• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1 Teori tentang Pemeriksaan Intern

2.1.1 Pengertian Pemeriksaan Intern

Ibrahim (2004) menyatakan bahwa pemeriksaan Intern adalah suatu aktivitas penilaian secara bebas dan tidak memihak dalam suatu organisasi untuk menilai akuntansi, keuangan dan kegiatan operasional lainnya sebagai dasar untuk memberikan rekomendasi yang konstruktif kepada pimpinan perusahaan dalam melaksanakan pengendalian.

Standar untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan oleh pemerintah melalui Bank Indonesia. Kepada bank diseluruh Indonesia harus membuat laporan baik bersifat rutin ataupun berkala mengenai seluruh aktivitasnya dalam suatu periode tertentu.

Tunggal (1994) menyatakan bahwa ruang lingkup pemeriksaan intern meliputi pemeriksaan dan penilaian kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian intern perusahaan dan pekerjaan manajemen dalam mengemban tanggung jawab yang dibebankan. Apabila pemeriksa intern diminta untuk menginterprestasikan atau memilih standar operasional, maka harus ada persetujuan dari bagian yang diperiksa mengenai standar yang diperlukan untuk mengukur prestasi operasional.

Muljono (1999) menyatakan bahwa untuk mendukung hasil audit atau pemeriksaan, maka auditor harus mendokumentasikan dan mengadministrasikan

bukti-bukti dokumen sah terhadap perencanaan, persiapan, pelaksanaan, analisis, evaluasi dan pelaporan hasil pemeriksaan produk yang didokumentasikan dan diadministrasikan adalah semua berkas-berkas kerja pemeriksaan termasuk surat menyurat dan laporan hasil pemeriksaan. Agar dapat melaksanakan kegiatan perkreditan dengan baik maka bank wajib memiliki dokumentasi kredit yang baik, mengingat dokumentasi kredit merupakan salah satu aspek penting yang dapat menjamin pengembalian kredit. Di samping itu bank juga wajib melaksanakan administrasi perkreditan yang baik mengingat administrasi kredit sangat diperlukan dalam rangka penilaian perkembangan dan kualitas kredit, pengawasan kredit, perlindungan kepentingan bank, bahkan memastikan untuk penyusunan kebijaksanaan perkreditan bank dan laporan kepada Bank Indonesia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan internal mencakup pemeriksaan dan penilaian terhadap seluruh aktivitas yang ada dalam perusahaan. Jadi, meliputi pemeriksaan keuangan, pemeriksaan manajemen, pemeriksaan operasional maupun pemeriksaan atas sistem pengendalian intern. Dari beberapa pemeriksaan ini penulis akan menguraikan berdasarkan dari objek yang diperiksa. 1. Pemeriksaan Keuangan menelaah dari suatu laporan keuangan tersebut menyajikan

posisi keuangan dan operasional secara tepat. Pemeriksaan ini menitikberatkan pada bukti pendukung yang terdiri dari catatan-catatan atau bukti pembukuan. 2. Pemeriksaan manajemen lebih menekankan pada kualitas, kemampuan ataupun

dapat diukur dengan berhasil tidaknya manajer tersebut dalam mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Pemeriksaan operasional memeriksa apakah sistem tersubut berjalan dengan efektif dan efisien serta menilai apakah pengelolaan tersebut telah berjalan dengan baik, dengan kata lain menilai kegiatan yang dilatar belakangi oleh bukti-bukti yang ada. 4. Pemeriksaan atas sistem pengendalian intern ini menelaah dan mengevaluasi pengendalian intern yang ada. Khusus untuk pemeriksaan sistem dalam rangka pelaksanaan internal control secara keseluruhan. Misalnya pemeriksaan terhadap setoran tunai, apakah ada kelemahan dalam mutasi transaksi tersebut, mencari cara agar bisa ditanggulangi serta mencari alternatif usaha lain untuk meningkatkan kinerja dari semua transaksi yang ada.

Institute of Internal Auditors dalam Boynton and Kell (1996) telah

menetapkan lima standar praktik pemeriksaan yang mengikat anggota-anggotanya yang meliputi masalah independensi, keahlian profesional, lingkup kerja pemeriksaan, pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan, dan pengelolaan bagian pemeriksaan intern. Norma Pemeriksaan intern tersebut merupakan indikator yang menentukan kualitas jasa auditor internal dalam melaksanakan praktik pemeriksaan. Kalau dikaitkan dengan tugas auditor internal yang melakukan penilaian atas efektivitas pengendalian intern perusahaan, semakin lengkap indikator tersebut dipatuhi oleh auditor internal, semakin berkualitaslah hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal dan semakin meningkatlah pengendalian intern yang berlaku dalam perusahaan.

Pengertian Standar Operasional Prosedur

Menurut Rachman (2010) pengertian Standar Opersional Prosedur dapat

diartikan sebagai berikut:

1. Suatu standar/pedoman tertulis yang dipergunakan untuk mendorong dan menggerakkan suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi.

2. Standar Operasional Prosedur merupakan tatacara atau tahapan yang dibakukan dan yang harus dilalui untuk menyelesaikan suatu proses kerja tertentu.

Tujuan Standar Operasional Prosedur

1. Agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.

2. Agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi. 3. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari petugas/pegawai

terkait.

4. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya.

5. Untuk menghindari kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi.

Fungsi

1. Memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja. 2. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.

3. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak. 4. Mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-sama disiplin dalam bekerja.

Kapan Standar Operasional Prosedur Diperlukan

1. Standar Operasional Prosedur harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan dilakukan.

2. Standar Operasional Prosedur digunakan untuk menilai apakah pekerjaan tersebut sudah dilakukan dengan baik atau tidak.

3. Uji Standar Operasional Prosedur sebelum dijalankan, lakukan revisi jika ada perubahan langkah kerja yang dapat mempengaruhi lingkungan kerja.

Keuntungan Adanya Standar Operasional Prosedur

1. Standar Operasional Prosedur yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat komunikasi dan pengawasan dan menjadikan pekerjaan diselesaikan secara konsisten.

2. Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan tahu apa yang harus dicapai dalam setiap pekerjaan.

3. Standar Operasional Prosedur juga bisa dipergunakan sebagai salah satu alat

trainning dan bisa digunakan untuk mengukur kinerja pegawai.

Dalam menjalankan operasional perusahaan, peran pegawai memiliki kedudukan dan fungsi yang sangat signifikan. Oleh karena itu diperlukan standar- standar operasi prosedur sebagai acuan kerja secara sungguh-sungguh untuk menjadi sumber daya manusia yang profesional, handal sehingga dapat mewujudkan visi dan misi perusahaan.

Dokumen terkait