dalam dirinya. Perubahan tersebut hendaknya terjadi sebagai akibat interaksinya
dengan lingkungan, yang tidak lain karena proses pertumbuhan fisik atau
kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan.selain itu,
perubahan itu harus bersifat permanen, tahan lama dan menetap, tidak berlngsung
sesaaat saja. Dalam hal ini guru bukanlah satu-satunya sumber belajar, walaupun
tugas, peranan, fungsingnya dalam proses belajar mengajar sangtlah penting.
Timbulnya berbagai tuntutan membawa perubahan paradigma dalam belajar
mengajar menjadi pembelajaran yang efektif. Strategi dan pendekatan pembelajaran
tidak lagi bertumpu pada guru tetapi berorientasi pada siswa sebagai subyek (student
centered). Guru bukan satu-satunya sumber belajar bagi siswa. Tanpa guru,
pembelajaran tetap dapat dilaksanakan karena adanya sumber belajar yang lain.
sehubungan hal tersebut di atas para pendidik atau guru di sekolah diharapkan untuk
Adanya media atau alat-alat (sarana) yang mendukung dalam proses
pembelajaran, maka mau tidak mau guru atau instruktur suatu latihan harus
mengakui bahwa mereka bukanlah satu-satunya sumber belajar. Apabila kita pakai
istilah belajar mengajar atau kegiatan belajar mengajar, hendaklah diartikan bahwa
proses belajar mengajar pada diri siswa terjadi karena ada yang secara langsung
mengajar (guru, instruktur) atau secara tidak langsung. Diharapkan siswa mampu
aktif berinteraksi dengan media atau sumber belajar yang lain.guru atau instruktur
hanya bagian dari begitu banyak sumber belajar yang dapat memungkinkan siswa
belajar.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan pesan/bukan
pesan sehingga tujuan belajar dapat tercapai (Purwanto: 2003), Sumber belajar
menurut AECT dalam Daryanto 2010: 60-62) dibedakan menjadi enam jenis yaitu:
pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan.
Sumber belajar sebagai salah satu komponen sistem pengajaran, harus
bekerjasama. Saling berhubungan dan saling ketergantungan dengan
komponen-komponen pengajaran lainnya, bahkan tidak dapat berjalan secara terpisah/sendiri
tanpa berhubungan dengn komponen lainnya.
Untuk menjamin bahwa sumber belajar tersebut sebagai sumber belajar yang
cocok, maka sumber belajar harus memenuhi persyaratan. Pertama, Sumber belajar
harus mampu memberikan kekuatan dalam proses belajar mengajar sehingga tujuan
mempunyai nilai-nilai instruksional edukatif, yaitu dapat mengubah dan membawa
perubahan yang sempurna terhadap tingkah laku sesuai dengan tujuan yang ada.
Ketiga, sumber belajar haruslah dapat tersedia dengan cepat, harus memungkinkan
siswa untuk memacu diri sendiri dan harus bersifat individual yakni memenuhi
berbagai kebutuhan para siswa dalam belajar mandiri.
Berdasarkan pengamatan di SMP N 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal bahwa (1)
sumber belajar yang dipakai jenisnya kurang beragam, hal tersebut dapat dilihat
dalam proses pembelajaran masih konvensional yakni hanya penggunaan buku,
modul ataupun LKS, (2) Dalam pembelajaran TIK penggunaan komputer untuk
setiap siswa masih minim yakni satu komputer digunakan untuk tiga atau empat
siswa, (3) Belum ada tenaga khusus pengelola sumber-sumber belajar (laboran) yang
tersedia di sekolah. Untuk itu peneliti memunculkan masalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
1.2.1 Apakah jenis sumber belajar yang dipakai dalam proses pembelajaran di SMP
N 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal?
1.2.2 Bagaimana upaya guru memaksimalkan sumber belajar dalam proses
pembelajaran di SMP N 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal?
1.2.3 Bagaimana keefektifan pemanfaatan sumber belajar dalam proses
1.3
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari dilaksanakannya
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan tentang:
1.3.1 Jenis sumber belajar yang dipakai dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 2
Lebaksiu Kabupaten Tegal
1.3.2 Upaya guru memaksimalkan sumber belajar dalam proses pembelajaran di
SMP Negeri 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal
1.3.3 Keefektifan pemanfaatan sumber belajar dalam proses pembelajaran di SMP
Negeri 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan baik secara
teoretis maupun secara praktis.
1.4.1 Secara teoretis
a. Memberikan pemahaman tentang sumber belajar dalam proses pembelajaran di
Sekolah Menengah Pertama di SMP N 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal.
b. Dapat menjadi bahan acuan dalam penelitian sejenis atau sebagai bahan
1.4.2 Secara Praktis
a.Bagi Siswa
Dengan pemanfaatan sumber-sumber belajar memungkinkan siswa menambah
pengetahuan serta membantunya dalam proses belajar
b.Bagi Pendidik
Memberikan masukan kepada guru-guru tentang pentingnya sumber belajar
dalam proses pembelajaran
c. Bagi Sekolah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teknologi Pendidikan
2.1.1 Definisi Teknologi Pendidikan
Secara historis definisi teknologi pendidikan selalu mengalami perkembangan
dari tahun ke tahun. Definisi terakhir yang dikemukakan oleh AECT (the Association
for Educational Communication and Technology) menyatakan bahwa teknologi
pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan,
pengelolaan serta evaluasi proses dan sumber untuk belajar (AECT, 1994).
Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang kajian khusus (spesialisasi)
ilmu pendidikan dengan objek formal “belajar” pada manusia secara pribadi atau
yang tergabung dalam suatu organisasi. Bidang kajian ini pada mulanya digarap
dengan mensintensiskan berbagai teori dan konsep dari berbagai disiplin ilmu ke
dalam suatu usaha terpadu, atau disebut dengan pendekatan isomeristik, yaitu
penggabungan berbagai unsur yang berkaitan dalam satu kesatuan yang lebih
bermakna. Perkembangan bidang kajian ini selanjutnya mensyaratkan pendekatan
tambahan, yaitu sistematik dan sistemik. Sistematik artinya dilakukan secara runtut
(teratur dengan langkah tertentu), sedangkan sistemik artinya menyeluruh atau
disebut pula holistik atau komprehensif (Miarso, 2007: 199).
Teknologi pendidikan adalah suatu bidang yang berkepentingan dengan
usaha memudahkan proses belajar dengan ciri khas : (1) memberikan perhatian
khusus dan pelayanan pada kebutuhan yang unik dari masing-masing sasaran didik,
(2) menggunakan aneka ragam dan sebanyak mungkin sumber belajar, dan (3)
menerapkan pendekatan sistem (Miarso, 2007: 140).
Teknologi pendidikan adalah suatu cara yang sistematis dalam mendesain,
melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran
dalam bentuk tujuan pembelajaran yang spesifik, berdasarkan penelitian dalam teori
belajar dan komunikasi pada manusia dan menggunakan kombinasi sumber-sumber
belajar dari manusia maupun non-manusia untuk membuat pembelajaran lebih
efektif. (Comission on Instructional Technology, 1970)
Beberapa definisi konseptual teknologi pendidikan (Miarso, 2007: 76-77)
adalah sebagai berikut: Pertama, teknologi pendidikan merupakan proses yang
kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, gagasan, peralatan, dan
organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan,
mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek
belajar manusia. (Association for Educational Communication and
Technology/AECT, 1986).
Kedua, teknologi instruksional (sebagai bagian teknologi pendidikan)
merupakan cara yang sistematik dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi
pada penelitian terhadap belajar dan komunikasi pada manusia, serta dengan
menggunakan kombinasi sumber belajar insani dan non-insani agar menghasilkan
pembelajaran yang lebih efektif. (Commission on Instructional Technology, 1970).
Ketiga, Teknologi pendidikan adalah suatu bidang yang berkepentingan
dengan usaha memudahkan proses belajar dengan ciri-ciri khas (1) memberikan
perhatian khusus dan pelayanan pada kebutuhan yang unik dari masing-masing
sasaran didik, (2) menggunakan aneka ragam dan sebanyak mungkin sumber belajar,
dan (3) menerapkan pendekatan sistem.
Definisi teknologi pembelajaran tahun 1994 dirumuskan sebagai teori dan
praktik dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan penilaian
proses dan sumber untuk belajar (Seels, 1994: 10). Dalam pengertian ini terlihat
bahwa kawasan atau bidang garapan teknolog pembelajaran ada 5 (lima), yaitu:
Desain, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan dan Penilaian. Namun, dalam
perkembangan terakhir, teknologi pendidikan secara konseptual didefinisikan
sebagai teori dan praktik dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan,
penilaian dan penelitian proses, sumber, dan sistem untuk belajar (Miarso, 2007:
168). Dengan masuknya bidang penelitian dalam teknologi pendidikan, maka
kawasan teknologi pendidikan (pembelajaran) menjadi enam bidang, yaitu: Desain,
Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan, Penilaian, dan Penelitian
Dari definisi teknologi pendidikan di atas dapat disimpulkan bahwa teknologi
pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan
orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari
jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengelola pemecahan masalah
yang menyangkut semua aspek belajar manusia.
Jadi, menurut konsep ini tujuan utama teknologi pembelajaran adalah
membuat agar suatu pembelajaran lebih efektif yaitu dengan cara mendesain,
melaksanakan dan mengevaluasi secara sistematis berdasarkan teori komunikasi dan
belajar tentunya, serta memanfaatkan segala sumber baik yang bersifat manusia
maupun non-manusia. dengan demikian, sejak tahun 1970an, sudah ada pandangan
bahwa manusia (dalam hal ini guru) bukanlah satu-satunya sumber belajar.
Berbagai definisi teknologi pendidikan yang telah dikemukakan, dapat
disimpulkan bahwa teknologi pendidikan dapat membantu jalannya pembelajaran,
mengingat bahwa teknologi pendidikan merupakan suatu proses yang kompleks dan
terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasiuntuk
menganalisis masalah, mencari jalan pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi dan
mengelola pemecahan masalah yang menyangkut semua aspek belajar manusia.
2.1.2 Landasan Filosofis Teknologi Pendidikan
Falsafah merupakan rangkaian pernyataan yang di dasarkan pada keyakinan,
konsepsi, dan sikap seseorang yang menunjukan arah atau tujuan yang diambilnya
(Miarso, 2007: 102). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan (Ely, 1980: 81)
memberikan arti tersebut didasarkan oleh pengalaman empirik atas sejumlah data
yang diamati, jadi merupakan generalisasi dari berbagai gagasan yang berkaitan
dengan rujujan tertentu.
Berdasarkan tinjauan dari falsafah ilmu, menurut Suriasumantri dalam
(Miarso, 2007: 103) setiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan
tiang penyangga tubuh pengetahuan yang di dukungnya. Ketiga komponen tersebut
adalah ontologi (apa), epistemologi (bagaimana), dan aksiologi (untuk apa).
Selanjutnya Suriasumantri mengemukakan bahwa ontologi merupakan asas dalam
menetapkan ruang lingkup ujud yang menjadi objek penelaahan, serta penafsiran
terntang hakikat realitas dari objek tersebut.
Epistemologi merupakan asas mengenai cara bagaimana materi pengetahuan
diperoleh dan disusun menjadi suatu tubuh pengetahuan. Sedangkan aksiologi
merupakan asas dalam menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh dan disusun
dalam tubuh pengetahuan tersebut. (Miarso, 2007: 103)
Landasan falsafah teknologi pendidikan akan memberikan pembenaran
bahwa teknologi pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu pengetahuan terapan yang
berdiri sendiri, sehingga diakui keberadaannya sejajar dengan disiplin ilmu lainnya.
Landasan falsafah suatu ilmu hendaknya ditinjau dari tiga sistem filsafat yaitu
ontologia, epistemologi dan aksiologi.
Tinjauan ontologia, mempelajari dan menjelaskan apa hakekat suatu yang ada
menjelaskan bahwa obyek formal belajar, belajar sepanjang hayat, kesempatan
belajar terbatas, sumber yang ada dan potensial belum didayagunakan, perlu usaha
khusus dan perlu pengelolaan yang inovatif dan reformatif.
Teknologi pendidikan ditinjau dari segi filsafat pengetahuan, maka dapat pula
disebut sebagai obyek formal atau landasan ontologi teknologi pendidikan. Obyek
formal tersebut digarap dengan cara khusus yaitu dengan pendekatan isomeristik
yaitu menggabungkan berbagai pemikiran atau bidang keilmuan seperti psikologi,
komunikasi, ekonomi, manajemen, dan sebagainya ke dalam kebulatan tersendiri.
Pendekatan sistemik yaitu dengan cara yang berurutan dan terarah dalam usaha
memecahkan persoalan. Pendekatan sinergistik yaitu yang menjamin adanya nilai
tambah dari keseluruh kegiatan dibandingkan dengan bila kegiatan itu dijalankan
sendiri-sendiri. Sistemik yaitu pengkajian secara menyeluruh. Inovatif yaitu mencari
penyelesaian masalah dengan pendekatan baru. Komponen inovatif Ini merupakan
usaha khusus atau pendekatan ini merupakan asas epistemologis teknologi
pendidikan.
Tinjauan epistemologi menjelaskan bagaimana kebenaran dan teknologi
pendidikan diperoleh. Tinjauan aksiologi menjelaskan apa nilai teori dan prktek dari
teknologi pendidikan. Nilai teknologi pendidikan secara potensial adalah efektivitas
dalam kegiatan, efisiensi dalam penyelenggaraan, memungkinkan kesempatan
meluasnya kesempatan pendidikan, daya penyesuaian terhadap kondisi belajar,
2.1.3 Kawasan Teknologi Pendidikan
Pada tahun 1973, Ely mengemukakan bahwa definisi-definisi teknologi
pendidikan mengandung tiga tema utama, dengan mengetengahkan bahwa teknologi
pendidikan merupakan pendekatan sistematik, pengkajian sarana atau cara, dan suatu
bidang untuk diarahkan untuk tujuan tertentu (Seels, 1994: 22).
Dari definisi ini, mencerminkan teknologi pendidikan adalah suatu bidang
kajian dan profesi, dan bahwa kontribusi bidang kajian ini berupa teori dan praktek.
Definisi tahun 1994 dirumuskan dengan berlandaskan lima bidang garapan
bagi teknologi pendidikan, yaitu: Desain, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan,
Penilaian, Penelitian. Kelima ini merupakan kawasan dari bidang teknologi
pendidikan.
Sebagaimana diusulkan oleh Jacobs dalam Seels (1994: 27) bahwa dalam
teknologi pendidikan adalah suatu kawasan teknologi kinerja manusia yang
mencakup teori dan praktek, mengidentifikasi tugas-tugas para praktisi. Berdasarkan
kawasan yang diajukan oleh Jacobs, terdapat tiga fungsi, yaitu: fungsi pengelolaan,
fungsi pengembangan sistem kinerja, dan komponen system kinerja manusia yang
merupakan dasar konseptual untuk melakukan fungsi yang lain. Setiap fungsi
mempunyai tujuan dan komponen. Sub komponen pengelolaan meliputi administrasi
dan personalia. Subkomponen pengembangan adalah langkah-langkah dalam proses
pengembangan. Sedangkan sub komponen dari sistem perilaku manusia adalah
Bagan 2.1 : Kawasan TP (Seels, 1994: 28)
Deskripsi masing-masing domain dalam kawasan teknologi pendidikan diatas
adalah: pertama, desain, merupakan proses menspesifikasikan kondisi belajar.
Domaian desain mencakup studi tentang desain sistem pembelajaram, desain pesan,
strategi pembelajaran dan karakteristik pembelajaran.desain sistem pembelajaran
merupakan prosedur yang terorganisir mencakup langkah-langkah antara lain
menganalisis, mendesain, mengembangkan, melaksanakan dan mengevaluasi. Desain
pesan melibatkan perencanaan untuk mengatur bentuk fisik pesan tersebut. Strategi
pembelajaran merupakan spesifikasi untuk menyeleksi dan mengurutkan peristiwa
kegiatan dalam sebuah pelajaran.
TEORI & PRAKTEK
PENGEMBANGAN
Teknologi cetak
Teknologi audiovisual
Teknologi berbasis komputer
Teknologi terpadu
PEMANFAATAN
Pemanfaatan media
Difusi inovasi
Implementasi & institusionalisasi
Kebijakan & regulasi
DESAIN
Desain sistem
pembelajaran
Desain pesan
Stategi pembelajaran
Karakteristik pebelajar
PENILAIAN
Analisis masalah
Pengukuran acuan
patokan
Evaluasi formatif
Evaluasi sumatif
PENGELOLAAN
Manajemen proyek
Manajemen sumber
Manajemen sistem
penyampaian
Kawasan teknologi pendidikan yang kedua adalah pengembangan.
Pengembangan merupakan proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk
fisiknya. Domain pengembangan diorganisasikan dalam empat kategori yaitu
teknolohi cetak, teknologi audio visual, teknologi berdasarkan komputer dan
teknologi terpadu.
Ketiga, pemanfaatan, merupakan tindakan untuk menggunakan proses dan
sumber belajar. Domain ini bertanggung jawab untuk mencocokkan pembelajar
dengan materi dan kegiatan spesifik, mempersiapkan pembelajar untuk berinteraksi
dengan materi dan kegiatan yang dipilih, memberikan bimbingan selama keterlibatan
tersebut, memberikan penilaian hasil dan memadukan pemakaina ini ke dalam
keberlanjutan prosedur organisasi. Dalam domain pemakain terdapat empat kategori
yaitu pemakaian media, difusi inovasi, implementasi dan institusionalisasi dan
kebijakan dan aturan.
Keempat, pengelolaan. Domain manajemen melibatkan pengontrolan
teknologi pembelajaran melalui perencanaan, organisasi, kootdinasi dan supervise.
Dalam domain manajemen sendiri terdapat empat kategori domain yaitu manajemen
proyek, manajemen sumber, manajemensistem penyebaran, dan menajemen
informasi.manajemen proyek melibatkan perencanaan, monitoring, pengontrolan
desain pembelajaran dan proyek pengembanagan. Manajemen sumber melibatkan
perencanaan, monitoring, dan pengontrolan sistem dukungan sumber daya dan
persyaratan perangkat keras atau perangkat lunak dan dukungan teknis kepada
pemakai dan operator seperti petunjuk untuk desainer dan instruktur. Manajemen
informasi melibatkan perencanaan, monitoring, pengontrolan, penyimpanan, transfer
dan proses informasi untuk belajar.
Kelima, evaluasi (panilaian) adalah proses menentukan kesesuaian pebelajar
dan belajar. Evaluasi dimulai dengan analisis masalah. Analisis masalah merupakan
langkah awal yang penting dalam pengembangan dan evaluasi pembelajaran. Dalam
domain evaluasi terdapat empat kategori yaitu analisis masalah, pengukuran
beracuan kriteria, evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.
Hubungan antar kawasan tidak linier tetapi saling melengkapi, terbukti
dengan ditunjukannya lingkup penelitian dan teori dalam setiap kawasan. Hubungan
antar kawasan juga bersifat sinergetik. Sebagai contoh seorang praktisi yang bekerja
dalam kawasan pengembangan menggunakan teori dari kawsan desain, seperti teori
desain system pembelajaran dan desain pesan. Seorang praktisi yang bekerja dalam
kawasan desain menggunakan teori mengenai karakteristik media dari kawsan
pengembangan dan kawasan pemanfaatan dan teori mengenai analisis masalah dan
pengukuran dari kawasan penilaian. Sifat saling melengkapi dari hubungan antar
[image:33.612.120.526.123.486.2]
Gambar 2.2 Hubungan antara Kawasan dalam Bidang (Seels, 1994: 29)
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa setiap kawasan memberikan
kontribusi terhadap kawasan yang lain dan kepada penelitian maupun teori yang
digunakan bersama oleh semua kawsasan. Sebagai contoh, teori yang digunakan
bersama ialah teori mengenai umpan balik yang dalam beberpah hal digunakan oleh
setiap kawasan. Umpan balik dapat termasuk dalam strategi pembelajaran maupun
dalam desain pesan.putaran umpan balik digunakan dalam system pengelolaan, dan
penilaian juga memberikan umpan balik (Seels, 1994: 28). Teknologi pendidikan
merupakan suatu proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang,
prosedur, ide, peralatan dan organisasi unyuk menganalisis masalah, mencari jalam
pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah yang
menyangkut semua aspek belajar manusia.
PENGEMBANGAN
PEMANFAATAN TEORI & PRAKTEK
PENGELOLAAN PENILAIAN
Berdasarkan uraian kawasan teknologi pendidikan di muka, maka topik
penelitian ini tentang Pemanfaatan Sumber-sumber Belajar dalam Proses
Pembelajaran di SMP Negeri 2 Lebaksiu Kabupaten Tegal termasuk dalam kawasan
domain pemanfaatan (pemanfaatan media sumber belajar).
2.1.4 Peranan Teknologi Pendidikan dalam Pembelajaran
Teknologi pendidikan secara konseptional berperan dalam pembelajaran
manusia dengan mengembangkan dan atau menggunakan aneka sumber, meliputi
sumber daya manusia (narasumber) dan sumber daya alam dan lingkungan, sumber
daya kesemapatan atau peluang, serta dengan meningkatakan efektivitas dan
efesiensi sumber daya keuangan (Miarso, 2007: 701)
Dengan demikian, teknologi pendidikan berperan dalam upaya pemecahan
masalah pendidikan dan pembelajaran dengan cara: pertama, memadukan berbagai
macam pendekatan dari bidang ekonomi, manajemen, psikologi, rekayasa dan
lain-lain secara sistem; kedua, memecahakan masalah belajar pada manusia secara
menyelurih dan serempak, dengan memperhatikan dan mengkaji semua kondisi dan
saling kaitan diantaranya; ketiga, menggunakan teknologi sebgai proses dan produk
untuk membantu masalah belajar, dan keempat, timbulnya daya lipat atau
unsur-unsur mempunyai nilai lebih dari sekadar penjualan. Demikian pula pemecahan
secara menyeluruh dan serempak akan mempunyai nilai lebih daripada mamacahkan
Masalah belajar ada yang bersifat mikro maupun makro. Beberapa masalah
belajar diantaranya adalah: (1) sulit mempelajari konsep yang abstrak, (2) sulit
membayangkan peristiwa yang lalu, (3) sulit mengamati sesuatu objek yang terlalu
kecil/besar, (4) sulit memperoleh pengalaman langsung, (5) sulit memahami
pelajaran yang diceramahkan, (6) sulit memahami konsep yang rumit, (7) terbatasnya
waktu untuk belajar. Masalah tersebut dapat diatasi dengan menggunakan berbagai
kombinasi komponen sistem pembelajaran. Misalnya, masalah pada butir (1) sampai
(4) dapat diatasi dengan penggunaan media pembelajaran. Masalah pada butir (5)
sampai (7) dapat diatasi dengan mengkombinasikan pesan dengan teknik
pembelajaran tertentu. Pemecahan masalah ini tidak mungkin terlaksana begitu saja
tanpa adanya pengetahuan dan keterampilan (Miarso, 2007: 554).
Beberapa masalah pembelajaran dalam skala makro adalah belum cukupnya
kesempatan belajar yang merata pada SLTP, terbatasnya kualitas pendidikan yang
ditandai antara lain dengan rendahnya produktivitas belajar, belum sesuai dan
sepadannya pendidikan sekolah denga dunia kerja, dan belum sesuainya dengan
perkembangan IPTEK. Masalah kurangnya kesempatan belajar , misalnya,
diusahakan dengan menciptakan suatu sistem pembelajaran yang inovatif melalui
pelaksanaan semua fungsi pengembangan dan pengelolaan, antara lain dengan
adanya SMP Terbuka dan Universitas Terbuka.
Menurut Warsita (2008: 58-59), peranan Teknologi Pendidikan dalam
akses mutu pendidikan, melalui: a) penerapan prosedur pengembangan pembelajaran
Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), struktur dan muatan
kurikulum, kalender pendidikan, silabus dan perangkat pembelajaran lain, b)
penerapan prosedur pengembangan pembelajaran dalam penyusunan bahan belajar,
modul, buku teks, atau buku elektronik; c) penerapan metode pembelajaran yang
lenih menekankan kapada penerapan teoti-teori belajar mutakhir, seperti teori belajar
konstruktiviasme dan paradigma baru pendidikan lainnya, d) mengembangkan dan
memanfaatkan berbagai jenis media yang sesuai dengan kebutuhan dan dengan
mengindahkan prinsip-prinsip pemanfaatannya secara efektif dan efisisen, dan e)
mengembangkan strategi pembelajaran untuk membangun dan menemukan jati diri
melalu proses pembelajaranyang aktif, kreatif, afektif, dan menyenangkan
(PAKEM).
2.2 Sumber Belajar dalam Proses Pembelajaran
2.2.1 Hakikat Sumber Belajar
Proses belajar mengajar merupakan sistem yang tidak terlepas dari
komponen-konponen yang saling berkaitan didalamnya. Salah satu komponen
tersebut adalah sumber belajar. Sumber belajar adalah daya yang dimanfaatkan guna
kepentingan proses belajar mengajar. Baik secara langsung maupun tidak langsung,
Dale dalam Rohani (1997: 102) menyatakan, sumber belajar adalah
pengalaman-pengalaman yang pada dasarnya sangat luas, yakni seluas kehidupan
yang mencakup segala sesuatu yang dapat dialami, yang dapat menimbulkan
peristiwa belajar maksudnya adanya perubahan tingkah laku kearah yang lebih
sempurna sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan.
Sudono (2000: 7) mendefinisikan sumber belajar sebagai bahan termasuk
juga alat permainan untuk memberikan informasi maupun berbagai keterampilan
kepada murid maupun guru, antara lain buku referensi, buku cerita, gambar-gambar,
narasumber, benda atau hasil budaya. Sedangkan Syukur (2005: 96) mendefinisikan
definisi sumber belajar yang dipakai dalam pendidikan atau latihan sebagai suatu
system yang terdiri dari sekumpulan bahan atau situasi yang dikumpulkan secara
sengaja dan dibuat agar memungkinkan siswa belajar secara individual. Sumber
belajar yang seperti inilah yang disebut sebagai media pendidikan atau media
instruksional.
Sumber belajar adalah bahan yang mencakup media belajar, alat peraga, alat
permainan untuk memberikan informasi maupun berbagai keterampilan kepada anak
maupun orang dewasa yang berperan mendampingi anak dalam belajar (Yunanto,
2005: 20).
Menurut Elly dalam Warsita (2008: 210-211) sumber belajar adalah data
orang dan bahan yang memungkinkan peserta didik melakukan belajar. Pernyataan
sumber yang berkenaan dengan data, manusia, barang yang memungkinkan dapat
digunakan secara terpisah atau kombinasi yang oleh peserta didik digunakan secara
optimal untuk memberikan fasilitas dalam kegiatan belajar. Kemudian, Percival dan
Ellington mengemukakan bahwa sumber belajar suatu set bahan atau situasi yang
dengan sengaja diciptakan untuk menunjang peserta didik belajar mandiri. Dengan
demikian sumber belajar adalah suatu system yang terdiri dari sekumpulan bahan
atau situasi yang diciptakan dengan sengaja dan dibuat agar memungkinkan peserta
didik belajar secara individual ( Warsita, 2008: 209)
Berdasarkan tipe atau asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan dua jenis
menurut AECT dalam Komalasari (2010:109) yaitu : pertama, sumber belajar yang
dirancang (learning resources by design), yaitu sumber belajar yang secara khusus
atau sengaja dirancang atau dikembangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu. Contohnya: buku pelajaran, modul, program VCD pembelajaran, dan
lain-lain. Kedua, sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning
resources by utilization), yaitu sumber belajar yang secara tidak langsung dirancang
atau dikembangkan untuk keperluan pembelajaran, tetapi dapat dipilih dan
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contohnya: surat kabar, siaran televisi,
pasar, terminal, dan lain-lain.
Klasifikasifikasi lain yang biasa dilakukan terhadap sumber belajar (Syukur,
2008: 101) adalah, pertama, sumber belajar tercetak, yaitu: buku , brosur, koran,
slide, video, dan objek; ketiga sumber belajar yang berbentuk fasilitas.yaitu;
perpustakaan, ruangan belajar, studio dan lapangan olahraga; keempat, sumber
belajar berupa kegiatan yaitu: wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi dan
permainan serta kelima, sumber belajar berupa lingkungan masyarakat, yaitu :
terminal, pasar, taman, museum, dan lain-lain.
Sumber belajar dipandang sebagai suatu sistem karena merupakan satu
kesatuan yang didalamnya terdapat komponen-komponen dan faktor-faktor yang
berhubungan dan berpengaruh satu sama lain. sumber belajar menurut AECT dalam
Daryanto (2010: 60-62) terdiri dari :
a. Pesan (message) adalah informsi yang ditransmisikan atau
diteruskan oleh komponen lain dalam bentuk ide, fakta, makna, nilai, dan data. Contoh: bahan pelajaran, cerita rakyat, dongeng dan sebagainya.
b. Manusia (people) yang berperan sebagai pencari, penyimpan,
pengolah dan penyaji pesan atau informasi. Tidak termasuk mereka yang menjalankan fungsi pengembangan dan pengelolaan sumber belajar. Contoh; guru, dosen pembimbing, guru pembina, tutor, siswa, pemain, pembicara, instruktur, dan penatar.
c. Bahan (materials) adalah sesuatu (program, media, atau software)
yang mengandung pesan untuk disajikan melalui penggunaan alat dirinya sendiri.Contoh: buku, modul, majalah, bahan majalah terprogram, trasnparansi, film, video tapel, pita audio (kaset audio), filmstrip dan sebagainya.
d. Alat (device) adalah sesuatu (hardware atau perangkat keras) yang
digunakan untuk menyampaikan pesan yang ada didalam bahan. Contoh: proyektor slide,(OHP), monitor televisi, monitor computer, kaset recorder, kaset radio dan lain-lain.
e. Metode/ teknik (tecnique) adalah prosedur yang runtut atau acuan
diskusi, ceramah, pemecahan masalah, Tanya jawab, dan sebagainya.
f. Lingkungan (setting), yaitu situasi sekitar dimana pesan
disampaikan. Contoh: ruangan kelas, studio, aula dan sebagainya.
Dalam penelitian ini pengertian sumber belajar adalah segala sesuatu yang
sengaja dirancang maupun yang tersedia dilingkungan meliputi: pesan, manusia,
bahan, alat, metode dan lingkungan yang dapat dimanfaatkan oleh peserta didik
dalam membantu proses belajar. Dengan kata lain, peserta didik seharusnya tidak
mengandalkan guru sebagai satu-satunya sumber belajar, tetapi dapat belajar dari
sumber belajar yang tesedia di lingkungannya baik secara individu maupun bersama-
sama untuk membantu proses pembelajaran.
2.2.2 Pemanfaatan Sumber Belajar
Sebelum memanfaatkan sumber belajar secara luas, hendaknya seorang guru
memahami beberapa kualifikasi atau kriteria dalam memilih sumber belajar. kriteria
umum dalam memilih sumber belajar adalah:
a) Ekonomis dalam arti hendaknya dalam memilih sumber belajar
mempertimbangkan segi ekonomis dalam arti murah, yakni secara nominal uang atau biaya yang dikeluarkan hanya sedikit.
b) Praktis dan Sederhana, Praktis artinya tidak memerlukan pelayanan dan pengadaan sampingan yang sulit dan langka. Sederhana artinya
tidak memerlukan pelayanan khusus yang mensyaratkan
keterampilan yang rumit dan kompleks.
c) Mudah diperoleh, Dalam arti sumber belajar itu dekat, tersedia di mana-mana dan tidak perlu diadakan dan dibeli.
d) Bersifat Fleksibel, Artinya dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan
e) Komponen-komponen sesuai dengan tujuan, Mungkin satu sumber belajar sangat ideal, akan tetapi salah satu, bahkan keseluruhan komponen ternyata justru menghambat pembelajaran.
Beberapa kriteria memilih sumber belajar berdasarkan tujuan (antara lain,
Pertama, Sumber belajar guna memotivasi, Terutama berguna untuk siswa yang
lebih rendah semangat belajarnya. kedua, Sumber belajar untuk pembelajaran, yaitu
mendukung kegiatan belajar mengajar. Ketiga, Sumber belajar untuk penelitian,
Merupakan bentuk yang dapat diobservasi, dianalisis, dicatat secara teliti dan
sebagainya. Keempat, Sumber belajar untuk memecahkan masalah. Kelima, Sumber
belajar untuk presentasi, misalnya penggunaan alat, pendekatan dan metode, serta
strategi pembelajaraan (Rusman, 2008: 136-137).
Sumber belajar sebagai komponen dalam proses belajar mengajar mempunyai
manfaat sangat besar, sehingga dengan memasukkan sumber belajar secara
terencana, maka suatu kegiatan belajar mengajar akan lebih efektif dan efisien dalam
usaha pencapaian tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Implementasi
pemanfaatan sumber belajar di dalam proses pembelajaran sudah tercantum dalam
kurikulum saat ini bahwa proses pembelajaran yang efektif adalah proses
pembelajaran yang menggunakan berbagai ragam sumber belajar. Manfaat sumber
belajar diantaranya adalah:
a. Memberi pengalaman belajar secara langsung kepada peserta didik sehingga
b. Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin dikunjungi, atau dilihat secara
langsung. Misal: Candi Borobudur.
c. Dapat menambah dan memperluas pengetahuan sajian yang ada di dalam kelas.
Missal: buku-buku teks, foto-foto, film majalah dan sebagianya.
d. Dapat memberi informasi yang akurat. Misal buku-buku bacaan ensiklopedia,
majalah.
e. Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan baik dalam lingkup mikro
maupun makro. Misal, secara makro: sistem pembelajaran jarak jauh melalui
modul, secara mikro: pengaturan ruang (lingkungan) yang menarik, simulasi,
penggunaan film dan OHP.
f. Dapat memberi motivasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan
pemanfaatannya secara tepat.
g. Dapat memacu untuk berpikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut. Misal buku
teks, buku bacaan, film dan lain-lain, yang mengandung daya penalaran sehingga
dapat memacu peserta didik untuk berpikir, menganalisis dan berkembang lebih
lanjut (Syukur, 2008: 96-97)
Sedangkan guru perlu menggunakan berbagai sumber belajar dalam
pembelajaran dengan alasan (Komalasari, 2010: 113): (1) Tidak semua siswa cara
belajarnya sama, (2) Membaca kemampuan siswa yang berbeda, memerlukan sumber
menyampaikan pesan, (4) Bahan untuk dipelajari bervariasi, (5) Penggunaan
beragam media akan memotivasi siswa (6) sumber belajar berbeda dapat
memberikan pengertian mendalam yang berbeda.
Hal tersebut diatas membawa paradigma baru dalam metode pembelajaran.
Penyediaan sumber belajar yang cukup menunjang terhadap pelaksanaan
pembelajaran, berfungsi sebagai perantara untuk menyampaiakan bahan-bahan
sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran.
2.2.3Keefektifan Pemanfaatan Sumber Belajar
Menurut Poerwadarminta (1980: 250), keefektifan berasal dari kata efektif
yang berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya). Secara harfiah keefektifan dapat
diartikan bersifat memepunyai daya guna dan membawa hasil/tepat guna.
Keefektifan biasanya digunakan dalam menejemen dan pendidikan, misalnya
keefektifan suatu program.
Dengan demikian keefektifan dapat diartikan sebagai suatu ukuran yang
menyatakan seberapa jauh tindakan atau usaha yang mendatangkan hasil guna dan
dapat mencapai tujuan. Untuk menentukan keefektifan suatu usaha atau tindakan
perlu diadakan evaluasi. Keefektifan dalam penelitian ini adalah ketercapaian tujuan
pembelajaran terkait pemanfaatan berbagai sumber belajar.
Menurut Ditjend. Dikti (1983: 38-39), dalam Herlinawati (2007: 143) guru harus
a. Menggunakan sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran sehari-hari
b. Mengenalkan dan menyajikan sumber belajar
c. Menerangkan peranan berbagai sumber belajar dalam
pembelajaran.
d. Mencari sendiri bahan dari berbagai sumber.
e. Memilih bahan sesuai dengan prinsip dan teori belajar.
f. Menilai keefektifan penggunaan sumber belajar sebagai bagian dari
bahan pembelajarannya.
g. Merencanakan kegiatan penggunaan sumber belajar secara efektif.
Di samping kemampuan di muka, guru harus dapat : (1) Mengetahui proses
komunikasi dalam proses belajar, (2) Mengetahui sifat masing-masing sumber
belajar, baik secara fisik maupun sifat-sifat yang ditimbulkan oleh faktor lain yang
mempengaruhi sumber belajar tersebut, (3) Memperolehnya, yaitu guru mengetahui
dimana lokasi suatu sumber dan bagaimana cara memberikan pelayanannya.
Kemampuan tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran bahwa guru
perlu menyadari pentingnya kemampuan-kemampuan khusus yang dikembangkan
bila menginginkan proses belajar mencapai sasaran yang optimal.
2.3
Proses
Pembelajaran
dalam
Perkembangan
Teknologi
Pendidikan
2.3.1 Pengertian Pembelajaran
Dalam meninjau pembelajaran sebagai suatu sistem diperlukan adanya
pendalaman terhadap konsep sistem dan konsep pembelajaran. Apakah yang
berbagai unsur yang mempunyai hubungan fungsional dan berintraksi secara dinamis
untuk mencapai tujuan/ fungsi sistem tersebut. Maka sistem sebagai pendekatan
berarti cara memandang sesuatu secara sistematik dan menyeluruh, tidak
terpisah-pisah. Sedangkan pembelajaran di sini adalah menekankan proses pembelajaran di
sekolah, sehingga secara umum pembelajaran tersebut digambarkan sebagai kesatuan
sub-sub sistem yang membentuk suatu sistem utuh. Dalam prosesnya sistem
pembelajaran itu merupakan intraksi fungsional antara sub sistem seperti sub sistem
kurikulum, kesiswaan, tenaga kependidikan, perpustakaan dan sebagainya.
Kegiatan pendidikan bermaksud menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di
sekolah untuk membantu peserta didik menumbuh-kembangkan potensi-potensi
kemanusiaannya. Tugas pendidik akan dapat dilakukan dengan benar, bila pendidik
mampu menganalisis kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran di kelas (Hamalik,
2001: 5).
Menurut Hamalik (2001: 57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang
tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Selanjutnya dijelaskan unsur manusia yang terlibat dalam sistem pengajaran terdiri
dari siswa, guru, dan tenaga lainnya seperti petugas laboratorium. Unsur material
meliputi buku-buku, papan tulis, kapur, fotografi, slide, film, audio, dan video tape.
komputer (multimedia). Unsur prosedur meliputi; jadwal, metode penyampaian
informasi, praktik, belajar, ujian, dan sebagainya.
Pembelajaran menurut Sugandi (2004: 9). Pembelajaran terjemahan dari kata
“ instruction” yang berarti self instruction (dari internal) dan external instruction
(dari eksternal). Pembelajaran yang bersifat eksternal antara lain datang dari guru
yang disebut teaching atau pengajaran. Dalam pembelajaran yang bersifat eksternal
prinsip-prinsip belajar dengan sendirinya akan menjadi prinsip-prinsip pembelajaran.
Sesuatu yang dikatakan prinsip biasanya berupa aturan atau ketentuan dasar yang
bila dilakukan secara konsisten, sesuatu yang ditentukan itu akan efektif atau
sebaliknya. Prinsip pembelajaran merupakan aturan/ ketentuan dasar dengan sasaran
utama adalah perilaku guru. Pembelajaran yang berorintasi bagaimana perilaku guru
yang efektif, beberapa teori belajar mendeskripsikan pembelajaran sebagai berikut :
a. Untuk guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan
lingkungan, agar terjadi hubungan stimulus (lingkungan) dengan tingkah laku si
belajar. (Behavioristik)
b. Cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berpikir agar
memahami apa yang dipelajari. (Kognitif)
c. Memberikan kebebasan kepada si belajar untuk memilih bahan pelajaran dan
cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuanya. (Humanistik)
Senada dengan arti pembelajaran tersebut Briggs (1992) dalam Sugandi
si belajar sedemikian rupa sehingga si belajar itu memperoleh kemudahan dalam
berinteraksi berikutnya dengan lingkungan. Dengan demikian prinsip belajar
menurut teori belajar tertentu, teori tingkah laku dan prinsip-prinsip pengajaran
dalam implementasinya akan berintegrasi menjadi prinsip-prinsip pembelajaran.
Menurut Darsono (2001: 22) belajar adalah proses perubahan yang relatif
tetap, dan sering terjadi dalam keseluruhan tingkah laku. Menurut Reber dalam Syah
(1997: 13) belajar juga dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku karena
pengalaman dan latihan. Dari teori belajar di atas dapat ditegaskan bahwa belajar
adalah proses perubahan untuk memperoleh pengetahuan. Proses pembelajaran ini
mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor siswa.
Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang
melibatkan proses mental dan fisik melalui interaksi antar peserta didik atau peserta
didik dengan guru, lingkungan dan sumber belajar lainnya dalam rangka mencapai
kompetensi dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui
penggunaan pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta
didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai oleh peserta
didik.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran meliputi; pertama, kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan
bantuan kepada para pendidik, khususnya guru agar dapat melaksanakan proses
yang harus dilakukan oleh peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi
dasar. Ketiga, penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki
konsep materi pembelajaran. Keempat, rumusan pernyataan dalam kegiatan
pembelajaran mengandung dua unsur yang mencerminkan pengelolaan pengalaman
belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan materi.
Belajar merupakan suatu proses (Purwanto, 2003: 106). Sebagai suatu proses
didalamnya harus ada yang diproses (masukan atau input) dan hasil dari pemrosesan
(keluaran atau output).
Faktor-faktor dalam proses belajar mengajar diantaranya:
a. Raw Input
Didalam proses belajar mengajar di sekolah, yang dimaksud raw input adalah
siswa. Sebagai raw input, siswa memiliki karakteristik atau kekhususan
sendiri-sendiri yang banyak mempengaruhi keberhasilan dalam belajar, baik fisiologi
maupun psikologi. Mengenai fisiologis ialah bagaimana kondisi fisiknya,
kesehatannya dan panca inderanya. Sedangkan yang menyangkut psikologinya
meliputi minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi, kesehatan mental dan
kebiasaan/tipe belajar.
b. Instrumental Input
Yang dimaksud dengan instrumental Input adalah kurikulum atau bahan
pelajaran, guru yang memberikan pengajaran, sarana dan fasilitas serta manajemen
c. Environmental Input
Yang dimaksud dengan environmental input adalah lingkungan yang secara
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi siswa dalam belajar, meliputi
lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.
d. Output
Yang dimaksud output adalah siswa lulusan sekolah yang bersangkutan.
Berbagai faktor yang terdiri dari raw input, instrumental input dan
environmental input satu sama lain saling melengkapi dan menunjang dalam
pembelajaran guna meng hasilkan output yang diharapkan.
Dalam proses pembelajaran, guru diharapkan dapat menguasai berbagai
strategi pengajaran, memahami hakekat belajar, hakekat peserta didik, dan mengikuti
perkembangan pendidikan terbaru. Guru hendaknya juga mengkaji dan mengevaluasi
tindakan pembelajaran yang telah dilakukan untuk kemudian merefleksikan dengan
tindakan baru sebagai perbaikan agar dapat melakukan pengelolaan pembelajaran
dengan baik dan bermutu (Dimyati, dan Mudjiono 2002: 28).
Menurut Hasibuan (2002: 3), komponen-komponen yang terlibat dalam
pembelajaran berupa: tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan,
guru dan siswa, jenis kegiatan yang dilakukan, serta sarana dan prasarana yang
tersedia. Banyak komponen yang terlibat dalam proses pembelajar. Unsur-unsur
yang terlibat tersebut sangat komplek dan terkait satu dengan lainnya baik berupa
pendekatan tertentu maupun berupa perangkat keras seperti sarana dan prasarana
gedung sekolah, laboratorium dan media. Oleh sebab itu dalam pengelolaan proses
pembelajaran tentunya juga diperlukan pemahaman yang mendalam tentang
unsur-unsur pembelajaran tersebut.
Menurut Syah (2004: 12) kegiatan pengajaran tidak sekedar mentransfer
pengetahuan pada siswa dengan memandang siswa seperti bejana atau botol kosong
yang harus diisi begitu saja. Akan tetapi lebih dari itu proses pengajaran hendaknya
memungkinkan terjadinya proses interaktif dan adanya pengalaman belajar siswa
secara optimal. Siswa tidak hanya berperan sebagai penerima informasi berupa
pengetahuan tetapi justru harus mencari dan menemukan pengetahuan tersebut. Oleh
sebab itu proses pengajaran harus diciptakan sampai terjadinya proses belajar
tersebut secara interaktif. Hal ini Gulo dalam Syah (2004: 8) menjelaskan bahwa
mengajar adalah usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan
terjadinya proses belajar secara optimal.
Hudoyo (2003: 64) menyatakan bahwa mengajar akan efektif jika
kemampuan berpikir anak diperhatikan dan karena itu perhatian ditujukan kepada
kesiapan struktur kognitif siswa. Adapun struktur kognitif mengacu pada organisasi
pengetahuan atau pengalaman yang telah dikuasai seorang siswa yang
memungkinkan siswa itu dapat menangkap ide-ide atau konsep-konsep baru.
Kesiapan struktur kognitif siswa mencakup perkembangan intelektual siswa.
adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungannya, sehingga terjadi
perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa tugas
guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang
terjadinya perubahan perilaku bagi siswa.
Lingkungan pembelajaran yang terkondisikan dengan adanya fasilitas yang
mencukupi dapat memberikan nilai positif dalam pencapaian tujuan pendidikan.
Adanya prasarana seperti media, alat pembelajaran, sumber bacaan dapat membantu
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di sekolah (Retnoningsih, 2005:
42-54).
Menurut Mulyasa (2004: 101), proses pembelajaran dikatakan efektif apabila
seluruh siswa terlibat secara aktif, baik mental, fisik, maupun sosialnya. Selanjutnya
dapat dijelaskan bahwa kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi proses dan dari
segi hasil. Dari segi proses, pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila
seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara
aktif, baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping
menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan
percaya diri. Sedangkan dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil
apabila terjadi perubahan perilaku yang positif pada diri siswa seluruhnya atau
setidak-tidaknya sebagian besar (65%).
Demikian jelas bahwa hakekat pembelajaran dititik-beratkan pada
pengalaman belajar secara langsung dan bukan sekedar transfer pengetahuan dari
guru kepada siswa. Proses pembelajaran juga ditekankan pada pengembangan dan
penguasaan kompetensi tertentu oleh siswa. Hal demikian tentunya harus dipahami
semua pihak terutama guru sebagai pelaksanan di garis depan dalam mengelola
proses pembelajaran yang efektif dan berkualitas.
Dalam penelitian ini pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
2.3.2 Ciri-Ciri Pembelajaran
Ada tiga ciri khas yang terkandung dalam pembelajaran, diantaranya adalah:
a. Rencana, ialah penataan ketenagaan, material dan prosedur yang termasuk
unsur-unsur sistem pembelajaran, dalam suatu rencana khusus.
b. Kesalingtergantungan (interdependence), anatara unsur-unsur system
pembelajaran yang serasi dalam suatu keseluruhan. Tiap unsur bersifat esensial
dan masing-masing memberikan sumbangannya kepada sistem pembelajaran.
c. Tujuan, sistem pembelajaran mempunyai tujuan tertentu yang hendak dicapai.
Ciri ini menjadi dasar perbedaan antara sistem yang dibuat oleh manusiaa dan
sistem yang alami (natural). Sistem yang dibuat oleh manusia seperti: sistem
transportasi, sistem komunikasi, sistem pemerintahan, semuanya memiliki
tujuan.sistem alami (natural) seperti; sistem ekologi, sistem kehidupan hewan,
memiliki unsur-unsur yang saling ketergantungan satu sama lain disusun sesuai
menuntun proses merancang sistem. Tujuan utama sistem pembelajaran agar
siswa belajar. Tugas seorang perancang sistem adalah mengorganisasi tenaga,
material dan prosedur agar siswa belajar secara efektif dan efisien.dengan proses
mendesain sistem pembelajaran siperancang membuat rancangan untuk
memberikan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan sistem pembelajaran
tersebut (Hamalik, 2001: 66).
2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibedakan atas dua
kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling
mempengaruhi dan menentukan kualitas belajar.
2.3.3.1Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam individu, meliputi:
faktor fisiologis, dan faktor psikologis (Baharuddin, dan Wahyuni 2007: 19).
Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik
individu, meliputi keadaan tonus jasmani dan keadaan fungsi jasmani. Keadaan tonus
jasmani berpengaruh pada aktivitas belajar seseorang, kondisi fisik yang sehat dan
bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu dan
sebaliknya. Keadaan fungsi jasmani yaitu keadaan pancaindra. Dalam proses belajar
pancaindra merupakan pintu masuk bgai segala informasi yang diperoleh individu.
Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
memperngaruhi proses belajar meliputi; kecerdasan siswa, motivasi, sikap minat, dan
bakat. Pertama, kecerdasan/inteligensi siswa merupakan kemampuan psiko-fisik
dalam mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui sara
yang tepat. Kecerdasan menentukan kualitas belajar siswa, semakin tinggi tingkat
inteligensi individu maka semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses
dalam belajar. Kedua, motivasi yaitu proses didalam diri individu yang aktif,
memdorong, memberikan arahan, dan menjaga perilaku setiap saat. Motivasi
dipengaruhi oleh faktor diri sendiri dan faktor luar seperti : pujian, peraturan, tata
tertib, teladan guru, orang tua dan lain sebagainya. Ketiga, minat merupakan
kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap
sesuatu. Keempat sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif sehingga
kecenderungan untuk merespons dengan cara yang relativ tetap terhadap objek,
orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Kel