• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pengertian karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”.54

Tadkirotun Musfiroh dalam Sofan Amri, menjelaskan bahwa karakter mengacu kepada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to mark” atau menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus dan perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.55 Sedangkan menurut Hernowo, karakter adalah watak, sifat, atau hal-hal yang memang sangat mendasar yang ada pada

53 Nanang Fattah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung : PT Rosdakarya, 2004),

hal. 107.

54 Amri, Sofan, dkk., Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran, (Jakarta :

Prestasi Pustaka, 2011), hal. 3 55Ibid

diri seseorang. Selanjutnya Hernowo juga memberikan makna karakter sebagai tabiat dan akhlak atau budi perkerti yang membedakan seseorang dengan yang lain.56

Karakter mulia berarti individu memiliki pengetahuan tentang potensi dirinya, yang ditandai dengan nilai-nilai seperti reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggungjawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menepati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia, bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berpikir positif, disiplin, antisipatif, inisiatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib. Di samping itu, Individu juga memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul dan bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, emosional, sosial, etika, dan perilaku).57

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “the deliberate use

56 Hernowo, Self Digesting; Alat Menjelajahi dan Mengurai Diri (Bandung : Mizan Media

Utama, 2004),hal.175.

of all dimensions of school life to foster optimal character

development”.58

Pada pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (pemangku pendidikan) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga sekolah/lingkungan. Kemudian dapat dijelaskan bahwa pendidikan karakter adalah segala sesuatu yang dilakukan guru, yang mampu mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu membentuk watak peserta didik. Hal ini mencakup keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi, dan berbagai hal terkait lainnya.59

Pendidikan karakter berpijak dari karakter dasar manusia, yang bersumber dari nilai moral universal (bersifat absolut) yang bersumber dari agama yang juga disebut sebagai the golden rule. Pendidikan karakter dapat memiliki tujuan yang pasti, apabila berpijak dari nilai-nilai karakter dasar tersebut.

Ratna Megawangi sebagai pencetus pendidikan karakter di Indonesia, memaparkan beberapa nilai karakter dasar tersebut adalah: cinta kepada Allah dan ciptaan-Nya (alam dengan isinya), tanggungjawab, jujur,

58 Asmani, Jamal Ma’mur, Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah,

(Jogjakarta : Diva Press, 2012), hal. 38 59Ibid, hal. 40

hormat dan santun, kasih sayang, peduli, dan kerjasama, percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah, keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati, toleransi, cinta damai, dan cinta persatuan.60

Pada implementasinya, terkadang karakter disamakan maknanya dengan kata akhlak dan moral.61 Seperti pada paparan pengertian karakter di atas tampaknya sama dengan pengertian akhlak dalam pandangan Islam. Menurut pandangan Islam, akhlak adalah sifat yang berada dalam jiwa yang mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan secara tidak sadar dan tanpa melalui pemikiran dan pertimbangan terlebih dahulu.

Anis Matta menjelaskan, akhlak adalah nilai yang telah menjadi sikap mental yang mengakar pada jiwa, lalu tampak dalam bentuk tindakan dan perilaku yang bersifat tetap, natural, dan refleks.62 Sedangkan al-Ghozali memberikan pengertian akhlak merupakan sifat yang tertanam dalam jiwa yang melahirkan berbagai macam perbuatan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan

60 Mulyasa, H.E., Manajemen Pendidikan Karakter, Op. Cit., hal. 5

61 Pada prinsipnya moral, karakter dan akhlak memiliki makna yang sama tetapi secara

substansi terdapat perbedaan makna dari ketiga kata tersebut. Moral adalah pengetahuan seseorang terhadap hal baik dan buruk yang ada dan melekat dalam diri seseorang. Istilah moral

berasal dari bahasa Latin mores dari suku kata mos, yang artinya adat istiadat, kelakuan tabiat,

watak.

Moral merupakan konsep yang berbeda dengan moralitas. Moral adalah prinsip baik buruk

sedangkan moralitas merupakan kualitas pertimbangan baik buruk. Moral pendidikan adalah nilai

-nilai yang terkandung secara built in dalam setiap bahan ajar atau ilmu pengetahuan.

Akhlak (bahasa Arab), bentuk plural dari khuluq adalah sifat manusia yang terdidik.

Sedangkan Karakter adalah tabiat seseorang yang lansung di-drive oleh otak. Munculnya tawaran

istilah pendidikan karakter (character education) merupakan kritik dan kekecewaan terhadap

praktik pendidikan moral selama ini. Baca Muhammad al-Abd, t.t., al-khlāq fi al-Islām, (Cairo:

al-Jami’ah al-Qahirah, t.t.), hal. 11.

62M. Anis Matta, Membentuk Karakter Cara Islam (Jakarta : Al

pertimbangan. Perbuatan seseorang akan menjadi karakter atau akhlak apabila dilakukan secara berulang-ulang dan menjadi kebiasaan.63

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter atau akhlak adalah pendidikan untuk membentuk kepribadian seseorang agar memiliki karakter atau akhlak, yang hasilnya dapat dilihat dalam tindakan nyata, yaitu berupa tingkah laku yang baik, seperti jujur, bertanggungjawab, kerja keras, menghormati orang lain, dan lain-lain.

Sedangkan istilah moral berasal dari bahasa latin mores yang berarti adat kebiasaan atau cara hidup. Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai macam perilaku yang harus dipatuhi.64 Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang mengatur prilaku individu dalam hubunganya dengan masyarakat.65

Moral merupakan tindakan manusia yang bercorak khusus yang didasarkan kepada pengertiannya mengenai baik dan buruk. Morallah yang membedakan manusia dengan makhluk tuhan yang lainya dan menempatkan pada posisi yang baik diatas makhluk lain. Moral merupakan realitas dari kepribadian pada umumnya bukan hasil perkembangan pribadi semata, akan tetapi adalah merupakan tindakan atau tingkah laku seseorang.

63Majid, Abdul, dkk. Pendidikan Karakter Perspektif Islam (Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya, 2011) hal. 8-9

64 Singgih, Gunarsa, Dasar dan Teori Perkembangan Anak, ( Jakarta : Gunung Mulia,

1986), hal. 24

65 Ibid

Dengan demikian dapat dipahami, bahwa karakter merupakan sifat, watak, tabiat, budi pekerti, moral atau akhlak yang dimiliki oleh seseorang yang merupakan ciri khas yang dapat membedakan perilaku, tindakan dan perbuatan antara yang satu dengan yang lain. Jadi meskipun karakter memang berada di relung paling dalam sisi batin manusia, namun karakter dapat terlihat atau terdeteksi karena dapat ditampakkan oleh seseorang lewat perilakunya sehari-hari.