• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Pendidikan Multikultural

PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM MASYARAKAT

B. Pengertian Pendidikan Multikultural

Multikultural adalah sebuah perspektif untuk melihat kehidupan manusia yang penuh dengan keberagaman tersebut dilihat bukan sebagai ancaman, kerugian atau rintangan melainkan sebagai kekayaan, sebagai mozaik yang memperindah kehidupan. Adapun masing-masing ras, etnis, budaya, agma, pandangan hidup dan sebagainya, meskipun berbeda-beda namun dalam atap multikulturalisme mereka semua ditempatkan pada posisi yang setara sekaligus memiliki kesamaan hak dalam mengartikulasikan

dan mengekspresikan pandangan-pandangan serta nilai-nilai hidup mereka (Lubis, 2015:169).

Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan secara sadar dan jelas memiliki tujuan. Sehingga diharapkan dalam penerapannya ia tak kehilangan arah dan pijakan. Pendidikan islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya; beriman dan bertakwa kepada tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah dimuka bumi, yang berdasarkan kepada ajaran Alquran, sunnah, maka tujuan dalam konteks ini berarti terciptanya insan kamil setelah proses pendidikan berakhir (Arief, 2002:15).

Omar Muhammad al-Toumy Al-Syaibany dalam bukunya “Filsafat Pendidikan Islam” mengatkan bahwa ada delapan prinsip dalam mengembangkan tujuan pendidikan Islam, antara lain: 1. Prinsip universal (menyeluruh)

Dalam merumuskan seluruh aspek kehidupan yang mengitari kehidupan manusia, baik aspek agama, budaya sosial, kemasyarakatan, ibadah, dan akhlak.

2. Prinsip keseimbangan dan kesederhanan;

Islam memiliki prinsip dasar keseimbangan dalam kehidupan, baik antara dunia dan akhirat, jasmani dan rohani, kepentingan pribadi dan kepentingan umum, dan lain-lain. Oleh karena itu, pengembangan tujuan pendidikan Islam sepatutnya selalu memperhatikan prinsip keseimbangan ini.

3. Prinsip kejelasan;

Adalah prinsipyang mengandung ajaran dan hukum yang memberi kejelasan terhadap aspek spiritual dan aspek

ini akan terwujud tujuan, kurikulum, dan metode pendidikan yang jelas pula.

4. Prinsip tak ada pertentangan;

Pada prinsipnya sebuah sistem di dalam nya terdapat berbagai komponen yang saling menjunjung dan membantu anatara satu sama lain. Pendidikan sebagai sebuah proses yang bersistem maka hendaknya potensi-potensi pertentangan yang mungkin terjadi didalamnya harus dihilangkan sedemikian rupa, termasuk salah satu di antaranmya adalah dalam pengembangan tujuan pendidikan Islam.

5. Prinsip realisme dan dapat dilaksanakan;

Adalah sebuah prinsif yang selalu menjunjung tinggi realitas atau kenyataan dalam kehidupan. Sebuah tujuan hendaknya dirancang sejauh kemungkinan ia dapat diwujudkan dalam kenyataan. Khayalan sesungguhnya tidak akan pernah menghantarkan manusia ke arah kebahagiaan.

6. Prinsip perubahan yang diinginkan;

Yaitu prinsip perubahan jasmaniah, spiritual, intelektual, sosial. Psikologis dan nilai-nilai menuju ke arah kesempurnaan. 7. Prinsip menjaga perbedaan antar individu;

Adalah prinsip yang concern terhadap perbedaan antar individu, baik dari segi kebutuhan, emosi, tingkat kematangan berfikir dan bertindak atau sikap dan anak mental didik.

8. Prinsip dinamisme dan menerima perubahan serta perkembangan dalam rangka memperbaharui metode-metode yang terdapat dalam pendidikan agama;

Pendidikan multikultural adalah salah satu pendekatan dalam pendidikan yang menekankan perlunya siswa mengenal dan menghargai budaya yang berbeda dari budaya asal mereka. Dalam pendekatan multikultural siswa kita bukan saja diperkenalkan pada

budaya-budaya yang ada di dunia ini, akan tetapi juga di ajak untuk merasa bangga pada budayanya sendiri dan, yang paling penting, menghargai budaya lain, yang juga sama indah dan berharganya dengan budaya sendiri. Dalam pendidikan multikutural budaya yang berbeda itu bukan lagi sesuatu yang perlu disamakan, apalagi dimusnahkan.

Dalam hal ini telah berkaitan dengan firman Allah, QS. Al Hujuraat ayat 13:

Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu

dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”(QS.

Al Hujuraat : 13)

Berdasarkan ayat diatas telah menerangkan bahwa, kita hidup di dunia ini saling mengenal satu sama lain. Dari berbagai bahasa, suku, agama dan ras. Kita sama-sama adalah makhluk Allah SWT. Yang di ciptakan dimuka bumi ini.

Anak- anak hidup di lingkungan Indonesia multikultural, di mana perbedaan budaya selalu ada. Setiap hari anak-anak akan selalu menjumpai mereka yang berbeda. Orang-orang dari berbagai budaya, etnis dan agama akan selalu mereka jumpai tiap hari, baik itu secara langsung maupun tidak langsung; kecuali, yang lebih

Paling kurang ada tiga kebijakan strategis dalam rangka membangun demokrasi multikultural. Pertama, kebijakan mengenai partisipasi politik di kalangan masyarakat yang beragam budaya. Sebuah sistem politik harus menjamin political library guna memastikan setiap individu dan kelompok masyarakat dapat menyalurkan aspirasi politik dan mengartikulasikan kepentingan mereka. Sistem kepartian tidak boleh dibangun di atas fondasi kesukuan, sebab akan cenderung mengarah ke praktik dominasi etnis mayoritas atas etnis minoritas.

Politik kesukuan bukan saja tidak kondusif bagi ikhtiar membangun kohesi sosial di masyarakat, tetapi juga bertentangan dengan prinsip dasar demokrasi multikultural. Menurut pengalaman di banyak negara, penerapan sistem politik kesukuan justru mengantarkan bangsa bersangkutan ke lembah konflik komunal berdarah yang sulit diselesaikan.

Kedua, kebijakan mengontrol dan mengatur distribusi sumber

daya ekonomi, kebijakan ini sangat fundamental karena menyangkut hak hidup individu dan kelompok masyarakat. Sumber daya ekonomi strategies tidak boleh didominasi oleh kelompok etnis dan agama tertentu, yang menyebabkan kelompok lain kehilangan akses atasnya. Negara berkewajiban mengontrol, mengalokasikan, dan mentribusikan aset-aset ekonomi publik secara adil dan merata ke seluruh kelompok masyarakat.

Ketidak adilan dan ketidakmerataan dalam membagi akses sumber daya ekonomi bisaa menjadi faktor potensial yang menyalut konflik sosial, terutama bila bersinggungan dengan sentimen etnis dan agama.

Ketiga, kebijakan mengenai jaminan memeluk agama.

Kebebasan memeluk suatu keyakinan agama dan mengamalkan ajaran-ajaran agama juga merupakan hak dasar yang wajib mendapat proteksi negara. Sistem demokrasi multikultural secara

merupakan kelompok minoritas di suatu negara. Bahkan pengakuan keberadaan dan hak-hak sipil bagi pemeluk agama minoritas merupakan salah satu prinsip dalam tradisi demokrasi liberal yang berlaku di negara-negara moderen.

Agama itu sendiri mengajarkan kita tentang perdamaian, menghargai orang lain meskipun berbeda agama, kejujuran, keadilan, persamaan hak dan kewajiban, serta lainnya, yang merupakan pilar tegaknya demokrasi multikultural. Dalam islam dikenal inti ajaran untuk menegaskan Allah SWT. (tauhid), di mana hal ini implementasinya adalah bahwa dalam kehidupan realitas di dunia manusia harus mengutamakan persatuan dan persaudaraan, persaudaraan antarsesama agama (ukhuwah Islamiyah), persau-daraan atarsesama bangsa (ukhuwah wathaniyah), dan persaupersau-daraan atarsesama bangsa (ukhuwah basyariyah).