• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

1. Pengertian Pendidikan Karakter

BAB II

KAJIAN TEORI

Pada bab dua ini akan dijelaskan secara teoritis terkait dengan pendidikan karakter, model pembelajaran halaqah, mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan model halaqah beserta dengan aspek bahasannya. Selanjutnya akan diuraikan lebih detail antara lain sebagai berikut :

A. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter merupakan hal yang sangat penting dalam penentu kemajuan suatu bangsa. Oleh sebab itu pembahasan mengenai pendidikan karakter sangat perlu untuk diperhatikan lebih mendalam. Dalam penelitian kali ini, sebelum peneliti mengkaji lebih jauh tentang pendidikan karakter, peneliti akan mendefinisikan terlebih dahulu makna pendidikan karakter secara terpisah. Pertama peneliti akan menguraikan tentang pengertian pendidikan dan yang kedua peneliti akan menguraikan tentang pengertian karakter.

Dalam dunia pendidikan, terdapat istilah pendidikan yang hampir sama bentuknya antara Paedagogie dan Paedogogiek. Paedagogie artinya pendidikan, sedangkan Paedogogiek berarti ilmu pendidikan.22 Ilmu pendidikan atau Paedogogiek merupakan suatu

22 M. Mahbubi, Pendidikan Karakter: Implementasi Aswaja sebagai Nilai Pendidikan

30

aktivitas menyelidiki dan merenungkan gejala atau fenomena perilaku dalam mendidik. Istilah tersebut berasal dari Yunani yang asal katanya Paedagogia yang berarti pergaulan dengan anak-anak.

Pengertian lain mengenai pendidikan ialah menurut Mahbubi dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Karakter” memaknai pendidikan sebagai suatu proses internalisasi kultur (budaya) kedalam jiwa individu dan masyarakat sehingga menjadi beradab.23 Pendidikan bukan hanya sarana mentranfer ilmu pengetahuan saja melainkan juga sebagai sarana proses pengkulturan dan penyaluran nilai (sosialisasi) yang harus menyetuh dimensi dasar kemanusiaan.

Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan ialah suatu tuntunan dari segala kekuatan yang ada pada anak agar mereka kelak menjadi manusia yang dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya sesuai dengan tujuan yang telah diharapkan.24 Konsep pendidikan semakna dengan kata education yang dalam bahasa latinnya educare yang secara etimologi berarti melatih.25

Dari beberapa definisi diatas dapat difahami bahwa pendidikan merupakan sebuah proses yang dilakukan secara sadar dengan berbagai macam bentuk untuk membantu melatih, menumbuhkan, mengarahkan dan mengembangkan berbagai potensi yang ada. Hal itu bertujuan agar potensi tersebut dapat berkembang dengan baik dan bermanfaat, sehingga

23 Ibid., h. 37.

24Suyudi, Pendidikan dalam Prespektiif Al-Qur’an, (Yogyakarta: Mikraj, 2005), h. 52.

25

31

tercapainya suatu kebahagiaan maupun keselamatan dengan tetap memfokuskan pada tujuan pendidikan itu sendiri.

Pentingnya sebuah pendidikan juga dijelaskan dalam Al Qur’an, yang termuat pada Qur’an surat Al-Alaq (96) ayat 1-5 :

َقَلَخ يِذَّلا َكِّبَر ِمْساِب ْأَرْ قا

ٍقَلَع ْنِم َناَسنِْلْا َقَلَخ

ُمَرْكَْلْا َكُّبَرَو ْأَرْ قا

ِمَلَقْلاِب َمَّلَع يِذَّلا

ْمَلْعَ ي َْلَ اَم َناَسنِْلْا َمَّلَع

Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan-mu yang menciptakan,Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhan-mulah yang Maha Mulia, yang mengajar (manusia) dengan pena.Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.26

Dari ayat diatas dijelaskan bahwa agama Islam telah mengarahkan dan menganjurkan umatnya agar senantiasa membaca, karena membaca merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses belajar. Hal tersebut dimaksudkan agar kita dapat menjadi umat yang cerdas, berpengetahuan dan berwawasan luas dan dapat memanfaatkan potensi yang dimiliki dengan baik.

Tujuan dari pendidikan ialah untuk membentuk kepribadian, kemandirian, keterampilan sosial dan karakter yang baik, cerdas dan berkualitas. Hal tersebut searah dengan pendapat Socrates yang menyebutkan sejak 2500 tahun yang lalu bahwa tujuan pendidikan ialah untuk membuat seseorang menjadi good and smart.27

Dalam sejarah Islam sekitar 1400 tahun yang lalu Nabi Muhammad SAW juga menegaskan bahwa misi utama dalam mendidik manusia adalah

26

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: J-ART, 2005), h. 598.

27 AbdulMajid, Pendidikan Karakter Perspektif Islam, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2012), h. 02.

32

untuk menyempurnakan akhlak dan mengupayakan pembentukan karakter yang baik (good character).28 Oleh sebab itu berbagai program dirancang dan diimplementasikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut terutama dalam rangka pembinaan karakter.

Secara etimologi istilah karakter berasal dari bahasa latin (kharakter, kharassein, kharax), dalam bahasa inggris (character) dan Yunani (character dari charassein) yang berarti membuat tajam, membuat dalam.29 Menurut kamus besar bahasa Indonesia karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, kebiasaan, etika, watak, tabiat, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lainnya.

Secara terminologi (istilah), pengertian karakter menurut Prof. Suyanto, Ph. D. adalah suatu cara berfikir atau berperilaku yang dapat menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pengertian ini senada dengan pengertian sumber lain yang menyatakan bahwa “character is the sum of all the qualities that make you who you are. It’s your values, your thoughts, your words, and your actions. (Karakter adalah keseluruhan nilai-nilai, pemikiran, perkataan, dan perilaku atau perbuatan yang telah membentuk diri seseorang. Dengan demikian, karakter dapat disebut sebagai jati diri seseorang yang telah terbentuk dalam proses

28 Ibid., h. 04. 29

33

kehidupan oleh sejumlah nilai-nilai etis yang dimilikinya, berupa pola pikir, sikap dan perilakunya).30

Adapun pengertian karakter menurut Masnur Muslich yang menyebutkan bahwa karakter difahami sebagai kualitas moral dan mental seseorang yang pembentukannya dipengaruhi oleh faktor bawaan atau fitrah (nature) dan lingkungan atau sosialisasi pendidikan (nurture).31 Pengertian karakter menurut tokoh lain seperti Lorens Bagus mendefinisikan, karakter sebagai nama dari jumlah seluruh ciri pribadi yang mencakup perilaku, kebiasaan, kesukaan, ketidaksukaan, kemampuan, kecenderungan, potensi, nilai-nilai, dan pola-pola pemikiran.32

Pada dasarnya karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan. Hal tersebut terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Dari uraian tersebut Syamsul Kurniawan mendefinisikan bahwa karakter lebih mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations) dan keterampilan (skills) yang ada pada diri seseorang.33

30Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan), (Jakarta : Kencana, 2012), h. 11.

31 Sudrajat, Halaqah sebagai Model Artenatif Pembentukan Karakter Bangsa, Al-Irsyad: Jurnal Kependidikan, Vol. 6, No. 1, Juni 2018, h. 187.

32

Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: Gramedia, 2005), h. 392.

33 Syamsul Kurniawan, Pendidikan Karakter: Konsepsi dan Implementasinya secara Terpadu di

Lingkungan Keluarga, Sekolah, Perguruan Tinggi dan Masyarakat, (Yogyakarta: Ar-Ruzz

34

Sedangkan Imam Ghazali menganggap bahwa karakter lebih dekat dengan akhlak, hal tersebut dikarenakan akhlakdan karakter sama-sama bersifat spontanitas. Spontanitas yang dimaksud disini ialah suatu tindakan yang terjadi secara langsung tanpa adanya pemikiran lagi, hal tersebut dikarenakan nilai-nilai yang ada pada diri, jiwa dan fikiran mereka mempengaruhi sebuah tindakan yang mereka lakukan sehingga memungkinkan terbentuknya suatu kebiasaan dalam bersikap dan berperilaku.

Dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan pengamalan dalam bentuk perilaku atau perbuatan yang sesuai dengan nilai-nilai luhur sehingga menjadi jati dirinya, dan dapat diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhannya, diri sendiri, antar sesama dan lingkungannya.

Oleh karena itu penanaman pendidikan karakter perlu adanya sebuah proses melalui keteladanan dan pembiasaan serta pembudayaan dalam lingkungan peserta didik baik di lingkungan sekolah, keluarga, lingkungan masyarakat, maupun lingkungan media massa.