Dewi Sri Lestari, 2013
PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS
(Penelitian Tindakan Kelas di kelas VII K SMP Negeri 12 Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh:
Dewi Sri Lestari
0901599
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII K SMP Negeri 12 Bandung)
Oleh:
Dewi Sri Lestari
Sebuah Skripsi yang diajukan untuk
Memenuhi salah satu syarat
Memperoleh gelar sarjana pada
Fakultas Pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial
©Dewi Sri Lestari 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak cipta dilindungi Undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak
Seluruhnya atau sebagian,
dengan dicetak ulang, difoto kopi,
atau cara lainnya tanpa ijin dari
Dewi Sri Lestari, 2013
LEMBAR PENGESAHAN
DEWI SRI LESTARI
PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII K SMP Negeri 12 Bandung)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH
PEMBIMBING :
Pembimbing I
Dr. Hj. Kokom Komalasari, M.Pd
NIP. 19721001 200112 2 001
Pembimbing II
Yeni Kurniawati, M.Pd
NIP. 19770602 200312 2 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Dr. Nana Supriatna, M.Ed
Tempat : Gedung FPIPS UPI Bandung
Panitia ujian terdiri dari:
1. Ketua :
Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si
NIP. 19700814 199402 1 001
2. Sekretaris :
Dr. Nana Supriatna, M.Ed
NIP. 19611014 198601 1 001
3. Penguji : 3.1
Prof. Dr. Aim Abdulkarim, M. Pd
NIP. 19590714 198601 1
: 3.2
Dr. Nana Supriatna, M.Ed
NIP. 19611014 198601 1 001
: 3.3
Muhamad Iqbal, S.Pd.,M.Si
Dewi Sri Lestari, 2013
ABSTRAK
PEMANFAATAN LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS (PTK di kelas VII K SMP Negeri 12 Bandung)
ABSTRACT
THE USE OF ENVIRONMENT AS A SOURCE OF LEARNING SOCIAL STUDIES TO IMPROVE STUDENT LEARNING RESULT IN SOCIAL STUDIES SUBJECT (Action Class Research in SMP N 12 Bandung, class
VII K)
This research was inspired by an observation conducted in SMP 12
Bandung, which showed students’ had lack of enthusiasm to participate in social studies compared with other subjects. The observation was conducted in several times that had been began on March 13, 2013 until May 22, 2013. The researcher noticed the teachers had a little attention to use the environment as a source of learning social studies. It gave an indication of what makes a problem in the learning process in the classroom. The teacher frequently used a textbook only as the learning resource, making it explore less of the potential of students. Based on the observations, the researcher wanted to provide an alternative solution which is using the environment as a source of material in learning social studies, so that the learning resources used would be more varied. The problem of the research were how the environment should be planned and implemented as a learning source in social studies, and what kind of obstacles, solutions and outputs that came in using environment as a source of social studies. This study aimed to improve student learning outcomes by using the environment as a learning resource in the classroom. Theoretical basis used in this study was the concept of environmental approach in learning social studies. The researcher used Classroom Action Research (CAR) with Hopkins model as the research method. The research is conducted in four cycles consisting: planning, implementation, observation, and reflection. Subjects in this study would be a teacher and students of class VII K SMP Negeri 12 Bandung. The data were analyzed using a qualitative approach. The instruments used were observation, interviews, diaries, tests, attitude assessment, and performance assessment. The results showed that by using the
Dewi Sri Lestari, 2013
DAFTAR ISI
Halaman
SURAT PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR GRAFIK ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. LATAR BELAKANG ... 1
B. RUMUSAN MASALAH ... 6
C. TUJUAN PENELITIAN ... 7
D. MANFAAT PENELITIAN ... 7
E. STRUKTUR ORGANISASI ... 8
BAB II KAJIAN TEORI ... 10
A. SUMBER BELAJAR IPS ... 10
1. Pengertian Sumber Belajar ... 10
2. Ciri-ciri Sumber Belajar ... 13
3. Macam-macam Sumber Belajar ... 14
4. Fungsi Sumber Belajar ... 17
5. Manfaat Sumber Belajar ... 19
B. LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS ... 21
1. Pengertian Lingkungan ... 21
2. Macam-macam Lingkungan... 22
3. Lingkungan sebagai Sumber Belajar IPS ... 25
C. HASIL BELAJAR IPS ... 29
D. HASIL PENELITIAN TERDAHULU ... 35
E. KERANGKA PEMIKIRAN ... 38
BAB III METODE PENELITIAN ... 41
A. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN ... 41
B. DESAIN PENELITIAN ... 41
D. DEFINISI OPERASIONAL ... 47
1. Lingkungan sebagai Sumber Belajar ... 47
2. Hasil Belajar ... 48
E. PROSEDUR PENELITIAN... 52
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN INSTRUMEN PENELITIAN ... 54
G. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA... 61
H. VALIDASI DATA ... 64
BAB IV ANALISIS DATA DAN HASIL OBSERVASI ... 66
A. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN ... 66
1. Lokasi Penelitian ... 66
2. Seting Kelas ... 66
3. Deskripsi Visi dan Misi SMP Negeri 12 Bandung ... 68
4. Profil Guru Mitra ... 69
5. Deskripsi Keadaan Sarana dan Prasarana ... 70
6. Deskripsi Hasil Observasi Awal ... 72
B. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan... 74
1. Tindakan Siklus I ... 74
2. Tindakan Siklus II ... 85
3. Tindakan Siklus III ... 95
4. Tindakan Siklus IV ... 102
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 110
1. Perencanaan Pembelajaran dengan Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar ... 110
2. Pembelajaran dengan Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar ... 113
3. Hasil Belajar Setelah Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar ... 118
4. Hambatan dalam Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar ... 120
5. Upaya untuk Mengatasi Hambatan dalam Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar ... 122
BAB V PENUTUP ... 124
A. KESIMPULAN ... 124
B. SARAN ... 127
DAFTAR PUSTAKA ... 128
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Dewi Sri Lestari, 2013
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Sarana dan prasarana sekolah ... 71
Tabel 4.2. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada siklus ... 80
Tabel 4. 3. Refleksi Siklus ... 83
Tabel 4.4.Observasi hasil belajar siswa siklus I ... 84
Tabel 4.5. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada tindakan siklus II .... 91
Tabel 4. 6. Refleksi siklus II ... 94
Tabel 4. 7. Observasi hasil belajar siswa pada siklus II ... 95
Tabel 4. 8. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar ... 99
Tabel 4. 9. Refleksi siklus III ... 101
Tabel 4. 10. Observasi hasil belajar tindakan siklus III ... 102
Tabel 4.11. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar pada siklus IV ... 105
Tabel 4. 12. Observasi hasil belajar siswa siklus IV ... 107
Tabel 4. 13. Perencanaan tindakan ... 111
Tabel 4. 14. Pelaksanaan tindakan ... 113
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Kerangka Berpikir ... 39
Dewi Sri Lestari, 2013
DAFTAR GRAFIK
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Penelitian Tindakan siklus I – IV
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 2. Soal Tes
3. Lembar observasi
4. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lampiran 2 Hasil Penelitian tindakan
1. Soal Tes
2. Lembar observasi
3. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lampiran 3 Foto-foto Kegiatan
Lampiran 4 Surat Keterangan
Dewi Sri Lestari, 2013
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penelitian ini berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan
oleh peneliti di SMP Negeri 12 Bandung. Dalam observasi ini peneliti
menemukan beberapa masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran tersebut banyak siswa yang kurang
memperhatikan ketika guru menyampaikan materi. Para siswa tersebut
sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Banyak siswa yang berbicara
dengan teman sebangkunya, ada yang sibuk bermain handphone, bahkan
ada juga siswa yang sampai tertidur di dalam kelas.
Proses pembelajaran di kelas guru hanya menggunakan ceramah
yang membuat siswa kurang antusias untuk memperhatikan materi yang
disampaikan oleh guru. Selain itu, guru hanya memanfaatkan buku teks
sebagai sumber belajar dan tidak mengembangkan materi yang telah ada
untuk proses pembelajaran. Guru kurang memperhatikan perkembangan
dan kebutuhan siswa. Mengajar bukanlah sekedar menyajikan informasi
ataupun gagasan seperti yang banyak dilakukan di dalam pengajaran
ilmu-ilmu sosial serta IPS sampai desawa ini, khususnya di sekolah-sekolah
Indonesia. Di dalamnya tercakup pula diantaranya membimbing siswa
untuk belajar melalui kegiatan-kegiatan pemeriksaan, menemukan,
menganalisis, dan menguji yang disebut berpikir reflektif sebagai suatu
yang penting dalam membangun sikap dan nilai-nilai yang lebih langsung
adalah tugas-tugas pengembangan keterampilan (Wahab, 2012: 28).
Guru hanya merupakan salah satu dari sekian banyak sumber
belajar yang ada. Bahkan guru hanya salah satu sumber belajar yang
berupa orang, selain petugas pustakawan, petugas laboratorium,
tokoh-tokoh masyarakat dan lain-lain. Peran guru adalah menyediakan,
menunjukkan, membimbing dan memotivasi siswa agar mereka dapat
sumber belajar yang berupa orang, melainkan juga sumber-sumber belajar
yang lain. Bukan hanya sumber belajar yang dirancang untuk keperluan
belajar, melainkan juga sumber belajar yang tersedia. Sumber belajar itu
dapat kita temukan, kita pilih, dan kita manfaatkan sebagai sumber belajar
siswa. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS ini diharapkan
akan dapat memberikan motivasi untuk siswa agar memperhatikan
penjelasan yang disampaikan oleh guru di kelas dan dengan pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar ini juga diharapkan hasil yang
didapatkan oleh siswa meningkat.
Menurut Al Muchtar dalam Maksum (1997: 2) IPS merupakan
bidang studi yang menjemukan dan kurang menantang minat belajar
siswa, bahkan lebih dari itu dipandang sebagai “kelas dua” oleh siswa
maupun oleh orang tua siswa. Kelemahan pembelajaran IPS selama ini
adalah kurang mengikutsertakan siswa dalam proses pembelajaran.
Menurut Somantri dalam Maksum (1997: 2) salah satu kelemahan dalam
pembelajaran IPS menekankan pada strategi ceramah dan ekspositori atau
transfer of knowledge yang menjadikan guru sebagai pusat kegiatan
belajar siswa. Pengembangan kegiatan pembelajaran IPS di Sekolah
Menengah Pertama yang kajiannya berdimensi pada konteks lingkungan
sekitar siswa atau berkaitan dengan latar kehidupan masyarakat dengan
berbagai aktivitasnya, fenomena atau permasalahannya sebagai sumber
belajar yang nyata dalam proses pembelajaran IPS di SD sama halnya
dengan SMP mutlak harus dilakukan. Hal ini dipertegas oleh Sumaatmadja
dalam Permana (2006: 5) bahwa:
“Ilmu pengetahuan sosial adalah bidang-bidang yang digali dari kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh sebab itu, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan objeknya, merupakan suatu bidang pengetahuan yang tidak berpijak kepada kenyataan tidak mungkin mencapai sasaran dan
tujuannya, dan tidak akan memenuhi tuntutan
3
Dewi Sri Lestari, 2013
Berdasarkan pengalaman di lapangan dan analisis dari beberapa
sumber, ternyata banyak guru yang belum memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai untuk memilih dan mengaplikasikan berbagai
metode atau pendekatan pembelajaran yang mampu meningkatkan
kegairahan, keaktifan, kreativitas, dan motivasi belajar siswa. Kesulitan
siswa untuk menangkap pesan yang telah disampaikan oleh para guru
dalam proses pembelajaran merupakan salah satu yang menyebabkan
banyak siswa yang kurang menyukai pelajaran IPS. Guru hanya berfokus
pada buku teks, guru tidak memanfaatkan sumber belajar lainnya misalnya
dengan menjadikan lingkungan yang kaya dengan sumber sebagai sumber
belajar IPS atau sumber belajar lainnya.
Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS dalam proses
pembelajaran sangat penting, karena lingkungan merupakan sumber
belajar yang sangat kaya dengan pengetahuan dan pengalaman siswa itu
sendiri. Lingkungan sebagai sumber dan media pembelajaran adalah
segala kondisi di luar diri siswa dan guru baik berupa fisik maupun
nonfisisk yang dapat menjadikan perantara agar pesan pembelajaran
tersampaikan kepada siswa secara optimal. Sehingga setiap lingkungan
yang secara sengaja digunakan dalam proses pembelajaran bisa disebut
sebagai media pembelajaran (Musfiqon, 2012: 133). Menurut Poedjiadi
dalam Permana (2006: 5) dengan menggunakan lingkungan sebagai
sumber belajar, diharapkan siswa akan memiliki kepedulian terhadap
lingkungannya dan berawal dari pemahaman dan kepedulian siswa itu
dapat mencari solusi, mengambil keputusan dan melakukan tindakan nyata
ketika masalah dalam lingkungan mereka sendiri.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar ( di dalam
atau luar) organisme yang mempengaruhi perkembangan dan tingkah laku
organisme. Lingkungan tertentu mempunyai fenomena, keunikan dan
batas-batas sendiri. Pengenalan dari fenomena dari fenomena, keunikan,
dan batasan akan memberikan rasa aman dan tentram pada diri siswa
sekitarnya, baik berupa benda hidup, benda mati, benda nyata ataupun
benda abstrak, termasuk manusia lainnya, serta suasana yang terbentuk
karena terjadinya interaksi diantara elemen-elemen di alam tersebut
(Effendi, 2007: 159).
Berdasarkan masalah di atas peneliti mencoba untuk memberikan
solusi agar pembelajaran di kelas tidak membuat siswa menjadi jenuh dan
kurang memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru. Dengan
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar tersebut maka hasil
belajar siswa diharapkan akan menjadi lebih baik dan meningkat. Banyak
lingkungan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar dalam proses
pembelajaran di kelas seperti lingkungan fisik, lingkungan sosial,
lingkungan intelektual, dan lingkungan psikologis. Dalam Syaodih (2012:
3) lingkungan fisik terdiri atas lingkungan alam sekitar siswa, yang
merupakan tempat dan sekaligus memberikan dukungan kadang-kadang
juga hambatan bagi berlangsungnya proses pendidikan. Lingkungan sosial
merupakan lingkungan pergaulan antara manusia, pergaulan antara guru
dengan siswa serta orang-orang lainnya yang terlibat dalam interaksi
pendidikan. Interaksi pendidikan dipengaruhi oleh karakteristik pribadi
dan corak pergaulan antar orang-orang yang terlibat dalam interaksi
tersebut, baik pihak siswa dan pihak lainnya. Sedangkan lingkungan
intelektual adalah iklim sekitar yang mendorong dan menunjang
pengembangan kemampuan berpikir, lingkungan ini mencakup perangkat
lunak. Lingkungan yang dapat dimanfaatkan tersebut yaitu lingkungan
yang berada dekat dengan siswa atau juga berasal dari media massa atau
cetak seperti televisi, radio, koran, majalah, dan sumber lainnya.
Hasil penelitian Permana (2006: 105) berdasarkan temuan di
lapangan, penulis menyimpulkan bahwa proses pembelajaran dengan
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapar meningkatkan
kualitas dan perolehan hasil belajar dalam pembelajaran IPS, karena suatu
kegiatan yang dapat memberikan kelengkapan pengetahuan bagi siswa
5
Dewi Sri Lestari, 2013
terbatas untuk dijadikan arena dalam mengarahkan aktivitas belajar siswa.
Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat menciptakan siswa
yang peduli terhadap lingkungan sekitarnya, karena siswa bersentuhan
langsung dengan lingkungan di mana ia tinggal. Pengetahuan siswa tidak
hanya dari buku teks yang ada dan diajarkan oleh guru ketika berada di
dalam kelas, tetapi siswa juga dapat merasakan secara langsung mengenai
materi yang telah disampaikan oleh guru. Sehingga dapat menjadikan
pembelajaran ini sebagai pengalaman dan menjadikan pembelajaran yang
bermakna.
Semua aspek yang terkait dengan lingkungan sosial siswa dapat
dilihat sebagai masalah dan sebagai sumber belajar. Siswa merupakan
bagian dari struktur serta kelembagaan yang ada di lingkungan sosialnya.
Mereka terkait dengan adat istiadat, norma hokum, sejarah, budaya, dan
lain-lain sebagai konsep yang terkait dengan lingkungan. Masalah-masalah
tersebut harus dibahas dan dijelaskan di dalam proses pembelajaran oleh
guru dan dijadikan sebagai bahan ajar.
Tujuan lingkungan digunakan sebagai sumber belajar yaitu agar
siswa diperkenalkan pada wawasan, kesadaran, dan kepedulian terhadap
masalah lingkungan, karena hal ini merupakan modal dasar untuk bekal
dalam rangka membangun kemampuan siswa untuk berpartisipasi secara
relevan dalam mengatasi masalah yang berkaitan dengan lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti “Pemanfaatan
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah umum
penelitian adalah: “Bagaimana mengembangkan pembelajaran dengan
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung?”
Selanjutnya dari tujuan umum tersebut dijabarkan pada rumusan
masalah khusus adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana guru merencanakan proses pembelajaran dengan
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SMP
Negeri 12 Bandung?
2. Bagaimana guru melaksanakan proses pembelajaran dengan
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SMP
Negeri 12 Bandung?
3. Bagaimana hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran dengan
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SMP
Negeri 12 Bandung?
4. Bagaimana hambatan proses pembelajaran dengan pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung”
5. Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam pemanfaatan lingkungan
sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa
7
Dewi Sri Lestari, 2013
C. TUJUAN PENELITIAN
Secara umum penelitian ini bertujuan memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung.
Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan proses pembelajaran yang meliputi:
1. Proses perencanaan pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan
sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung
2. Proses pembelajaran dengan memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung
3. Hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran dengan pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung
4. Hambatan dalam proses pembelajaran dengan pemanfaatan lingkungan
sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung
5. Upaya untuk mengatasi hambatan dalam pemanfaatan lingkungan
sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 12 Bandung
D. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diperoleh setelah melakukan penelitian ini
adalah:
1. Bagi siswa
Memberikan pengalaman bagi siswa dengan menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil
belajar siswa., siswa dapat berekspresi sesuai dengan minat dan
2. Bagi guru
Meningkatkan kinerja guru dan profesionalisme guru dalam
mengajar di dalam kelas, serta sebagai pedoman untuk melaksanakan
pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sekitar sebagai sumber
belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPS.
3. Bagi sekolah
Meningkatkan proses pembelajaran dan pelayanan terhadap
siswa serta membuat prestasi menjadi lulusan yang terbaik sekolah.
4. Bagi peneliti
Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti sangat berharap
siswa dapat meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar IPS.
E. STRUKTUR ORGANISASI
Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu bab I pendahuluan, bab II
kajian teori, bab III metodologi penelitian, bab IV analisis data dan hasil
observasi, dan bab V penutup.
Bab I berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,
manfaat penelitian dan struktur organisasi. Dalam bab ini pula berisi
tentang alasan dan penyebab mengapa peneliti tertarik untuk menelitinya.
Bab II berisi kajian teori yang memuat pengertian dan konsep dasar
lingkungan sebagai sumber belajar serta kajian tentang hasil belajar. Pada
bab ini juga disampaikan mengenai bukti-bukti empirik yang berhubungan
dengan konsep lingkungan sebagai sumber belajar secara langsung serta
hasil belajar siswa.
Bab III merupakan metodologi penelitian yang mencakup desain
penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data serta prosedur
9
Dewi Sri Lestari, 2013
Bab IV membahas tentang laporan hasil penelitian yang meliputi
pengolahan atau antusias data untuk menghasilkan temuan dan
pembahasan.
Bab V menguraikan tentang penutup yang mencakup kesimpulan
dan saran terhadap proses pembelajaran, pendidik, dan pemegang
BAB III
METODE PENELITIAN
A. LOKASI DAN SUBJEK PENELITIAN
Lokasi penelitian dimaksud menunjukkan pada pengertian situasi sosial
yang mengandung tiga unsur yaitu tempat, perilaku, dan kegiatan (Permana,
2006: 42). Yang dimaksud lokasi penelitian ini adalah tempat berlangsungnya
proses belajar mengajar, yaitu SMP Negeri 12 Bandung. Dari unsur perilaku
adalah guru dan siswa kelas VII K, sedangkan dari unsur kegiatan adalah
pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS dalam pembelajaran
IPS.Adapun alasan pengambilan lokasi tersebut karena sejalan dengan
dilaksanakannya kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) dan lebih
memudahkan lagi bagi peneliti untuk melakukan tindakan.
Subjek penelitian kualitatif untuk penelitian kelas dapat berupa peristiwa,
manusia, dan situasi yang diamati (Permana, 2006: 43). Dalam penelitian ini
yang menjadi subjek penelitian adalah guru, siswa, serta proses-proses interaktif
yang terjadi diantara guru dengan siswa selama berlangsungnya penelitian ini di
kelas VII K dengan jumlah siswa seluruhnya adalah 36 orang yang terdiri dari 19
orang adalah siswa laki-laki dan 17 orang adalah siswa perempuan.
B. DESAIN PENELITIAN
Sebelum tahap-tahap siklus dilaksanakan terlebih dahulu dilakukan studi
pendahuluan (orientasi). Hal ini dilakukan untuk menemukan informasi-informasi
aktual dan akan dijadikan indikator dalam menyusun rencana tindakan untuk
memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar IPS selanjutnya pada siklus
kedua dan seterusnya. Jenis kegiatan yang dilakukan peneliti bersama observer
adalah memperbaiki rencana, pelaksanaan, pengamatan, refleksi, dan tahap-tahap
42
Dewi Sri Lestari, 2013
Menurut Hopkins dalam Sanjaya (2011: 53) pelaksanaan penelitian tindakan
dilakukan membentuk spiral yang dimulai dari merasakan adanya masalah ,
menyusun perencanaan, melaksanakan tindakan, melakukan observasi,
mengadakan refleksi, melakukan rencana ulang, melaksanakan tindakan, dan
seterusnya. Prosedur penelitian akan dilaksanakan dengan menggunakan
Gambar 3.1: Penelitian Tindakan Model Hopkins
Identifikasi
Masalah
Perencanaan
Aksi
Refleksi
Observasi
Perencanaan
ulang
Refleksi
Observasi
44
Dewi Sri Lestari, 2013
Sumber: Sanjaya (2011: 54)
Prosedur penelitian dalam gambar siklus tersebut, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Orientasi atau identifikasi masalah yaitu pendahuluan sebelum melakukan
tindakan. Kegiatan ini terdiri dari pengamatan terhadap lingkungan Sekolah
Menengah Pertama Negeri 12 Bandung, kegiatan pembelajaran IPS yang
dilakukan oleh peneliti di kelas VII K. wawancara dengan guru mitra (DM)
dan wawancara dengan siswa kelas VII K. secara umum kegiatan orientasi ini
bertujuan untuk mengumpulkan berbagai informasi tentang kondisi sekolah
dan secara khusus untuk melihat gambaran awal pembelajaran IPS di kelas
VII K Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Bandung. Hasil orientasi ini
akan disesuaikan dengan hasil kajian teoritis secara relevan, sehingga
menghasilkan suatu program pengembangan tindakan yang dipandang tepat
dengan situasi sosial di kelas di mana tindakan akan dilaksanakan.
2. Perencanaan (plan) adalah kegiatan yang dilakukan dalam menyusun rencana
tindakan yang hendak dilaksanakan di kelas. Rencana disusun secara fleksibel
karena untuk mengakomodir berbagai kemungkinan yang dapat saja terjadi
ketika tindakan dilaksanakan. Perencanaan disusun secara partisipatif,
kolaboratif, dan reflektif antara peneliti dengan observer, agar tindakan dapat
lebih terarah pada sasaran yang hendak dicapai, dengan didasari pada
pertimbangan apakah tindakan yang akan dilakukan tersebut mungkin untuk
dapat dilaksanakan secara efektif dalam berbagai situasi kelas. Dari kegiatan
identifikasi pada studi orientasi di kelas VII K Sekolah Menengah Pertama
Negeri 12 Bandung. Peneliti dan observer merencanakan langkah-langkah
perencanaan pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan pelajaran IPS. Pada
perencanaan ini disepakati tentang hal-hal yang akan di observasi,
sumber, tempat dan waktu pelaksanaan, persiapan perangkat pembelajaran,
serta media pembelajaran yang dibutuhkan.
3. Pelaksanaan atau aksi yaitu kegiatan pembelajaran yang dilakukan
berdasarkan rencana yang telah disepakati sebelumnya antara peneliti dengan
observer. Tindakan ini dilakukan untuk memperbaiki keadaan atau proses
pembelajaran dan hasil belajar siswa. Tindakan ini merupakan kegiatan nyata
pembelajaran IPS di kelas VII K Sekolah Menengah Pertama Negeri 12
Bandung, dengan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS yang
dilakukan berdasarkan rencana yang telah disepakati sebelumnya antara
peneliti dengan observer peneliti. Pelaksanaan tindakan di Kelas VII K
Sekolah Menengah Pertama Negeri 12 Bandung tersebut berlangsung selama
beberapa siklus pembelajaran IPS hingga sudah stabil (jenuh).
4. Observasi yaitu kegiatan mengamati, mengenali sambil mendokumentasikan
(mencatat dan merekam) terhadap proses, hasil, pengaruh, dan masalah baru
yang mungkin saja muncul selama tindakan dilakukan. Hasil observasi ini
akan dijadikan bahan analisis dan dasar refleksi terhadap tindakan yang telah
dilakukan dan bagi penyusunan rencana tindakan selanjutnya.
5. Refleksi yaitu kegiatan menganalisis tentang apa-apa saja rencana dan
tindakan yang sudah tercapai dan apa pula yang dapat dicapai pada suatu
siklus tertentu. Refleksi dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan
observer. dalam penelitian ini, jumlah siklus yang dilakukan bergantung dari
tingkat ketercapaian hasil pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS
untuk meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan rencana yang telah
disusun sebelumnya. Artinya, penelitian akan diakhiri, apabila hasil belajar
siswa yang paling optimal telah dicapai melalui pemanfaatan lingkungan
46
Dewi Sri Lestari, 2013
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas
(PTK).Kemmis dalam Sanjaya (2011: 24) menyatakan penelitian tindakan
adalah suatu bentuk penelitian reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh
peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktik sosial
mereka.Sedangkan menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja (2010: 12)
mengemukakan penelitian tindakan adalah kajian sistematik dari upaya
perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan
melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi
mereka mengenai hasil tindakan-tindakan tersebut.
Kember dalam Suharsaputra (2012: 248) mengemukakan bahwa
penelitian tindakan merupakan suatu diskursus kritis atas fenomena sosial, di
mana emansipasi dan perubahan menjadi hal yang dicarinya, melalui
partisipasi dan peran agen perubahan serta konsensus bersama meskipun efek
perubahan hanya terkena pada partisipannya, yang jelas tujuan melakukan
perubahan dan emansipasi perlu dilakukan. Dengan demikian tampak bahwa
landasan penelitian tindakan lebih berorientasi praktis, meskipun sudah tentu
tanpa mengabaikan makna penting teori sebagai kerangka dalam memahami
praktik-praktik tertentu yang perlu diperbaiki.
Oleh karena itu penelitian tindakan kelas sangat tepat dilakukan oleh
guru untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam proses belajar
mengajar di kelas, sehingga kekurangan-kekurangan tersebut dapat
diperbaiki.Adapun tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah untuk
meningkatkan praktik guru dalam proses pembelajaran di kelas, untuk
sebagai seorang guru yang baik, serta untuk meningkatkan dalam penggunaan
alat dan teknologi untuk media pembelajaran dalam proses belajar mengajar
di kelas.
Secara ringkas penelitian tindakan kelas adalah bagaimana
sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran, dan
belajar dari pengalaman mereka sendiri.Mereka dapat mengujicobakan suatu
gagasan perbaikan dalam praktek pembelajaran di kelas, dan melihat
pengaruh nyata dari upaya yang dilakukan tersebut.
Penelitian ini diharapkan baik untuk guru maupun siswa dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran yang menjadi tanggung jawabnya, dapat
melakukan perbaikan dan meningkatkan kemampuan kinerjanya, dapat
mendorong guru untuk memiliki sikap profesionalnya, mengurangi rasa jenuh
dalam mengikuti proses pembelajaran, dan dapat pula meningkatkan hasil
belajar siswa.
D. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk memudahkan dalam memahami istilah yang ada serta memperoleh
kesamaan pandangan dan menghindari perbedaan pendapat dalam penelitian ini,
penulis mengemukakan beberapa istilah sebagai berikut:
1. Lingkungan sebagai Sumber Belajar
Lingkungan yaitu situasi yang tersedia di mana pesan itu diterima oleh
siswa.Lingkungan terdiri atas lingkungan fisik dan non fisik. Lingkungan
fisik seperti gedung sekolah, perpustakaan, laboratorium, taman dan
lain-lain. Sedangkan lingkungan non fisik terdisi atas penerangan dan sikulasi
48
Dewi Sri Lestari, 2013
Lingkungan sebagai sumber belajar dalam penelitian ini didefinisikan
sebagai sumber dan media belajar yang bahannya tidak dirancang terlebih
dahulu.Lingkungan sebagai sumber belajar adalah tempat atau ruangan yang
dapat mempengaruhi siswa. Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar
ini dapat berupa orang, situasi maupun fenomena yang memiliki muatan
pesan yang sesuai dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai dalam proses
pembelajaran.
Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar disajikan dalam
kegiatan pembelajaran pada waktu yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Hal
ini disesuaikan dengan tujuan pembelajaran agar lebih memudahkan siswa
dalam proses pembelajaran dan memudahkan siswa menyerap materi yang
telah disampaikan oleh guru di kelas.
Dapat kita lihat bahwa di sekitar sekolah terdapat berbagai macam
sumber belajar yang dapat dimanfaatkan oleh guru dan siswa dalam proses
belajar mengajar. Dengan demikian siswa akan lebih mengenal
lingkungannya, pengetahuan siswa akan lebih autentif, sifat verbalisme pada
siswa dapat dikurangi serta siswa akan lebih aktif dan banyak berlatih.
Indikator yang digunakan untuk memanfaatkan lingkungan sebagai
sumber belajar tercapai apabila siswa tidak hanya terfokus kepada buku
paket, siswa mengetahui dan memiliki pengalaman langsung dengan
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajarnya, siswa banyak
mengetahui tentang masalah-masalah yang berada di lingkungannya baik
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga dan
lain-lain, kemudian siswa juga dapat mengatasi masalah yang terjadi di
lingkungan.
2. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Gagne dalam Cheliawati (2010: 9) dapat
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Perubahan perilaku dapat berupa
perkembangan dari berbicara, berpikir, mengingat, memecahkan masalah
atau berbuat kreatif dan tentunya hal ini membutuhkan proses dan waktu.
Pengalaman merupakan penyebab terjadinya proses belajar, namun
bagaimana sebenarnya siswa memperoleh pengetahuan dalam pikirannya
sehingga dapat dikatakan bahwa siswa tersebut telah belajar.
Menurut Sudjana dalam Astuti (2009: 21) hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman-pengalaman belajarnya. Hasil belajar merupakan indikator yang paling
mudah untuk menentukan dan mengetahui serta menilai tingkat prestasi atau
keberhasilan belajar siswa dalam setiap mata pelajaran.Dalam sistem
pendidikan nasional penilaian hasil belajar menggunakan klasifikasi dari
Benyamin Bloom, yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah
yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Hasil belajar dalam penelitian ini didefinisikan sebagai pencapaian
kompetensi-kompetensi yang mencakup aspek pengetahuan, pemahaman,
aplikasi dan analisis.Hasil belajar diukur melaluites dalam bentuk soal
objektif dan uraian yang telah diuji kelayakannya untuk digunakan dalam
kegiatan penelitian.
Hasil belajar siswa dikatakan sudah stabil (jenuh) apabila hasil yang
diperolehnya mengalami perubahan, baiuk dari kognitif, afektif maupun
psikomotornya.Dilihat dari ranah kognitifnya dikatakan berhasil apabila
hasilnya diatas dari KKM.Dari ranah kognitif dapat dilihat yang berkenaan
dengan hasil belajar intelektual yang terdiri atas aspek pengetahuan atau
ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi siswa tentang
materi yang telah disampaikan oleh guru ketika mengerjakan post test yang
50
Dewi Sri Lestari, 2013
disampaikan dalam proses pembelajaran, kemudian dapat menganalisis
dengan baik tugas yang diberikan setelah mendapatkan penjelasan dari guru.
Ranah afektif dapat dilihat yang berkenaan dengan sikap terdiri atas
penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi
siswa selama berlangsungnya proses pembelajaran di kelas. Penilaian hasil
belajar aefektif pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperti perhatiannya
pada pelajaran, disiplin, motivasi belajar, menghargai guru, dan teman
sekelas, kebiasaan belajar, dan hubungan sosial (Sudjana, 2012:
30).Penilaian afektif ini dapat dilihat dari kemauan siswa untuk menerima
pelajaran dari guru, perhatian siswa terhadap apa yang dijelaskan oleh guru,
hasrat bertanya kepada guru, kemauan untuk mempelajari bahan pelajaran
lebih lanjut, kemauan untuk menerapkan hasil pelajaran, dan senang
terhadap guru dan mata pelajaran yang diberikannya. Sedangkan dari ranah
psikomotornya dapat dilihat yang berkenaan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan siswa dalam mempresentasikan hasil
diskusinya dengan baik, siswa mampu mengemukakan pendapatnya, dan
kemauan siswa untuk bertanya kepada guru mengenai bahan pelajaran yang
belum jelas.
Mata pelajaran IPS ini adalah mata pelajaran yang disusun secara
sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajarannya untuk
menuju kedewasaan serta keberhasilan siswa dalam kehidupan di
masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan siswa akan lebih
memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmi
yang berkaitan. Berdasarkan tujuan IPS menurut Sapriya (2012: 201) adalah
sebaia berikut:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat
b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir kritis, rasa ingin tahu, inkuiri,
memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial
c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan
d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dengan kompetisi
dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal dan global.
Berdasarkan tujuan IPS di atas, pembelajaran IPS di SMP/MTs
masih dikembangkan dan dipelajari secara korelasi. Pembelajaran tersebut
masih secara terbatas dipelajari dan dikembangkannya, saling keterkaitan
antara disiplin ilmu satu dengan disiplin ilmu lainnya.Setelah pembelajaran
IPS siswa diharapkan dapat berpikir logis dan kritis, memiliki rasa ingin tahu
yang besar dan dapat memecahkan masalah yang ada dalam kehidupan
sehari-harinya.
Evaluasi pembelajaran sangat penting untuk menentukan apakah
siswa tersebut dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi
atau harus mengulang materi ajar yang lama.Bagi guru evaluasi
pembelajaran sangat penting, karena untuk mengetahui aktivitas dalam
pembelajaran.Dengan evaluasi pembelajaran guru terdorong untuk
mengevaluasi apakah tes yang telah mereka buat sudah benar atau belum.
Evaluasi hasil belajar siswa dapat diketahui dengan berbagai cara.
Menurut Gunawan (2013: 106) secara mendasar pengajaran IPS
berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku
dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha
memenuhi kebutuhan meterilnya, memenuhi kebutuhan budayanya,
kebutuhan jiwanya, pemanfaatan sumber daya yang ada di permukaan bumi,
52
Dewi Sri Lestari, 2013
memegang peranan penting dalam pengembangan pembelajaran IPS.
Pembelajaran itu bukan hanya menyampaikan materi agar siswa menjadi
cerdas, tetapi lebih dari pada itu agar siswa memiliki karakteristik pribadi
yang peka nurani dan tanggap nalarnya, dalam rangka pemecahan
masalah-masalah sosial yang ada dalam kehidupan bermasyarakat.
Hasil belajar yang diperoleh oleh siswa setelah memanfaatkan
lingkungan sebagai sumber belajar mengalami perubahan yang sangat baik
dari setiap siklusnya, di mana hasil belajar mengalami peningkatan baik pada
ranah kognitif, afektif maupun ranah psikomotornya.Hal tersebut karena
siswa langsung yang terjun ke lapangan untuk mencari tahu tentang hal-hal
yang hanya ada dalam buku, itu merupakan pelajaran tambahan yang
diperoleh siswa selain dari buku paket yang mereka punya.Pada ranah
kognitif hasil belajar sudah sesuai dengan yang diharapkan yaitu mencapai
ketuntasan dengan nilai di atas 75.Hasil belajar pada ranah afektif dapat
terlihat dari antusias siswa dalam menanggapi materi yang disampaikan oleh
guru, siswa memperhatikan yang disampaikan guru, dan kemauan siswa
untuk bertanya kepada guru. Sedangkan pada ranah psikomotor dapat dilihat
dari kemampuan siswa ketika mempresentasikan hasil diskusinya dengan
baik, mampu mengemukakan pendapatnya, dan mau bertanya kepada guru
mengenai bahan pelajaran yang belum jelas dan belum dimengerti
E. PROSEDUR PENELITIAN
Guru sebagai peneliti melakukan prosedur yang ditempuh dalam
melaksanakan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Observasi dan Identifikasi Masalah
Guru melakukan pengamatan sebagai peneliti yang memfokuskan
ditemukan sejumlah masalah yang dihadapi dan segera dicari pemecahannya.
Masalah yang ditemukan yaitu sumber belajar yang hanya mengacu pada
buku teks dan informasi yang diberikan guru.Berdasarkan hal tersebut,
peneliti ingin melakukan penelitian tentang pemanfaatan lingkungan sebagai
sumber belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPS.
2. Kegiatan Pra Tindakan
a. Merumuskan rencana Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan mengacu
pada Standar Kompetensi adalah “memahami kegiatan masyarakat” dan Kompetensi Dasar adalah “mendeskripsikan kegiatan pokok ekonomi yang meliputi kegiatan konsumsi, produksi, dan distribusi barang/jasa”
yang memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar IPS dengan
menggunakan materi pelajaran yang telah disesuaikan dengan
pembelajaran saat itu yaitu kegiatan produksi barang dan jasa dengan cara
mengunjungi tempat prduksi sebagai upaya meningkatkan hasil belajar
siswa pada pelajaran IPS.
b. Memilih pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar IPS sesuai
dengan Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, dan materi yang akan
dibahas pada pertemuan saat itu kemudian disesuaikan pula dengan
kondisi di lapangan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPS melalui pemanfaatan tempat produksi barang dan jasa
sebagai sumber belajar siswa untuk materi kegiatan produksi.
c. Peneliti mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan dikerjakan
54
Dewi Sri Lestari, 2013
yang ada dengan kunjungan ke tempat produksi yang telah disepakati
bersama dengan kelompok kerjanya.
3. Rencana Tindakan
Dengan memperhatikan proses pembelajaran di kelas dengan hanya
menggunakan buku teks sebagai sumber belajar siswa, peneliti menyusun
rencana tindakan pembelajaran yang meliputi:
a. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b. Pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS)
c. Pembuatan pedoman observasi
d. Pembuatan pedoman wawancara
e. Membuat alat evaluasi
F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA DAN INSTRUMEN PENELITIAN
Sanjaya (2011: 84) instrument penelitian adalah alat yang dapat digunakan
untuk mengumpulkan data penelitian. Karena alat atau instrument ini
mencerminkan juga cara pelaksanaannya. Penelitian sebagai suatu cara ilmiah
dalam memecahkan masalah termasuk PTK, selamanya berhubungan dengan
instrument pengumpulan data. Tanpa instrument yang tepat, penelitian tidak akan
menghasilkan sesuatu yang diharapkan.
Di dalam PTK banyak instrument yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data, namun penggunaannya sangat tergantung kepada jenis
permasalahan yang akan diteliti. Oleh karena itu, belum tentu suatu instrument
yang cocok mengumpulkan data tertentu, cocok juga untuk mengumpulkan data
yang lain.
Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
Observasi yaitu merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara
mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan
alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Dilihat dari
persiapan dan pelaksanaannya observasi bisa bersifat sistematis atau
insidental.Dalam observasi yang sistematis, sebelum pelaksanaannya
dipersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan baik mengenai aspek-aspek yang
diamati, waktu observasi, maupun alat yang digunakan.Observasi insidental
dapat dilakukan kapan saja tanpa perencanaan yang sistematis. Dilihat dari
hubungan observer dan observant dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Observasi Partisipatif adalah observasi yang dilakukan apabila observer
ikut serta dalam kegiatan atau situasi yang dilakukan oleh observant.
b) Observasi nonpartisipatif adalah observasi yang tidak melibatkan
observer dalam kegiatan yang sedang diobservasi. Dengan demikian,
dalam observasi jenis ini, observasi murni bertindak sebagai pengamat
(Sanjaya, 2011: 86).
Dalam hal ini, peneliti melakukan pengamatan pada aktivitas siswa
dalam menggunakan lingkungan untuk dijadikan sebagai sumber belajar IPS.
Sebelum melakukan kegiatan penelitian ini, peneliti telah melakukan
observasi terlebih dahulu dan untuk kegiatan observasi peneliti bertindak
langsung sebagai instrument yang melakukan observasi ke lapangan. Dari
hasil observasi yang dilakukan, peneliti menemukan suatu masalah yang
terjadi di lapangan yaitu kurangnya guru memanfaatkan sumber belajar dan
kurangnya guru memperhatikan kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran guru hanya menggunakan buku teks saja sebagai
sumber belajar, sebenarnya guru dapat memanfaatkan lingkungan sekitar
sebagai sumber belajar selain buku teks.
Instrument yang digunakan adalah pedoman observasi.Semua data
56
Dewi Sri Lestari, 2013
pembelajaran IPS, pengelolaan kelas, kegiatan guru atau kegiatan siswa
dicatat dalam catatan sesuai dengan lembar observasi yang telah dibuat.
Catatan tersebut sebagian berisi tentang beberapa kejadian yang terjadi dalam
proses pembelajaran, dicatat dan dijadikan sebagai bahan refleksi dan analisis.
2. Wawancara
Menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja (2010: 117) wawancara
adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat
dari sudut pandang yang lain. Wawancara atau interview dapat diartikan
sebagai teknik mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan baik
secara tatap muka maupun melalui saluran media tertentu (Sanjaya, 2011:
96). Untuk mengumpulkan data dalam PTK, wawancara dilihat dari
pelaksanaannya bisa dilakukan dengan cara:
a) Wawancara insidental adalah jenis wawancara yang dilaksanakan
sewaktu-waktu bila dianggap perlu. Wawancara demikian juga
dinamakan sebagai wawancara yang tidak formal.
b) Wawancara terencana adalah jenis wawancara yang dilaksanakan secara
formal yang dilaksanakan secara terencana baik mengenai waktu
pelaksanaannya, tempat, dan topik yang akan dibicarakan.
Wawancara dapat digunakan sebagai teknik pengumpulan data saat
peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan
yang akan diteliti, dan ingin mengetahui hal-hal dari responden secara lebih
mendalam. Teknik pengumpulan ini berdasarkan pada laporan tentang diri
sendiri atau setidak-tidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.
Instrument lain yang digunakan selain pedoman observasi adalah
dengan menggunakan pedoman wawancara. Pada tahap awal, peneliti
melakukan wawancara dengan guru yang mengajar IPS di kelas VII K.
Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui latar belakang pendidikan,
wawancara dilakukan pada beberapa siswa kelas VII K, tujuannya untuk
mengetahui sikap mereka terhadap pembelajaran IPS, cara guru mengajar
dan sikap siswa terhadap guru. Dalam wawancara ini peneliti menggunakan
wawancara yang terencana yaitu sudah ditentukan topiknya yaitu
penggunaan sumber belajar selain buku teks seperti penggunaan lingkungan
siswa sebagai sumber belajar.
3. Catatan harian
Catatan harian merupakan instrument untuk mencatat segala
peristiwa yang terjadi sehubungan dengan tindakan yang dilakukan guru.
Catatan harian berguna untuk melihat perkembangan tindakan serta
perkembangan siswa dalam melakukan proses pembelajaran. Ada dua jenis
catatan harian untuk kepentingan PTK, yaitu:
a) Catatan harian yang dilakukan guru. Catatan harian guru digunakan untuk
mencatat berbagai temuan guru selama proses tindakan yang dilakukan.
b) Catatan harian yang dilakukan siswa. Catatan harian siswa berisi tentang
tanggapan siswa terhadap tindakan yang dilakukan guru. Catatan harian
yang disusun siswa sangat penting sebagai umpan balik untuk guru dalam
rangka perbaikan dan penyempurnaan tindakan.
Catatan harian digunakan oleh peneliti sebagai instrument lainnya
untuk memperoleh data.Catatan harian ini diperoleh ketika sedang
melakukan tindakan di kelas VII K yang dilakukan oleh siswa maupun oleh
guru.Catatan harian memiliki banyak manfaat.Isinya dapat berupa catatan
lain-58
Dewi Sri Lestari, 2013
lain.Catatan harian ini juga dapat menjadikan motivasi, introspeksi terhadap
sesuatu, kondisi, dan lain sebagainya.
4. Tes
Tes merupakan instrument pengumpulan data untuk mengukur
kemampuan siswa dalam aspek kognitif, atau tingkat penguatan materi
pembelajaran. Sebagai alat ukur dalam proses evaluasi, tes harus memiliki
dua criteria yaitu criteria validitas dan reabilitas. Tes sebagai suatu alat ukur
dikatakan memiliki tingkat validitas seandainya dapat mengukur apa yang
akan hendak diukur.
Dilihat dari pelaksanaannya tes dibedakan menjadi tiga yaitu tes
lisan, tes tulisan dan tes perbuatan. Tes tulisan atau sering juga disebut tes
tertulis adalah yang dilakukan dengan cara siswa menjawab sejumlah item
soal dengan cara tertulis. Tes lisan adalah bentuk tes yang menggunakan
bahasa lisan .tes ini cocok untuk menilai kemamampuan menalar siswa.
Melalui bahasa secara verbal guru dapat mengetahui secara mendalam
pemahaman siswa tentang sesuatu yang dievaluasi, yang bukan hanya
pemahaman secara konsep. Sedangkan tes perbuatan adalah tes dalam
bentuk peragaan. Tes ini cocok manakala guru ingin mengetahui
kemampuan dan keterampilan seseorang mengenai sesuatu (Sanjaya, 2011:
99).
Tes dilakukan untuk mengukur kemampuan seseorang.Tes
merupakan instrument yang digunakan ketika guru ingin mengetahui
pengaruh tindakan yang dilakukan terhadap kemampuan siswa tertentu atau
ketika guru ingin mengetahui pengaruh tindakan yang dilakukan terhadap
rata-rata hasil belajar siswa.Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui
sebagai sumber belajar, apakah hasil belajar yang diperoleh oleh siswa
semakin baik atau sebaliknya.
Tes ini digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa
dalam proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan jenis tes tertulis
dengan bentuk soal objektif dan soal essai.
Yang dimaksud dengan tes uraian adalah butir soal yang
mengandung pertanyaan atau tugas jawaban atau pengerjaan soal tersebut
harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes. Ciri khas
tes uraian ialah jawaban terhadap soal tersebut tidak disediakan oleh orang
yang mengkontruksikan butir soal, tetapi harus dipasok oleh peserta
tes.Sedangkan butir soal objektif adalah soal yang telah mengandung
kemungkinan jawaban yang harus dipilih atau dikerjakan oleh peserta tes
(Zainul, 2001: 61).
Tes yang diberikan kepada siswa-siswi kelas VII K adalah
materi-materi yang telah disampaikan sebelumnya. Tes tersebut dilakukan untuk
mengetahui peningkatan yang terjadi setelah memanfaatkan lingkungan
sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran. Tes yang diberikan
adalah tes objektif dan essai.Tes objektif sebanyak 10 butir soal dan tes essai
sebanyak 5 butir soal.
5. Penilaian Sikap
Sudjana (2012: 80) skala sikap digunakan untuk mengukur sikap
seseorang terhadap objek tertentu.Hasilnya berupa kategori sikap yaitu
mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral.Ada tiga komponen sikap
yaitu kognisi, afeksi, konasi.Kognisi berkenaan dengan pengetahuan
seseorang tentang objek atau stimulus yang dihadapinya, afeksi berkenaan
dengan perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi
60
Dewi Sri Lestari, 2013
Sikap bermula dari perasaan baik suka maupun tidak suka terkait
dengan kecenderungan seseorang dalam merespon sesuatu atau objek.Sikap
juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki
oleh seseorang.Sikap terdiri dari tiga komponen yaitu afektif, kognitif, dan
konatif.Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau
penilaiannya terhadap sesuatu objek.Komponen kognitif adalah kepercayaan
atau keyakinan seseorang mengenai objek.Sedangkan komponen konatif
adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara
tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.Jadi, penilaian sikap
merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati perasaan atau
penilaian siswa, kepercayaan atau keyakinan siswa, dan kecenderungan
untuk berperilaku siswa berkaitan dengan suatu objek.
Selain dari beberapa instrument di atas peneliti juga menggunakan
instrument penilaian sikap.Penilaian sikap ini dapat dilakukan dengan
menggunakan beberapa alat atau penilaian instrument seperti format
observasi perilaku dan item pertanyaan langsung.
Format observasi perilaku ini dapat dilakukan dengan menggunakan
buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian yang berkaitan dengan siswa
selama di sekolah, penilaian sikap dalam diskusi, penilaian sikap dalam
suatu materi pokok bahasan tertentu.Sedangkan dengan pertanyaan langsung
kita dapat menanyakan secara langsung tentang sikap seseorang yang
berkaitan dengan sesuatu hal, misalnya tanggapannya tentang penggunaan
lingkungan sebagai sumber belajar.
6. Penilaian Performance
Penilaian performance merupakan penilaian yang dilakukan dengan
mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu (Komalasari, 2010:
153).Pengamatan unjuk kerja perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk
kemampuan mengemukakan pendapat siswa, misalnya dilakukannya
pengamatan atau observasi berbicara yang seragam seperti diskusi dalam
kelompok kecil, berpidato, bercerita, dan melakukan wawancara.
Penilaian performance ini dilakukan untuk mengetahui tingkat
kemampuan yang dimiliki oleh siswa tertentu.Baik kemampuan dalam
bidang olahraga, alat musik, tarian dan lain sebagainya. Penilaian
performance ini sangat perlu dilakukan karena tidak semua siswa memiliki
kemampuan yang sama. Ada siswa yang hanya suka dan mampu dalam
bidang kognitif namun dalam bidang afektif dan psikomotornya kurang atau
bahkan sebaliknya.Akan lebih baik jika siswa mampu melakukan semua
bidang baik kognitif, afektif maupun psikomotornya.Oleh karena itu,
kemampuan tersebut harus terus diasah dan dilatih oleh guru.
Tes performance diperoleh dari kegiatan siswa dalam memanfaatkan
lingkungan dengan berkunjung ke tempat produksi, perpustakaan, dan kantin
atau koperasi sekolah sesuai dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah
diberikan oleh guru. Selain itu tes performance diperoleh juga dari
penampilan ketika mempresentasikan hasil kegiatannya di depan kelas. Hal
tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah siswa tersebut sudah mengerti
dengan tugas yang telah diberikan oleh guru.
G. TEKNIK PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
Teknik pengolahan data mempunyai peranan penting dalam suatu
penelitian. Penelitian Tindakan Kelas sebagai penelitian tradisi kualitatif
dengan latar belakang atau setting yang wajar dan alami yang diteliti,
memberikan peranan penting kepada penelitinya yakni sebagai satu-satunya
instrument karena manusia yang dapat menghadapi situasi yang berubah-ubah
62
Dewi Sri Lestari, 2013
Teknik pengolahan data merupakan langkah yang strategis dalam suatu
penelitian, kerena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan
data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Tahap penelitian kualitatif tidak membedakan proses penelitian, kegiatan
pengumpulan datanya terlebih dahulu, namun menyatupadukan kegiatan
pengumpulan data dengan analisis data. Menurut Lofland dan Lofland dalam
Moleong (2011: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah
kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen
dan lain-lain.Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya dibagi ke
dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistik.
Sanjaya (2011: 117) menganalisis data adalah suatu proses mengolah dan
menginterpretasi data dengan tujuan untuk mendudukkan berbagai informasi
sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai
dengan tujuan penelitian. Analisis data dapat dilakukan melalui tiga tahap
yaitu kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus masalah, mendeskripsikan
data sehingga data telah diorganisir jadi bermakna, dan membuat kesimpulan
berdasarkan deskripsi data. Menurut Moleong (2011: 247) proses
menganalisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah ditulis dalam
catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto, dan
sebagainya.
Pengumpulan data melibatkan terutama melalui pengamatan dan
wawancara.Peneliti pun dapat menjadi pengamat yang berperan serta dalam
Moleong (2011: 248) analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan
dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Di pihak lain,
analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut:
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode
agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri
b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan,
membuat ikhtisar, dan membuat indeknya
c. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna,
mencari dan menentukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat
temuan-temuan umum.
Pengolahan data penelitian dilakukan dengan cara menentukan sumber
data terlebih dahulu, kemudian jenis data, teknik pengumpulan data, dan
instrument yang digunakan. Data yang diperoleh dari setiap tindakan penelitian
dianalisis. Setelah diperoleh data, langka selanjutnya yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Membuat grafik pola kecenderunga testuntuk mengetahui peningkatan
hasil belajar siswa pada penelitian ini, maka dibuat grafik yang
menunjukkan efektivitas pembelajaran sebagai hasil penelitian, sehingga
akan Nampak jelas pola kecenderungan perubahan hasil belajar setiap
siklus.
Adapun langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pemberian skor testsoal yang digunakan pada penelitian ini berupa
64
Dewi Sri Lestari, 2013
skor 10 apabila siswa dapat menjawab soal dengan benar sehingga skor
maksimum yang diperoleh siswa adalah 100.
b. Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah skor yang
diperoleh siswa untuk setiap jawaban.
c. Membuat grafik pola skor test berdasarkan rata-rata hitung.
Selain menggunakan metode kualitatif, penelitian ini juga menggunakan
pendekatan kuantitatif.Sugiyono (2012: 8) penelitian kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu,
pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
H. VALIDASI DATA
Untuk penelitian kualitatif, analisis data telah dilaksanakan sejak awal
penelitian dimulai dari pembentukan tindakan yang diuji kebenarannya
dengan memperoleh informasi melalui observasi dan wawancara (Haryadi,
2010: 69). Adapun analisis dan penafsiran data merupakan proses yang tidak
dapat dipisahkan dalam suatu penelitian. Oleh karena itu, data-data tersebut
dianalisis secara deskriptif supaya dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai tahapan pelaksanaan penelitian yakni penampilan guru dalam
pembelajaran IPS dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar.
Suharsaputra (2012: 181) penelitian kualitatif adalah penelitian menjadi
tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam
peristilahannya.Sedangkan menurut Sugiyono (2012: 9) penelitian kualitatif
adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah.
Data yang diperoleh umumnya data kualitatif, sehingga teknik analisis
data yang digunakan belum ada polanya yang jelas.Oleh sebab itu, sering
mengalami kesulitan dalam melakukan analisis.Analisis data dalam kualitatif,
dilaksanakan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai
pengumpulan data dalam periode tertentu.Pada saat wawancara, peneliti sudah
melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawncarai. Bila jawaban belum
memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi, sampai tahap
tertentu, diperoleh data yang dianggap benar.Dimulai dari siklus satu dan
seterusnya, ketika data yang diinginkan dianggap cukup dan mengalami
perubahan dan peningkatan hasil belajar siswa sesuai dengan yang diharapkan
oleh peneliti.Selain itu penelitian ini juga menggunakan penelitian kuantitatif,
pengumpulan data yang dilakukan pada objek tertentu baik berbentuk
populasi maupun sampel.Setelah data terkumpul, maka selanjutnya dianalisis
untuk menjawab rumusan masalah dan menguji yang diajukan dengan teknik
statistic tertentu.
Semua data yang masuk divalidasi dengan teknik seperti yang digunakan
dalam analisis kualitatif dalam Wiriaatmadja (2010: 168) yaitu:
a. Dengan melakukan member check, yakni memeriksa kembali
keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau
wawancara dari nara sumber, siapa pun juga seperti kepala sekolah. Guru,
teman sejawat, siswa, dan lain-lain. Apakah keterangan atau informasi itu
tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya,
66
Dewi Sri Lestari, 2013
dengan yang diinginkan data-data tersebut diperiksa kembali
kebenarannya.
b. Melakukan validasi dengan triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran
hipotesis, konstruk, atau analisis yang ditimbulkan sendiri dengan
membandingkan dengan hasil orang lain. Data-data tersebut dibandingkan
dengan hasil data yang telah diperoleh dan diteliti oleh orang lain.
c. Expert opinion adalah meminta nasihat kepada pakar. Expert opinion
yang dalam hal ini adalah pembimbing penelitian. Pembimbing akan
memeriksa semua tahapan kegiatan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti dan memberikan arahan terhadap masalah-masalah penelitian
yang peneliti lakukan. Perbaikan, modifikasi, atau penghalusan
berdasarkan arahan atau opini pembimbing akan memvalidasi data
penelitian yang dilakukan peneliti dan pada tahap selanjutnya analisis
yang dilakukan oleh peneliti, dan dengan demikian akan meningkatkan
BAB V
PENUTUP
Pada BAB ini akan membahas tentang kesimpulan yang diperoleh dari
hasil penelitian dan saran dari peneliti untuk dilanjutkan oleh peneliti lainnya.
A. KESIMPULAN
Setelah melakukan seluruh rangkaian tindakan penelitian yang
dimulai dari tindakan siklus I sampai dengan tindakan siklus IV di kelas
VII K SMP Negeri 12 Bandung. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai pemanfaatan lingkungan <