1
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu
proses kegiatan berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Keberhasilan dalam dunia pendidikan sebagai faktor penentu tercapainya tujuan
pembangunan nasional di bidang pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hal tersebut diperlukan sebagai bekal dalam rangka menyongsong datangnya era
global yang penuh dengan persaingan. Untuk mencapai keberhasilan dibidang
pendidikan diperlukan keterpaduan dalam semua komponen perangkat pendidik yang
diharapkan mampu mengatur, mengarahkan, dan menciptakan suasana atau kondisi
yang mampu meningkatkan mutu pendidikan (Rahmawati, 2014). Pendidikan sebagai
sumber daya manusia akan semakin bernilai jika memiliki sikap, perilaku, wawasan,
kemampuan, keahlian serta ketrampilan yang dapat meningkatkan kualitas diri dan
mampu bersaing di era global.
Hal itu sesuai UU No. 20 tahun 2003 BAB II Pasal 3 (UUSISDIKNAS),
Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan pendidikan tersebut diwujudkan melalui 3 jalur yaitu pendidikan
formal, nonformal, dan informal. Dalam Undang – Undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 tahun 2003 Bab I Pasal 11 dijelaskan bahwasannya pendidikan
formal adalah jalur pendidikan yang terstuktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar (SD), pendidikan menengah pertama (SMP), dan pendidikan tinggi.
Sedangkan pengertian pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan
lingkungan.
Dalam Hamsyah (Nawawi, 1982: 62-63) Sekolah Menengah Pertama (SMP)
merupakan lanjutan dari sekolah dasar. Fungsi pokok sekolah menengah pertama: 1)
Mengembangkan integritas kepribadian / karakter murid, 2) Menyalurkan dan
memenuhi kebutuhan murid, 3) Mengarahkan, dorongan melakukan explorasi sesuai
minat, 4) Menumbuhkan kesadaran tentang minat dan bakat.
Tugas sekolah menengah pertama dapat dibedakan menjadi tugas edukasi,
sosialisasi dan transformasi. Tugas edukasi mencakup tugas pemberian pelayanan
pendidikan bagi masyarakat, tugas sosialisasi mencakup tugas penanaman dan
pembinaan prinsip permasyarakat sedangkan tugas transformasi mencakup
penyampaian dan pengembangan suatu nilai dan atau budaya dari satu generasi
kegenerasi berikutnya.
Pendidikan sebagai bagian dari proses pembudayaan subjek didik bukan
teknis tertentu, namun juga sebagai penumbuhan dan pengembangan subjek didik
menjadi pribadi manusia yang berbudaya dan beradab. Tujuan menjadi pribadi
manusia yang berbudaya dan beradab adalah mewujudkan personal yang tidak hanya
cerdas dalam segi kognitif akan tetapi mampu mengembangkan dan menanamkan
kemampuan tertinggi dalam mengaktualisasikan budaya yang dimiliki suatu bangsa
agar tidak kehilangan jati diri sebagai suatu bangsa akibat tergerus oleh perubahan
zaman (Giri, 2007: 18).
Ketiga ranah kognitif, afektif dan psikomotorik harus dikembangkan dalam
diri seseorang agar dapat menjadi manusia yang berkualitas dan beradab. Apabila
salah satu ranah tidak berjalan dengan seimbang, maka akan mempengaruhi pola
perilaku dan sikap yang tidak sesuai dengan nilai atau norma yang berlaku dalam
masyarakat. Untuk menjadi pribadi manusia yang berbudaya dan beradab adalah
dengan membina siswa yang tidak hanya cerdas dalam segi kognitif namun mampu
mengaktualisasikan budaya yang dimiliki suatu bangsa secara dini agar tidak
kehilangan jati diri sebagai suatu bangsa akibat tergerus oleh perubahan jaman saat
ini.
Tilaar dalam Mulyasa (2002) mengemukakan bahwa ada tujuh masalah pokok
Sistem Pendidikan Nasional yaitu: 1. Menurunnya akhlak peserta didik; 2.
Pemerataan kesempatan belajar; 3. Masih rendahnya efisiensi internal sistem
pendidikan; 4. Terjadinya degradasi moral peserta didik; 5. Status kelembagaan; 6.
Manajemen pendidikan yang tidak sejalan dengan pembangunan nasional; 7. Sumber
Menurunnya akhlak peserta didik perlu diatasi dengan cara mengoptimalkan
pendidikan karakter di sekolah. Salah satu sarana yang digunakan dalam pendidikan
karakter adalah tata tertib sekolah karena dalam tata tertib ini menuntut adanya
penerapan moral.
Tata tertib adalah seperangkat aturan atau ketentuan yang secara organisatoris
mengikat setiap komponen sekolah, baik murid, guru, kepala sekolah dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai lembaga pendidikan, sekolah
mempunyai fungsi dan tugas edukatif yang meliputi tiga dimensi yaitu mendidik
yang menghasilkan etika dalam pergaulan, mengajar menghasilkan kecerdasan dan
melatih menghasilkan ketrampilan (Departemen Pendidikan Nasional: 2004).
Peraturan tata tertib sekolah tersebut biasanya dibuat oleh seorang atau
beberapa wakil kepala sekolah yang memang menangani masalah tata tertib atau
peraturan yang ada di sekolah tersebut. Penanggung jawab selama pelaksanaan tata
tertib sekolah ialah kepala sekolah, sedangkan guru bertugas untuk mencatat
pelanggaran tata tertib harian dan sekaligus mengawasi pelaksanaan tata tertib harian.
Fungsi lain adalah memberikan pembinaan dan pengarahan karakter kepada para
siswa yang melanggar tata tertib (Habsari, 2005: 15).
Penegakkan tata tertib sekolah merupakan tanggungjawab semua pihak dari
Kepala Sekolah, Wakil Kesiswaan, Guru, Siswa dan Komite Sekolah, namun Guru
PKn memiliki peran yang strategis bagi pembinaan pendidikan karakter karena di
dalam pelajaran PKn terdapat beberapa asupan karakter yang bertujuan untuk
bahwa selain mengajarkan mata pelajaran PKn, seorang guru PKn merupakan ujung
tombak dalam meningkatkan kesadaran hukum siswa khususnya dalam pelaksanaan
tata tertib sekolah. Dengan mengajak siswa untuk selalu sadar dan taat terhadap
hukum atau tata tertib maka sejak saat itu guru meletakkaan pondasi kepada siswa
dalam membangun bangsa yang berakhlak mulia, bertanggung jawab dan melek
hukum yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Upaya penegakkan tata tertib bukan hal yang mudah, ada kesukaran dalam
menegakkan tata tertib dengan baik tetapi ada juga sekolah yang berhasil
menegakkan tata tertib sekolah. Salah satu sekolah yang belum berhasil menegakkan
tata tertib adalah SMP Negeri 1 Pakis.
Dari hasil pengamatan awal di SMP Negeri 1 Pakis, pelaksanaan tata tertib
belum optimal karena masih banyak kasus pelanggaran tata tertib yang berlangsung
sehingga seolah anak menjadi terbiasa melakukan pelanggaran. Di SMP Negeri 1
Pakis diketahui kasus pelanggaran yang dilakukan dari tahun 2012 sampai 2013
meningkat. Tahun 2013 pelanggaran tata tertib berjumlah 319 kasus, sedangkan tahun
2013 terdapat 561 kasus dari 392 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa pelanggaran
terhadap tata tertib sekolah yang dilakukan oleh siswa masih cukup tinggi. Sesuai
dengan catatan Guru BK pelanggaran tata tertib yang terjadi pada tahun 2013 di SMP
Negeri 1 Pakis mencakup pelanggaran ringan (terlambat 204 kasus, atribut tidak
lengkap mencakup 45 kasus, gaduh di kelas 13 kasus), sedangkan pelanggaran sedang
(bolos 146 kasus, rambut di semir 9 kasus, pacaran di kelas 8 kasus, membawa HP 3
perkelahian 50 kasus, Ngompas teman 6 kasus, pencurian 4 kasus, merokok 13 kasus,
minum-minuman keras 4 kasus). Sedangkan dari wawancara awal dengan beberapa
siswa masih terdapat pelanggaran-pelanggaran yang belum tercatat oleh Guru BK
karena tidak di temukan langsung oleh Guru, misalnya merokok di warung yang
berada di depan sekolah ketika istirahat.
Pelanggaran terhadap tata tertib sekolah di SMP Negeri 1 Pakis yang terjadi
menunjukkan bahwa siswa kurang patuh terhadap peraturan sekolah. Kasus atau
pelanggaran tata tertib sekolah tersebut salah satunya terkait dengan perbedaan
karakteristik yang dimiliki setiap individu yang dipengaruhi oleh sikap, minat,
kesadaran, kereligiusan, pengetahuan dan faktor lain yang mempengaruhinya.
Kepatuhan terhadap tata tertib sekolah adalah sebuah kesiapan yang harus
ditanamkan kepada siswa di sekolah agar mempunyai sikap dan perbuatan sesuai
dengan norma – norma yang berlaku di masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas tentang bagaimana upaya guru PKn dalam
menegakkan tata tertib sekolah, maka peneliti ingin mengkaji sejauh mana upaya dan
kendala yang di hadapi guru PKn dalam menegakkan tata tertib sekolah maka peneliti
mengambil judul penelitian: “Upaya Guru PKn dalam Menegakkan Tata Tertib
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka masalah yang hendak
dijawab melalui penelitian ini adalah “Bagaimana Upaya Guru PKn dalam
Menegakkan Tata Tertib Sekolah (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Pakis Tahun
Ajaran 2013/2014)”. Secara lebih rinci dapat dirumuskan beberapa pokok
permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut yaitu :
1. Apa saja bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib sekolah di SMP Negeri 1
Pakis?
2. Apa saja penyebab pelanggaran tata tertib sekolah di SMP Negeri 1 Pakis?
3. Bagaimana upaya guru PKn untuk menegakkan tata tertib sekolah di SMP
Negeri 1 Pakis?
4. Apa saja hambatan guru PKn dalam menegakkan tata tertib sekolah di SMP
Negeri 1 Pakis ?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian dan
pembahasan adalah untuk :
1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib sekolah di SMP
Negeri 1 Pakis.
2. Mendeskrisikan penyebab pelanggaran tata tertib sekolah di SMP Negeri 1
3. Mendeskripsikan upaya guru PKn untuk menegakkan tata tertib sekolah di
SMP Negeri 1 Pakis.
4. Mendeskripsikan hambatan dalam menegakkan tata tertib sekolah di SMP
Negeri 1 Pakis.
1.1Manfaat Penelitian
1.1.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan referensi ilmiah
tentang penegakkan tata tertib sekolah dan kajian dalam perkuliahan yang
berkaitan dengan kenakalan remaja seperti perkuliahan Pendidikan Moral dan
Budi Pekerti, Kriminologi dan Kenakalan Remaja pada Program Studi PPKn.
1.1.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Kepala Sekolah
Memberi masukan tentang gambaran mengenai penegakkan tata tertib di
sekolah sebagai bahan pertimbangan mengambil kebijakan dalam
mengatisipasi adanya pelanggaran di masa yang akan datang.
b. Bagi Guru PKn
Memberikan masukan yang digunakan untuk penerapaan kebijakan –
kebijakan dalam pelaksanaan tata tertib di sekolah sebagai sarana untuk