• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pembiayaan

Seperti yang dikutip oleh kasmir (2008:96) pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagiahan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.

Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendenifisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan, seperti Bank Syariah kepada nasabah. Dalam kondisi ini arti pembiayaan menjadi sempit dan pasif.

Seperti yang dikutip oleh Muhammad (2000:10) Pembiayaan berarti financingatau pembelanjaan yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dikerjakan oleh orang lain.

Sedangkan menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan Syariah menyatakan pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak

lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. a. Tujuan Pembiayaan

Tujuan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah untuk meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan ekonomi sesuai dengan nilai-nilai islam. Pembiayaan tersebut harus dapat dinikmati oleh sebanyak-banyaknya pengusaha yang bergerak dibidang industri,pertanian dan perdagangan untuk menunjang kesempatan kerja dan menunjang produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Menurut Kasmir (2008:100) tujuan pembiayaan adalah sebagai berikut: 1. Mencari Keuntungan

Segala kegiatan usaha tentunya mengharapkan suatu nilai tambahan atau menghasilkan laba yang diinginkan. Sedangkan dari pihak BPRS Sendiri memperoleh dalam bentuk bagi hasil.

2. Membantu Usaha Nasabah

Dari kegiatan yang dikucurkan lembaga keuangan diharapkan dapat meningkatkan usaha dan pendapat masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam hal ini pihak lembaga keuangan dapat menjadi sarana bagi para nasabah untuk mendapatkan modal yang diinginkan. 3. Membantu Pemerintah

Kegiatan kredit dapat berdampak berkembangnya pembangunan diberbagai sektor, terutama sektor usaha yang nyata. Hal ini dapat membantu masyarakat dalam hal penerimaan pajak, memperluas lapangan kerja,

meningkatkan jumlah barang dan jasa. Sehingga dengan ini pemerintah akan mendapatkan devisa yang semakin menguatkan suatu Negara itu sendiri.

b. Fungsi Pembiayaan

Keberadaan bank syariah yang menjalankan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah bukan hanya untuk mencari keuntungan dan meramaikan bisnis perbankan di indonesia, tetapi juga untuk menciptakan lingkungan bisnis yang aman, diantaranya:

1. Memberikan pembiayaan dengan prinsip syariah yang menerapkan sistem bagi hasil yang tidak memberatkandebitur.

2. Membantu kaum duafa yang tidak bersentuh oleh bank konvensional.

3. Karena tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh bank konvensional.

4. Membantu masyarakat ekonomi lemah yang selalu dipermainkan olehrentenir dengan membantu melalui pendanaan untuk usaha yang dilakukan.

c. Unsur-unsur Pembiayaan

Dalam pembiayaan mengandung berbagai maksud, atau dengan kata lain dalam pembiayaan terkandung unsur-unsur yang direkatkan menjadi satu. Menurut kasmir (2008:98) terdapat 5 unsur pembiayaan,antara lain:

1. Kepercayaan.

Kepercayaan merupakan suatu keyakinan bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar diterima kembali dimasa yang akan datang sesuai jangka waktu yang sudah diberikan. Kepercayaan yang diberikan oleh bank sebagai dasar utama yang dilandasi mengapa suatu pembiayaan berani

dikucurkan. Oleh karena itu sebelum pembiayaan dikucurkan harus dilakukan penyelidikan dan penelitian terlebih dahulu secara mendalam tentan kondisi nasabah, baik secara intern maupun esktern. Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi pemohon pembiayaan sekarang dan masa lalu, untuk menilai kesungguhan dan etika baik nasabah terhadap bank.

2. Kesepakatan.

Kesepakatan antara pemohon dengan pihak bank. Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian dimana masing-masing pihak mendatangani hak dan kewajiban masing-masing. Kesepakatan ini kemudian dituangkan dalam akad pembiayaan dan ditandatangani kedua belah pihak. 3. Jangka waktu.

Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini mencangkup masa pengembalian pembiayaan yang telah disepakati. Jangka waktu merupakan batas waktu pengembalian angsuran yang sudah disepakati kedua belah pihak. Untuk kondisi tertentu jangka waktu ini bisa diperpanjang sesuai dengan kebutuhan.

4. Resiko.

Akibat adanya tenggang waktu, maka pengembalian pembiayaan akan memungkinkan suatu resiko tidak tertagihnya atau macet pemberian suatu pembiayaan. Semakin panjang jangka waktu pembiayaan maka semakin besar resikonya, demikian pula sebaliknya.

Resiko ini menjadi tanggungan bank, baik resiko disengaja, maupun resiko yang tidak disengaja, misalnya karena bencana alam atau bangkrutnya

usaha nasabah tanpa ada unsur kesengajaan lainya, sehingga tidak mampu melunasi pembiayaan yang diperoleh.

5. Balas Jasa.

Dalam bank konvensional balas jasa dikenal dengan nama bunga. Disamping balas jasa dalam bentuk bunga bank juga membebankan kepada nasabah biaya administrasi yang juga merupakan keuntungan bank. Bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya dikenal dengan bagi hasil.

d. Prinsip Pembiayaan.

Dalam melakukan penelitian permohonan pembiayaan bank syariah bagian marketing harus memperhatikan beberapa prinsip utama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon nasabah. Di dunia perbankan syariah prinsip penilaian dikenal dengan 5 C + 1 S dan 7 P.

Menurut kasmir (2008:108) 5 C + 1 S adalah sebagai berikut: 1) Character(sifat atau watak)

Yaitu keyakinan bahwa, sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan pembiayaan benar-benar dapat dipercaya, hal ini tercermin dari latar belakang si nasabah baik bersifat latar belakang pekerjaanmaupun yang bersifat pribadi seperti: cara hidup atau gaya hidup yang dianutnya, keadaan keluarga, hobby dan sosial.

2) Capacity(kemampuan)

Yaitu penilaian secara subyektiftentang kemampuan penerimaan pembiayaan untuk melakukan pembayaran. Kemampuan diukur dengan catatan

prestasi penerimaan pembiayaan dimasa lalu yang didukung dengan pengamatan di lapangan atas saran usahanya seperti toko, karyawan, alat-alat, pabrik serta metode kegiatan.

3) Capital(modal)

Yaituuntuk melihat penggunaan modal apakah efektif, dilihat laporan keuangan dengan melakukan pengukuran seperti segi likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan ukuran lainya. Capital juga harus dilihat dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.

4) Collateral(jaminan)

Yaitu jaminan yang dimiliki calon penerima pembiayaan. Penilaian ini bertujuan untuk lebih menyakinkan bahwa jika suatu resiko kegagalan pembayaran tercapai terjadi, maka jaminan dapat dipakai sebagai pangganti dari kewajibanya.

5) Condition(kondisi)

Bank syariah harus melihat kondisi ekonomi sekarang dan dimasa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta sektor usaha yang ia jalankan. hal tersebut karena kondisi ekternal berperan besar dalam proses berjalanya usaha calon penerima pembiayaan.

6) Syariah

Penilaian ini dilakukan untuk menegaskan bahwa usaha yang dibiayai benar-benar usaha yang tidak melanggar syariah sesuai dengan fatwa DSN “Pengelola tidak boleh melayani hukum syariah islam dalam tindakanya yang

berhubungan dengan mudharabah”. Sedangkan menurut ( kasmir,2008:110 ) Penilaian kredit dengan metode analisis 7 P adalah sebagai berikut:

a. Personality(kepribadian)

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadian dan tingkah lakunya sehari-hari atau masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. b. Party(mengklasifikasi)

Mengklasifikasikan nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal loyalitas serta karakternya, sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank.

c. Purpose(tujuan)

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengembalian kredit dapat bermacam-macam apakah untuk tujuan konsumtif, produktif, atau tujuan perdagangan.

d. Prospect(menilai)

Yaitu untuk menilai nasabah di masa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain, mempunyaiprospectatau sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayai tanpa mempunyaiprospect,bukan hanya bank yang rugi tetapi jaga nasabah.

e. Payment(pembayaran)

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang diambil atau sumber dari mana saja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik.

f. Profitability(keuntungan)

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitabilitydiukur dari periode ke periode apakah tetap sama atau meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang diperolehnya dari bank. g. Protection(perlindungan)

Yaitu bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank namun melalui suatu perlindungan. Perlindungandapat berupa jaminan barang, orang atau jaminan asuransi.

e. Klasifikasi Kolektabilitas Pembiayaan

Dalam pembiayaan diperlukan pengelompokan atau klasifikasi tentang ukuran atau kualitas ketepatan waktu atau jumlah pengembalian pembiayaan. Berdasarkan Pasal 10 Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum. Kualitas pembiayaan menurut ketentuan kredit adalah sebagai berikut:

1) Lancar, Kredit yang digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Pembayaran tepat waktu, perkembangan rekening Bank dan tidak ada tunggakan serta sesuai dengan persyaratan kredit,

b. Hubungan debitur dengan Bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan akurat,

c. Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat.

2) Dalam Perhatian Khusus (DPK), Kredit yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus (DPK) apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga sampai 90 hari. b. Jarang mengalami cerukanoverdraft.

c. Hubungan debitur dengan Bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih akurat.

d. Dukumentasi kredit lengkap dan pengikat agunan kuat. e. Pelanggaran perjanjian kredit tidak prinsipil.

3) Kurang lancar, Kredit yang digolongkan kurang lancar apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari.

b. Terdapat cerukan atau overdraft yang berulang kali khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas.

c. Hubungan debitur dengan Bank memburuk dan informasi keuangan debitur tidak dapat dipercaya, dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan yang lemah.

d. Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit.

e. Perpenjangan kredit untuk menghubungkan kesulitan keuangan.

4) Diragukan, Kredit yang digolongkan diragukan apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari sampai 270 hari.

b. Terjadi cerukan atau overdraft yang bersifat permanen khususnya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas.

c. Hubungan debitur dengan Bank semakin memburuk dan informasi keuangan debitur tidak tersedia atau tidak dapat dipercaya.

d. Dokumentasi kredit tidak lengkap dan pengikatan agunan yang lemah. e. Pelanggaran yang prinsipal terhadap persyaratan pokok dalam perjanjian

kredit.

5) Macet, Kredit yang digolongkan Macet apabila memenuhi criteria sebagai berikut:

a. Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari.

Dokumen terkait