• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJ IAN PUSTAKA

2.2 Landasan Teori

2.2.7 Pengawasan Mutu

2.2.7.1 Pengertian Pengawasan Mutu

Menurut Sofjan Assauri (2008:298). Kebutuhan akan pengawasan mutu timbul setelah revolusi industri. Oleh karena proses produksi dikerjakan dengan mesin, maka menimbulkan dua persoalan, yaitu :

1. Penggunaan mesin mulai menggantikan atau mengurangi kebutuhan dan penggunaan tenaga-tenaga atau tukang-tukang yang mempunyai keahlian yang tinggi.

2. Produksi barang-barang secara besar-besaran saling memerlukan pertukaran, sehingga selanjutnya dibutuhkan keseragaman dari komponen-komponen untuk memudahakan merakitnya.

Agar supaya produksi dapat berjalan dengan lancar, maka orang-orang dipekerjakan untuk menyortir pekerjan yang tag memuaskan dan menyingkirkan kesuatu tempat. Pada saat inilah mulai dikenal dengan pengawasan mutu. Akan tetapi dengan berkembangnya mekanisasi lebih maju, maka keadaan dunia industri tidak beraturan dan para pengusaha atau para produsen telah kurang perhatiannya untuk menghasilkan barang-barang yang bermutu. Sehingga timbulah anggapan bahwa petugas-petugas yang melaksanakan pengawasan merupakan penghalang bagi para pekerja dan supervisor untuk dapat melaksanakan kegiatan produksi. Akan tetapi dengan perkembangan produksi yang semakin baik serta peneranagn dan komunikasi yang semakin maju maka keadaan tersebut menjadi

berubah, dimana peranan pengawasan mutu mulai dirasakan pentingnya dan mulailah dicari prosedur-prosedur pengawasan mutu yang lebih baik. Adapun yang dimaksudkan dengan pengawasan mutu adalah kegiatan untuk memastikan apakah kebijaksanaan dalam hal mutu/ kualitas dari barang yang dihasilkan, agaer sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan pimpinan perusahaan. Dalam pengawasan mutu ini, semua prestasi barang dicek menurut standart, dan semua penyimpangan-penyimpangan dari standart dicatat serta dianalisis dan semua penemuan-penemuan dalam hal ini digunakan sebagai umpan balik (feed back) untuk para pelaksana sehingga mereka dapat melakukan tindakan-tindakan perbaikan untuk produksi pada masa-masa yang akan datang.

2.2.7.2Ruang Lingkup Pengawasan Mutu

Kegiatan pengawasan mutu sanagt luas, karena semua pengaruh terhadap mutu harus dimasukkan dan diperhatikan. Secara garis besar pengawasan mutu dapat dibedakan atau dikelompokkan kedalam dua tingkatan yaitu :

1. Pengawasan selama pengolahan (proses)

Banyak cara-cara pengawasan mutu yang berkenaan dengan proses yang teratut. Contoh-contoh atu sample dari hasil diambil dari jarak waktu yang sama, dan dilanjtkan dengan pengecekan statistik untuk melihat apakah proses dimulai dengan

baik atau tidak. Apabila mulainya salah, maka keterangan kesalahan yang ini dapat diteruskan oleh pelaksana semuala untuk memulai penyesuaian kembali. Perlu diingat bahwa pengawasan dari proses haruslah berurutan dan teratur.

Pengawasan yang dilakukan hanya terhadap sebagian dari proses mungkin tidak ada artinya bila tidak diikuti dengan pengawasan pada bagian lain. Pengawasan terhadap proses ini termasuk pengawasan atas bahan-bahan yang akan digunakan untuk proses.

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diseleseikan

Walaupun telah diadakan pengawasan mutu dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak atau kurang baik ataupun tercampur dengan hasil yang baik. Untuk menjaga agar supaya barang-barang hasil yang cukup baik atau yang paling sedikit rusaknya, tidak keluar atau lolos dari pabrik sampai ke konsumen/pembeli, maka diperlukan adanya pengawasan atas barang hasil akhir/produk selesei. Adanya pengawasan seperti ini tidak dapat mengadakan perbaikan dengan segera.

2.2.7.3Maksud dan Tujuan Pengawasan Mutu

Menurut Sofjan Assauri (2008:299). Seperti telah dikatakan bahwa maksud dari pengawasan mutu adalah agar spesifikasi produk yang telah

ditetapkan sebagai standar dapat tercermin dalam produk/hasil akhir. Secara terinci dapatlah dikatakan bahwa tujuan dari pengawasan mutu adalah :

1. Agar hasil barang produksi dapat mencapai standart mutu yang telah ditetapkan

2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin 3. Mengusahakan agar biaya desain produk dan proses dengan

mengguanakn mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin

4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin

2.2.7.4Teknik dan Alat-Alat Pengawasan Mutu

Menurut Sofjan Assauri (2008:309). Teknik dan alat-alat pengawasan mutu adalah sebagai berikut :

1. Cara-cara menjalankan pengawasan

Pada setiap tahap dan siklus dari pemikiran tentang hasil sampai ke perncangan pengumpulan bahan-bahan pengolahan, pengepakan, penjualan dan lamanya suatu hasil dapat dipergunakan, maka perlu dijalankan pengawasan terhadap mutu., yang dalam hal ini dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu inspeksi, dengan memberi keterangan, dan penyelidikkan (inspeksi, inform, and investigate). Dengan inveksi dapatlah ditemukan sampai mana

barang yang memiliki mutu yang dikehendaki. Apabila keterangan-keterangan yang didapat selama inspeksi diteruskan kedalam pilihan yan lain, maka bagian tersebut akan diberi kepastian bahwa kegiatan bagian mereka dalam proses telah dilakukan dengan baik atau perlu diperingati tentang penyimpangan-penyimpangan yng harus dibetulkan. Dengan menyelidiki jalannya penyimpangan, sehingga kemungkinan kegiatan yang mungkin salah terdapat pada suatu bagian, amka kegiatan produksi selanjutnya dihentikan dengan cara-cara untuk menghindari terjadinya kesalahan lagi perlu diberikan.

Kegiatan inspeksi hanya dapat dilakukan dengan membuat contoh atau sample dan mengukur atau menilai. Kegiatan pemberian keterangan memerlukan kegiatan pencatatan penyingkatan, mempertunjukkan, dan memberi komentar, mungkin perlu memutuskan pengambilan tindakan yang dibutuhkan, dan untuk memberitahukan jaminan, peringatan atau tindakan yang diperlukan. Kegiatan penyelidikan membutuhkan penganalisisan catatan-catatan (biasanya tentang pengawasan), dan mungkin memimpin pelaksanaan percobaa-percobaan pada proses atau mungkin dalam laboratorium.

2. Hal-hal yang memengaruhi derajat pengawasan mutu

Dengan istilah proses dimaksudkan adalah suatu pekerjaan yang dilakukan berulang-ulang oleh mesin-mesin dan/atau

orang-orang dimana dibutuhkan kesesuaian dengan spesifikasi. Derajat/tingkat pengawasan mutu yang dapat dilakukan atas proses-proses tersebut tergantung pada faktor-faktor berikut :

a Kemampuan proses b Spesifikasi yang berlaku

c Apkiran/scrap yang dapat diterima d Ekonomisnya kegiatan produksi 3. Variabilitas proses produksi

Dalam pelaksanaannya, proses-proses produksi akan memperlihatkan perubahan-perubahan atau variasi pada sifat/ karakteristiknya, ketingkat yangg lebih besar atau lebih kecil. Dalam mengawasi proses, perubahan-perubahan dari satu atau dari beberapa sifat-sifat utamanya dapat digunakan sebagai dasar untuk pengawasan. Proses itu diawasi dengan melakukan penyesuaian-penyesuaian untuk menjaga agar perubahan-perubahansifat-sifat utamanya itu tetap dalambatas-batas yang masih dapat diterima. Yang perlu diperhatikan dalam membicarakan oerubahan-perubahan dalam proses adalah variasai/pembahan untuk satu karakteristiknya saja. Perubahan-perubahan yang terjadi pada karakteristiknya yang lain, akan dapat diawasi dengan mengulangi prosedur pengawasan yang telah dilakukan.

4. Teknik-teknik dan alat pengawasan

Kebutuhan akan memisahkan barang-barang yang ditolak dari barang-barang yang sempurna, menyebabkan adanya pegawai-pegawai yang dikenal sebagai pengawasan, yang bertugas melakukan penyelidikan yang disertai kritik-kritik terhadap setiap barang yang dihasilkan. Oleh karena proses produksi dipecah-pecah atau dibagi-bagi kedalam pekerjaan-pekerjaan yang terpisah-pisah yang dilakuakn oleh para pekerja dari bermacam-macam tingkat, maka pegawasan mulai dilakukan pada hal-hal yang strategis dalam proses. Kebutuhan akan pengawas-pengawas yang banyak dalam organisai, menimbulkan kebutuhan pegawai dari berbagai tingkat, mulai dari inspektur yang setengah ahli yang melakukan pengecekkan terinci secara rutin, sampai kepada kepala-kepala pengawas yang bertanggung jawab atas semua kegiatan pengawas didalam perusahaan. Disamping kebutuhan akan tenaga atau pegawai yang akan bertuagas dalam pengawsan mutu, dibutuhkan ole teknik-teknik dan alat-alat pengawas mutu agar pengawasan mutu yang dilakukan dapat efektif dan efesien.

Inspeksi dan pengawasan mutu, baik dilakukan oleh bagian lain yang ditugaskan adalah merupakan sebagian dari proses, dan karena itu harus diberi alat-alat yang tepat untuk dapat meningkatkan metode-metodenya sendiri. Kebutuhan pokok dalam hal ini adalah kebutuhan akan pengukuran dan suatu pencatatan

pengukuran. Alat-alat untu ini banyak sekali dan berbeda-beda tergantung dari proses yang digunakan. Alat-alat itu biasanya adalah sama dengan yang dibutuhkan untuk produksi.

Teknik-teknik untuk pengawasan mutu digunakan untuk :

a Mengawasi/mengontrol pelaksanaan suatu proses apakah sesuai dengan spesifikasinya

b Menentukan apakah bahan-bahan/ barang-barang yang diterima dari suplier mempunyai mutu yang dapat diterima. Oleh karena pengawasan mutu meliputi keanekaragaman (tanpa keanekaragaman tak akan ada suatu persoalan, sekali spesifikasi telah dimulai), maka teknik-teknik pengawasan mutu yang dipergunakan adalah bersifat statistik. Metode-metode statistik mulai dari pengambilan sampel sampai kepada penafsiran (interpretasi) dari sample-sample ini.

Pengawasan atau pengontrolan dalam ham ini dilakukan dengan mengambil sampel-sampel secara teratur dan memeriksa karakteristik-karakteristik yang telah ditentukan, apakah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan atau tidak. Derajat penyimpangan (deviasai) dari standar dianalisis, dan diadakan suatu sistem pemberitahuan sehingga dapat segera dilakukan langkah-langkah pembetulan bila penyimpanagn telah melampaui batas-batas yang telah ditentukan sebelumnya. Pengawasan mutu pada proses-proses hanya dapat dilakukan padaa proses-proses

yang pada dasarnya dapat diawasai/dikontrol. Dalam hal ini cara yang dipergunakan untuk menemukan penyimpangan-penyimpangan dari keadaan yang diinginkan sebenarnya pada tingkat yang paling mula. Cara ini juga dapat dipergunakan untuk membantu menjaga agar jumlahbarang-barang yang apkir tetap dibawah suatu jumlah tertentu. Apabila digunakan pada kelompok-kelompok barang yang diterima dari suplier., maka cara ini dapat mengurangi banyaknya pemeriksaan yang dilakukan. Cara-cara pemeriksaan yang mudah dikerjakan, ditujukan untuk memisahakan basil produksi yang baik dari yang todak baik/rusak. Bagaimanapun tepatnya alat-alat yang digunakan, tetapi pemisahan dari hasil-hasil produksi yang baik/memuaskan dengan yang tidak baik/tidak memuaskan, tidak akan dapat membantu proses pengawasan, tanpa memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

a. Rangkaian/urutan (sequence)

Informasi yang diperoleh dari pemeriksaan atau pengujian produk harus diperoleh dalam urutan proses produksi yang benar. Dalam pemeriksaan/ pengujian ini harus dipertimbangkan bagaimana caranya barang tersebut dibuat, dan cara penyimpanan barang-barang dari mana barang yang diperiksa itu diambil.

b. Kesegaran (immediacy)

Hasil pemeriksaan harus dapat diperoleh seger mungkin, agar penyimpangan-penyimpangan dapat segera dibetulkan. Maksudnya adalah agar penyesuaian hendaknya dapat dilakukan, sebelum penyimpangan yang terjadi, berlangsung terlalu lama, sehingga barang-barang yang apkir (scrap) ataupun bahan-bahan dibawah standart tidak terlalu banyak.

c. Analisis

Analisis mengenai penyimpangan (deviasai) dari spesifikasi akan lebih berguna daripada analisis kegiatan-kegiatan bagian, karena analisis tersebut dapat menunjukkan satu sifat atau karakteristik pada suatu saat, situasi yang sesungguhnya pada saat itu dan sifat-sifat atau karakteristik-karakteristik yang dapat diawasi/dikontrol dengan suatu perhatian tertentu pada proses.

d. Penentuan tingkat tindakan (action) yang akan dillakukan Bila masing-masing karakteristik telah dikumpulkan secara terinci dalam bentuk suatu statistik, maka derajat deviasai yang dapat diterima harus telah ditentukan lebih dahulu, sebelum langkah-langkah perbaiakn atau penyesuaian terhadap proses itu diambil.

e. Hubungan (relevance)

Analisis mengenai penyimpangan-penyimpangan (deviasi) yang terdiri dari standar endaknya dilakukan sedemikian rupa, sehingga tanda-tanda statistik yang dipergunakan ada hubungannyadengan faktor-faktor dalam proses yang dapat dikontrol.

Pengawasan mutu dapat dikatakan telah mulai berjalan, apabila prosedur pemeriksaan telah dilakukan sedemikian rupa sehingga syarat-syarat yang telah disebutkan diatas telah terpenuhi semuanya. Bagaimanapun komplek dan rumitnya cara-cara pemeriksaan dilakukan, tetapi bilamana hasilnya hanyalah unutk memisahkan hasil-hasil produksi menjadi dua kelompok, yaitu yang baik dan yang apkir, maka proses produksi itu sendiri tidak akan dapat dikontrol secukupnya dengan baik.

Teknik atau alat pengawasan mutu yang sering digunakan adalah metode statistik dengan :

1) Pengambilan sample secara teratur

2) Pemeriksaan karakteristik yang telah ditentukan apakah sesuai dengan standart yang ditetapkan 3) Penganalisisan derajat penyimpangan (deviasi) dari

4) Penggunaan tabel pengontrolan untuk bahan penganalisisanhasil-hasil pemeriksaan/pengujian sebagai dasar dalam pengambil keputusan apakah harus diambil dalam penyesuain proses atau tidak.

2.2.8 Kerusakan dari Hasil Produksi

Dokumen terkait