• Tidak ada hasil yang ditemukan

Urgensi Pendidikan Islam Dalam Persepektif Badiuzzaman Said Nursi (Analisis Kitab Risalah Nur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Urgensi Pendidikan Islam Dalam Persepektif Badiuzzaman Said Nursi (Analisis Kitab Risalah Nur)"

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

URGENSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PERSPEKTIF BADIUZZAMAN SAID NURSI

( ANALISIS KITAB RISALAH NUR

)

Skripsi Ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd)

Oleh:

Umi Wijaya NIM. 12311142

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT ILMU AL-QUR’AN JAKARTA 1438 H / 2016 M

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

iv

Aku berharap setiap hembusan nafas yang Allah titipkan

Menjadi dzikir untuk keberkahan hidupku Hidup orang-orang sekitarku

Hidup setelah kematianku

Umi Wijaya Lau

(7)

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Urgensi Pendidikan Islam Menurut Persepektif Baiduzzaman Said Nursi (Analisis Kitab Risalah Nur)”.

Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada junjungan Nabi besar kita, Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, semoga kita bisa mandapatkan syafaat terbaiknya hingga akhir nanti .

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh sekali dari kata sempurna, untuk itu Penulis mohon saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan di masa yang akan datang. Selanjutnya, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Huzaemah T. Yanggo, MA. Rektor Insititut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah berjasa dalam kemajuan perguruan ini.

2. Dr. Hj. Umi Khusnul Khotimah, M.Ag Dekan Fakultas Tarbiyah, yang telah memberikan motivasi, dukungan serta dedikasinya atas kemajuan Fakultas Tarbiyah,

(8)

vi terbaik bagi umat Islam.

3. Bapak Dr. H. Akhmad Sodiq, MA, sebagai dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, pikiran dan ilmunya untuk memberikan bimbingan, pengarahan, petunjuknya kepada penulis dan senantiasa tulus membantu dan membimbing penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Institut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta yang telah mendidik, membimbing penulis serta mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan yang bermanfaat.

5. Staf Fakultas Tarbiyah Ibu Wasmini dan Ibu Yuyun Siti Zainab S.Pd.I terima kasih atas waktu dan motivasinya hingga saat ini.

6. Ucapan terima kasih kepada seluruh Instruktur tahfizh dari semester 1 sampai 8 kepada ibu Hurun, ibu Halimah, ibu Azizah, ibu Fatimah Askan, dan kepada pengurus LTTQ IIQ Jakarta. Terima kasih atas waktu dan dukungan semangatnya.

7. Tesyekur Ederim Ablalar, Seluruh keluarga PUSKARIN ( Pusat Kajian Risalah Nur ), Nurhasanah Abla dan Jamal Abi sebagai Pembina Dershane Jakarta.

(9)

vii

Staff Penerbitan Risalah Nur Press dan seluruh anggota dalam struktur organisasi Yayasan Nur Semesta.

8. Almarhum Mamah ( Hafifah ) dan Alm Ayah (Romli Wijaya) tercinta, yang telah memberikan pondasi kehidupan dan do’a yang tulus, atas dasar inilah yang menjadikan saya tetap bisa bertahan dan semangat dalam menjalani kehidupan ini. Saya selalu berharap semoga ridho terbaik itu terus mendampingi saya sampai akhir. Dan juga saya berharap semoga Allah selalu memberikan ridho serta rahmantnya kepada almarhum mamah dan almarhum ayah di sisi tempat terbaik yang sudah Allah siapkan. Aamiin.

9. Best Brother Ciputra Wijaya, Gama Wijaya, Yoga Wijaya. Serta dua kakak perempuan hebat, Dewi Wijaya dan Yeni Wijaya. Terimakasih atas doa, didikan dan penjagaanya sampai sekarang. Terimakasih kepada Alamarhum H. Usman dan almarhum Hj. Usy ( sebagai orang tua angkat saya. Semoga rahmat Allah selalu bersamamu.

10. Terimakasih juga untuk semua perantara Allah yang tidak pernah mau disebut namanya. Atas sebagian rizkinya yang telah membantu biaya kuliah di IIQ Jakarta, keberkahan doanya, dan motivasi

(10)

viii

kebaikan tersebut dengan menambahnya terus menerus.

11. Ucapan terimkasih kepada seluruh sahabat hebat di angkatan 2012, khususnya untuk tabiyah terimakasih atas kebersamaan dan persaudarannya. Untuk keluarga BEM IIQ, Keluarga Lembaga Perss IIQ Jakarta, Keluarga Lab dan Perpustakaan Al-Hikmah Pesantren IIQ Jakarta, Keluarga Kahfi Motivator School angkatan 15, Perjuangan ini tidak berarti sama sekali tanpa doa kalian.

12. Terimakasih untuk doa adik-adik Studi Dakwah Man12 Jakarta, Rumah Tahfidz Man 12. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan melalaui doa-doa terbaik untuk kak Wery Astuti dan Kak Husnia.

13. Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan terima kasih atas semuanya.

(11)

ix

Dengan doa yang tulus, semoga segala kebaikan dan semangat yang tak ternilaikan ini, mendapatkan balasan dari Allah SWT, dengan balasan yang terbaik. Penyusun sangat berharap para pembaca berkenan memberikan saran dan kritik dalam rangka memperbaiki skripsi ini.

Ciputat, 10 Agustus 2016

Penulis

(12)

x DAFTAR ISI

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN PENULIS ... iii

MOTTO ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... x

PEDOMAN LITERASI ... xiii

ABSTRAK ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Kegunaan Penelitian... 10

G. Tinjauan Pustaka ... 11

H. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan ... 19

1. Pengertian Pendidikan ... 19

2. Pengertian Pendidikan Islam ... 21

(13)

xi

3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Islam . 25

4. Metodelogi Pendidikan Islam ... 33

5. Kurikulum Pendidikan Islam ... 36

B. Pendidikan Islam dalam Perspektif Pemikiran Islam ... 40

1. Pengertian Pemikiran Pendidikan Islam 40 2. Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam .. 43

3. Tujuan dan Kegunaan Mempelajari Pemikiran Pendidikan Islam ... 45

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 49

B. Metode Penelitian... 49

C. Teknik Pengumpulan Data ... 50

D. Teknik Pengolahan Data ... 52

E. Teknik Analisis Data ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 55

1. Biografi Badiuzzaman Said Nursi ... 55

a. Said Lama ... 55

b. Said Baru ... 73

c. Said Ketiga ... 82

(14)

xii

2. Latar Belakang Pendidikan Badiuzzaman

Said Nursi ... 84

a. Pendidikan Informal ... 84

b. Pendidikan Formal ... 86

3. Karya-Karya Badiuzaman Said Nursi .... 89

4. Latar Belakang Penulisan Kitab Risalah Nur... 97

B. Konsep Pemikiran dan Urgensi pendidikan Islam Badiuzzaman Said Nursi ... 102

1. Hakikat Keimanan ... 103

2. Al-Qur’an Sebagai Faktor Utama ... 104

3. Urgensi Pendidikan Islam ... 106

a. Pengabaian Agama Islam ... 108

b. Menjadikan Diri Sebagai Murid Al-Qur’an ... 110

c. Melestarikan Pendidikan Islam ... 113

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 115

B. Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 118

(15)

PEDOMAN TRANSLITERASI

Transliterasi adalah penyalinan dengan penggantian huruf dari abjad yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di IIQ, transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini:

1. Konsonan

ا : a ط : th

ب : b ظ : zh

ت : t ع : ‘

ث : ts غ : gh

ج : j ف : f

ح : h ق : q

خ : kh ك : k

د : d ل : l

ذ : dz م : m

ر : r ن : n

ز : z و : w

س : s ه : H

ش : sy ء : ‘

ص : sh ي : y

ض : dh

(16)

2. Vokal

Vokal tunggal vocal panjang vocal rangkap Fathah : a ا : a ْي….: ai Kasrah : i ي: I ْو….: au Dhammah : u و: u

3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif lam (لا) qamariyah Kata sandang yang diikutialif lam (لا) qamariyahditransliterasikansesuaidenganbunyinya.

Contoh:

ةﺮﻘﺒﻟا : Al-Baqarah

b. Kata sandang yang diikuti alif lam (لا) syamsiah Kata sandang yang diikuti alif lam (لا) syamsiah ditransliterasikan sesuai dengan aturan-aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan sesuai dengan bunyinya.

Contoh:

ﻞﺟﺮﻟا : ar-rajul ةﺪﯿﺴﻟا : as-Sayyidah c. Syaddah(Tasydid)

(17)

Syaddah (Tasydid) dalam system aksara Arab digunakan lambang ( ّ◌) sedangkan alih aksara ini di lambangan dengan huruf, yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertasydid. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydid yang berada ditengah maupun yang yang terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyah.

Contoh:

ﻟﻠہﺎﺑﺎﻨﻣا : AmannaBillah d. Ta Marbuthah

Apabila berdiri sendiri, waqaf atau di ikuti oleh kata sifat (na’at), maka huruf tersebut dialih aksarakan menjadi huruf “h”.

Contoh:

ةﺪﺌﻓﻻا :al-Af’idah e. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang di sempurnakan (EYD) Bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri dan lain-lain. Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih

(18)

tebal (bold) dan ketentuan lainnya. Adapun untuk nama diri dengan kata sandang, maka huruf yang ditulis capital adalah awal nama diri, bukan kata sandang. Contoh:

Ali Hasan al-Aridh

Khusus untuk penulisan kata Al-Qur’an dan nama- nama surahnya menggunakan huruf kapital.

Contoh:

Al-Qur’an, Al-Baqarah, Al-Fatihah dan Seterusnya

(19)

xvii ABSTRAK

Umi Wijaya (NIM: 12311142). Skripsi dengan judul

“Urgensi Pendidikan Islam Dalam Persepektif Badiuzzaman Said Nursi (Analisis Kitab Risalah Nur)”.

Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI), Fakultas Tarbiyah, Insitut Ilmu Al-Qur’an (IIQ) Jakarta.

Latar belakang penulisan skripsi ini ialah untuk mengetahui konsep pendidikan Islam dari salah satu tokoh pemikir sekaligus ulama muslim. Terkait mendesaknya pendidikan Islam dalam semua aspek kehidupan. Perlu diketahui juga, sosok Badiuzzaman Said Nursi merupakan ulama dan pemikir dalam berbagai bidang ilmu yang bersal dari Turki. Skripsi ini berusaha menjelaskan konsep pemikirannya terkait urgensi atau keharusan adanya pendidikan Islam.

Rumusan masalah dalam penelitian ini “Bagaimana Konsep Pemikiran dan Urgensi Pendidikan Islam menurut Persepektif Badiuzzaman Said Nursi?”.

Dalam penelitian ini penulis menggunaan metode kualitatif, dengan anilisis deskriptif data yang sudah ada, berupa informasi, fakta, tulisan-tulisan para ahli dan sumber utama yakni Risalah Nur. Data yang diperoleh oleh penulis melalui menganalisa, mengklafikasikan data-data terkait. Lalu menarik kesimpulan dan garis besar sesuai judul skripsi.

Berdasarkan hasil penelitian, penulis berusaha menarik kesimpulan bahwa urgensi pendidikan Islam dalam persepektif Said Nursi menekankan pada penguatan hakikat iman sebagai kunci kesempurnaan hidup.

Kata kunci: Urgensi, Pendidikan Islam, Pemikiran Said Nursi, Risalah Nur

(20)

xviii

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi informasi dan industri yang sekarang ini berkembang dengan amat cepat dan juga menuntut setiap Negara untuk berbenah diri dalam menghadapi persaingan di era globalisasi. Dimana bangsa yang mampu membenahi dirinya dengan meningkatkan sumber daya manusianya, kemungkinan besar akan mampu bersaing di era globalisasi ini.

Disinilah pendidikan termasuk Pendidikan Agama Islam diharuskan menampilkan dirinya, apakah ia mampu mendidik dan menghasilkan para siswa yang berdaya saing tinggi (qualified) atau justru mandul dalam menghadapi gempuran berbagai kemajuan dinamika globalisasi.1

Menurut Ali Ashaf, pendidikan Islam adalah pendidikan yang melatih sensibilitas murid-murid sedemikian rupa, sehingga dalam perilaku mereka terhadap kehidupan, langkah- langkah dan keputusan, begitu pula pendekatan mereka terhadap semua ilmu pengetahuan diatur oleh nilai-nilai etika

1Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD PRESS, 2005), h. 6.

(22)

Islam yang sangat dalam dirasakan.2 Pendidikan Islam datang dengan arahan agama Islam yang disampaikan lewat contoh suri tauladan akhlak Rasulullah Saw. Dengan tujuan untuk ikut bertaqwa kepada Allah Swt. Dan tentunya mampu untuk menjalankan kehidupan sesuai dengan aturan syariat.

Syariat Islam merupakan perintah Allah Swt dalam mengatur banyak hal yang terkait dengan kehidupan manusia.

Agama Islam yang diturunkan kepada manusia menjadikan pendidikan Islam sebagai kebutuhan yang sangat penting.

Karena manusia dilahirkan dengan membawa potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di bumi, menjadi pemimpin, penyampai amanat yang baik. Serta diharapkan mampu mengikuti perkembangan zaman tanpa meninggalkan ajaran agama Islam. Ayat Al-Quran yang memberikan landasan dan pandangan bahwa:











“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam.”(QS. Ali-Imran [3]:19)

Oleh karena itu, manusia yang memiliki status sebagai seorang muslim, benar-benar akan menjadi penganut agama

2Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), h.23.

(23)

3

yang baik, mentaati ajaran Islam dan menjaga agar rahmat Allah tetap berada pada dirinya. Ia harus mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran sesuai iman dan akidah Islamiah.3

Demikianlah, kesimpulan yang dapat di ambil dari tujuan pendidikan Islam adalah untuk memelihara kestabilan kehidupan manusia dalam perubahan zaman. Sehingga mampu membentuk manusia yang baik, yaitu yang selalu beribadah kepada Allah Swt tanpa pernah meninggalkan ibadahnya hanya karna kesibukan dunia. Manusia yang mampu membuat dirinya menjadi lebih baik, mampu memberi pengaruh perubahan yang baik kepada masyrakat melalui akhlak yang dimiliki. Karena pada dasarnya pendidikan Islam memiliki peranan yang sangat penting dan benar-benar dibutuhkan dalam setiap aspek kehidupan manusia. Karena itu pendidikan Islam tidak bisa dijadikan sebatas literatur pendidikan saja.

Salah satu tokoh muslim dari Turki bernama Badiuzzaman Said Nursi yang sudah menjabarkan pemikirannya dalam dunia pendidikan. Dalam hal ini dia berpendapat bahwa agama mewakili hati dan nurani sedangkan ilmu pengetahuan

3M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011), h.7.

(24)

mewakili akal budi, keduanya sangat penting demi tercapainya kesejahteraan sejati.4

Antara ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum bukanlah masalah baru dalam dunia pendidikan Islam. Hal tersebut sudah lama muncul dan telah menjadi persoalan. Hal ini dikarenakan adanya batasan dalam pembelajaran yang bersifat agama dan non-agama yang diajarkan pada satuan pendidikan. Seharusnya sekolah agama juga harus mengajarkan mata pelajaran sains, dan sekolah umum harus mengajarkan mata pelajaran agama. Hal ini dianggap mampu untuk mencetak generasi yang ahli di bidang agama sekaligus teknologi, sehingga perkembangan pengetahuan agama tidak kalah jika dibanding dengan perkembangan teknologi.

Badiuzzaman Said Nursi merupakan ulama besar yang berasal dari Turki. Merupakan satu diantara beberapa tokoh Islam di dunia yang peduli dengan pendidikan Islam. Dalam buku-bukunya yang terkumpul menjadi satu karya besar karya monumental yang bernama Rislah Nur. Badiuzzaman Said Nursi memiliki gagasan reformasi sistem pendidikan yang komprehensif dan modern. Area utama inovasinya meliputi:

4Sukran Vahide, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi, (Jakarta: Anatolia, 2007), h. 53.

(25)

5

1. Pengajaran gabungan antara ilmu agama dan ilmu sains 2. Rekonsiliasi antara 3 aliran utama pendidikan,

madrasah (diwakili oleh ulama), sekolah sekuler baru, dan tekke5 sufi. Badiuzzaman Said Nursi berpendapat bahwa ilmu pengetahuan modern haruslah dimasukkan ke dalam kurikulum madrasah, ilmu agama ke dalam kurikulum sekolah sekuler, dan ulama terpelajar haruslah berperan dalam pelatihan sufi.

3. Spesialisasi siswa berdasarkan kemampuannya.

Seperti yang banyak terjadi disekitar kita bahwa generasi muda sekarang sangat mudah terpengaruh oleh budaya asing dan juga perkembangan teknologi yang tidak sesuai dengan norma agama. Hal ini merupakan gambaran anak bangsa yang mulai terancam keutuhan pribadinya. Namun ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak didasarkan pada agama tersebut menyebabkan terjadinya penyalahgunaan IPTEK untuk tujuan- tujuan yang bisa menghancurkan umat manusia, terutama dalam bidang kebudayaan, politik, ekonomi dan moral.6

5Tekke, tempat para sufi menempa diri dan beruzlah untuk menjalani suluk tarekat tertentu.

6Abuddin Nata, Suwito, Masykuri Abdillah, Armai Arief, Integrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum, (Jakarta: UIN Jakarta Press: 2003), h. 5.

(26)

Jika orang Islam hanya mengandalkan ilmu agama Islam saja dalam memecahkan masalah yang dihadapinya. Hal itu dapat menyebabkan kurangnya kemampuan dalam menghadapati perkembangan teknologi dan persaingan global.

Begitupun sebaliknya, jika hanya mengandalkan ilmu umum saja dan tidak berdasarkan pada agama. Hal tersebut dapat menyebabkan ketidakseimbangan dalam kehidupan. Seperti berkurangnya nilai-nilai adab dalam bekerja, dan menyebabkan terjadinya banyak hal yang bersifat merugikan kemashalatan.

Seperti korupsi dan nepotisme, bahkan sampai merusaknya nilai kebaikan dan aturan bersosialisasi dan berkomunikasi.

Dengan masalah-masalah yang timbul dari batasan keilmuan yang seharusnya tidak ada, membuat masyarakat mempertanyakan keberadaan hasil dalam bentuk aplikatif pembelajaran terutama dalam bidang agama. Pendidikan agama Islam merupakan sebuah acuan yang seharusya menjadi pengarah jalan kehidupan menuju kebenaran. Dan kunci dalam membuka pintu wawasan dunia agar tidak terjadi penyalahgunaan padangan akibat kesalahan penyerapan budaya asing.

Oleh sebab itu peran dan fungsi pendidikan agama Islam benar-benar diperlukan. Dengan berbagai permasalahan yang

(27)

7

datang terus menerus di era modern. Pendidikan agama Islam sudah tidak biasa dikesampingkan apalagi harus diabaikan.

Jika pengembangan intelektual yang tidak dibarengi dengan penanaman nilai-nilai Islam yang diwujudkan dalam pengembangan budaya agama di sekolah, maka tujuan pendidikan nasional tidak akan tercapai dengan baik, karena pendidikan nasional sekarang sesuai dengan kurikulum 2013 mengacu pada pembentukan karakter pada siswa.

Pendidikan agama khususnya Islam, sebenarnya memiliki kawasan yang begitu luas, dengan target obsesi agar melalui pendidikan ini para siswa mampu memahami, menghayati dan menerapkan ajaran-ajaran Islam yang termuat dalam kitab suci Al-Qur’an dan Sunnah Rasul. Kedua sumber ajaran ini sebagaimana kita ketahui memuat segala aspek kehidupan, baik aspek spritual, intelektual, sosio maupun lainnya. Sasaran yang ingin dicapai dan dikembangkan meliputi aspek hati nurani agar memiliki kehalusan budi daya nalar dan pikır agar anak cerdas dan memiliki keterampilan yang tinggi.7

Dari beberapa permasalahan yang ada di dunia pendidikan, penulis tertarik untuk menampilkan serta menguraikan tentang pandangan pendidikan Islam melalui pemikiran Badiuzzaman

7Imam Suprayogo, Reformulasi Visi Pendidikan Islam, (Malang:

STAIN Press, 1999), h.25.

(28)

Said Nursi, dengan alasan bahwa penulis ingin mengenal lebih dekat sosok Badiuzzaman Said Nursi, dan juga pandangan pemikiran serta peran Badiuzzaman Said Nursi dalam pendidikan Islam. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian ilmiah yang ditulis dalam bentuk skripsi yang berjudul:

“Urgensi Pendidikan Islam dalam Perspektif Badiuzzaman Said Nursi”.

B. Identifikasi Masalah

1. Masih sedikitnya orang yang memahami pentingnya memahami ilmu agama Islam dalam kehidupan.

2. Kurangnya penerapan Pendidikan Agama Islam di kehidupan sehari-hari. Karena Pendidikan Islam dianggap kurang penting dan tidak berpengaruh untuk keseharian jika dibandingkan dengan pendidikan yang sifatnya umum.

3. Kurangnya kesadaran untuk menjadikan ilmu agama sebagai kebutuhan untuk mengikuti perkembangan zaman dan harmonisasi kehidupan.

4. Mendesaknya keperluan masyarakat dalam kehidupan sosial akan Pendidikan Agama Islam dan nilai nilai syariat di dalamnya.

(29)

9

5. Pentingnya keberadaan Pendidikan Agama Islam di kehidupan modern, sebagai acuan dalam berkomunikasi dan bersoasialisasi.

6. Problematika masyrakat yang masih awan terhadap peranan Pendidikan Agama Islam

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka penulis membatasi masalah dalam karya ilmiah ini adalah mengenai Urgensi Pendidikan Islam dalam Perspektif Badiuzzaman Said Nursi.

D. Perumusan Masalah

Selanjutnya sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah: Bagaimana Konsep Pemikiran dan Urgensi Pendidikan Islam menurut Perspektif Badiuzzaman Said Nursi ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dan penulisn karya tulis ini adalah sebagai berikut :

(30)

Untuk Mengetahui konsep pemikiran Badiuzzaman Said Nursi, terkait urgensi pendidikan Islam yang menjabarkan tentang pentingngnya ilmu agama Islam pada masanya. Masa dibawah rezim sekuler yang sedang menyemai benih-benih ilmu sekuler dan mengabaikan ilmu agama. Sehingga akan memberikan kontribusi yang sangat berguna untuk diterapkan pada pendidikan Islam kekinian.

F. Kegunaan Penelitian

Manfaat penelitiaan karya ilmiah ini diantaranya:

1. Untuk menambah wawasan khazanah pengetahuan Islam diantaranya mengenai pendidikan Islam yang sangat luas, melalui pemikiran dari tokoh ulama dengan karya besarnya Rislah Nur

2. Sebagai jawaban untuk permasalahan pendidikan, baik secara teoritik dan praktek khususnya.

3. Dapat menjadi rujukan apabila ada peneliti yang sama, yang mengkaji mengenai pendidikan Islam.

4. Untuk menjelaskan dan mengembangkan konsep pemikiran pendidikan Islam yang dikemukakan Badiuzzaman Said Nursi.

5. Sebagai informasi bagi dunia pendidikan saat ini.

(31)

11

G. Tinjauan Pustaka

1. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Siti Soleha, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Insitut Ilmu Al-Qur’an Jakarta (IIQ), tahun 2003 dengan judul “Konsep Pendidikan Fazlur Rahman”.

Soleha memberikan kesimpulan mengenai konsep pendidikan Islam Fazlur Rahman adalah dengan integrasi antara ilmu agama dan ilmu umum secara organis dan menyeluruh. Sebab pada dasarnya ilmu pengetahuan itu terintegrasi dan tidak bisa dipisahkan.

Menurut Fazhlur Rahman Islam tidak mengdikotomikan antara ilmu agama dan ilmu umum.

Semua jenis pengetahuan adalah baik adanya, jika dipakai untuk mensejahtrakan umum manusia dan bukan untuk membinasakan. Perbedaan karya tulis ini dengan skripsi di atas terletak pada bagian tokoh yang diteliti dan perbedaan lain juga terdapat pada konsep pendidikan yang dijabarkan. Skripsi di atas meneliti tokoh Fadzlur Rahman. Persamaan yang terdapat ialah dalam hal pengggunaan metode penelitian, dengan menggunakan kajian pustaka.

(32)

2. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Muslikhatin, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Insitut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), tahun 2005 dengan judul

“Konsep Pedidikan M. Iqbal”. Muslikhatin menyimpulkan dalam konsep pendidikan yang ditawarkan M. Iqbal adalah pendidikan yang bersifat dinamis dan kreatif. Untuk diarahkan sebagai pemberi kesempatan gerak kepada semangat kreatif yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk menguasai bidang seni dan ilmu pengetahuan, kecerdasan dan kekuatan. Pendidikan yang dimaksud yaitu pendidikan yang diilhami oleh suatu keyakinan yang optimis dengan tujuan akhir manusia sebagai insan mulia yang akan menjadi khalifah di bumi. Perbedaan karya tulis ini dengan skripsi di atas terletak pada bagian tokoh yang diteliti dan perbedaan lain juga terdapat pada konsep pendidikan yang dijabarkan. Skripsi di atas meneliti tokoh M. Iqbal dengan persepektifnya tentang tujuan pendidikan Islam yakni mejadikan insan kamil . Dan kesamaan terletak pada bagian meniliti pendidikan Islam.

3. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Ratu Khaerany Syarieta, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas

(33)

13

Tarbiyah Insitut Ilmu Al-Qur’an (IIQ), Tahun 2014, dengan judul skripsi “Konsep Pendidikan Islam menurut Ibnu Al-Jauzi (Analisis Kitab Laftat al-Kabid ila Nashihat al-Walad)”. Ratu menyimpulkan bahwa konsep pendidikan Islam menurut Ibnu al-Jauzi memiliki tujuan untuk mencapai keutamaan yang sempurna dengan ilmu dan amal, yakni memiliki bekal ilmu dan mengamalkan ilmu dalam berbagai aspek segi kehidupan. Untuk mewujudkan kesempurnaan seperti itu dalam pandangan Ibnu al-Jauzi yakni melalui pendidikan akal dan pendidikan jiwa. Dan dalam bidang kurikulum menurut Ibnu al-Jauzi berisikan tentang berbagai macam ilmu agama, namun yang menjadi prioritas materi terpenting dari pendidikan Islam itu adalah ma’rifatuallah (mengenal Allah), ma’rifatu Rasulillah (mengenal Rasulullah), baru setelah itu diajarkan ilmu-ilmu lainnya. Perbedaan karya tulis ini dengan skripsi di atas terletak pada bagian tokoh yang diteliti dan perbedaan lain juga terdapat pada analisis kita. Skripsi di atas dengan tokoh Ibnu Al-Jauzi (Analisis Kitab Laftat al-Kabid ila Nashihat al-Walad). Dan Kesamaanya terdapat pada pengakajian konsep pendidikan Islam.

(34)

4. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Siti Malayung, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Insitut Ilmu Al-Qur’an Jakarta (IIQ), tahun 2014, dengan judul skripsi “Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Relevansinya terhadap Pendidikan Agama Islam”. Siti menyimpulkan dalam sistem pendidikan Ki Hajar Dewantara menggunakan sistem Among, kata Among mempunyai pengertian membina dan mendidik anak dengan kasih sayang dan suka cita dengan memberikan kebebasan kepada anak didik untuk bergerak menurut kemauannya, berkembang menurut bakat kemampuannya. Sistem ini memperhatikan dasar kemerdekaan dan kodrat alam.

Dalam konsep Islam anak dilahirkan keadaan fitrah, yaitu kondisi awal yang suci dan berkecendrungan kepada kebaikan (hanif). Tetapi secara pengetahuan ia belum tahu apa-apa. Modal dasar bagi pengembangan pengetahuan dan sikapnya telah diberikan Allah, yaitu berupa alat indera, akal dan hati. Perbedaan karya tulis ini dengan skripsi di atas terletak pada bagian tokoh yang diteliti dan perbedaan lain juga terdapat pada konsep pendidikan yang dijabarkan. Skripsi di atas

(35)

15

meneliti tokoh Ki Hajar Dewantara dengan sistem pendidikanya yakni sistem among. Dan kesaamaanya terletak pengkajian konsep pendidikan Islam.

5. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marsita Eka Yuliani, Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2015, dengan judul skripsi “Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Badiuzzaman Said Nursi Dan Relevansinya Terhadap Integrasi Keilmuan”. Marsita menyimpulkan bahwa pendidikan yang digagas dalam pemikiran pendidikan Said Nursi dengan pendidikan Islam di dunia ini, mulai tampak dan disadari oleh sebagian umat Islam diseluruh dunia pendidikan Islam yang menginginkan penguasan IPTEK dam IMTAK. Pendapatnya tentang pendidikan sebagai upaya untuk kesempurnan jiwa serupa dengan pendapat beberapa tokoh yang menyatakan bahwa pendidikan jiwa merupakan upaya pembentukan batin, pensucian jiwa, pembentukan pribadi-pribadi dengan keutamaan dan pendidikan jiwa untuk dapat menanamkan keutamaan.

Perbedaan karya tulis ini dengan skripsi di atas terletak pada bagian relevansi integrasi keilmuan. Sedangkan

(36)

Karya tulis ini menitik beratkan kepada nilai pentingnya pendidikan agama Islam di kehidupan modern. Dan Persamaannya terletak pada tokoh penelitian yakni Ulama Turki Badiuzzaman Said Nursi.

6. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Fifin Pratiwi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah Insitut Ilmu Al-Qur’an Jakarta, tahun 2015 dengan judul “Problematika Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Pada siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA) Darul Ma’arif Tahun Pelajaran 2014/2015”.

Fifin menyimpulkan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam di SMA Darul Ma’arif terdapat berbagai problema yang secara langsung dan tidak langsung yang menghambat proses pelaksanaan pendidikan agama Islam, seperti problema yang datang dari peserta didik akibat rendahnya minat siswa dalam belajar pelajaran agama, mengikuti kegiatan keagamaan dan kurang disiplinnya peserta didik mengikuti kegiatan belajar mengajar. Problem juga hadir dari kurangnya tenaga pendidik yang meliputi terbatasnya guru PAI yang kreatif. Perbedaan karya tulis ini dengan skripsi di atas terletak pada bagian problematika PAI di sekolah.

(37)

17

Sedangkan karya tulis ini mengacu kepada konsep pendidikan Islam menurut perspektif tokoh. Skripsi di atas dan karya tulis ini sama sama menggunakan metode kualitatif.

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi ini, peneliti akan membagi dalam lima bab dan masing-masing bab memiliki sub bab sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II KERANGKA TEORI

Bab ini mencakup landasan teoritis atau konsep yang mendukung penulisan yaitu pengertian urgensi, urgensi pendidikan, pengertian pendidikan, pengertian ilmu agama Islam, tujuan dan fungsi pendidikan Islam, pengertian pemikiran pendidikan Islam, sejarah pemikiran pendidikan agama Islam.

(38)

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Bab ini mencakup tentang metode penulisan yang dilakukan. Penulis mengunakan metode kualitatif deskriptif dengan pengumpulan data, fakta dan informasi yang menjelaskan tentang permasalahan dalam penelitian ini, penulis juga menggunakan penelitian perpustakaan (Library Research). Yaitu dengan mengumpulkan, mencatat, mengklasifikasi, serta mempelajari pemikiran Said Nursi dalam dunia Pendidikan Islam.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Bab ini mecakup tentang deskripsi data yang berisi Badiuzzaman Said Nursi, Latar belakang pendidikan dan prestasi keilmuan Badiuzzaman Said Nursi, Karya- karya, Latar belakang penulisan kitab Risalah Nur, Konsep pemikiran pendidikan Islam Badiuzzaman Said Nursi dan Urgensinya.

BAB V PENUTUP

Bab ini mencakup kesimpulan dan saran saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

(39)

19 BAB II KAJIAN TEORI

A. Pendidikan

1. Pengertian Pendidikan

Pada dasarnya pendidikan memang tidak bisa terpisahkan dari semua aspek kehidupan. Bagaimanapun sederhana komunitas manusia memerlukan pendidikan. Maka dalam pengertian umum, kehidupan dan komunitas tersebut akan ditentukan oleh aktivitas pendidikan di dalamnya. Sebab pendidikan secara alami sudah meupakan kebutuhan manusia.1

Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan bersal dari kata “didik” dengan memberikan awalan “pe” dan akhiran

“an”, mengandung arti perbuatan (hal, cara dan sebagainya).

Kata pendidikan berasal dari bahasa yunani yaitu paedagogos yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Dalam paedagogos adanya pelayanan atau seorang bujang pada zaman yunani kuno yang pekerjaannya mengantarkan dan menjemput anak- anak ke dan dari sekolah. Paedagogos berasal dari kata paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin). Perkataan yang mulanya rendah (pelayan) sekarang dipakai menjadi

1 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Penerbit Kalam Mulia,2015 ), h. 28

(40)

mulia. Peadagog (pendidik atau ahli didik) ialah seseorang yang tugasnya membimbing anak. Sedangkan pekerjaan membimbing disebut paedagogis.2

Sedangkan menurut Ahmad D. Marimba yang dikutip oleh Ramayulis dalam buku Ilmu Pendidikan Islam, menjelaskan bahwa pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian utama.

Marimba menekankan pengertian pendidikan pada pengembangan jasmani dan ruhani menuju kesempurnaan, sehingga terbina kepribadian utama, suatu kepribadian yang seluruh aspeknya sempurna dan seimbang. Untuk mewujudkan kesempurnaan tersebut dibutuhkan bimbingan yang serius, sistematis dari pendidik.3

Demikian dari beberapa pendapat para ahli di atas, pendidikan dapat dikatakan sebagai sarana yang memfasilitasi manusia untuk mengembangkan jasmani dan ruhaninya.

Melalui kepribadian, totalitas diri seseorang dalam berfikir, berkomunikasi, bertingkah laku, bertindak. Membiasakan karakter baik, mengasah cara pikir dan menemukan tujuan hidup sesuai dengan norma atau sistem yang berlaku.

2Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h.30

3Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h.31

(41)

21

2. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang secara khas memiliki ciri Islami, berbeda dengan konsep pendidikan lainnya yang kajiannya lebih memfokuskan pada pemberdayaan umat berdasarkan Al-Qur’an dan hadis. Artinya, kajian pendidikan Islam bukan sekedar menyangkut aspek normatif ajaran Islam saja, tetapi juga terapannya dalam ragam materi, institusi, budaya, nilai dan dampaknya terhadap pemberdayaan umat. Oleh karena itu, pemahaman tentang materi, isntitusi, kultur, dan sistem pendidikan merupakan kesatuan yang holistic, bukan parsial, dalam mengembangkan sumber daya manusia yang beriman, berIslam, dan berihsan4.

Pendidikan dalam Islam dikenal dengan beberapa istilah, yaitu at-tarbiyah, at-ta’lim, dan at-ta’dib. Setiap istilah tersebut memiliki makna tersendiri yang berbeda satu sama lain. Perbedaan tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan teks dan konteks.

At-tarbiyah diturunkan dari akar kata ar-rabb yang oleh sebagian ahli diartikan sebagai tuan, pemilik, memperbaiki, merawat dan memperindah. Menurut Atihay al-Abrasy tarbiyah merupakan upaya persiapan individu untuk kehidupan

4SriMinarti, Ilmu Pendidikan Islam Fakta Teoritis-Filosofis- Aplikatif-Normatif, (Jakarta : AMZAH, 2013) h. 26

(42)

yang benar, sempurna, kebahagian hidup, cinta tanah air, kekuatan raga, kesemurnaan etika, sistematik dalam berfikir, tajam, berperasaan, giat dalam berkreasi, toleransi terhadap yang lain. Berkompetensi dalam mengungkapkan bahasa tulis, dan bahasa lisan, dan terampil berkreativitas.

Sedangkan ta’lim merupakan bagian kecil dari tarbiyah al-aqliyah yang bertujuan memperoleh pengetahuan dan keahlian berfikir yang sifatnya mengacu pada domain kognitif.

Sebaliknya at-tarbiyah tidak hanya mengacu pada domain kognitif, tetapi juga domain efektif dan psikomotorik. Menurut Abd. Al-Rahman ta’lim hanya sekedar memberi tahu atau memberi pengetahuan, tidak mengandung arti pembinaan kepribadian, karena sedikit sekali kemungkinan ke arah pembentukan kepribadian yang disebabkan pengertian pengetahuan.5

Selanjutnya kata ta’lim juga terdapat dalam Al-Qur’an yakni,

































“Dan dia mengajarkan (‘aliama) kepada Adam nama- nama (benda-benda seluruhnya), kemudian

5Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h 34

(43)

23

mengemukannya kepada para malaikat lalu berfirman:

“Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar”. (QS: Al- Baqarah [2]:31)

Ta’dib memiliki arti sendiri yakni pengenalan dan pengakuan secara berangsur-angsur ditanamkan kepada manusia tentang tempat-tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan sedemikian rupa untuk membimbing manusia kearah pengenalan dan pengakuan kekuasaan dan keagungan Tuhan di dalam tatanan wujud dan keberadaannya.6

Menurut pakar pendidikan Islam kontemporer, Said Ismail Aly pendidikan Islam diartikan sebagai suatu sistem yang lengkap dengan sistematika yang epismetik yang terdiri dari teori, praktik, metode, nilai dan pengorganisasian yang saling berhubungan melalui kerja sama yang harmonis dalam konsepsi tentang Allah dengan cara menumbuh kembangkan manusia dengan sifatnya sebagai makhluk individu dan sosial dari berbagai sisi yang beraneka ragam sesuai dengan tujuan universal syariat guna kebaikan manusia di dunia dan akhirat.7

6Mahfud Rois, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2011)h.144

7Minarti Sri, Ilmu Pendidikan Islam Fakta Teoritis-Filosofis- Aplikatif-Normatif, h. 28

(44)

Menurut rumusan Konferensi Pendidikan Islam sedunia ke-2, pada tahun 1980 di Islamabad. Pendidikan harus ditujukan untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan personalitas manusia secara menyeluruh, dengan cara melatih jiwa, akal, perasaan dan fisik manusia. Dengan demikian pendidikan dapat diarahkan untuk mengembangkan manusia pada seluruh aspeknya: spiritual, intelektual, imajinasi, fisik keilmuan dan bahasa, baik secara individu maupun kelompok serta mendorong aspek tersebut untuk mencapai kebaikan kebaikan dan kesempurnaan. Dengan tujuan akhir pendidikan diarahkan untuk pengabdian manusia kepada Allah.8

Sejalan dengan pendapat Said Nursi yang berpandangan bahwa agama mewakili hati dan nurani, sedangkan ilmu pengetahuan mewakili akal budi. Keduanya penting demi tercapainya kemajuan sejati. Menurut Said Nursi ilmu-ilmu keagamaan adalah cahaya nurani dan ilmu-ilmu modern (arti harfiahnya “ilmu-ilmu peradaban”) adalah cahaya akal budi, kebenaran menjadi terlihat jelas dengan menggabungkan keduanya. Usaha dari para siswa akan membuat kedua sayap ini terbang. Ketika keduanya terpisah, akan muncul fanatisme

8 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h 37

(45)

25

kepada salah satu, dan tipu muslihat serta kesangsian pada yang lain.9

Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan Islam merupakan sistem yang menyuluruh guna meningkatkan spiritual, intelektual, keseimbangan emosional dan pengembangan semua kemampuan yang ada di dalam diri peserta didik. Dengan tujuan menjadikan peserta didik yang faham akan ilmu-ilmu perdaban dan mampu mengaplikasikannya sejalan dengan syariat Islam.

3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Islam

Pada dasarnya setiap manusia di dalam kehidupan memiliki tujuan. Sebagai arah atau titik akhir dalam kehidupannya. Dari rangkaian proses atau sistem kehidupan yang dijalani oleh manusia tersebut.

Istilah tujuan atau sasaran atau maksud, dalam bahasa Arab dinyatakan sebagai ghayat, ahdaf, atau maqasid. Sedangkan dalam bahasa Inggris, istilah tujuan dinyatakan dengan goal atau purpose atau objective atau aim. Secara umum istilah- istilah itu mengandung pengertian yang sama, yaitu arah suatu perbuatan atau yang hendak dicapai melalui upaya atau aktivitas.

9Sukran Vahide, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi, h. 53

(46)

Tujuan menurut Dzakiyah Darajat adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah suatu usaha atau kegiatan selesai.

Sedangkan menurut H.M Arifin tujuan itu bisa jadi menunjukan futuritas (masa depan) yang terletak suatu jarak tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha melalui proses tertentu yang tidak dapat dicapai kecuali dengan usaha atau proses tertentu.10

Berbicara tentang tujuan pendidikan Islam, erat kaitannya dengan tujuan hidup manusia. Hal itu disebabkan pendidikan merupakan alat yang digunakan manusia untuk memelihara kelanjutan hidupnya, baik sebagai individu maupun masyarakat. Oleh karena itu, harus diarahkan sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan yang sedang dihadapi. Seperti yang diungkap oleh Muhammad Athiyah Al-Abrasyi bahwa tujuan utama dari pendidikan Islam adalah pembentukan akhlak dan budi pekerti yang sanggup mengahasilkan orang-orang bermoral, berjiwa bersih, pantang menyerah, bercita-cita tinggi, dan berakhlak mulia. 11

Pada dasarnya pendidikan Islam fokus pada pembentukan diri manusia sebagai hamba. Sejalan dengan tujuan Islam yang secara garis besar adalah untuk membina

10Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 210

11Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam Fakta Teoritis-Filosofis- Aplikatif-Normatif, h. 103

(47)

27

manusia agar menjadi hamba Allah yang shaleh dalam setiap aspek kehidupan. Hal ini dijelaskan dalam surat Adz-Dzariyat ayat 56.















“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”. (QS:

Adz-Dzariyat [51]:56)

Tujuan pendidikan dalam konsep Islam harus mengarah pada hakikat pendidikan yang meliputi beberapa aspeknya yaitu tujuan dan tugas hidup manusia, memperlihatkan sifat- sifat dasar manusia, tuntutan masyrakat, dan dimensi-dimensi Islam.12

Perlu diketahui juga bahwa pendidikan Islam berorientasi kepada dua kehidupan yakni duniawi dan ukhrawi, sedangkan pendidikan non-Islam, orientasinya duniawi semata. Islam sebagai agama yang bertujuan membimbing manusia kepada kebahagian hidup duni dan akhirat sebagaimana firman-Nya.

12 Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, h. 144

(48)























































“Dan carilah pada apa yang telah di anugerahkan Allah kepadamu kebahagian negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan kebahagian dan kenikmatan dunia.

(QS. Al- Qashas [28]:77)

Salah satu formulasi dari realisasi diri sebagai tujuan pendidikan yang bersifat umum ialah rumusan yang disarankan oleh Konferensi Internasional Pertama tentang Pendidikan Islam di Mekkah 8 April 1977 yang menyatakan bahwa pendidikan harus diarahkan untuk mencapai pertumbuhan dan keseimbangan kepribadian manusia menyeluruh, melalui latihan jiwa, intelek, jiwa rasional, perasaan, dan penghayatan lahir. Karena itu pendidikan harus menyiapkan pertumbuhan manusia dalam segi: spiritual, intelektual, imajinatif, jasmani, linguistik, baik individu maupun kolektif, dan semua itu didasari oleh motivasi mencapai kebaikan dan prefeksi.

Sedangkan tujuan akhir pendidikan muslim itu terletak pada (aktivitas) merealisasikan pengabdian kemanusiaan seluruhnya.

(49)

29

Ulama lain juga memiliki pendapat lain terkait tujuan pendidikan Islam, seperti Al-Buthi yang memiliki tujuh tujuan dalam pendidikan Islam :

a. Mencapai keridhaan Allah, menjauhi murka dan siksaan-Nya dan melaksanakan pengabdian yang tulus ikhlas kepada-Nya. Tujuan ini dianggap induk dan segala tujuan-tujuan pendidikan Islam.

b. Mengangkat taraf akhlak dalam masyarakat berdasarkan agama yang diturunkan untuk membimbing masyarakat ke arah yang diridhai- Nya.

c. Memupuk rasa cinta tanah air pada diri manusia berdasarkan pada agama yang diturunkan untuk membimbing masyrakat ke arah yang diridhai-Nya.

d. Memupuk rasa cinta tanah air pada diri manusia berdasarkan pada agama dan ajaran-ajaran yang dibawanya, begitu juga mengajar manusia kepada nilai-nilai dan aklak manusia.

e. Mewujudkan ketentraman di dalam jiwa dan akidah yang dalam penyerahan dan kepatuhan ikhlas kepada Allah.

f. Memelihara bahasa dan kesusastraan Arab sebagai bahasa Al-Qur’an dan sebagai wadah kebudayaan Islam yang paling menonjol, menyebarkan kesadaran Islam yang sebenarnya dan menunjukan hakikat agama atas kebersihan dan kecemerlangan.

g. Meneguhkan perpaduan tanah air dan menyatukan barisan melalui usaha menghilangkan perselisihan, bergabung dan kerjasama dalam rangka prinsip- prisip dan kepercayaan Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan Sunnah.13

13Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 216

(50)

Abuddin Nata berpendapat, bahwa tujuan pendidikan Islam merupakan suatu kegiatan yang terencana, pendidikan Islam memiliki kejelasan tujuan yang ingin dicapai.

Menurutnya, perumusan penetapan tujuan pendidikan Islam harus memenuhi kriteria berikut:

a. Mengarahkan manusia agar menjadi khalifahTuhan di muka bumi dengan melaksanakan tugas-tugas memakmurkan dan mengolah bumi sesuai kehendak Tuhan.

b. Mengarahkan manusia agar seluruh pelaksanaan tugas kekhalifahan di muka bumi dilakukan dalam rangka pengabdian/beribadah kepada Allah Swt.

c. Mengarahkan manusia agar berakhlak mulia sehingga tidak menyalahgunakan fungsi kekahlifahannya.

d. Membina dan mengarahkan potensi akal, jiwa dan jasmani guna pemilikan pengetahuan, akhlak dan keterampilan yang dapat digunakan mendukung tugas pengabdian dan kekhalifahannya.

e. Mengarahkan manusia agar dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.14

Kenyataan menunjukan bahwa baik tujuan tertinggi/terakhir maupun tujuan umum, dalam praktek pendidikan boleh dikatakan tidak pernah tercapai sepenuhnya.

14Ahmad Syar’i, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2011) h. 24-25

(51)

31

Dengan perkataan lain, untuk mencapai tujuan tertinggi/terakhir itu diperlukan upaya yang tidak pernah berakhir. Sedangkan tujuan umum realisasi diri adalah becoming, selama hayat proses pencapaiannya tetap berlangsung secara berkelanjutan.

Dalam Islam dikenal juga dengan konsep pendidikan sepanjang hayat, sesuai dengan hadist Nabi: Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat. Dengan demikian bukan apologi bila dikatakan bahwa konsep tersebut mendahului konsep yang dipopulerkan UNESCO dengan sebutan long life education (Pendidikan Sepanjang Hayat).15

Said Nursi juga menjelaskan, bahwa tujuan tertinggi dan hasil termulia dari makhluk itu adalah keimanan kepada Allah Swt. Said nursi menyatakan bahwa “Hati nurani diterangi oleh ilmu-ilmu agama, sedangkan kecendekiaan diterangi oleh ilmu- ilmu peradaban”. Karena derajat manusian yang paling mulia adalah pengetahuan tentang Allah Swt.16

Sedangkan fungsi pendidikan sendiri ialah membantu secara dasar perkembangan jasmani atau rohani peserta didik (arti sempit). Sedangkan dalam arti luas fungsi pendidikan adalah sebagai alat :

15Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 217

16Sukran Vahide, Biografi Intelektual Bediuzzaman Said Nursi, h. 47

(52)

a. Pengembangan pribadi b. Pengembangan warga negara c. Pengembangan kebudayaan d. Pengembangan bangsa17

Dalam pendapat lain fungsi pendidikan ialah sebagai alat yang memiliki peran ganda, peran pertama sebagai instrument penyiapan generasi bangsa yang berkualitas, kedua berperan sebagai instrument transfer nilai. Fungsi pertama menyiratkan bahwa pendidikan memiliki peran artikulasi dalam membekali seseorang atau sekelompok orang dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan, yang berfungsi sebagai alat untuk menjalani hidup yang penuh dinamika dan perubahan.

Fungsi kedua menyiratkan instrument tranformasi nili-nilai luhur dari generasi satu ke genarasi selanjutnya. Kedua fungsi ini menandai bahwa pendidikan mengandung makna pengembangan etika, moral, dan nlai-nilai spiritual kepada masyarakat agar tumbuh menjadi pribadi yang utuh.18

Dengan pengertian fungsi pendidikan di atas dapat diartikan sebagai fasilitator atau penyedia semua aspek pendukung dalam menjadikan peserta didik yang berkompeten dan berkualitas di berbagai bidang, bermanfaat dalam semua

17 Fuad Ihsan, Dasar-Dasar Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2013) h. 11

18 Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, h.147

(53)

33

dimensi kehidupan. Sedangkan tujuan pendidikan Islam ialah menjadi peserta didik menjadi insan yang berakhlak sesuai tuntunan Islam.

4. Metode Pendidikan Islam

Dalam bahasa Arab, kata metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah yang diambil oleh seorang pendidik guna membantu peserta didik merealisasikan tujuan tertentu. Sedangkan kata metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta dan hodos. Meta berarti melalui sedangkan hodos berarti jalan atau cara.19

Hasan Lamggulung mendifinisikan metode sebagai suatu cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan pendidikan. Abd. Al-Rahman Ghunaimah juga berpendapat metode ialah cara-cara praktis dalam mencapai tujuan pengajaran.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa metode adalah seperangkat cara, dan jalan yang digunakan oleh pendidik dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat

19Novan Ardy Wiyani, Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media, 2012), h. 185

(54)

mencapai tujuan pembelajaran atau mengusai kompetensi tertentu yang dirumuskan dalam silabi pembelajaran.20

Dalam konteks ini, Al-Qur’an sebagai acuan dasar dan sumber hukum Islam yang primer menegaskan perlunya manusia mencari jalan (metode) untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Seperti dalam firman Allah Swt dalam surat Al- Maidah ayat 35:21





























“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah Swt dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan”. (QS: Al-Maidah [5]:

35)

Metode menunjukkan kepada jalan yang bersifat non fisik. Yakni jalan dalam bentuk ide-ide yang mengacu kepada cara yang mengantarkan seseorang untuk sampai pada tujuan yang telah ditentukan. Namun secara terminology atau istilah

20Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, h. 271

21Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 124

(55)

35

kata metode membawa pengertian yang bermacam-macam sesuai dengan konteksnya. Dalam pendidikan agama banyak segi yang harus dipelajari bukan hanya tentang shalat, tetapi guru harus dapat menyesuaikan materi pendidikan agama dengan metode yang akan digunakan.

Untuk ranah kognitif yang menekankan kepada pengetahuan misalnya mempelajari fakta sejarah dapat menggunakan metode ceramah, ada ranah afektif seperti akhlak dan ranah psikomotorik yang menekankan kepada keterampilan seperti praktek wudhu dan shalat. Metode pendidikan Islam merupakan syarat untuk efisiensinya aktivitas pendidikan, karena tujuan pendidikan Islam akan tercapai secara tepat manakala ditempuh menuju cita-cita tersebut benar-benar tepat. Sebab ketidaktepatan dalam penerapan metode secara praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang berakibat membuang waktunya dan tenaga secara percuma.22

Dengan demikian, pendidikan adalah salah satu jalan untuk mengenal Allah Swt. Dan memerlukan penggunaan pendekatan dan metode pembelajaran. Dalam ragam metode yang sangat bayak dan terus berkembang sesuai kebutuhan

22Fadhilah Suralaga, Psikologi Pendidikan Islam Dalam Persepektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.88

(56)

zaman. Penggunaan satu metode saja tidak berarti tepat dan cukup untuk semua aktivitas pendidikan. Satu metode memiliki kelemahan dan kelebihan sendiri-sendiri. Kreatifitas dalam mengembangkan metode tersebut yang menjadi sangat penting dalam aktifitas pendidikan. Karenanya disarankan agar setiap pendidik mampu meningkat kreatifitas dalam mengunakan metode.

5. Kurikulum Pendidikan Islam

Secara etimologi kurikulum berasal dari bahasa yunani, yaitu curir yang artinya pelari dan curere yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Ada juga yang mengatakan dalam bahasa perancis, yaitu courier yang berarti berlari.

Istilah ini pada mulanya digunakan di dunia olahraga.

Sementara itu, dalam dunia pendidikan istilah tersebut merupakan bagian lingkaran pengajaran di mana guru dan murid terlibat di dalamnya. Dengan demikian kurikulum diartikan jarak yang harus ditempuh oleh para pelari. Akan tetapi konteks pendidikan, kurikulum diartikan sebagai kumpulan subjek yang diajarkan di sekolah atau arah suatu proses belajar.

Ada pula yang mengartikan sebagai perangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran dalam

(57)

37

kegiatan belajar mengajar. Pada perkembangan selanjutnya kurikulum menjadi istilah yang digunakan untuk menunjukan satuan mata pelajaran yang harus ditempuh guna mencapai gelar atau memperoleh ijasah.23

Dalam bahasa Arab, kurikulum dikenal dengan sebutan manhaj, yang berarti “jalan terang yang dilalui oleh manusia pada berbagai bidang kehidupannya”. Ketika dikaitkan dengan dunia pendidikan, maka manhaj dimaknai sebagai jalan terang yang dilalui pendidik dengan orang-orang yang dididik/dilatih untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap mereka.24

Ilmu pengetahuan merupakan unsur utama dalam kurikulum. Dalam hal ini, H.M Arifin juga berpendapat bahwa unsur-unsur pengetahuan dan keterampilan yang harus dimasukkan di dalam content (isi) kurikulum yang didasarkan atas tabiat manusia sebagai makhluk berfikir, merasa dan menghendaki (unsur kemampuan kognitif, afektif, dan konotatif), diwujudkan dalam bentuk-bentuk: ilmu pengetahuan akademis, seni budaya, keterampilan bekerja (partical arts). Melalui ilmu pengetahuan itulah peserta didik

23Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam Fakta Teoritis-Filosofis- Aplikatif-Normatif, h. 129

24M. Taufik, Kreatifitas Jalan Baru Dunia Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2012), h. 136

(58)

dapat mengtahui sesuatu dan dengan seni budaya itulah mereka dididik untuk berbuat sesuatu bagi dirinya sendri, masyarakat umum dan lingkungan hidupnya.25

Kurikulum dalam pandangan Islam dikembangkan ke arah tauhid atau Iman kepada Allah Swt. Mengenai hal ini, Hamid Hasan Bilgrami dan Syed ‘Ali Asyraf menerangkan bahwa inti dari sarana pengembangan kurikulum dilihat dari sudut pandang Islam adalah kebenaran yang fundamental yang tidak dapat diubah, yaitu prinsip tauhid. Ciri-ciri kurikulum Islam itu sendiri, menurut Umar Muhammad al-Toumi yang dikutip oleh Abdul Rachman Assegaf adalah menonjolkan tujuan agama dan akhlak, meluaskan perhatian dan menyeluruhkan kurikulum, memiliki keseimbangan yang relative antara kandungan kurikulum dari ilmu-ilmu dan seni, pengalaman-pengalaman, dan kegiatan pengajaran. Ciri kurikulum di atas terkesan luas karena pendidikan Islam itu sendiri mencakup dimensi duniawi-ukhrawi, jasmani-rohani, dan materiil spiritual secara utuh dan integral.26

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kurikulum merupakan landasan yang digunakan pendidik untuk membimbing peserta didiknya

25Muhammad Kosim, Pemikiran Pendidikan Islam Ibn Khaldun, (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), h.64

26Abd. Rachman Assegaf, Filsafat Pendidika Islam, h. 110

(59)

39

kearah tujuan pendidikan yang diinginkan melalui akumulasi sejumlah pengetahuan keterampilan dan sikap mental. Ini berarti bahwa proses kependidikan Islam bukan suatu proses yang dapat dilakukan secara serampangan, tetapi mengacu pada konseptualisasi manusia paripurna. Disinilah pendidikan Islam memberikan pandangan filosfis tentang hakikat pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang dapat dijadikan pedoman dalam pembentukan manusia paripurna (insan kamil).

Kurikulum pendidikan Islam adalah bahan-bahan berupa kegiatan, pengetahuan, dan pengalaman yang dengan sistematis diberikan kepada anak didik untuk mencapai tujuan.

Kurikulum juga merupakan kegiatan yang mencangkup berbagai rencana kegiatan peserta didik secara terperinci berupa bentuk-bentuk bahan pendidikan, saran-saran strategi belajar mengajar, pengaturan-pengaturan program agar dapat diterapkan, dan hal-hal yang mencakup berbagai kegiatan sampai tercapai tujuan yang diinginkan.27

27Sri Minarti, Ilmu Pendidikan Islam Fakta Teoritis-Filosofis- Aplikatif-Normatif, h.132

(60)

B. Pendidikan Islam dalam Perspektif Pemikiran Islam 1. Pengertian Pemikiran Pendidikan Islam

Secara terminologis menurut Mohammad Labib al- Najihi, kajian pemikiran pendidikan Islam adalah merupakan aktivitas pikiran yang teratur menggunakan metode filsafat.

Pendekatan tersebut dipergunakan untuk mengatur, menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan dalam sebuah sistem integral. Pendekatan ini akan menghasilkan pandangan yang menyeluruh tentang pendidikan Islam dan dapat dijadikan sebagai pedoman dan patokan dalam merencanakan operasionalisasi pendidikan Islam yang lebih creadible, sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

Pola pendidikan yang demikian akan memberikan suatu model dan corak kpribadian peserta didik yang sesuai dengan prinsip- prinsip dan nilai-nilai Islam, serta bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan social, budaya, ekonomi serta politik Islam.

Untuk memahami pengertian pemikiran pendidikan Islam secara utuh, maka diperlukan pengklasifikasian makna per kata, yaitu pemikiran dan pendidikan Islam. Secara etimologi, pemikiran (berasal dari kata dasar pikir). Bermakna proses, cara atau perbuatan pemikir; yaitu menggunakan akal budi untuk memutuskan suatu persoalan dengan mempertimbangkan

(61)

41

segala sesuatu secara bijaksana. Dalam konteks ini, pemikiran dapat diartikan sebagai upaya cerdas (ijtihad) dari proses kerja akal dan kalbu untuk melihat fenomena dan berusaha mencari penyelesaian secara bijaksana28.

Adapun mengenai pengertian pendidikan banyak sekali para ahli yang memberikan batasannya, tetapi paling tidak, secara umum, pendidikan berarti suatu proses pengubahan sikap atau tingkah laku seseorang (peserta didik) dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan, dan cara-cara mendidik. Secara khusus penggunaan istilah pendidikan Islam dalam konteks ini berarti proses pentransferan nilai yang dilakukan oleh pendidik, yang meliputi proses pengubahan sikap dan tingkah laku serta kognitif peserta didik, baik secara kelompok maupun individual kearah kedewasaan optimal dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya, sehingga diharapkan peseerta didik mampu memfungsikan dirinya sebagai hamba maupun khalifah fil ardh dengan tetap berpedoman kepada ajaran Islam.29

28Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta : Gaya Medika Pratama, 2001), h.6

29Susanto, Pemikiran Pendidikan Islam, (Jakarta : AMZAH, 2009), h. 3

(62)

Dengan demikian dari beberapa definisi diatas, maka yang dimaksud dengan Pemikiran Pendidikan Islam adalah serangkaian proses akal kerja akal dan kalbu yang dilakukan secara berangsur-angsur dalam melihat berbagai persoalan yang ada dalam pendidikan Islam dan berupaya untuk membangun sebuah paradigma pendidikan yang mampu menjadi wahana bagi pembinaan dan pengembangan peserta didik secara paripurna. Melalui upaya ini diharapkan agar pendidikan yang ditawarkan mampu berapresiasi terhadap dinamika peradaban modern secara adaptik dan proporsional, tanpa harus melepaskan nilai-nilai Ilahiyah sebagai nilai warna dan nilai kontrol. Dengan pendekatan ini dimungkinkan akan menjadikan pendidikan Islam sebagai sarana efektif dalam mengantarkan peserta didik sebagai insan intelektual dan insan moral (Islam) secara kaffah.30

2. Sejarah Pemikiran Pendidikan Islam

Sejarah pendidikan sama usianya dengan sejarah manusai itu sendiri. Dengan kata lain, keberadaan pendidikan bersamaan dengan keberadaan manusia di muka bumi.

Keduanya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lain, melainkan saling melengkapi.

30Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, h. 7

(63)

43

Hal ini disebabkan , karena manusia merupakan subyek dan obyek pendidikan. Artinya, manusia tidak akan bisa berkembang secara sempurna bila tidak ada pendidikan. Untuk itu, tidak berlebihan jika dikatakan, bahwa eksistensi pendidikan merupakan salah satu syarat yang mendasar bagi meneruskan dan mengekalkan kebudayaan manusia. Di sini, fungsi pendidikan berupaya menyesuaikan kebudayaan lama dengan kebudayaan baru secara proposional dan dinamis.

Dalam wacana Islam, eksistensi pendidikan Islam telah ada sejak Islam pertama sekali diwahyukan. Ketika Rasulullah Saw mendapat perintah Allah SWT untuk menyebarluaskan ajaran Islam, maka apa yang dilakukanya jelas masuk kategori pendidikan. Wacana pemikiran pendidikan Islam masa Nabi sudah tentu tidak sistematis dan secanggih sekarang ini.

Meskipun demikian perhatian umat terhadap ilmu pengetahuan jelas lebih tinggi dan hal ini terwujud dengan kemungkinan kondisional waktu itu. Ketika di Mekkah, proses pendidikan Islam dilakukan Nabi dan para pengikutnya di Dar al-Aqram, sebagai pusan pendidikan dan dakwah.31

Dalam Al-Qur’an, ayat pertama yang diturunkan berhubungan langsung dengan pendidikan. Perintah membaca

31Samsul Nizar, Pengantar Dasar-Dasar Pemikiran Pendidikan Islam, h. 8

(64)

(iqra) sebagaimana wahyu pertama Surah al-Alaq, jelas mengandung nilai filosofis yang menjadi dasar bagi kegiatan pendidikan. Hal tersebut berarti menunjukan penekanan dan pandangan Al-Qur’an terhadap pentingnya Al-Qur’an.

Setelah Rasulullah hijrah, beliau membangun masjid yang tidak saja berfungsi sebagai tempat ibadah tetapi juga sebagai tempat pendidikan. Di masjid pula terdapat apa yang disebut shuffah yang berfungsi sebagai pendidikan, sekaligus tempat pendidikan, sekaligus tempat tinggal bagi orang yang tidak memiliki rumah, pendatang baru atau orang yang datang ke sana khusus menuntut ilmu. Keberadaan shuffah sebagai sarana pendidikan dan dakwah sangat terasa penting.

Semenjak wafatnya Rasulullah, selain ayat dalam Al- Qur’an, hadispun mendapat perhatian yang serius dalam pendidikan Islam. Didorong dengan semakin kompleknya tuntutan kehidupan umat Islam maka ruang lingkup pendidikan Islam berkembang pesat, yakni dengan tumbuhnya berbagai disiplin ilmu seputar kajian agama Islam. Sehubung dengan hal tersebut, upaya membongkar dasar-dasar pemikiran pendidikan Islam merupakan suatu hal yang menarik untuk dicermati lebih lanjut, terutama sebagai bahan perbandingan dalam

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Komunikasi massa memiliki proses yang berbeda dengan.. komunikasi tatap

stimulus alat indra.. 10 dahulu mengolah dan memikirkan kebenarannya secara logis dari sebuah obyek yang ditangkap. Dari kajian perspektif model persepsi menurut Devito,

2.  Dapat  menjadi  acuan  dalam  meningkatkan  citra  seragam  Batik  khas  Kota  Batu  dikalangan  warganya  sendiri,  untuk  diharapkan  memiliki  banyak 

Material processes, Imperative mood, temporal conjunction, Generalized human

Dengan ini diberitahukan kepada sudara, apabila dikuasakan harus disertai dengan surat kuasa atau surat tugas dari direktur kepada penerima kuasa atau penerima tugas dan

Untuk itu kami meminta kepada saudara untuk menunjukan asli dokumen yang sah dan masih berlaku ( beserta copynya ), sebagaimana yang terlampir dalam daftar isian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa hal meliputi besaran biaya medik langsung pasien Diabetes Melitus dilihat dari perspektif RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta,