• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

1. Pengertian Pendidikan

Pada dasarnya pendidikan memang tidak bisa terpisahkan dari semua aspek kehidupan. Bagaimanapun sederhana komunitas manusia memerlukan pendidikan. Maka dalam pengertian umum, kehidupan dan komunitas tersebut akan ditentukan oleh aktivitas pendidikan di dalamnya. Sebab pendidikan secara alami sudah meupakan kebutuhan manusia.1

Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan bersal dari kata “didik” dengan memberikan awalan “pe” dan akhiran

“an”, mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya).

Kata pendidikan berasal dari bahasa yunani yaitu paedagogos yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Dalam paedagogos adanya pelayanan atau seorang bujang pada zaman yunani kuno yang pekerjaannya mengantarkan dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah. Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Perkataan yang mulanya rendah (pelayan) sekarang dipakai menjadi

1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Penerbit Kalam Mulia,2015 ), h. 28

mulia. Peadagog (pendidik atau ahli didik) ialah seseorang yang tugasnya membimbing anak. Sedangkan pekerjaan membimbing disebut paedagogis.2

Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba yang dikutip oleh Ramayulis dalam buku Ilmu Pendidikan Islam, menjelaskan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian utama.

Marimba menekankan pengertian pendidikan pada pengembangan jasmani dan ruhani menuju kesempurnaan, sehingga terbina kepribadian utama, suatu kepribadian yang seluruh aspeknya sempurna dan seimbang. Untuk mewujudkan kesempurnaan tersebut dibutuhkan bimbingan yang serius, sistematis dari pendidik.3

Demikian dari beberapa pendapat para ahli di atas, pendidikan dapat dikatakan sebagai sarana yang memfasilitasi manusia untuk mengembangkan jasmani dan ruhaninya.

Melalui kepribadian, totalitas diri seseorang dalam berfikir, berkomunikasi, bertingkah laku, bertindak. Membiasakan karakter baik, mengasah cara pikir dan menemukan tujuan hidup sesuai dengan norma atau sistem yang berlaku.

2Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h.30

3Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h.31

21

2. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang secara khas memiliki ciri Islami, berbeda dengan konsep pendidikan lainnya yang kajiannya lebih memfokuskan pada pemberdayaan umat berdasarkan Al-Qur’an dan hadis. Artinya, kajian pendidikan Islam bukan sekedar menyangkut aspek normatif ajaran Islam saja, tetapi juga terapannya dalam ragam materi, institusi, budaya, nilai dan dampaknya terhadap pemberdayaan umat. Oleh karena itu, pemahaman tentang materi, isntitusi, kultur, dan sistem pendidikan merupakan kesatuan yang holistic, bukan parsial, dalam mengembangkan sumber daya manusia yang beriman, berIslam, dan berihsan4.

Pendidikan dalam Islam dikenal dengan beberapa istilah, yaitu at-tarbiyah, at-ta’lim, dan at-ta’dib. Setiap istilah tersebut memiliki makna tersendiri yang berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan teks dan konteks.

At-tarbiyah diturunkan dari akar kata ar-rabb yang oleh sebagian ahli diartikan sebagai tuan, pemilik, memperbaiki, merawat dan memperindah. Menurut Atihay al-Abrasy tarbiyah merupakan upaya persiapan individu untuk kehidupan

4SriMinarti, Ilmu Pendidikan Islam Fakta Teoritis-Filosofis-Aplikatif-Normatif, (Jakarta : AMZAH, 2013) h. 26

yang benar, sempurna, kebahagian hidup, cinta tanah air, kekuatan raga, kesemurnaan etika, sistematik dalam berfikir, tajam, berperasaan, giat dalam berkreasi, toleransi terhadap yang lain. Berkompetensi dalam mengungkapkan bahasa tulis, dan bahasa lisan, dan terampil berkreativitas.

Sedangkan ta’lim merupakan bagian kecil dari tarbiyah al-aqliyah yang bertujuan memperoleh pengetahuan dan keahlian berfikir yang sifatnya mengacu pada domain kognitif.

Sebaliknya at-tarbiyah tidak hanya mengacu pada domain kognitif, tetapi juga domain efektif dan psikomotorik. Menurut Abd. Al-Rahman ta’lim hanya sekedar memberi tahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan kepribadian, karena sedikit sekali kemungkinan ke arah pembentukan kepribadian yang disebabkan pengertian pengetahuan.5

Selanjutnya kata ta’lim juga terdapat dalam Al-Qur’an yakni,

































“Dan dia mengajarkan (‘aliama) kepada Adam nama-nama (benda-benda seluruhnya), kemudian

5Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h 34

23

mengemukannya kepada para malaikat lalu berfirman:

“Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar”. (QS: Al-Baqarah [2]:31)

Ta’dib memiliki arti sendiri yakni pengenalan dan pengakuan secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa untuk membimbing manusia kearah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya.6

Menurut pakar pendidikan Islam kontemporer, Said Ismail Aly pendidikan Islam diartikan sebagai suatu sistem yang lengkap dengan sistematika yang epismetik yang terdiri dari teori, praktik, metode, nilai dan pengorganisasian yang saling berhubungan melalui kerja sama yang harmonis dalam konsepsi tentang Allah dengan cara menumbuh kembangkan manusia dengan sifatnya sebagai makhluk individu dan sosial dari berbagai sisi yang beraneka ragam sesuai dengan tujuan universal syariat guna kebaikan manusia di dunia dan akhirat.7

6Mahfud Rois, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011)h.144

7Minarti Sri, Ilmu Pendidikan Islam Fakta Teoritis-Filosofis-Aplikatif-Normatif, h. 28

Menurut rumusan Konferensi Pendidikan Islam sedunia ke-2, pada tahun 1980 di Islamabad. Pendidikan harus ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan personalitas manusia secara menyeluruh, dengan cara melatih jiwa, akal, perasaan dan fisik manusia. Dengan demikian pendidikan dapat diarahkan untuk mengembangkan manusia pada seluruh aspeknya: spiritual, intelektual, imajinasi, fisik keilmuan dan bahasa, baik secara individu maupun kelompok serta mendorong aspek tersebut untuk mencapai kebaikan kebaikan dan kesempurnaan. Dengan tujuan akhir pendidikan diarahkan untuk pengabdian manusia kepada Allah.8

Sejalan dengan pendapat Said Nursi yang berpandangan bahwa agama mewakili hati dan nurani, sedangkan ilmu pengetahuan mewakili akal budi. Keduanya penting demi tercapainya kemajuan sejati. Menurut Said Nursi ilmu-ilmu keagamaan adalah cahaya nurani dan ilmu-ilmu modern (arti harfiahnya “ilmu-ilmu peradaban”) adalah cahaya akal budi, kebenaran menjadi terlihat jelas dengan menggabungkan keduanya. Usaha dari para siswa akan membuat kedua sayap ini terbang. Ketika keduanya terpisah, akan muncul fanatisme

8 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h 37

25

kepada salah satu, dan tipu muslihat serta kesangsian pada yang lain.9

Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam merupakan sistem yang menyuluruh guna meningkatkan spiritual, intelektual, keseimbangan emosional dan pengembangan semua kemampuan yang ada di dalam diri peserta didik. Dengan tujuan menjadikan peserta didik yang faham akan ilmu-ilmu perdaban dan mampu mengaplikasikannya sejalan dengan syariat Islam.

3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Islam

Pada dasarnya setiap manusia di dalam kehidupan memiliki tujuan. Sebagai arah atau titik akhir dalam kehidupannya. Dari rangkaian proses atau sistem kehidupan yang dijalani oleh manusia tersebut.

Istilah tujuan atau sasaran atau maksud, dalam bahasa Arab dinyatakan sebagai ghayat, ahdaf, atau maqasid. Sedangkan dalam bahasa Inggris, istilah tujuan dinyatakan dengan goal atau purpose atau objective atau aim. Secara umum istilah-istilah itu mengandung pengertian yang sama, yaitu arah suatu perbuatan atau yang hendak dicapai melalui upaya atau aktivitas.

9Sukran Vahide, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi, h. 53

Tujuan menurut Dzakiyah Darajat adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai.

Sedangkan menurut H.M Arifin tujuan itu bisa jadi menunjukan futuritas (masa depan) yang terletak suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui proses tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha atau proses tertentu.10

Berbicara tentang tujuan pendidikan Islam, erat kaitannya dengan tujuan hidup manusia. Hal itu disebabkan pendidikan merupakan alat yang digunakan manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya, baik sebagai individu maupun masyarakat. Oleh karena itu, harus diarahkan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang sedang dihadapi. Seperti yang diungkap oleh Muhammad Athiyah Al-Abrasyi bahwa tujuan utama dari pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup mengahasilkan orang-orang bermoral, berjiwa bersih, pantang menyerah, bercita-cita tinggi, dan berakhlak mulia. 11

Pada dasarnya pendidikan Islam fokus pada pembentukan diri manusia sebagai hamba. Sejalan dengan tujuan Islam yang secara garis besar adalah untuk membina

10Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 210

11Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam Fakta Teoritis-Filosofis-Aplikatif-Normatif, h. 103

27

manusia agar menjadi hamba Allah yang shaleh dalam setiap aspek kehidupan. Hal ini dijelaskan dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56.















“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS:

Adz-Dzariyat [51]:56)

Tujuan pendidikan dalam konsep Islam harus mengarah pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya yaitu tujuan dan tugas hidup manusia, memperlihatkan sifat-sifat dasar manusia, tuntutan masyrakat, dan dimensi-dimensi Islam.12

Perlu diketahui juga bahwa pendidikan Islam berorientasi kepada dua kehidupan yakni duniawi dan ukhrawi, sedangkan pendidikan non-Islam, orientasinya duniawi semata. Islam sebagai agama yang bertujuan membimbing manusia kepada kebahagian hidup duni dan akhirat sebagaimana firman-Nya.

12 Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, h. 144























































“Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan Allah kepadamu kebahagian negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagian dan kenikmatan dunia.

(QS. Al- Qashas [28]:77)

Salah satu formulasi dari realisasi diri sebagai tujuan pendidikan yang bersifat umum ialah rumusan yang disarankan oleh Konferensi Internasional Pertama tentang Pendidikan Islam di Mekkah 8 April 1977 yang menyatakan bahwa pendidikan harus diarahkan untuk mencapai pertumbuhan dan keseimbangan kepribadian manusia menyeluruh, melalui latihan jiwa, intelek, jiwa rasional, perasaan, dan penghayatan lahir. Karena itu pendidikan harus menyiapkan pertumbuhan manusia dalam segi: spiritual, intelektual, imajinatif, jasmani, linguistik, baik individu maupun kolektif, dan semua itu didasari oleh motivasi mencapai kebaikan dan prefeksi.

Sedangkan tujuan akhir pendidikan muslim itu terletak pada (aktivitas) merealisasikan pengabdian kemanusiaan seluruhnya.

29

Ulama lain juga memiliki pendapat lain terkait tujuan pendidikan Islam, seperti Al-Buthi yang memiliki tujuh tujuan dalam pendidikan Islam :

a. Mencapai keridhaan Allah, menjauhi murka dan siksaan-Nya dan melaksanakan pengabdian yang tulus ikhlas kepada-Nya. Tujuan ini dianggap induk dan segala tujuan-tujuan pendidikan Islam.

b. Mengangkat taraf akhlak dalam masyarakat berdasarkan agama yang diturunkan untuk membimbing masyarakat ke arah yang diridhai-Nya.

c. Memupuk rasa cinta tanah air pada diri manusia berdasarkan pada agama yang diturunkan untuk membimbing masyrakat ke arah yang diridhai-Nya.

d. Memupuk rasa cinta tanah air pada diri manusia berdasarkan pada agama dan ajaran-ajaran yang dibawanya, begitu juga mengajar manusia kepada nilai-nilai dan aklak manusia.

e. Mewujudkan ketentraman di dalam jiwa dan akidah yang dalam penyerahan dan kepatuhan ikhlas kepada Allah.

f. Memelihara bahasa dan kesusastraan Arab sebagai bahasa Al-Qur’an dan sebagai wadah kebudayaan Islam yang paling menonjol, menyebarkan kesadaran Islam yang sebenarnya dan menunjukan hakikat agama atas kebersihan dan kecemerlangan.

g. Meneguhkan perpaduan tanah air dan menyatukan barisan melalui usaha menghilangkan perselisihan, bergabung dan kerjasama dalam rangka prinsip-prisip dan kepercayaan Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah.13

13Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 216

Abuddin Nata berpendapat, bahwa tujuan pendidikan Islam merupakan suatu kegiatan yang terencana, pendidikan Islam memiliki kejelasan tujuan yang ingin dicapai.

Menurutnya, perumusan penetapan tujuan pendidikan Islam harus memenuhi kriteria berikut:

a. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifahTuhan di muka bumi dengan melaksanakan tugas-tugas memakmurkan dan mengolah bumi sesuai kehendak Tuhan.

b. Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahan di muka bumi dilakukan dalam rangka pengabdian/beribadah kepada Allah Swt.

c. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia sehingga tidak menyalahgunakan fungsi kekahlifahannya.

d. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmani guna pemilikan pengetahuan, akhlak dan keterampilan yang dapat digunakan mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya.

e. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.14

Kenyataan menunjukan bahwa baik tujuan tertinggi/terakhir maupun tujuan umum, dalam praktek pendidikan boleh dikatakan tidak pernah tercapai sepenuhnya.

14Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011) h. 24-25

31

Dengan perkataan lain, untuk mencapai tujuan tertinggi/terakhir itu diperlukan upaya yang tidak pernah berakhir. Sedangkan tujuan umum realisasi diri adalah becoming, selama hayat proses pencapaiannya tetap berlangsung secara berkelanjutan.

Dalam Islam dikenal juga dengan konsep pendidikan sepanjang hayat, sesuai dengan hadist Nabi: Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat. Dengan demikian bukan apologi bila dikatakan bahwa konsep tersebut mendahului konsep yang dipopulerkan UNESCO dengan sebutan long life education (Pendidikan Sepanjang Hayat).15

Said Nursi juga menjelaskan, bahwa tujuan tertinggi dan hasil termulia dari makhluk itu adalah keimanan kepada Allah Swt. Said nursi menyatakan bahwa “Hati nurani diterangi oleh ilmu agama, sedangkan kecendekiaan diterangi oleh ilmu-ilmu peradaban”. Karena derajat manusian yang paling mulia adalah pengetahuan tentang Allah Swt.16

Sedangkan fungsi pendidikan sendiri ialah membantu secara dasar perkembangan jasmani atau rohani peserta didik (arti sempit). Sedangkan dalam arti luas fungsi pendidikan adalah sebagai alat :

15Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 217

16Sukran Vahide, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi, h. 47

a. Pengembangan pribadi b. Pengembangan warga negara c. Pengembangan kebudayaan d. Pengembangan bangsa17

Dalam pendapat lain fungsi pendidikan ialah sebagai alat yang memiliki peran ganda, peran pertama sebagai instrument penyiapan generasi bangsa yang berkualitas, kedua berperan sebagai instrument transfer nilai. Fungsi pertama menyiratkan bahwa pendidikan memiliki peran artikulasi dalam membekali seseorang atau sekelompok orang dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan, yang berfungsi sebagai alat untuk menjalani hidup yang penuh dinamika dan perubahan.

Fungsi kedua menyiratkan instrument tranformasi nili-nilai luhur dari generasi satu ke genarasi selanjutnya. Kedua fungsi ini menandai bahwa pendidikan mengandung makna pengembangan etika, moral, dan nlai-nilai spiritual kepada masyarakat agar tumbuh menjadi pribadi yang utuh.18

Dengan pengertian fungsi pendidikan di atas dapat diartikan sebagai fasilitator atau penyedia semua aspek pendukung dalam menjadikan peserta didik yang berkompeten dan berkualitas di berbagai bidang, bermanfaat dalam semua

17 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013) h. 11

18 Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, h.147

33

dimensi kehidupan. Sedangkan tujuan pendidikan Islam ialah menjadi peserta didik menjadi insan yang berakhlak sesuai tuntunan Islam.

4. Metode Pendidikan Islam

Dalam bahasa Arab, kata metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah yang diambil oleh seorang pendidik guna membantu peserta didik merealisasikan tujuan tertentu. Sedangkan kata metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui sedangkan hodos berarti jalan atau cara.19

Hasan Lamggulung mendifinisikan metode sebagai suatu cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan. Abd. Al-Rahman Ghunaimah juga berpendapat metode ialah cara-cara praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode adalah seperangkat cara, dan jalan yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat

19Novan Ardy Wiyani, Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media, 2012), h. 185

mencapai tujuan pembelajaran atau mengusai kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabi pembelajaran.20

Dalam konteks ini, Al-Qur’an sebagai acuan dasar dan sumber hukum Islam yang primer menegaskan perlunya manusia mencari jalan (metode) untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Seperti dalam firman Allah Swt dalam surat Al-Maidah ayat 35:21





























“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah Swt dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”. (QS: Al-Maidah [5]:

35)

Metode menunjukkan kepada jalan yang bersifat non fisik. Yakni jalan dalam bentuk ide-ide yang mengacu kepada cara yang mengantarkan seseorang untuk sampai pada tujuan yang telah ditentukan. Namun secara terminology atau istilah

20Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 271

21Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 124

35

kata metode membawa pengertian yang bermacam-macam sesuai dengan konteksnya. Dalam pendidikan agama banyak segi yang harus dipelajari bukan hanya tentang shalat, tetapi guru harus dapat menyesuaikan materi pendidikan agama dengan metode yang akan digunakan.

Untuk ranah kognitif yang menekankan kepada pengetahuan misalnya mempelajari fakta sejarah dapat menggunakan metode ceramah, ada ranah afektif seperti akhlak dan ranah psikomotorik yang menekankan kepada keterampilan seperti praktek wudhu dan shalat. Metode pendidikan Islam merupakan syarat untuk efisiensinya aktivitas pendidikan, karena tujuan pendidikan Islam akan tercapai secara tepat manakala ditempuh menuju cita-cita tersebut benar-benar tepat. Sebab ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang berakibat membuang waktunya dan tenaga secara percuma.22

Dengan demikian, pendidikan adalah salah satu jalan untuk mengenal Allah Swt. Dan memerlukan penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran. Dalam ragam metode yang sangat bayak dan terus berkembang sesuai kebutuhan

22Fadhilah Suralaga, Psikologi Pendidikan Islam Dalam Persepektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.88

zaman. Penggunaan satu metode saja tidak berarti tepat dan cukup untuk semua aktivitas pendidikan. Satu metode memiliki kelemahan dan kelebihan sendiri-sendiri. Kreatifitas dalam mengembangkan metode tersebut yang menjadi sangat penting dalam aktifitas pendidikan. Karenanya disarankan agar setiap pendidik mampu meningkat kreatifitas dalam mengunakan metode.

5. Kurikulum Pendidikan Islam

Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Ada juga yang mengatakan dalam bahasa perancis, yaitu courier yang berarti berlari.

Istilah ini pada mulanya digunakan di dunia olahraga.

Sementara itu, dalam dunia pendidikan istilah tersebut merupakan bagian lingkaran pengajaran di mana guru dan murid terlibat di dalamnya. Dengan demikian kurikulum diartikan jarak yang harus ditempuh oleh para pelari. Akan tetapi konteks pendidikan, kurikulum diartikan sebagai kumpulan subjek yang diajarkan di sekolah atau arah suatu proses belajar.

Ada pula yang mengartikan sebagai perangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran dalam

37

kegiatan belajar mengajar. Pada perkembangan selanjutnya kurikulum menjadi istilah yang digunakan untuk menunjukan satuan mata pelajaran yang harus ditempuh guna mencapai gelar atau memperoleh ijasah.23

Dalam bahasa Arab, kurikulum dikenal dengan sebutan manhaj, yang berarti “jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupannya”. Ketika dikaitkan dengan dunia pendidikan, maka manhaj dimaknai sebagai jalan terang yang dilalui pendidik dengan orang-orang yang dididik/dilatih untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka.24

Ilmu pengetahuan merupakan unsur utama dalam kurikulum. Dalam hal ini, H.M Arifin juga berpendapat bahwa unsur-unsur pengetahuan dan keterampilan yang harus dimasukkan di dalam content (isi) kurikulum yang didasarkan atas tabiat manusia sebagai makhluk berfikir, merasa dan menghendaki (unsur kemampuan kognitif, afektif, dan konotatif), diwujudkan dalam bentuk-bentuk: ilmu pengetahuan akademis, seni budaya, keterampilan bekerja (partical arts). Melalui ilmu pengetahuan itulah peserta didik

23Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam Fakta Teoritis-Filosofis-Aplikatif-Normatif, h. 129

24M. Taufik, Kreatifitas Jalan Baru Dunia Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2012), h. 136

dapat mengtahui sesuatu dan dengan seni budaya itulah mereka dididik untuk berbuat sesuatu bagi dirinya sendri, masyarakat umum dan lingkungan hidupnya.25

Kurikulum dalam pandangan Islam dikembangkan ke arah tauhid atau Iman kepada Allah Swt. Mengenai hal ini, Hamid Hasan Bilgrami dan Syed ‘Ali Asyraf menerangkan bahwa inti dari sarana pengembangan kurikulum dilihat dari sudut pandang Islam adalah kebenaran yang fundamental yang tidak dapat diubah, yaitu prinsip tauhid. Ciri-ciri kurikulum Islam itu sendiri, menurut Umar Muhammad al-Toumi yang dikutip oleh Abdul Rachman Assegaf adalah menonjolkan tujuan agama dan akhlak, meluaskan perhatian dan menyeluruhkan kurikulum, memiliki keseimbangan yang relative antara kandungan kurikulum dari ilmu-ilmu dan seni, pengalaman-pengalaman, dan kegiatan pengajaran. Ciri kurikulum di atas terkesan luas karena pendidikan Islam itu sendiri mencakup dimensi duniawi-ukhrawi, jasmani-rohani, dan materiil spiritual secara utuh dan integral.26

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya

25Muhammad Kosim, Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Khaldun, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), h.64

26Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidika Islam, h. 110

39

kearah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan keterampilan dan sikap mental. Ini berarti bahwa proses kependidikan Islam bukan suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan, tetapi mengacu pada konseptualisasi manusia paripurna. Disinilah pendidikan Islam memberikan pandangan filosfis tentang hakikat pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang dapat dijadikan pedoman dalam pembentukan manusia paripurna (insan kamil).

Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan berupa kegiatan, pengetahuan, dan pengalaman yang dengan sistematis diberikan kepada anak didik untuk mencapai tujuan.

Kurikulum juga merupakan kegiatan yang mencangkup berbagai rencana kegiatan peserta didik secara terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup berbagai kegiatan sampai tercapai tujuan yang diinginkan.27

27Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam Fakta Teoritis-Filosofis-Aplikatif-Normatif, h.132

B. Pendidikan Islam dalam Perspektif Pemikiran Islam 1. Pengertian Pemikiran Pendidikan Islam

Secara terminologis menurut Mohammad Labib al-Najihi, kajian pemikiran pendidikan Islam adalah merupakan aktivitas pikiran yang teratur menggunakan metode filsafat.

Pendekatan tersebut dipergunakan untuk mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan dalam sebuah sistem integral. Pendekatan ini akan menghasilkan pandangan yang menyeluruh tentang pendidikan Islam dan dapat dijadikan sebagai pedoman dan patokan dalam merencanakan operasionalisasi pendidikan Islam yang lebih creadible, sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

Pola pendidikan yang demikian akan memberikan suatu model dan corak kpribadian peserta didik yang sesuai dengan prinsip-prinsip dan nilai-nilai Islam, serta bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan social, budaya, ekonomi serta politik Islam.

Untuk memahami pengertian pemikiran pendidikan Islam secara utuh, maka diperlukan pengklasifikasian makna per kata, yaitu pemikiran dan pendidikan Islam. Secara etimologi, pemikiran (berasal dari kata dasar pikir). Bermakna proses, cara atau perbuatan pemikir; yaitu menggunakan akal budi untuk memutuskan suatu persoalan dengan mempertimbangkan

Dokumen terkait