Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006:49) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terdapat dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 adalah sebagai mata pelajaran yang bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan 1.Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, 2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, bernegara serta anti korupsi, 3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain, 4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Salah satu ruang lingkup dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 adalah “Norma, hukum dan peraturan meliputi tata tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang
berlaku di masyarakat, peraturan daerah, norma dalam kehidupan baerbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional”.
Dari tujuan dan ruang lingkup Permendiknas di atas dapat disimpulkan bahwa PKn merupakan pelajaran yang menekankan pada pembentukan karakter siswa, jika dikaitkan dengan pengertian guru, maka guru PKn adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik tentang pembentukan sikap agar menjai warga Negara berkarakter sesuai Pancasila dan UUD 1945.
Dalam rangka pelaksanaan Kurikulum 2013 pengganti KTSP, pemerintah melalui Kemendikbud telah menerbitkan peraturan baru tentang Implementasi Kurikulum yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013. Dalam kurikulum ini pendidikan karakter mendapat perhatian yang besar, hal itu nampak dalam rumusan kompetensi inti dan kompetensi dasar, seperti misalnya :
Tabel 2.1 Contoh KI dan KD dalam Kurikulum 2013
No Kompetensi Inti Kompetensi Dasar
1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
1.1 Menghargai perilaku beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia dalam kehidupan di sekolah dan masyarakat.
2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
2.1 Menghargai semangat dan komitmen kebangsaan seperti yang ditunjukkan oleh para pendiri negara dalam perumusan dan penetapan Pancasila sebagai dasar negara 2.2 Menghargai perilaku sesuai norma-norma
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya.
sebaya dan masyarakat sekitar
2.3 Menghargai sikap toleran terhadap keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan gender
2.4 Menghargai semangat persatuan dan kesatuan dalam memahami daerah tempat tinggalnya sebagai bagian yang utuh dan tak terpisahkan dalam kerangka Negara Kesatuan RepubIik Indonesia (NKRI) (Sumber: Silabus SMP)
Dari contoh perumusan kompetensi inti diatas dapat dilihat cakupan pendidikan karater yang dituangkan dalam kompetensi dasar. Untuk mencapai tujuan karakter yang di harapkan guru perlu menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Dalam Permendikbud Nomor 81A/2013 langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.
a. Mengamati (observasi)
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran adalah dengan membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
b. Menanya
Menanya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
c. Mengumpulkan Informasi
Aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
d. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/ Menalar
Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan pembelajaran memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.
e. Menarik kesimpulan
Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari
keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan.
f. Mengkomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Sebagaimana telah dikemukakan tersebut di atas bahwa salah satu misi PKn adalah sebagai pendidikan karakter, maka dalam Draf Panduan Guru Mata Pelajaran Pkn (2010) beberapa peran guru PKn yang perlu dilakukan dalam mengembangkan misi tersebut adalah :
1. Memahami Nilai-Nilai Karakter Yang Hendak Dikembangkan
Untuk dapat menjadi guru PKn yang efektif dalam pendidikan karakter, perlu memahami dengan baik mengenai konsep dan indikator karakter yang hendak
dinternalisasikan kepada peserta didik. Tanpa pemahaman yang baik mengenai nilai karakter tersebut, maka sulit bagi guru untuk membuat Silabus, RPP dan melaksanakan praktek pembelajarannya secara efektif.
2. Mengembangkan Pembelajaran Aktif
Komponen-komponen tersebut dapat mengembangkan karakter peserta didik apabila memenuhi enam kriteria yaitu: Tujuan, Input, Aktivitas, Pengaturan (Setting), Peran guru, Peran peserta didik.
3. Mengembangkan Kultur Sekolah
Kultur sekolah yang kondusif bagi pengembangan karakter perlu diciptakan. Kultur sekolah adalah norma-norma, nilai-nilai, keyakinan, sikap, harapan-harapan, dan tradisi yang ada di sekolah dan telah diwariskan antar generasi, dipegang bersama yang mempengaruhi pola pikir, sikap dan pola tindakan seluruh warga. Pembelajaran yang baik hanya dapat berlangsung pada sekolah yang memiliki kultur positif. Suatu kultur sekolah yang sehat akan berdampak kesuksesan siswa dan guru dibandingkan dengan dampak bentuk reformasi pendidikan yang lain. Kultur sekolah yang sehat dan positif berkaitan erat dengan: motivasi dan prestasi siswa dan produktivitas dan kepuasan guru. Racun kultur negatif di sekolah misalnya: diktator, komentator, agitator, dan spectator.
4. Menjadi Model
Guru hendaknya dapat menjadi contoh bagi peserta didik sebagai guru yang berkarakter. Maksudnya sikap dan tindakan guru menggambarkan karakter yang diinternalisasikan kepada peserta didik. Dengan kata lain seperti peran guru yang
diajukan Ki Hajar Dewantara, bahwa guru yang dengan efektif dan efisien mengembangkan karakter siswa adalah mereka yang ing ngarsa sung tuladha, ing
madya mangun karsa, tut wuri handayani. Dalam hal ini Bung Karno menyatakan
semboyan: “orang tidak dapat mengajarkan apa yang dikehendakinya, tidak juga apa yang diketahuinya, orang hanya dapat mengajarkan apa yang dihayatinya”. Pendapat Bung Karno mempertegas bahwa seorang guru tidak ada pilihan lain kecuali mempraktekan apa yang diajarkannya, untuk dapat menghayati yang diajarkannya.
Guru PKn maupun anak didik harus dapat banyak belajar maupun mencontoh mutiara-mutiara karakter dari para pendiri bangsa. Misalnya, salah satunya adalah Bung Hatta. Bung Hatta memiliki karakter antara lain: bebas; tekun; santun; saleh; patriotik; aktif berorganisasi. Para founding father juga merupakan guru bangsa yang memiliki karakter yaitu memiliki pengetahuan luas dan mendalam tentang berbagai hal (well informed), pembaca yang baik (well read), berkemampuan yang sangat baik untuk mengemukakan pendapatnya dengan lisan maupun tulisan (well equiped), serta pengetahuan dan ilmu yang dimilikinya sebagai basis gerakan sosial.