• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Guru Pkn dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Pakis Tahun Ajaran 2013/2014) T1 172010004 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Guru Pkn dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Pakis Tahun Ajaran 2013/2014) T1 172010004 BAB II"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

9

Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 3 (tiga) bagian besar, yaitu (1) kajian teori, (2) hasil penelitian yang relevan, dan (3) kerangka berpikir. Bagian ini merupakan dasar atau landasan teoritis bagi pelaksanaan penelitian ini. Berikut ini akan dibahas secara khusus ketiga bagian-bagian besar tersebut.

2.1Kajian Teori

2.1.1 Tata Tertib Sekolah

2.1.1.1Pengertian Tata Tertib

Tata tertib adalah peraturan yang harus ditaati atau dilaksanakan (KBBI, 2008: 1409). Tata tertib sekolah adalah aturan atau peraturan yang baik dan merupakan hasil pelaksanaan yang konsisten (tatap azas) dari peraturan yang ada. Aturan – aturan ketertiban dalam keteraturan terhadap tata tertib sekolah, meliputi kewajiban, keharusan dan larangan – larangan. Tata tertib sekolah merupakan patokan atau standar untuk hal – hal tertentu (Dekdikbud, 1989:37).

(2)

Dapat disimpulkan bahwa tata tertib sekolah merupakan peraturan yang tertulis yang dibuat secara resmi oleh pihak yang berwenang dengan pertimbangan tertentu yang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah dan memuat hal-hal yang diharuskan dan dilarang bagi siswa selama ia berada di lingkungan sekolah dan apabila mereka melakukan pelanggaran maka pihak sekolah berwenang untuk memberikan sanksi sesuai dengan ketetapan yang berlaku. Pelaksanaan tata tertib sekolah akan dapat berjalan dengan baik jika semua pihak yang ada disekolah seperti guru, aparat sekolah dan siswa saling mendukung terhadap tata tertib sekolah itu sendiri, kurangnya dukungan dari siswa akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang diterapkan di sekolah.

2.1.1.2Fungsi Tata Tertib

Dalam Taqiyya (Hasnun,2010:61) fungsi tata tertib antara lain a) diikuti dan ditaati bersama; b) sebagai pengontrol dalam setiap tindakan; c) mengingatkan; d) meningkatkan disiplin; f) memberi motivasi untuk berbuat dan bertindak positif; g) patokan dan acuan dalam setiap tindakan.

Hal itu dijelaskan menurut Rokayah (2013) sebagai berikut: a. Diikuti dan ditaati bersama

(3)

b. Sebagai pengontrol setiap tindakan

Adanya tata tertib di sekolah adalah sebagai pengontrol tindakan semua warga sekolah agar tidak bertindak semaunya sendiri. Contoh: jika dalam sekolah tersebut mempunyai tata tertib masuk jam 07.00 maka siswa harus tepat jam 07.00 sampai sekolah, jika tidak tepat maka masih terjadi pelanggaran di sekolah.

c. Mengingatkan

Tata tertib mengingatkan setiap hal yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan oleh semua warga sekolah demi kelancaran proses belajar mengajar. Contoh: Jika dalam waktu 5 menit guru belum datang maka ketua atau wakil ketua mengubungi guru piket. Dalam pergantian jam pelajaran, siswa tidak boleh keluar kelas. Jika ada siswa yang keluar masuk kelas saat pergantian jam pelajaran maka masih terjadi pelanggaran tata tertib.

d. Meningkatkan disiplin

Tata tertib dibuat untuk meningkatkan disiplin warga sekolah, terutama siswa. Karena jumlah siswa lebih banyak dibandingkan dengan jumlah warga sekolah lainnya. Contoh: Saat ada siswa yang terlambat datang ke sekolah maka harus minta surat ijin dari guru piket atau guru BK terlebih dahulu agar dapat mengikuti pembelajaran di dalam kelas.

e. Memberi motivasi untuk berbuat dan bertindak positif

(4)

peraturan-peraturan tersebut menjadikan kenyamanan dalam lingkungan sekolah. Contoh: tidak boleh berkelahi, Jika berada di lingkungan sekolah tidak boleh merokok karena di sekolah adalah lingkungan tanpa rokok maka harus mematuhi peraturan tersebut dan apabila masih ada yang merokok, itu berarti masih terjadi pelanggaran di sekolah tersebut.

f. Patokan dan acuan dalam setiap tindakan

Tata tertib sekolah menjadi patokan atau acuan dalam setiap tindakan warga sekolah yang dilakukan dalam lingkungan sekolah agar kondisi sekolah tetap nyaman. Contoh: tidak boleh menerima tamu dari luar tanpa seijin guru piket, jika masih ada siswa yang menerima tamu tanpa seijin guru maka masih terjadi pelanggaran tata tertib.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi tata tertib adalah untuk meningkatkan sikap dan perilaku perilaku warga sekolah agar berdisiplin sehingga menjadikan kelancaran proses belajar mengajar dan tujuan pendidikan bisa terlaksana. Fungsi lain adalah untuk membatasi perilaku yang kurang baik bagi siswa.

2.1.1.3Tujuan Tata Tertib

(5)

Tujuan tata tertib sekolah meliputi beberapa aspek di antaranya sebagai berikut:

a. Membentuk akhlak dan kepribadian siswa melalaui penciptaan iklim dan budaya sekolah yang kondusif dalam menunjang proses pembelajaran. b. Membentuk dan membiasakan pelaksanaan nilai-nilai karakter sekolah. c. Melatih siswa untuk dapat hidup tertib dan berakhlak mulia yang akan

diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat.

d. Memotivasi siswa untuk berprestasi yang dapat menjadikan sekolah yang berkualitas.

e. Memonitor dan mengevalusi perilaku siswa secara berkesinambungan untuk dijadikan pertimbangan dalam penentuan kenaikan kelas, dan ketamatan belajar siswa.

2.1.1.4Isi Tata Tertib Sekolah

Tata tertib sekolah sebagaimana tercantum di dalam Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 14/4/1974 Tanggal 1 Mei 1974 (Nawawi, 1986:161) mencakup aspek – aspek sebagai berikut:

a. Tugas dan kewajiban

(6)

Arikunto (1990:123) berpendapat batasan peraturan dan tata tertib sekolah sebagai berikut:

a. Peraturan menunjuk pada patokan atau standar yang sifatnya umum yang harus dipenuhi oleh siswa. Misalnya peraturan tentang kondisi yang harus dipenuhi oleh siswa di dalam kelas pada waktu pelajaran sedang berlangsung. b. Tata tertib sekolah menunjuk pada patokan atau standar yang sifatnya khusus

yang harus dipenuhi oleh siswa. Tata tertib sekolah menunjuk pada patokan atau standar untuk aktifitas khusus, seperti penggunaan pakaian seragam, penggunaan laboratorium, mengikuti upacara bendera, mengerjakan tugas rumah, pembayaran SPP dan sebagainya.

Tata tertib sekolah merupakan kebutuhan yang harus mendapat perhatian dari semua pihak yang terkait, terutama dari pelajar atau siswa itu sendiri. Namun disisi lain guru juga harus memberikan pengawasan secara optimal terhadap pelaksanaan tata tertib sekolah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka sekolah pada umumnya menyusun pedoman tata tertib sekolah bagi semua pihak yang terkait baik Guru, tenaga administrasi maupun siswa. Isi tata tertib sekolah secara garis besar adalah berupa tugas dan kewajiban siswa yang harus dilaksanakan, larangan dan sanksi.

Pada hakikatnya tata tertib sekolah baik yang berlaku umum maupun khusus meliputi tiga unsur (Arikunto, 1990:123) yaitu:

a. Perbuatan atau tingkah laku yang diharuskan dan yang dilarang;

(7)

c. Cara atau prosedur untuk menyampaikan peraturan kepada subjek yang dikenai tata tertib sekolah tersebut.

2.1.1.5Macam-Macam Tata Tertib

Dalam Giri (Suparlan, 2008:53), beberapa macam tata tertib yang harus dibuat oleh sekolah antara lain adalah:

a. Tata tertib perpustakaan b. Tata tertib kantin c. Tata tertib mushala d. Tata tertib laboratorium e. Tata tertib lapangan olah raga f. Tata tertib kelas

g. Tata tertib siswa

h. Tata tertib guru dan sebagainya

2.1.2 Pelanggaran Tata Tertib

2.1.2.1Pengertian Pelanggaran Tata Tertib

(8)

Dapat diambil kesimpulan bahwa pelanggaran tata tertib sekolah adalah tindakan siswa yang melanggar peraturan sebagai bentuk kenakalan yang telah ditetapkan menjadi tata tertib yang bertujuan untuk melancarkan proses belajar mengajar di sekolah.

2.1.2.2Bentuk Pelanggaran Tata Tertib

Bentuk-bentuk pelanggaran menurut Soeparwoto (2003:163) yang dilakukan siswa disekolah meliputi: a. Membolos; b. Terlambat; c. Menyontek; d. Berkelahi; e. Mencuri; f. Merokok; g. Membawa buku atau sejenisnya, yang mengandung unsur pornografi; h. Berpakaian tidak sesuai aturan; i. Minum-minuman keras; j. Menghisap obat terlarang.

2.1.2.4Faktor-Faktor Penyebab Pelanggaran Tata Tertib

Masa-masa SMP merupakan masa membentuk dan mengembangkan kepribadian, disamping itu juga juga merupakan masa transisi untuk mencari identitas diri, masa peralihan dan masa yang rawan akan pengaruh negatif yang muncul di lingkungan sekitar tempat tinggal. Hal ini selalu muncul keinginan untuk mencoba hal-hal baru baik itu positif maupun negatif dan berbau modern yang tentunya tidak sesuai dengan nilai asli budaya Indonesia.

(9)

Proses perkembangan siswa menuju kepribadian yang baik tidaklah selalu lancar akantetapi banyak mengalami rintangan. Besar kecilnya rintangan ditentukan oleh faktor tempat dimana siswa berada, dimulai dari lingkungan keluarga dan masyarakat dimana siswa hidup dan berkembang. Faktor yang menyebabkan munculnya pelanggaran yang dilakukan oleh siswa menurut Willis (2012: 93) adalah faktor dari dalam (intrinsik) dan faktor dari luar (ekstrinsik).

a. Faktor dari dalam (intrinsik)

Adalah faktor yang menyebabkan munculnya perlaku menyimpang berasal dari dalam diri seseorang.

1. Predisposing factor

Predisposing factor merupakan kelainan kejiwaan seperti schizophrenia.

Penyakit jiwa ini bisa juga dipengaruhi oleh lingkungan keluarga yang keras atau penuh tekanan terhadap anak. Kecenderungan kenakalan adalah faktor bawaan bersumber dari kelainan otak.

2. Krisis identitas

Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama, terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua, tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.

3. Lemahnya pertahan diri

(10)

Lemahnya kepribadian remaja disebabkan faktor pendidikan di keluarga. Sering orang tua tidak memberi kesempatan anak untuk mandiri, kreatif, dan memiliki daya kritis serta mampu bertanggung jawab. Orang tua yang seperti ini mengabaikan kemampuan anaknya terutama jika sudah remaja masih dianggap anak-anak. Akibatnya hingga akhir yaitu saat-saat yang penting untuk menjadi orang dewasa tidak menjadi kenyataan.

4. Kurangnya kemampuan penyesuaian diri

Ketidakmampuan diri dalam penyesuaian terhadap lingkungan sosial karena dengan mempunyai daya pilih teman bergaul akan membantu pembentukan perilaku positif.

5. Kontrol diri yang lemah

Siswa yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat iterima dengan yang tidak dapat diterima akan terseret pada perilaku 'nakal'. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.

6. Intelegensi

(11)

normal akan mengalami berbagai kesulitan dalam belajar di sekolah maupun menyesuaikan diri di masyarakat.

7. Umur

Umur mempengaruhi pembentukan sikap dan pola tingkah laku seseorang. Makin bertambahnya umur diharapkan seseorang bertambah pula kedewasaannya, makin mantap pengendalian emosinya, dan makin tepat segala tindakannya.

b. Faktor dari luar (ekstrinsik)

Adalah faktor yang menyebabkan munculnya perlaku menyimpang berasal dari luar diri seseorang yaitu lingkungan hidupnya.

1. Peran keluarga

Keluarga sebagai unit terkecil dalam kehidupan sosial sangat besar perananya dalam membentuk pertahanan seseorang terhadap serangan penyakit sosial sejak dini. Kesulitan para orang tua untuk mewujudkan keseimbangan dalam pemenuhan kebutuhan lahir dan batin inilah yang menjadi penyebab awal munculnya kenakalan remaja yang dilakukan anak dari dalam keluarga yang akhirnya tumbuh dan berkembang hingga meresahkan masyarakat.

2. Peran masyarakat

(12)

masa depan seseorang, jika di luar rumah anak menemukan sesuatu yang menyimpang dari nilai dan norma sosial.

3. Pergaulan

Pola tingkah laku seorang anak tidak bisa terlepas dari pola tingkah laku anak-anak lain di sekitarnya. Anak-anak-anak lain yang menjadi teman sepergaulannya sering kali memengaruhi kepribadian seorang anak. Dari teman bergaul itu, anak akan menerima norma-norma atau nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Apabila teman bergaulnya baik, dia akan menerima konsep-konsep norma yang bersifat positif. Namun apabila teman bergaulnya kurang baik, sering kali akan mengikuti konsep-konsep yang bersifat negatif. Oleh karena itu menjaga pergaulan dan memilih lingkungan pergaulan yang baik itu sangat penting.

4. Media massa

Berbagai tayangan di televisi tentang tindak kekerasan, film-film yang berbau pornografi, sinetron yang berisi kehidupan bebas dapat mempengaruhi perkembangan perilaku individu. Anak-anak yang belum mempunyai konsep yang benar tentang norma-norma dan nilai-nilai sosial dalam masyarakat, sering kali menerima mentah-mentah semua tayangan itu. Penerimaan tayangan-tayangan negatif yang ditiru mengakibatkan perilaku untuk melanggar.

(13)

pendidik yang di percaya oleh orang tua siswa untuk membina siswa agar memiliki kepribadian yang baik.

2.1.3 Upaya Guru Dalam Menegakkan Tata Tertib

Upaya adalah suatu usaha atau ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar (KBBI, 2008:1534). Jadi, upaya penanganan pelanggaran disini adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk menegakkan tata tertib di sekolah. Sedangkan pengertian guru adalah sebagai berikut:

2.1.3.1Pengertian Guru

Guru menurut Undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (ayat 1 pasal 1). Peranan guru sangat penting dalam dunia pendidikan karena selain berperan mentransfer ilmu pengetahuan ke peserta didik, guru juga dituntut memberikan pendidikan karakter dan menjadi contoh karakter yang baik bagi anak didiknya.

(14)

Dari berbagai definisi menurut pendapat para ahli maka dapat diambil kesimpulan bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab mendidik siswa dari ketika dini sampai dewasa yang tidak hanya di lakukan di lembaga formal.

2.1.3.2Kompetensi Guru PKn

Menurut UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1, ayat 10, disebutkan “Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dmiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesian. Dalam kompetensi ini meliputi daya pikir, daya kalbu, dan daya raga yang diperlukan oleh peserta didik unutk terjun ke masyarakat untuk mengembangkan dirinya (Syaiful, 2011: 29).

Menurut PP No. 19 Tahun 2005 Pasal 28, Ayat 3 dan U No. 14 Tahun 2005 Pasal 10 Ayat 1 menyatakan kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak meliputi : kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.

1. Kompetensi Pedagogik

(15)

Jadi dalam kemampuan pedagogik guru harus mengembangkan kemampuan yang bersifat kognitif berupa pengertian dan pengetahuan, afektif berupa sikap dan nilai maupun performansi berupa perbuatan-perbuatan yang mencerminkan pemahaman ketrapilan dan sikap.

2. Kepribadian

(16)

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial guru berperilaku santun, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan mampu menarik mempunyai rasa empati terhadap orang lain dan meliputi : berkomunikasi lisan, tulisan, dan atau isyarat, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

4. Kompetensi Professional Atau Kompetensi Akademik.

(17)

2.1.1.3Peran Guru dalam Penegakkan Tata Tertib Sekolah

Menurut Daryanto (2014) terdapat beberapa Indikator-indikator yang perlu diperhatikan dalam menegakkan tata tertib dan kedisiplinan meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu penyusunan tata tertib, sosialisasi tata tertib, dan penegakkan tata tertib.

1. Penyusunan Tata Tertib

Beberapa pedoman umum dalam menyusun tata tertib sekolah dikemukakan sebagai berikut:

a) Penyusunan tata tertib melibatkan atau mengakomodasi aspirasi siswa dan aspirasi orangtua siswa yang dianggap sesuai dengan visi dan misi sekolah.

b) Semua aturan disiplin dan tata tertib yang berkaitan dengan apa yang dikehendaki, dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan beserta sanksi atas pelanggarannya, merupakan hasil kompromi semua pihak (siswa, orangtua, guru, guru pembimbing, dan kepala sekolah).

c) Penyusunan tata tertib harus didasarkan pada komitmen yang kuat antara semua unsur dan komponen sekolah dan konsisten dengan peraturan dan tata tertib yang berlaku.

(18)

memberi saran kepada guru, pegawai dan kepala sekolah dalam rangka pengembangan sekolah.

e) Tata tertib sekolah jangan hanya dibuat berupa konsep yang harus dipatuhi oleh warga sekolah dengan sanksi yang sangat jelas yang dapat membuat aturan menjadi kaku, tetapi bagaimana mengkondisikan sekolah yang bisa membuat orang untuk tidak melakukan pelanggaran.

f) Tata tertib yang ada jangan sampai hanya dilakukan untuk menertibkan warga sekolah dari segi fisik saja, tetapi juga untuk membentuk mental disiplin agar disiplin yang terjadi bukan kedisiplinan semu yang dilakukan karena takut menerima sanksi, tetapi lebih kepada kesadaran bahwa tata tertib itu memiliki nilai kebenaran sehingga perlu untuk ditaati.

g) Aturan disiplin dan tata tertib beserta sanksi-sanksinya terutama diarahkan untuk membangun budaya perilaku positif dan sikap disiplin di kalangan siswa (self-dicipline) dan warga sekolah lainnya.

h) Aturan disiplin dan tata tertib beserta sanksi-sanksinya hendaknya tetap memberi ruang bagi berkembangnya kreativitas dan sikap kritis warga sekolah. Untuk siswa misalnya, perlu ada kesepakatan mengenai batas wajar tentang perilaku yang dapat dikategorikan nakal atau melanggar tata tertib.

(19)

a) Model penambahan skor. Dalam model ini, ditetapkan skor denda maksimum, misalnya 100 poin, sebagai batas toleransi. Siswa yang mencapai skor 100 akan terancam dikeluarkan dari sekolah.

b) Model pengurangan skor. Dalam model ini setiap siswa diberi skor modal awal, misalnya 100 poin. Setiap pelanggaran akan berakibat pengurangan skor, dan siswa yang mencapai skor nihil akan terancam dikeluarkan dari sekolah.

j) Aturan disiplin dan tata tertib beserta sanksi-sanksinya dibuat dalam bentuk tertulis dan disahkan oleh kepala sekolah, agar semua pihak mengetahui dan memahami setiap butir aturan disiplin tersebut.

k) Selain peraturan tentang pemberian sanksi, sekolah juga dapat membuat peraturan tentang pemberian penghargaan kepada warga sekolah untuk memotivasi mereka mentaati disiplin dan tata tertib sekolah.

2. Sosialisasi Tata Tertib

a) Pelaksanaan tata tertib sekolah sangat tergantung pada pemahaman pihak-pihak terkait terhadap tata tertib yang disusun. Karena itu sosialisasi tata tertib perlu dilakukan untuk memastikan bahwa semua pihak memahami dengan baik isi tata tertib tersebut. Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam melaksanakan sosialisasi tata tertib dikemukakan berikut ini.

b) Aturan disiplin dan tata tertib yang telah disusun, disepakati dan disahkan

(20)

seluruh warga sekolah, dalam hal ini siswa, guru, orangtua siswa, pegawai, dan pengurus komite sekolah. Sekolah perlu memastikan bahwa mereka memiliki pemahaman yang sama tentang butir-butir tata tertib yang telah disepakati dan disahkan tersebut. Sosialisasi untuk orang tua siswa dan pengurus komite sekolah dapat dilakukan dengan cara mengirimkan tata tertib yang telah dibuat dalam bentuk tertulis kepada mereka.

c) Butir-butir tata tertib sekolah dapat dibuat dalam bentuk poster afirmasi yang dipajang di majalah dinding sekolah dan/atau lokasi-lokasi strategis di lingkungan sekolah agar dapat senantiasa dilihat, dibaca dan dipahami oleh seluruh warga sekolah.

3. Penegakkan Tata Tertib

a) Kegiatan terpenting dalam menguji efektivitas tata tertib adalah pada pelaksanaannya. Di sini terkait dengan sejauh mana upaya pihak sekolah dalam menegakkan tata tertib yang telah disusun. Sebab betapapun baiknya tata tertib tapi jika tidak ditegakkan secara konsekuen maka tidak akan banyak artinya dalam pengembangan budaya dan iklim sekolah. Beberapa pertimbangan dalam penegakkan tata tertib dikemukakan berikut ini.

(21)

d. Sikap, perilaku, dan tindakan kepala sekolah, guru, dan warga sekolah lainnya, hendaknya menjadi model dan teladan bagi penegakkan perilaku tertib dan disiplin di sekolah.

e. Memberikan penghargaan sebagai teladan kepada guru, siswa dan staf yang tidak pernah melakukan pelanggaran selama kurun waktu tertentu dan diumumkan secara aklamasi pada saat pelaksanaan upacara.

f. Penegakkan disiplin dilakukan secara bertahap kepada semua unsur yang ada disekolah mulai dari peringatan, teguran, percobaan, penundaan, demosi dan PHK atau dikeluarkan sampai masalah itu terpecahkan atau dihilangkan.

g. Terhadap pelanggaran-pelanggaran, dengan cepat dilakukan tindakan kedisiplinan.

h. Penegakkan tata tertib terutama difokuskan pada upaya membantu siswa dan semua warga sekolah untuk menyesuaikan diri dengan setiap butir dalam aturan tata tertib tersebut.

i. Penjatuhan hukuman (eksekusi) atas pelanggaran tata tertib hendaknya disertai dengan penjelasan mengenai alasan dan maksud positif dari pengam-bilan tindakan tersebut. Siswa yang menerima sanksi harus dibantu memahami dan menerima bentuk sanksi tersebut sebagai bentuk intervensi bagi kebaikan yang bersangkutan.

j. Sanksi penegakkan tata tertib sekolah dilakukan kepala sekolah atau wakil

(22)

pembimbing diharapkan tidak ditugaskan untuk pemberian sanksi terhadap siswa.

k. Penegakkan tata tertib merupakan bagian dan terintegrasi dengan upaya membangun budaya perilaku etik dan sikap disiplin, baik di lingkungan internal sekolah maupun di lingkungan luar sekolah.

l. Ada konsistensi/kesepakatan di antara para guru dan kepala sekolah mengenai prosedur-prosedur dan bentuk hukuman bagi siswa pelannggar disiplin dan tata tertib,

m. Eksekusi terhadap pelanggar tata tertib berat, khususnya yang berkonsekuensi skorsing atau pemecatan, ditetapkan melalui pertemuan konferensi kasus

(case-conference) yang diikuti oleh kepala sekolah, guru, konselor sekolah,

pengurus OSIS, dan wakil komite sekolah.

n. Eksekusi terhadap pelanggar tata tertib berat yang berkonsekuensi skorsing atau pemecatan dilakukan oleh kepala sekolah setelah semua upaya persuasi untuk perbaikan perilaku telah dilakukan secara maksimal.

o. Penghargaan dapat diberikan kepada warga sekolah dalam rangka penegakkan tata tertib sekolah seperti pemberian reward kepada mereka yang tidak pernah melakukan pelanggaran selama tiga bulan, satu semester sampai satu tahun.

(23)

dapat memberikan dukungan terhadap dukungan pelaksanaan tata tertib sekolah.

2.1.1.4Upaya Guru dalam Menegakkan Tata Tertib

Dalam penanganan pelanggaran tata tertib siswa ada beberapa cara atau upaya yang dikemukakan oleh para ahli baik yang dilakukan oleh pihak keluarga atau orang tua, pihak sekolah atau pemerintah, dan pihak masyarakat. Dalam Ariel (Gunarsa, 2006:140) ada tiga sikap atau upaya untuk pelanggaran terhadap tata tertib. Upaya untuk menegakkan tata tertib dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1. Upaya Preventif

Upaya preventif adalah segala tindakan yang bertujuan mencegah timbulnya pelanggaran-pelanggaran. Usaha pencegahan timbulnya pelanggaran secara umum:

a. Usaha mengenal dan mengetahui ciri umum dan khas siswa

b. Mengetahui kesulitan-kesulitan yang secara umum dialami oleh siswa c. Usaha pembinaan dengan cara:

i. Menguatkan sikap mental siswa supaya mampu menyelesaikan persoalan yg dihadapinya.

ii. Memberi pendidikan bukan hanya dalam penambahan pengetahuan dan keterampilan, melainkan pendidikan mental dan pribadi melalui pengajaran agama, budi pekerti dan etiket.

(24)

iv. Usaha memperbaiki keadaan lingkungan sekitar, keadaan sosial keluarga maupun masyarakat dimana banyak terjadi penyimpangan. Sedangkan untuk usaha pencegahan timbulnya pelanggaran secara khusus:

Usaha ini dilakukan oleh para pendidik terhadap kelainan tingkah laku para siswa. Di sekolah pendidikan mental ini khususnya dilakukan oleh guru, guru pembimbing atau psikolog sekolah bersama para pendidik lainnya. Usaha para pendidik harus diarahkan terhadap si remaja dengan mengamati, memberikan perhatian khusus dan mengawasi setiap penyimpangan tingkah siswa dirumah dan disekolah.

2. Upaya Represif

Upaya represif adalah tindakan dengan menegakkan hukuman terhadap setiap perbuatan pelanggaran. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan :

a. Di dalam lingkungan keluarga, siswa harus mentaati peraturan dan tata cara yang berlaku. Disamping peraturan tertentu perlu adanya semacam hukuman yang dibuat oleh orang tua terhadap pelanggaran tat tertib dan tata cara keluarga.

(25)

3. Upaya kuratif atau rehabilitasi

Adalah memperbaiki akibat perbuatan tercela, terutama individu yang telah melakukan perbuatan tersebut. Tindakan ini dilakukan setelah tindakan pencegahan lainnya dilaksanakan dan dianggap perlu mengubah tingkah laku si pelanggar siswa itu dengan memberikan pendidikan lagi. Pendidikan diulangi melalui pembinaan secara khusus, hal mana sering ditanggulangi oleh lembaga khusus maupun perorangan yang ahli dalam bidang ini.

4. Hukuman

Hukuman merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang yang melakukan perbuatan melanggar peraturan atau orang yang membuat suatu kesalahan. Di lingkungan sekolah terutama pada masa lampau pihak sekolah akan melakukan hukuman bagi siswanya yang melakukan pelanggaran. Penanganan pelanggaran dapat dilakukan dengan cara:

a. Pengenalan siswa

Pengenalan disini diartikan bahwa pihak sekolah harus mengenalkan terlebih dahulu mengenai isi dari suatu peraturan atau tata tertib siswa, sehingga siswa dapat mengetahui dan melaksanakannya dengan baik. b. Tindakan korektif yang meliputi:

a. Lakukan tindakan dan bukan ceramah

(26)

b. Do not bargain

Artinya tidak menawar, tidak menawar disini maksudnya adalah tidak ada tawar menawar dalam hal peraturan yang berlaku.

c. Gunakan kontrol kerja

Bahwa dalam menangani pelanggaran juga harus menggunakan kontrol kerja dari seluruh warga sekolah agar dapat tercipta kedisiplinan terhadap tata tertib sekolah.

d. Menyatakan peraturan dan konsekuensinya dengan jelas

Dalam suatu tata tertib pasti ada peraturan, larangan dan sanksi yang jelas. Bila terjadi pelanggaran maka sanksi akan diberlakukan sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan.

e. Tindakan penyembuhan

Dalam tindakan penyembuhan dilakukan oleh orang – orang khusus yang menguasai dalam hal psikolog anak.

(27)

preventif, represif dan kuratif guru Pkn tidak bisa bertndak secara personal namun harus bekerjasama dengan guru lain.

2.1.2 Hambatan Dalam Menegakkan Tata Tertib

Menurut Soetjipto (2009:112), dari berbagai jenis pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh siswa, sebisa mungkin sekolah telah mengupayakan untuk mengatasi pelanggaran-pelanggaran tersebut. Kewenangan untuk mengatasi pelanggaran tata tertib siswa berada pada kepala sekolah, namun dalam beberapa hal guru berhak bertindak terhadap pelanggaran yang dilakukan siswa. Untuk membuat siswa tersebut menjadi lebih bisa mentaati tata tertib yang telah berlaku di sekolah. Tapi di lain pihak guru juga mempunyai beberapa keterbatasan-keterbatasan yang dapat menjadi halangan untuk mengatasi pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa yaitu, sebagai berikut :

a. Guru tidak mungkin lagi menangani masalah-masalah siswa yang bermacam-macam, karena guru tidak terlatih untuk melaksanakan semua tugas itu.

(28)

Penegakkan tata tertib merupakan tanggungjawab bersama, namun Guru PKn bertanggungjawab khusus dalam menegakkan tata tertib, terlebih karena Mata Pelajaran PKn dimaksudkan untuk mengembangkan tata tertib yang dilakukan.

2.1.3 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006:49) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

Tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang terdapat dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 adalah sebagai mata pelajaran yang bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan 1.Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, 2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggungjawab dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, bernegara serta anti korupsi, 3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain, 4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

(29)

berlaku di masyarakat, peraturan daerah, norma dalam kehidupan baerbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional”.

Dari tujuan dan ruang lingkup Permendiknas di atas dapat disimpulkan bahwa PKn merupakan pelajaran yang menekankan pada pembentukan karakter siswa, jika dikaitkan dengan pengertian guru, maka guru PKn adalah orang yang berwenang dan bertanggung jawab untuk memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik tentang pembentukan sikap agar menjai warga Negara berkarakter sesuai Pancasila dan UUD 1945.

[image:29.612.103.535.196.699.2]

Dalam rangka pelaksanaan Kurikulum 2013 pengganti KTSP, pemerintah melalui Kemendikbud telah menerbitkan peraturan baru tentang Implementasi Kurikulum yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013. Dalam kurikulum ini pendidikan karakter mendapat perhatian yang besar, hal itu nampak dalam rumusan kompetensi inti dan kompetensi dasar, seperti misalnya :

Tabel 2.1 Contoh KI dan KD dalam Kurikulum 2013

No Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

1.1 Menghargai perilaku beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia dalam kehidupan di sekolah dan masyarakat.

2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif

2.1 Menghargai semangat dan komitmen kebangsaan seperti yang ditunjukkan oleh para pendiri negara dalam perumusan dan penetapan Pancasila sebagai dasar negara 2.2 Menghargai perilaku sesuai norma-norma

(30)

dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan

pergaulan dan

keberadaannya.

sebaya dan masyarakat sekitar

2.3 Menghargai sikap toleran terhadap keberagaman suku, agama, ras, budaya, dan gender

2.4 Menghargai semangat persatuan dan kesatuan dalam memahami daerah tempat tinggalnya sebagai bagian yang utuh dan tak terpisahkan dalam kerangka Negara Kesatuan RepubIik Indonesia (NKRI) (Sumber: Silabus SMP)

Dari contoh perumusan kompetensi inti diatas dapat dilihat cakupan pendidikan karater yang dituangkan dalam kompetensi dasar. Untuk mencapai tujuan karakter yang di harapkan guru perlu menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Dalam Permendikbud Nomor 81A/2013 langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta.

a. Mengamati (observasi)

(31)

b. Menanya

Menanya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.

c. Mengumpulkan Informasi

Aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.

d. Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/ Menalar

(32)

informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.

Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.

e. Menarik kesimpulan

(33)

keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan.

f. Mengkomunikasikan

Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

Sebagaimana telah dikemukakan tersebut di atas bahwa salah satu misi PKn adalah sebagai pendidikan karakter, maka dalam Draf Panduan Guru Mata Pelajaran Pkn (2010) beberapa peran guru PKn yang perlu dilakukan dalam mengembangkan misi tersebut adalah :

1. Memahami Nilai-Nilai Karakter Yang Hendak Dikembangkan

(34)

dinternalisasikan kepada peserta didik. Tanpa pemahaman yang baik mengenai nilai karakter tersebut, maka sulit bagi guru untuk membuat Silabus, RPP dan melaksanakan praktek pembelajarannya secara efektif.

2. Mengembangkan Pembelajaran Aktif

Komponen-komponen tersebut dapat mengembangkan karakter peserta didik apabila memenuhi enam kriteria yaitu: Tujuan, Input, Aktivitas, Pengaturan (Setting), Peran guru, Peran peserta didik.

3. Mengembangkan Kultur Sekolah

Kultur sekolah yang kondusif bagi pengembangan karakter perlu diciptakan. Kultur sekolah adalah norma-norma, nilai-nilai, keyakinan, sikap, harapan-harapan, dan tradisi yang ada di sekolah dan telah diwariskan antar generasi, dipegang bersama yang mempengaruhi pola pikir, sikap dan pola tindakan seluruh warga. Pembelajaran yang baik hanya dapat berlangsung pada sekolah yang memiliki kultur positif. Suatu kultur sekolah yang sehat akan berdampak kesuksesan siswa dan guru dibandingkan dengan dampak bentuk reformasi pendidikan yang lain. Kultur sekolah yang sehat dan positif berkaitan erat dengan: motivasi dan prestasi siswa dan produktivitas dan kepuasan guru. Racun kultur negatif di sekolah misalnya: diktator, komentator, agitator, dan spectator.

4. Menjadi Model

(35)

diajukan Ki Hajar Dewantara, bahwa guru yang dengan efektif dan efisien mengembangkan karakter siswa adalah mereka yang ing ngarsa sung tuladha, ing

madya mangun karsa, tut wuri handayani. Dalam hal ini Bung Karno menyatakan

semboyan: “orang tidak dapat mengajarkan apa yang dikehendakinya, tidak juga apa yang diketahuinya, orang hanya dapat mengajarkan apa yang dihayatinya”. Pendapat Bung Karno mempertegas bahwa seorang guru tidak ada pilihan lain kecuali mempraktekan apa yang diajarkannya, untuk dapat menghayati yang diajarkannya.

Guru PKn maupun anak didik harus dapat banyak belajar maupun mencontoh mutiara-mutiara karakter dari para pendiri bangsa. Misalnya, salah satunya adalah Bung Hatta. Bung Hatta memiliki karakter antara lain: bebas; tekun; santun; saleh; patriotik; aktif berorganisasi. Para founding father juga merupakan guru bangsa yang memiliki karakter yaitu memiliki pengetahuan luas dan mendalam tentang berbagai hal (well informed), pembaca yang baik (well read), berkemampuan yang sangat baik untuk mengemukakan pendapatnya dengan lisan maupun tulisan (well equiped), serta pengetahuan dan ilmu yang dimilikinya sebagai basis gerakan sosial.

2.2 Penelitian yang Relevan

Banyaknya pelanggaran yang terjadi di sekolah menuntut guru untuk melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir pelanggaran selanjutnya. Berbagai upaya yang digunakan guru untuk menegakkan tata tertib adalah dengan upaya preventif, repesif dan kuratif.

(36)
(37)
[image:37.612.101.584.186.606.2]

2.3 Kerangka Berfikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Keterangan:

Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan mendidik siswa pada tingkat pertama setelah melalui Sekolah Dasar (SD). Biasanya pada masa ini siswa masih bisa dibimbing dan diarahkan dengan mudah kepada kegiatan-kegiatan yang bisa membangun bakat dan minat siswa. Tata tertib sekolah mengandung pemahaman mengenai nilai karakter yang penting bagi kepribadian siswa. Pembelajaran karakter yang disampaikan oleh guru diharapkan mampu membentuk akhlaq siswa.

Dalam menegakkan tata tertib guru PKn melakukan upaya preventif, represif dan kuratif. Tindakan preventif dilakukan untuk mencegah pelanggaran tata tertib, meskipun dalam pelaksanaannya siswa ada yang sudah patuh terhadap tata tertib dan ada yang melanggar.

Guru PKn

Upaya Kuratif atau Rehabilitasi Melanggar

Patuh

Upaya Represif Upaya Preventif

Melanggar Patuh

(38)

Gambar

Tabel 2.1 Contoh KI dan KD dalam Kurikulum 2013
Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Bambang Sujiono (2008) menyatakan bahwa motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot- otot kecil, seperti

Audiens untuk pengujian Aplikasi Interaktif Berbasis Multimedia untuk Pembelajaan Tata Hidang adalah Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Kejuruan di SMK N 1, Salatiga.

konseling dalam menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar diperoleh kesimpulan 1) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar pada siswa kelas

Dengan melakukan pendekatan dengan baik kepada siswa, maka siswa tidak segan- segan dalam mengutarakan apa yang sedang dialami oleh siswa tersebut.. Guru pembimbing lebih

Visi & misi yang telah dibangun oleh partai dapat menyelesaikan permasalahan dalam negara sehingga ketua umum dianggap lebih baik menjadi pemimpin.. Fadli Zon mengatakan

Adakah pengaruh keluarga broken home terhadap perilaku pelangaran

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengetahui mengetahui perilaku pelanggaran tata tertib oleh siswa berlatar keluarga broken home di SMP N 4 Ungaran

Mela lui penelitian ini, menja wab pertanyaan mengenai apa saja employee relations yang dilakukan Best Western Premier Solo Baru, makna di balik visi dan misi