BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Pelanggaran tata tertib
Pelanggaran tata tertib adalah menyalahi aturan atau undang – undang
hukum atau melawan perjanjian dan sebagainya. Misalnya seorang siswa yang
berperilaku dan perkelakuan tidak sesuai dengan tata tertib sekolah
(moeljiyanto 1979) mengemukakan bahwa pelanggaran tatatertib adalah
perbuatan yang melanggaran peraturan yang telah dibuat tidak dapat dikatakan
pelanggar apabila tidak ada peraturan – peraturan yang dilanggar,
Pelanggaran tata tertib merupakan suatu tingkah laku yang
menyimpang dari perbuatan yang tidak sesuai dengan aturan yang ada di
lingkungan masyarakat. Sesuai dengan pendapat Elizabeth B. Hurlock (dalam
urfa fajarwati, 2011) menyatakan pengertian melanggar aturan adalah perilaku
yang secara sengaja melanggar aturan – aturan yang ditetapkan orang tua,
guru, atau orang lain yang merupakan figur otoritas. Baik itu pelanggaran tata
tertib yang terjadi di lingkungan keluarga, lingkungan bermain maupun
dilingkungan sekolah. Pelanggaran yang terjadi dilingkungan sekolah dapat
menggangu aktivitas proses pembelajaran di kelas, untuk menghindarinya
dibuatlah suatu aturan tata tertib sekolah yang berfungsi agar siswa
berkelakuan baik dan teratur di kelas maupun dilingkungan sekolah.
Pada saat ini banyak terjadi pelanggaran tata tertib sekolah yang
usia remaja. Yang perlu mendapatkan perhatian khusus guna memberikan
antisipasi agar tidak mengarah kepada tindak berbahaya. tata tertib merupakan
seperangkat peraturan dan ketentuan yang harus ditaati oleh sejumlah
komponen sekolah itu sendiri, yaitu kepala sekolah, guru, semua siswa dan
unsur masyarakat sebagai salah satu penentu kebijakan sekolah.
(Sungengprijodarminto 2004) memuat bahwa tata tertib yaitu seperangkat
aturan atau ketentuan yang secara organisatoris mengikat setiap komponen
sekolah, baik murid, guru, kepala sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
Sebagai lembaga pendidikan, sekolah mempunyai fungsi dan tuga
edukatif yang meliputi tiga dimensi yaitu mendidik yang menghasilkan etika,
dalam pergaulan, mengajar menghasilkan kecerdasan danmelatih
menghasilkan keterampilan, (Dirjen pendidikan dasar dan menengah dalam
petunjuk tekis disiplin dan tata tertib 1996).Sekolah merupakan tempat
terjadinya kegiatan belajar mengajar, sebab itulah antara guru dan murid
merupakan proses perubahan sikap dan tingkah laku. Pelaksanaan disiplin
terhadap tata tertib mempunyai dampak secara langsung terhadap kualitas
hasil pelaksanaan kegiatan belajar mengajar itu sendiri. Hunbunganya dengan
hal tersebut guru memegang peranan penting dalam strategis, karena disiplin
lebih terkait dengan pembentukan sikap mental dan keteladanan.
Secara umum tata tertib sekolah mempunyai tujuan umum utama agara
semua warga sekolah mengetahui apa tugas, hak dan kewajiban serta
melaksanakan dengan baik sehingga kegiatan sekolah dapat berjalan dengan
Tujuan tata tertib sekolah meliputi beberapa aspek didalamnya
1) Membentuk akhlak dan kepribadian siswa melalui penciptaan iklim dan budaya yang kondusif dalam menunjang proses pembelajaran 2) Membentuk dan membiasakan pelaksaan nilai nilai karakter
sekolah
3) Melatih siswa untuk hidup tertib dan berakhlak muliah yang akan diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat
4) Memotivasi siswa untuk berprestasi yang dapat menjadikan sekolah yang berkualitas
5) Memonitor dan mengevaluasi perilaku siswa secara berkesinambungan untuk menjadikan pertimbangan dan penentuan kenaikan kelas, ketamatan belajar siswa.
tata tertib adalah sebuah aturan yang dibuat berdasarkan polatingkah
laku untuk mendidik anak supaya menjadi disiplin, dengan menaati peraturan
tata tertib siswa secara tidak langsung didiki untuk menjadi orang yang
bertanggung jawab di kemudian hari. Untuk itulah perlunya ketegasan dalam
menjalankan aturan tata tertib, sekolah ataupun orang tua dituntun untuk
membiasakan anaknya untuk menaati aturan aturan yang dibuat di
lingkungan keluarga ataupun lingkungan sekolahan
Tata tertib dibuat sebagai upaya memperlancar kegiatan belajar
mengajar di sekolah dan pembentukan sikap siswa karena itu semua siswa
dan seluruh komponen yang ada di sekolah wajib melaksanakan tata tertib
sebaik mungkin. Ketidak disiplinan terhadap tata tertib dapat merugikadiri
sendiri juga dapat merugikan orang lain, (slameto 1995). Menegaskan agar
siswa dapat belajar lebih maju, siswa harus taat terthadap tata tertib. Dengan
demikain bila siswa tidak taat terhadap peraturan tata tertib maka siswa tidak
akan maju dalam prestasi belajar, Dalam kata lain prestasi belajar rendah.
warga negara yang harus taat terhadap undang – undang. Dimasa anak – anak
inilah siswa harus ditanamkan sikap taat terhadap tata tertib
2.2 Faktor penyebab pelanggaran tata tertib
Perilaku pelanggaran tata tertib sekolah merupakan suatu hal
penghambat tujuan yang dicapai dalam suatu kegiatan pendidikan. Perilaku
tersebut dapat terjadi karena adanya suatu hal yang mempengaruhinya.
(Priyantoanti 1994) menjelaskan kemungkinan penyebab perilaku pelanggaran
tata tertib‟‟
1) Tidak begitu memahami kegunaan masing –masing aturan atau tata tertib yang berlaku disekolah, aturan tersebut tidak didiskusikan dengan siswa sehingga siswa hanya terpaksa mengikutinya.
2) Siswa yang bersasngkutan terbiasa hidup bebas, baik di rumah maupun di masyarakat.
3) Tindakan yang dilakukan terhadap pelanggaran terlalu keras sehingga siswa mereaksi secara tidak wajar
4) Ciri khas perkembangan remaja yang agak “ sukar diatur” tetapi belum dapat mengatur diri sendiri
5) Ketidak sukaan terhadap mata pelajaran tertentu dilampiaskan pada tidaknya disiplin melaksanakan tata tertib sekolah.
Siswa memang awalnya akan sangat sulit menerima aturan – aturan yang
ditetapkan disekolahan tetapi untuk menciptakan proses belajar mengajar yang
kondusif memang perlunya ketegasan dalam kepatuhan mentaati peraturan tata
– tertib sekolah. Terciptanya situasi belajar yang kondusif dimulai dari para
siswa mentaati peraturan yang dibuat oleh sekolah.
„‟Pelanggaran kedisiplinan terhadap tata tertib sekolah seringkali
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal yang terdapat dalam diri
sendiri dan faktor eksternal dari pengaruh lingkungan luar. Secara rinci dilihat
1) Faktor internal misalnya, rasa malas yang timbul dari dalam diri sendiri, kurangnya rasa tanggung jawab, ingin mencari perhatian, dan kurang religius
2) Faktor external misalnya, lingkungan keluarga atau orang tua yang kurang memperhatikan anak, orang tua yang bercerai, tinggal terpisah dengan orang tua, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat yang kurang baik juga sangatmempengaruhi
pengaruh dalam meneggakan peraturan tata tertib memang sangat
besar terutama pengaruh datang dari lingkungan terdekat yaitu keluarga.
Keluarga merupakan tempat awal siswa belajar untuk melakukan suatu
hal, jika dalam keluarga sudah menetapkan sebuah peraturan dan siswa
mentaati, dalam mematuhi peraturan di sekolah siswa tidak akan mendapat
kesulitan. Disini faktor terpenting dalam menegakan peraturan dan
mendisiplinkan siswa.
Bahwa pelanggaran tata tertib bukan faktor bawaan. Pelanggaran tata
tertib sepenuhnya merupakan faktor ajar atau faktor pendidikan. Hal ini
didukung oleh teori tabularasa, bahwa manusia lahir itu bagaikan kertas
putih atau botol kosong. Akan menjadi sepertia apa tergantung pendidikan
yang diberikan, (Prayitno 2004). Faktor disiplin atau tidak disiplin adalah
faktor yang sangat mempengaruhi perilaku penggaran tata tertib sekolah
(Gagne 2001) menjelaskan bahwa disiplin pada anak sudah mulai
terbentuk apabila anak sudah dapat berperilaku sesuai dengan pola tingkah
laku yang baik. Hal ini menguatkan bahwa disiplin itu bukan faktor
bawaan. Setelah anak bertingkahlaku barulah ada dorongan disiplin atau
tidak disiplin.
Dorongan yang mempengaruhi disiplin di golongkan menjadi dua
jenis. Dorongan yang pertama yang datang untuk berbuat disiplin.
larangan. Faktor pendidikan yang mempengaruhi kedisiplinan siswa itu
tidak hanya dari pendidikan formal saja, tetapi dari luar pengalaman hidup
siswa, antara lain kondisi keluarga dimana orang tua tidak begitu
memperhatiakn anaknya dan kurang harmonis, siswa mempunyai masalah
disekolah dan pergaulan dalam lingkungan sosial yang kurang sehat,
(Sekertarisnegara 1996). Menjelaskan kedisiplinan nasional bersumber
dari masyarakat yang belum memahami pentingnya disiplin dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bermartabat
Masalah disiplin dan perilaku pelanggaran tata tertib juga di pengaruhi oleh
faktor lingkungan atau teman bergaul. (Widodosupriyono 1990) yang
menyatakan teman bergaul berpengaruh sangat besar dan lebih cepat masuk
dalam jiwa anak. Apabila siswa tidak suka bergaul dengan mereka yang tidak
pernah bersekolah, maka ia akan malas belajar dan sekolah, sebab cara hidup
anak yang tidak bersekolah berlainan dengan anak yang bersekolah‟‟
Mengetahui seberapa siswa dispilin atau tidak kita bisa melihat dari
pendidikan dari usia dini yang di dapat oleh siswa. Sebagian besar orang
tua memberikan pengertianya tentang arti disiplin bagi anaknya, tentunya
orang tua berperan penting dalam hal penegakan aturan disiplin
2.3 Broken home
Setiap keluarga mendambakan keluarga yang utuh dan harmonis, jauh
dari pertengkaran atau perpecahan, namun setiap keluarga memiliki masalah
dan masalah itu tidak datang begitu saja tetapi ada penyeba- penyebab.
Penyebab utama dari broken home yaitu, perceraian yang terjadi akibat
komunikasi antara suami dan istri, ketidak dewasaan sikap orang tua karen
orang tua hanya memikirkan dirisendiri dari pada anak, alasan orang tua sibuk
kerja dan kurangnya rasa tanggung jawab dlam keluarga. Broken homeberasal
dari dua kata yaitu broken dan home. Broken berasal dari kata break yang
berarti keretakan, sedangkan home mempunyai arti rumah atau rumah tangga
(Hasan Shadily, 1996). Jadi broken home adalah keluarga atau rumah tangga
yang retak. Hal ini dapat disebut juga dengan istilah konflik atau krisis rumah
tangga. Ulwan (2002) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan keluarga
broken home adalah keluarga yang mengalami disharmonis antara Ayah dan
Ibu. Atriel (2008) juga mengatakan bahwa “broken home” merupakan suatu
kondisi keluarga yang tidak harmonis dan orang tua tidak lagi dapat menjadi
tauladan yang baik untuk anak-anaknya.Hal tersebut bisa disebapkan karena
perceraian, pisah ranjang atau keributan yang terus menerus terjadi dalam
keluarga.Willis (2009) mengatakan penyebab terjadinya keluarga broken
home,
ke tujuh faktor tersebut yaitu kurang atau putus komunikasi diantara
anggota keluarga, sikap egosentrisme masing-masing anggota keluarga,
permasalahan ekonomi keluarga, masalah kesibukan orang tua, pendidikan
orang tua yang rendah, dan perselingkuhan.Keluarga retak atau broken home
dinamakan dengan istilah keluarga kacau. Keluarga kacau adalah keluarga
kurang teratur dan selalu mendua.Dalam keluarga ini cenderung timbul
konflik (masalah), dan kurang peka memenuhi kebutuhan anak-anak.Anak
sering diabaikan dan diperlakukan secara tidak wajar atau kejam, karena
kesenjangan hubungan antara mereka dengan orang tua.Keluarga kacau selalu
tua menggambarkan kemarahan satu sama lain dan hanya ada sedikit relasi
antara orang tua dengan anak-anaknya. Anak terasa terancam dan tidak
disayang.
Penyebab utama, setiap keluarga mendambakan keluarga yang utuh
dan harmonis, jauh dari pertengkaran ataupun perpecahan, namun setiap
keluarga memiliki masalah dan masalah itu tidak datang begitu saja ada
penyebab –penyebab.(kehidupan anak keluarga broken home 2012)‟‟
Penyebab utama terjadinya keluarga broken home
1. Perceraian terjadi akibat disorientasi antara suami dan istri dalam membangun sebuah keluarga.
2. Kebudayaan tidak berbincang atau diam dan tidak adanya komunikasi dan dialog antar anggota keluarga.
3. Ketidak dewasaan sikap orang tua, karena orang tua hanya memikirkan diri meraka dari pada anak.
4. Perang dingin didalam keluarga menyebabkan perselisihan dan rasa benci. 5. Kurang mendekatkan diri kepada tuhan yang membuat orang tua tidak
dapat mendidik anaknya dari segi keagamaan.
6. Masalah ekonomi yang tidak jarang menjadi penyebab pertengkaran maupun berakhir dengan perceraian
7. Masalah pendidikan kurangnya pengetahuan suami ataupun istri terhadap keluarga mereka sendiri.
8. Orang tua kurang merasa tanggung jawab dengan alasan kesibukan, mereka hanya terfokus pada materi yang akan didapat dibandingkan dengan melaksanakan tanggung jawab didalam keluarga,
Faktor – faktor perceraian memanglah bukan permasalahn mudah
untuk diselesaikan dalam banyak kondisi perceraian banyak sekali hal – hal
yang akan di korbankan tentunya hal ini akan berdampak besar bagi tumbuh
kembang anak. Tetapi tidak semua anak akan mengalami hal sedemikian rupa.
Tindal bagaimana anak akan mensikapi hal seperti ini
Dampak psikologis, dalam setiap keluarga yang mengalami broken home
biasanya akan berdampak kepada anak – anaknya. Orang tuatidak pernah
memikirkan konsekuensi dari tindakan yang mereka lakukan dampak paling
utama yang akan melekat sampai anak itu dewasa adalah dampak psikologis.
Secara umum siswa yang mengalami broken home memiliki‟‟(Nurmalasari,
2008)
1. Ketakutan yang sangat berlebih
2. Tidak mau berinteraksi terhadap sesama 3. Menutup diri dari lingkungan
4. Emosional 5. Sensitif 6. Tempramental
7. Labil, penerimaan dampak psikologis dari masing masing siswa berbeda tergantung usia atau tingkat perkembangan anak,
Dampak bagi prestasi anak, akibat dari broken home juga mempengaruhi
prestasi anak tesebut cenderung menjadi malas dan tidak memiliki motivasi
untuk belajar. Terdapat perbedaan motivasi belajar dari antara siswa dari
keluarga yang utuh dan siswa dari keluarga broken home. Motivasi belajar
siswa dari keluarga broken home sangatlah rendah dibandingan dengan
motivasi belajar dari keluarga yang utuh. Keluarga broken home membawa
pengaruh yang signifikan terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa, (broto
2009).
Dampak bagi perilaku remaja. Remaja broken home yang kurang perhatian
self system dan self confident rendah sehingga anak cenderung mencari
perhatian dari lingkungan biasanya dengan memberontak, melakukan
bulliying, dan bersikap derduktif terhadap lingkungan, seperti merokok, free
Penelitian mengenai perilaku siswa broken home adalah permasalahan
sosial yang cukup populer dialami dari keluarga broken home diantaranya
anak cenderung bersikap apatis, menarik diri atau sebaliknya, marah pada
lingkungan, menjadi pembangkag, kasus kekerasan, tawuran pelajar, penyalah
gunaan obat, bahkan sampai muncul pikiran untuk bunuh diri. Berdasarkan
hasil peneitian (permatasari 2005). Siswa yang tumbuh dalam keluarga broken
home lebih mudah terdorong melakukan tindakan bunuh diri dibandingkan
dengan siswa yang tumbuh dari keluarga yang harmonis dan lengkap, (suara
pembaharuan, 21 januari 2011).
Kondisi keluarga broken home menjadi pemicu interaksi tidak sehat antara
siswa dengan teman sebaya yang lain akan membuat peserta didik tidak
mampu dalam mengelola tingkah laku sehinga berbuntut pada hal hal tragis
seperti kasus tawuran pelajar dan pembunuhan. Pada tahun 2002 salah satu
kasus yang terjadi Kasus pembunuhan yang dilakukan FT, siswa SMAN 70
terhadap siswa SMAN 6 saat tawuran di balungan jakarta selatan, FT adalah
anak yang kurang mendapatkan perhatian dari kedua orangtuanya. Ketua
divisi sosialisasi KPAI, Asrorun Ni‟am Sholeh menyatakan FT sudah lama
berpisah dari orang tuanya, FT yang tingal di jakarta dan orang tuanya tinggal
di bali, kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tua di duga memicu
tindakan FT untuk bebuat kekerasan., (okezone.com, 2012)
Penelitian (Akbari 2007) menyatakan ketidakutuhan keluarga memberikan
pengaruh yang negatif terhadap kesehatan kepribadian remaja sebesar 10,3%
kesehatan pribadi remaja dipengaruhi oleh sebab sebab lain sebesar 89.7%
misal keadaan fisik, intelegensi, teman sebaya dan kebudayaan. Berdasarkan
ketidak utuhan keluarga broken home yang dapat mempengaruhi seseorang
individu dalam berbagai aspek kehidupan, baik probadi, sisial, akademik
maupun kesehatan kepribadian. Berdasarkan wawancara dengan guru BK dan
observasi di SMP 4 Ungaran mengemukakan.
Perilaku pelangaran tata tertib yang dilakukan siswa dengan latar
keluarga broken home sanagt bervariasi. Pelanggaran yang terjadi misalnya
tentang kedisiplinan berpakain, sering membolos dalam kegiatan belajar,
berkelahi dengan teman, terjadinya pemerasan uang, berperilaku kurang sopan
terhadap guru dan siswa lainya hingga minum minuman keras pernah