• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BAHAN BAKU, TENAGA KERJA, JAM KERJA MESIN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK TERHADAP JUMLAH KERUSAKAN HASIL PRODUKSI BUKU PADA PT. MASMEDIA BUANA PUSTAKA SIDOARJO.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH BAHAN BAKU, TENAGA KERJA, JAM KERJA MESIN DAN PENGAWASAN MUTU PRODUK TERHADAP JUMLAH KERUSAKAN HASIL PRODUKSI BUKU PADA PT. MASMEDIA BUANA PUSTAKA SIDOARJO."

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

PT. MASMEDIA BUANA PUSTAKA

SIDOARJ O

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Per syaratan Untuk Memperoleh Gelar Sar jana Administr asi Bisnis Pada FISIP UPN “Veteran” J awa Timur

Oleh:

DEWI REZA APRILIA

NPM 1042010007

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI BISNIS

(2)

memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul “Pengar uh Bahan Baku,

Tenaga Ker ja, J am Ker ja Mesin Dan Pengawasan Mutu Pr oduk Ter hadap

J umlah Ker usakan Hasil Pr oduksi Buku Pada PT. Masmedia Buana Pustaka

Sidoar jo”. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban bagi mahasiswa

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur, khususnya Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik dalam rangka memenuhi tugas akademik guna melengkapi

sebagian syarat untuk memperoleh gelar sarjana Administrasi Bisnis pada Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Hasil penyusunan skripsi ini bukanlah kemampuan dari penulis semata,

namun terwujud karena bantuan dan bimbingan dari Ibu Dra. Lia Nirawati, M. Si

sebagai dosen pembimbing. Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih

kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini :

1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si sebagai dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Lia Nirawati, M.Si selaku ketua program studi Ilmu Administrasi

Bisnis Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan

(3)

4. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan dan semangat kepada penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Kekasih tercinta hendra setiawan yang sudah memberi dukungan dan

semangat kepada penulis.

6. Seluruh teman – teman penulis yang selalu memberi dukungan dan semangat

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga segala bantuan dan kebaikan yang telah diberikan tersebut dapat

memberi limpahan berkat dari Allah SWT. Penulis menyadari dengan segala

kerendahan hati bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan

banyak kekurangan. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang bersifat

membangun senantiasa penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Harapan penulis, semoga dengan terselesainya skripsi ini dapat berguna dan

bermanfaat bagi semua pihak. Amin.

Surabaya, Desember 2013

(4)

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERSETUJ UAN .………... iii

KATA PENGANTAR……….. iv

DAFTAR ISI……… vi

DAFTAR TABEL………...……... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

ABSTRAKSI ... xiii

ABSTRACT ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……… 1

1.2 Rumusan Masalah………... 6

1.3 Tujuan Penelitian...……… 7

1.4 Manfaat Penelitian... 7

BAB II KAJ IAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu..………. 9

2.2 Landasan Teori... 11

2.2.1 Manajemen Produksi... 11

2.2.1.1Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi... 11

(5)

2.2.2 Proses Produksi... 22

2.2.2.1Pengertian Proses Produksi... 22

2.2.2.2Jenis-jenis Proses Produksi... 22

2.2.2.3Kekurangan dan Kelebihan Masing-masing Jenis Proses Produksi... 23

2.2.3 Pengertian Bahan Baku ………... 26

2.2.3.1Pengertian Bahan Baku dan Fungsinya ... 26

2.2.3.2Faktor-faktor yang mempengaruhi Bahan Baku.. 27

2.2.4 Tenaga Kerja... 29

2.2.4.1Pengertian tenaga kerja ….………... 29

2.2.4.2Penentuan Jumlah Tenaga Kerja... 30

2.2.5 Jam Kerja Mesin... 32

2.2.5.1Pengertian Jam Kerja Mesin ……… 32

2.2.5.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jam Kerja Mesin 33 2.2.6 Mutu ………... 34

2.2.6.1Pengertian Mutu... 34

2.2.6.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Mutu... 34

2.2.6.3Perumusan Kebijaksanaan dalam Mutu... 36

2.2.7 Pengawasan Mutu... 40

(6)

2.2.8 Kerusakan dari Hasil Produksi... 51

2.2.8.1Istilah Cacat dari Hasil Produksi... 51

2.3 Kerangka Berpikir... 52

2.4 Hipotesis... 52

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel …...… 54

3.2 populasi ...………. 55

3.3 Sampel ………...……….. 56

3.4 Teknik Penarikan Sampel... 56

3.5 Teknik Pengumpulan Data ………. 56

3.4.1 Jenis Data………...……… 57

3.4.2 Pengumpulan Data ………..……….. 57

3.6 Metode Analisis Data………...…. 58

3.6.1 Uji Asumsi Klasik... 58

3.6.2 Persamaan Regresi... 59

3.7 Uji Hipotesis... 60

(7)

4.1.4 Struktur Organisasi ... 66

4.1.5 Tenaga Kerja ... 74

4.1.6 Proses produksi ... 75

4.2 Penyajian Data ... 80

4.2.1 Bahan Baku (X1) ... 80

4.2.2 Tenaga Kerja (X2) ... 82

4.2.3 Jam kerja mesin (X3) ... 83

4.2.4 Pengawasan Mutu (X4) ... 84

4.2.5 Kerusakan Hasil Produksi (Y) ... 85

4.3 Analisis Regresi Linier Berganda ... 86

4.3.1 Asumsi klasik ... 86

4.3.1.1Uji Normalitas ... 86

4.3.1.2Uji Multikolinieritas ... 87

4.3.1.3Uji heteroskedastisitas ... 88

4.3.1.4Uji autokorelasi ... 89

4.3.2 Persamaan Regresi ... 89

4.4 Uji Hipotesis ... 92

4.4.1 Uji F ... 92

4.4.2 Uji t ... 93

(8)

5.1 kesimpulan ... 100

5.2 Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ………. 103

(9)

DEWI REZA APRILIA 1042010007

ABSTRACT

PT . Buana Masmedia Library is one company in Indonesia with production in the form of a book . PT . Buana Masmedia Library of year 2010-2013 production plan has been made can not be met even much different from this we can see from the amount of damage produced by the production company . For that the company must pay attention to the problems associated with the production process , so that the production process can take place effectively and efficiently .

Based on the description above, the purpose of this study was to determine the effect of the amount of raw materials , the number of workers , hours of machine work and quality control of the amount of damage output simultaneously and determine the effect of the amount of raw materials , the amount of labor , machine hours and supervision the quality of the amount of damage output partially books .

The population in this study is the data from PT . Buana Masmedia Library is data on the amount of damage output , especially books educational books elementary, middle , and high school with the unit time per month for 36 months in 2010-2012. To answer the problem formulation, objectives and hypotheses of the study, the analysis used is multiple linear regression analysis .

The results of this study indicate that the amount of raw materials , the amount of labor , machine hours , and quality control affects the amount of damage output simultaneously book . As well as the partial amount of raw materials that do not affect the amount of damage output , total employment has no effect to the amount of damage production , working hours that the machine has no effect on the amount of damage production and quality control affects the amount of damage output . The results of this study can be used as a rationale particularly interested in doing further research in the field of production .

(10)

DEWI REZA APRILIA 1042010007 ABSTRAKSI

PT. Masmedia Buana Pustaka merupakan salah satu perusahaan di indonesia dengan hasil produksi berupa buku. PT. Masmedia Buana Pustaka dari tahun 2010-2013 rencana produksi yang telah dibuat tidak dapat terpenuhi bahkan berbeda jauh hal ini dapat kita lihat dari jumlah kerusakan hasil produksi yang dihasilkan oleh perusahaan. Untuk itu perusahaan harus memperhatikan masalah-masalah yang berhubungan dengan proses produksi , agar proses produksi dapat berlangsung dengan efektif dan efisien.

Berdasarkan uraian diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara jumlah bahan baku, jumlah tenaga kerja, jam kerja mesin dan pengawasan mutu terhadap jumlah kerusakan hasil produksi secara simultan serta mengetahui pengaruh antara jumlah bahan baku, jumlah tenaga kerja, jam kerja mesin dan pengawasan mutu terhadap jumlah kerusakan hasil produksi buku secara parsial.

Populasi dalam penelitian ini adalah data dari PT. Masmedia Buana Pustaka yaitu data mengenai jumlah kerusakan hasil produksi buku terutama buku pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMA dengan satuan waktunya per bulan selama 36 bulan pada tahun 2010-2012. Untuk menjawab perumusan masalah, tujuan dan hipotesis penelitian, analisis yang digunakan adalah analisis regresi liniar berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah bahan baku, jumlah tenaga kerja, jam kerja mesin, dan pengawasan mutu berpengaruh terhadap jumlah kerusakan hasil produksi buku secara simultan. Serta secara parsial bahwa jumlah bahan baku tidak berpengaruh dengan jumlah kerusakan hasil produksi, jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh dengan jumlah kerusakan hasil produksi, jam kerja mesin yang tidak berpengaruh terhadap jumlah kerusakan hasil produksi, dan pengawasan mutu berpengaruh terhadap jumlah kerusakan hasil produksi. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar pemikiran khususnya yang berminat melakukan penelitian selanjutnya dibidang produksi.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di dalam era globalisasi dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dan pesatnya kondisi pasar industri menuntut perusahaan harus mampu memberikan kepuasan kepada konsumen dengan cara memberikan produk/jasa yang sesuai dengan standart kualitas sesuai dengan tujuan perusahaan (produsen). Oleh karena itu perusahaan dituntut untuk memproduksi barang dan jasa yang berkualitas tinggi agar konsumen bisa memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Di dalam kegiatan operasional perusahaan agar dapat berjalan secara efektif dan efesien perusahaan harus melakukan pengawasan proses produksi dan mutu produk untuk mengurangi produk yang mengalami kegagalan/kerusakan supaya mencapai standar kualitas.

Menurut Assauri (2008) suatu produk didasarkan oleh ukuran dan karakteristik dari produk yang diproduksi sesuai dengan ketinggian konsumen. Keinginan/selera antar pembeli juga berbeda mungkin dikarenakan perbedaan sifat daerah asalnya, tingkat sosialnya ataupun sebab lainnya. Akibat kenyataan ini menyulitkan bagi perusahaan, faktor-faktor yang menyebabkan suatu produk tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, disebakan oleh bahan baku, tenaga kerja, kinerja mesin.

(12)

alat-alat yang digunakan untuk terselenggaranya proses produksi disebut faktor-faktor produksi. Jadi faktor produksi adalah setiap benda atau alat yang digunakan untuk menciptakan, menghasilkan benda atau jasa. Faktor-faktor produksi disebut juga sumber daya ekonomi, atau alat produksi yang meliputi faktor produksi alam, faktor produksi tenaga kerja, faktor produksi modal dan faktor produksi ketrampilan. Dalam proses produksi, faktor-faktor produksi harus digabungkan, artinya antara faktor-faktor produksi yang satu dengan yang lainnya tidak dapat berdiri sendiri tetapi harus dikombinasikan. Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya suatu industri meliputi modal, tenaga kerja, bahan mentah / bahan baku, transportasi, sumber energi atau bahan bakar, tenaga kerja dan pemasaran.

Jumlah bahan baku merupakan jumlah produksi yang dihasilkan dalam suatu perusahaan. Semakin banyak input yang dihasilkan berarti semakin besar pula perusahaan tersebut. Input dapat berpengaruh terhadap produksi suatu barang atau jasa. Selain itu besarnya jumlah input yang dihasilkan akan berdampak pada input bahan baku yang dibutuhkan. Semakin besar input produksi yang dihasilkan maka input bahan baku yang dibutuhkan juga semakin banyak.

(13)

proses produksi yang tidak sedikit jumlahnya. dan dalam proses produksi juga tidak lepas dari jumlah tenaga kerja yang digunakan.

Faktor tenaga kerja memegang peranan penting dalam berbagai macam dan jenis serta tingkatan kegiatan produksi. Dalam kegiatan produksi tidak lepas dari tenaga kerja karena yang sangat dominan untuk melancarkan kegiatan produksi hingga memperoleh hasil produksi dari suatu kegiatan produksi adalah tenaga kerja. Dengan tenaga kerja kegiatan produksi itu akan cepat terselesaikan dengan baik. Apabila tenaga kerja itu dididik dengan baik hingga menjadi tenaga kerja yang professional yaitu tenaga kerja yang memiliki ketrampilan dan kemampuan sehingga mampu bekerja lebih produktif pasti hasil produksi yang diperoleh akan sesuai dengan target yang telah ditentukan. Oleh karena itu faktor Jam kerja tenaga kerja merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh satu orang dalam satu jam. Waktu yang diperlukan oleh satu orang atau sebuah mesin untuk menjalankan satu operasi atau untuk mencapai hasil tertentu. Tenaga kerja pun harus selalu ditingkatkan kemampuan atau ketrampilannya baik melalui pendidikan formal maupun non formal. Semakin terbatasnya lapangan kerja dewasa ini, ditambah lagi banyaknya karyawan yang mengalami PHK di berbagai perusahaan, menyebabkan banyak munculnya wirausahawan baru.

(14)

diharapkan dapat meraih hasil penjualan yang optimal, sehingga menghasilkan keuntungan. Dalam proses produksi perusahaan selalu menginginkan produk yang dihasilkan dapat memuaskan konsumen. Untuk itu perusahaan dituntut untuk menjaga kualitas produk yang dihasilkan dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Sehingga produk yang dihasilkan dapat memenuhi kepuasan konsumen.

Adapun permasalahan yang dihadapi oleh PT. Masmedia Buana Pustaka adalah adanya kerusakan hasil proses produksi buku pelajaran yang dihasilkan selama masa proses produksi, mulai bahan baku sampai pada produk jadi, dimana total kerusakan pada saat proses produksi pada tahun 2010-2012 dari bulan Januari sampai bulan Desember ditunjukkan pada tabel 1.1 yaitu laporan rekapitulasi kerusakan produk buku pelajaran pada PT. Masmedia Buana Mustaka adalah sebagai berikut :

(15)
(16)

Seperti pada tabel diatas semakin banyak hasil produksi yang mengalami kerusakan dan hal ini sangat tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh perusahaan. Tingkat kerusakan yang terendah terjadi pada tahun 2010 pada bulan Mei sebesar 0,3 %. Sedangkan tingkat kerusakan tertinggi terjadi pada tahun 2012 pada bulan Maret sebesar 0,41 %.

Hal ini dikarenakan adanya barang yang rusak pada saat proses produksi yang tidak memenuhi standar dengan batas toleransi kerusakaan sebesar 0,05 % dari masing-masing proses produksi.

Dengan melihat permasalahan tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh bahan baku, Tenaga kerja, jam kerja mesin dan Mutu Produk Terhadap Jumlah Kerusakan Hasil Produksi Buku pada PT. Masmedia Buana Pustaka Sidoarjo “.

1.2 Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka dalam penelitian ini penulis akan mengemukakan beberapa permasalahan yang berhubungan dengan penelitian ini, yaitu :

(17)

2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial bahan baku, tenaga kerja, jam kerja mesin dan Mutu Produk Terhadap Jumlah Kerusakan Hasil Produksi Buku pada PT. Masmedia Buana Pustaka?\

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara simultan antara bahan baku, tenaga kerja, jam kerja mesin dan Mutu Produk Terhadap Jumlah Kerusakan Hasil Produksi Buku pada PT. Masmedia Buana Pustaka.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara parsial antara bahan baku, tenaga kerja, jam kerja mesin dan Mutu Produk Terhadap Jumlah Kerusakan Hasil Produksi Buku pada PT. Masmedia Buana Pustaka.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

(18)

pengembangan teori produksi khususnya teori dalam produksi barang / jasa.

2. Manfaat Praktis a. Perusahaan

Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan informasi tambahan bagi pengusaha percetakan dan menjalankan perencanaan dan pengambilan keputusan strategi produksi pada masa yang akan datang.

b. Referensi Penelitian yang akan datang

(19)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

(20)
(21)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Manajemen Produksi

2.2.1.1Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi

(22)

Sedangkan manajemen produksi menurut Agus Ahyari (1998 : 35), adalah proses dari perencanaan pengorganisasian, pergerakan, pengkoordiniran serta pengendalian dengan demikian usur-unsur yang terkendali didalam manajemen adalah :

1. Perencanaan sebagai serangkaian keputusan yang diambil sekarang untuk dikerjakan pada waktu yang akan datang. 2. Pengorganisasian sering diartikan sebagai kerjasama antara

2 (dua) orang atau lebih dengan atau tanpa peralatan untuk mencapai tujuan tertentu.

3. Pergerakan yang baik akan mengikuti aspirasi dari bagiannya masing-masing.

4. Pengkoordinasian dapat berjalan dengan baik bila ada kerjasama antar bagian atau antar masing-masing pihak. 5. Pengendalian diartikan sebagai pengawasan yang sekaligus

dapat mengambil beberapa tindakan perbaikan.

(23)

keluaran (output) dalm jumlah, kualitas, harga, waktu dan tempat tertentu sesuai dengan permintaan konsumen.

Ada 4 macam pengambilan keputusan yang sering dihadapi dalam manajemen operasional yaitu :

1. Peristiwa yang pasti (certainty)

2. Peristiwa yang tidak pasti (uncertainty) 3. Peristiwa yang resiko (under risk)

4. Peristiwa akibat konflik antar Negara (institusional conflik)

Pengambilan keputusan dalam manajemen operasi berkaitan dengan jangka waktu perencanaan.

Perencanaan jangka panjang berhubungan dalam hal yang strategis sehingga keputusan dimiliki oleh pimpinan puncak. Perencanaan jangka panjang biasanya mencakup waktu antara 24-60 bulan.

Perencanaan jangka menengah dimulai setelah perencanaan jangka panjang, waktu per 3-24 bulan. Perencanaan ini merupakan tugas dari manajer operasi, yang akan membuat keputusan taktis. Perencanaan ini harus konsisten dengan pimpinan puncak dan dilaksanakan diantara sumber daya yang telah diputuskan atau disediakan oleh keputusan strategis sebelumnya.

(24)

perencanaan jangka menengah rencana operasional bulanan, mingguan, atau harian. Perencanaan jangka pendek meliputi penugasan kerja, penjadwalan, pembebanan, pengurutan, dan pengiriman.

Adapun fungsi dalam manajemen operasional yaitu :

1. Proses pengolahan, yaitu menyangkut metode teknik yang digunakan untuk pengolahan factor masukan.

2. Jasa penunjang, yaitu merupakan sarana pengorganisasian yang perlu dijalankan sehingga proses pengolahan dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien.

3. Perencanaan, yaitu penetapan keterkaitan dan pengorganisasian kegiatan operasional yang akan dilakukan dalam satu kurun waktu periode tertentu.

4. Pengendalian dan pengawasan yaitu fungsi untuk menjamin terlaksananya kegiatan sesuai yang telah direncanakan, sehingga masuk dan tujuan penggunaan dan pengolahan masukan yang secara nyata dapat dilaksanakan.

Dengan demikian manajemen produksi merupakan proses pencapaian sumber-sumber daya memproduksi atau menghasilkan barang untuk mencapai tujuan dan sasaran organisasi.

(25)

2.2.1.2Tujuan Manajemen Produksi dan Operasi

Pada saat ini dirasakan adanya kebutuhan untuk menaikkan produktivitas didalam segala kegiatan ekonomi. Kenaikkan produktivitas ini dirasakan perlu, tidak saja didalam pabrik tetapi juga didalam badan atau lembaga yang meghasilkan jasa seperti bank, rumah sakit, jawatan pemerintah dan lain-lain. Permintaan terhadap barang jasa cenderung naik (terutama disebabkan adaya kenaikkan jumlah penduduk) sedangkan factor produksi (resources) terbatas adanya.

Menurut Sukanto, Indriyono (1996:2) adalah memproduksi atau mengatur produksi barang dan jasa dalam jumlah kualitas harga, waktu serta tempat tertentu sesuai dengan kebutuhan konsumen.

2.2.1.3Ruang Lingkup Manajemen Produksi

(26)

Seperti apa yang diuraikan diatas, maka ruang lingkup manajemen produksi dan operasi akan mencakup perancangan atau penyiapan sistem produksi dan operasi, serta pengoperasian dari sistem produksi dan operasi. Pembahasan dalam perancangan atau desain dari sistem produksi dan operasi meliputi :

1. Seleksi dan rancangan atau desain hasil produksi (produk)

(27)

2. Seleksi dan perancangan proses dan peralatan

Setelah produk didesain, maka kegiatan yang harus dilakukan untuk merealisasikan usaha untuk menghasilkannya adalah menentukan jenis proses yang akan dipergunakan serta peralatannya. Dalam hal ini kegiatan harus dimulai dari penyeleksian dan pemilihan akan jenis proses yang akan dipergunakan, yang tidak terlepas dengan produk yang akan dihasilkan. kegiatan selanjutnya adalah menetukan teknologi dan peralatan yang akan dipilih dalam pelaksanaan kegiatan produksi tersebut. Penyeleksian dan penentuan peralatan yang dipilih, tidak hanya mencakup mesin dan peralatan tetapi juga mencakup bangunan dan lingkungan kerja.

3. Pemilihan lokasi, site perusahaan dan unit produksi

(28)

4. Rancangan tata letak (lay-out) dan arus kerja atau proses

Kelancaran dalam proses produksi dan operasi ditentukan pula oleh salah satu factor yang terpenting di dalam perusahaan atau unit produksi, yaitu rancangan tata-letak (lay-out) dan arus kerja atau proses. Rancangan tata letak harus mempertimbangkan berbagai factor antara lain adalah kelancaran arus kerja, optimalisasi dari waktu pergerakan dalam proses atau material handling.

5. Rancangan tugas pekerjaan

(29)

6. Strategi produksi dan operasi serta pemilihan kapasitas

Sebenarnya rancangan sistem produksi dan operasi harus disusun dengan landasan strategi produksi dan operasi yang telah disiapkan terlebih dahulu. Dalam strategi produksi dan operasi harus terdapat pernyataan tentang maksud dan tujuan dari produksi dan operasi, serta nilai dan kebijakan-kebijakan dasar atau kunci untuk lima bidang, yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan mutu atau kualitas. Semua hal tersebut merupakan landasan bagi penyusunan strategi produksi dan operasi. Berdasarkan strategi produksi dan operasi, maka ditentukanlah pemilihan kapasitas yang akan di jalankan dalam bidang produksi dan operasi.

2.2.1.4Pembahasan Dalam Pengeoperasian Sistem Produksi dan Operasi Menurut Sofjan Assauri (2004 : 29). Adalah pembahasan dalam pengoperasian sistem produksi dan operasi mencakup :

1. Penyusunan rencana produksi dan operasi

(30)

2. Perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan Kelancaran kegiatan produksi dan operasi sangat ditentukan oleh kelancaran tersedianya bahan atau masukan yang dibutuhkan bagi produksi dan operasi tersebut. Kelancaran tersedianya bahan atau masukan bagi produksi dan operasi ditentukan oleh baik tidaknya pengadaan bahan serta rencana dan pengendalian persediaan yang dilakukan. Dalam hal ini perlu diketahui maksud dan tujuan diadakannya persediaan, model-model perencanaan dan pengendalian persediaan, pengadaan dan pembelian bahan, perencanaan kebutuhan bahan (material requirement planning) dan perencanaan kebutuhan distribusi (Distribution Requirement Planning).

(31)

4. Pengendalian mutu

Terjaminnya hasil atau keluaran dari proses produksi dan operasi menentukan keberhasilan dari pengoperasian sistem produksi dan operasi. Dalam rangka ini maka perlu dipelajari kegiatan pengendalian mutu yang harus dilakukan agar keluaran dapat terjamin mutunya. Pembahasan yang tercakup dalam pengendalian mutu antara lain adalah maksud dan tujuan kegiatan pengendalian mutu, proses kegiatan perencanaan dan pengendalian mutu, peran pengendalian proses dan produksi dalam pengendalian mutu, teknik dan peralatan pengendalian mutu, serta pengendalian mutu secara statistic (statistical quality control).

5. Manajemen tenaga kerja (sumber daya manusia)

(32)

2.2.2 Pr oses Produksi

2.2.2.1Pengertian Proses Produksi

Menurut Sofjan Assauri (2008 : 105) proses adalah cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya.sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa proses produksi merupakan cara, metode, dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan-bahan dan dana) yang ada.

2.2.2.2J enis-J enis Proses Produksi

Jenis-jenis proses produksi menurut Sofjan Assauri (2008 : 105) dapat dibedakan atas dua jenis yaitu :

1. Proses produksi yang terus menerus (contonous processes)

Pada proses produksi terus menerus ini terdapat waktu yang panjang tanpa adanya perubahan –perubahan dari pengaturan dan penggunaan mesin serta peralatannya.

2. Proses produksi yang terputus-putus (intermitten processes)

(33)

2.2.2.3Kekur angan dan Kelebihan Masing-masing J enis Proses Produksi Menurut Sofjan Assauri (2008:109) masing-masing jenis proses produksi yang telah disebutkan mempunyai beberapa kekurangan dan kelebihan.

1. Kekurangan proses produksi yang terus menerus (continous manufacturing)

a. Terdapat kesukaran untuk menghadapi perubahan produk yang diminta oleh konsumen atau pelanggan. Jadi proses produksi seperti ini khusus untuk menghasilkan produk-produk yang :

a) Permintaan (demand)nya besar dan stabil b) Style produknya tidak mudah berubah

b. Proses produksi mudah terhenti, karena apabila terjadi kemacetan di suatu tempat/tingkat proses (di awal, ditengah atau di belakang), maka kemungkian seluruh proses produksi akan terhenti yang disebabkan adanya saling hubungan dan urut-urutan antara masing-masing tingkat proses.

(34)

2. Kelebihan proses produksi yang terus menerus (continuous manufacturing)

a. Dapat diperolehnya tingkat biaya produksi per unit (uniproduction cost) yang rendah, apabila :

a) Dapat dihasilkannya produk dalam volume yang cukup besar

b) Produk yang dihasilkan distandarisir

b. Dapat dikuranginya pemborosan-pemborosan dari pemakaian tenaga manusia, terutama karena sistem pemindahan bahan yang menggunakan tenaga mesin/listrik. c. Biaya tenaga kerja (labor cost)nya adalah rendah, karena

jumlah tenaga kerjanya yang sedikit dan tidak memerlukan tenaga yang ahli (cukup yang setengah ahli) dalam pengerjaan produk yang dihasilkan.

d. Biaya pemindahan bahan di dalam pabrik juga lebih rendah, karena jarak antara mesin yang satu dengan mesin yang lain lebih pendek dan pemindahan tersebut digerakkan dengan tenaga mesin (mekanisasi).

3. Kekurangan proses produksi yang terputus-putus (intermittent manufacturing) adalah :

(35)

scheduling dan routing yang banyak sekali karena produknya yang berbeda-beda tergantung dari pemesanannya.

b. oleh karena pekerjaan routing dan scheduling banyak sekali dan sukar dilakukan, maka pengawasan produksi (production control)dalam proses produksi seperti ini sangat sulit dilakukan.

c. Dibutuhkannya investasi yang cukup besar dalam persediaan bahan mentah dan bahan-bahan dalam proses, karena prosesnya terputus-putus dan produk yang dihasilkan tergantung dari pesanan.

d. Biaya tenaga kerja dan biaya pemindahan bahan sangat tinggi, karena banyak dipergunakannya tenaga manusia dan tenaga yang dibutuhkan adalah tenaga yang ahli dalam pengerjaan produk tersebut.

4. Kelebihan dari proses produksi yang terputus-putus (intermittent manufacturing)

a. Memepunyai fleksibilitas yang tinggi dalam menghadapi perubahan produk dengan variasi yang cukup besar. Fleksibilitas ini diperoleh terutama dari :

(36)

b) Jenis/tipe yang digunakan dalam proses yang bersifat umum

c) Sistem pemindahan bahan yang tidak menggunakan tenaga mesin tetapi tenaga manusia

b. Oleh karena mesin-mesin yang digunakan dalam proses yang bersifat umum, maka biasanya dapat diperoleh penghematan uang dalam investasi mesin-mesinnya, sebab harga mesin-mesin ini lebih murah daripada mesin-mesin yang khusus.

Proses produksi tidak mudah berhenti akibat terjadi kerusakan atau kemacetan disuatu tempat/ tingkat proses.

2.2.3 Pengertian Bahan Baku

2.2.3.1Pengertian Bahan Baku Dan Fungsinya

Bahan baku sangat mendukung dalam segala aspek. Dalam industri

baik itu industri kimia, industri tekstil, industri makanan dan minuman dan

sebagainya, bahan baku merupakan faktor penting dalam proses

produksinya. Bahan baku penting artinya dalam mempertinggi efisiensi

pertumbuhan ekonomi.

(37)

pengaruh yang cukup besar terhadap kualitas produk ditentukan oleh kualitas bahan baku yang dipergunakan tersebut.

Pengertian bahan baku menurut Cahin dan Polimeni (1996 : 73) bahwa bahan baku adalah bahan yang dapat diidentifikasikan dengan produk suatu barang jadi yang dapat dengan mudah dilacak ke produk tersebut dan hanya bahan utama.

Kelancaran proses produksi sangat dipengaruhi oleh tersedianya bahan baku, sebab bahan baku merupakan bahan baku utama dalam memproduksi barang. Kekurangan bahan baku yang tersedia dapat berakibat terhentinya proses produksi karena habisnya bahan untuk diproses. Akan tetapi terlalu besarnya persediaan bahan baku yang dapat berakibat terlalu tingginya bebean-beban biaya untuk menyimpan digudang. Jadi dapat diketahui bahwa fungsi bahan baku adalah input atau bahan didalam penyelenggaraan produksi sesuatu barang dalam perusahaan industri.

2.2.3.2Faktor-Faktor Yang Mempengar uhi Bahan Baku Menurut Definisi Ahyari (1994 : 163), Yaitu :

1. Perkiraan pemakaian bahan baku

(38)

perencanaan penjualan perusahaan berikut tingkat persediaan barang jadi yang dikehendaki manajemen.

2. Harga bahan baku

Harga bahan baku merupakan dasar penyusunan perhitungan berapa besar dana perusahaan untuk investasi persediaan bahan baku.

3. Biaya persediaan

Ada dua tipe biaya, biaya yang semakin besar dengan semakin besarnya rata-rata persediaan dan biaya yang justru semakin kecil dengan semakin besar persediaan.

4. Pemakaian bahan

Seberapa besar persediaan bahan baku akan mendapat dana dari perusahaan tergantung dari kebijakan pembelajaan dalam perusahaan tersebut.

5. Kebijakan pembelian

Seberapa besar penyerapan persediaan bahan baku oleh proses produksi serta bagaimana hubungan dengan perkiraan pemakaiannya.

6. Waktu tunggu (lead time)

(39)

dengan penentuan saat pemesanan kembali ( re order print ) untuk mengetahui saat pembelian yang tepat pula.

7. Model pembeliaan bahan

Model pembelian bahan yang dipergunakan oleh perusahaan sangat menentukan besar kecilnya persediaan bahan baku yang diselenggarakan dalam perusahaan.

8. Persediaan pengamanan

Pada umumnya untuk menanggulangi adanya keadaan kehabisan bahan baku dalam perusahaan maka perusahaan akan mengadakan persediaan pengaman (safety stock) atau seringkali disebut pula sebagai persediaan besi (lion sock). Perbedaan ini akan dipergunakan bila terjadi kekurangan bahan baku atau keterlambatan datangnya bahan baku yang dipesan perusahaan. 9. Pembelian kembali

Pembelian kembali bahan baku secara berkala yang dipergunakan perusahaan.

2.2.4 Tenaga Kerja

2.2.4.1Pengertian Tenaga Kerja

(40)

orang yang diperlukan, sehingga di sini peneliti akan menguraikan beberapa pendapat para ahli tentang definisi tenaga kerja.

Menurut Mulyadi (1991 : 343) tenaga kerja merupakan usaha fisik atau mental yang dikeluarkan karyawan untu mengolah produk.

Menurut Mardiasmo (1994:131) tenaga kerja adalah sumber daya yang dominan (kekayaan yang produktif) yang dimiliki oleh perusahaan dalam melancarkan proses produksi.

Hal ini dapat disimpulkan bahwa kelancaran proses produksi tergantung dari adanya tenaga kerja yang digunakan perusahaan. Karena tenaga kerja merupakan perencanaan sekaligus pelaksanaan dari proses produksi, sehingga perusahaan harus mampu menentukan jumlah tenaga kerja yang tepat.

2.2.4.2Penentuan J umlah Tenaga Kerja

Agar dapat menyesuaikan dan menetapkan tingkat kebutuhan tenaga kerja untuk menyelesaikan produk yang naik turun sesuai permintan pasar, perlu dilakukan forecast yang tepat sesuai dengan perubahan-perubahan kapasitas yang dibutuhkan.

(41)

Pada dasarnya penentuan jumlah tenaga kerja yang diperlukan selama periode waktu tertentu melalui perhitungan rasio permintaan terhadap kapasitas satu unit sumber daya.

Jumlah total jam sumber daya manusia yang dibutuhakn untuk memenuhi permintaan akan produk-produk yang berbeda sama dengan waktu yang dibutuhkan mempersiapkan dan memproduksi setiap unit ditambah waktu untuk menyampaikan pada konsumen.

Dalam praktek, sering ditemui dimana jumlah tenaga kerja tidak sama dengan jumlah pekerjaan dalam hal jumlah pekerjaan lebih besar daripada jumlah karyawan.

Setelah memutuskan pekerjaan-pekerjaan mana yang ditangani sendiri, mana yang disubkontrakkan dan menentukan jumlah jam kerja tiap bagian maka daftar pekerjaan yang dibuat meliputi tenaga kerja langsung dan tidak langsung haruslah tepat. Sehingga para mandor dan bagian personalia dapat menggunakan dalam pembuatan anggaran-anggaran.

(42)

2.2.5 J am Kerja Mesin

2.2.5.1Pengertian J am Kerja Mesin

Dalam memproduksi barang setiap perusahaan menggunakan alat bantu yang berupa mesin. Tidak jarang kita menjumpai suatu pabrik menggunakan masin dan sangat tergantung kepada mesin dan peralatannya. Oleh karena itu kita harus pandai dalam memilih kualitas daripada mesin tersebut untuk menghasilkan produk, sebab apabila salah dalam menetapkan kebijakan yang dibuat oleh perusahaan akan mengalami kerugian, dan sebaiknya apabila ternyata mesin-mesin maupun peralatan sebelum operasi tersebut dimulai adalah sangat penting. Hal ini juga dapat kita lihatr jumlah efektivitas dan jumlah mesin yang beroperasi juga menentukan apakah keadaan operasi perusahaan telah selesai, tidak dengan apa yang telah direncanakan. Sehingga kegiatan dapat menunjang lainnya juga diperlukan seperti aktivitas pemeliharaan, perawatan, perbaikan dan pergantian terhadap mesin dan peralatan pabrik diperlukan agar proses produksi terjamin kelancarannya dengan kata lain untk mencegah adanya hambatan dalam proses produksi dan tercapainya volume produksi yang diharapkan.

(43)

Karena keberadaan mesin merupakan penunjang dari kelancaran proses produksi, maka keberadaannya perlu dikendalikan, adapun tujuan pengendalian kapasitas mesin menurut Welley (1991:597) meliputi :

1. Memastikan bahwa jumlah perkakas yangh dibutuhkan untuk tujuan produksi sudah tepat.

2. Memesan perkakas untuk menampung permintaan produksi

3. Memastikan bahwa rasio biaya atau prestasi diterapkan secara ketat dalam desain perkakas

4. Mencatat persediaan dan umur perkakas

5. Memastikan bahwa perkakas yang tersedia akan berfungsi selama masa waktu yang telah ditentukan.

6. Memberikan pelayanan reparasi perkakas secara memadai dan kontinu.

2.2.5.2Faktor-Faktor Yang Mempengar uhi J am Kerja Mesin Menurut (J.L. Wetik :1990, 15-16) jam kerja ada dua :

1. Jam orang (man hour) adalah pekerjaan yang dilakukan oleh satu orang dalam satu jam.

2. Jam mesin (machine hour) adalah pekerjaan sebuah mesin atau bagian pabrik dalam satu jam.

Waktu yang diperlukan oleh satu orang atau sebuah mesin untuk menjalankan suatu operasi atau untuk mencapai hasil tertentu terdiri dari :

(44)

Jadi dapat disimpulkan jam kerja mesin adalah keadaan yang menunjukkan jumlah jam proses produksi mesin untuk berproduksi atau melaksanakan aktivitas, merubah bahan baku menjadi barang jadi.

2.2.6 Mutu

2.2.6.1Pengertian Mutu

Menurut Sofjan Assauri (2008:292). Mutu diartikan sebagai faktor-faktor yang terdapat dalam suatu barang/hasil yang menyebabkan barang/hadil tersebut sesuai dengan tujuan untuk apa barang /hasil itu dimasukkan atau dibutuhkan.

Sedangkan menurut Syamsul Ma’arif dan Hendra Tanjung (2003:135). Mutu adalah tingkat karakteristik produk yang dapat diukur.

Jadi mutu dapat disimpulkan sebagai faktor yang menentukan nilai dan kualitas dari produk yang akan dihasilkan dari proses produksi.

2.2.6.2Faktor-faktor yang Mempengar uhi Mutu

Menurut Sofjan Assauri (2008:293). Mutu merupakan tingkatan pemuasan suatu barang. Dari uraian ini terlihat bahwa tingkat mutu tersebut ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut :

1. Fungsi suatu barang

(45)

memenuhi fungsi tersebut. Mutu yang hendak dicapai sesuai dengan fungsi untuk apa barang tersebut digunakan atau dibutuhkan, tercermin pada spesifikasi dari barang tersebut seperti kecepatan, tahan lamanya, kegunaannya, berat, bunyi, mudah/tidaknya perawatan dan kepercayaannya.

2. Wujud luar

Salah satu faktor yang penting dan yang digunakan oleh konsumen dalam melihat suatu barang pertama kalinya, untuk menentukan mutu barang tersebut, adalah wujud luara barang itu. Kadang-kdang barang yang dihasilkan secara teknis atau mekanis telah maju, tetapi bila wujud luarnya kuno atau kurang dapat diterima, maka hal ini dapat menyebabkan barang tersebut ridak disenangi oleh konsumen atau pembeli, karena dianggap mutunya kurang memenuhi syarat. Faktor wujud luar yang terdapat pada suatu barang tidak hanya terlihat dari bentuk, tetapi juga dari warna, susunan (seperti pembungkusan), dan hal-hal lainnya. 3. Biaya barang tersebut

(46)

tersebut relatif lebih rendah. Ini terjadi, karena biasanya untuk mendapatkan mutu yang baik dibutuhakn biaya yang mahal. Mengenai biaya barang-barang ini perlu kiranya disadari bahwa tidak selamanya biaya suatu barang dapat menentukan mutu barang tersebut, karena biaya yang diperkirakan tidak selamanya biaya yang sebenarnya, sehingga sering terjadi adanya inefisiensi. Jadi tidak selalu biaya atau harga dari barang itu lebih rendah dari pada nilai barang itu, tetapi kadang-kadang terjadi bahwa biaya atau harga dari suatu barang lebih tinggi dari pada nilai yang sebenarnya, karena adanya inefisiensi dalam menghasilkan barang tersebut dan tingginya keuntungan yang diambil terhadap barang itu.

2.2.6.3Perumusan Kebijaksanaan Dalam Mutu

(47)

Oleh karena itu perlu diberikan kepada para teknisi tersebut, mengenai pentingnya faktor kepercayaan dan keinginan pelanggan atau pembeli, sehingga perlu diperhatikandan dipertimbangkan. Dalam perumusan kebijaksanaan mengenai mutu ini perlu diperhatiakn beberapa faktor yaitu proses pembuatan, aspek penjualan, perubahan-perubahan permintaan konsumen atau pemakai, peranan inspeksi dan lingkup dariu perumusan kebijaksanaan yang diambil.

1. Proses produksi

Mutu yang ditetapkan akan dicapai atau dihasilkan perlu memperhatikan siklus proses pembuatan (manufacturing cycle), dimana untuk suatu mutu yang lebih baik dibutuhkan waktu yang lebih lama. Proses pembuatan/pengerjaan juga dapat memengaruhi mutu, baik dalam waktu pengerjaan maupun pekerjaan-pekerjaan yang harus dikerjkan kembali serta peralatan-peralatan dan perlengkapan yang lebih sempurna dan lebih baik. Perlu diperhatikan bahwa untuk mencari dan mencapai tingkat ketelitian dalam mutu dari barang yang dihasilkan, yang biasanya tidak termasuk dalam lingkup perlengkapan dan peralatan, menyebabkan terdapatnya barang yang apkir (scrap) dalam jumlah yang cukup banyak dan biaya pengerjaan kembali (rework cost).

2. Aspek penjualan

(48)

yang dihasilkan terlalu rendah, maka hal ini dapat menyebabkan berkurangnya penjualan. Sebaliknya apabila mutu dari barang yang dihasilkan terlalu tinggi (mutu yang tinggi) menyebabkan terdapatnya biaya produksi yang lebih mahal, sehingga harga penjualan menjadi mahal dan jumlah yang dapat terjual menjadi terbatas (lebih sedikit) karena kemampuan pembeli terbatas.

3. Perubahan permintaan konsumen/pemakai

Konsumen atau pemakai sering menginginkan terdapatnya perubahan-perubahan dari barang yang dipakainya. Perubahan-perubahan yang disebabkan selera konsumen ini sering disebut mode. Perubahan-perubahan ini perlu diperhatikan oleh produksen, sehingga dia dapat mengetahui dan mengikuti keadaan yang terdapat dalam pasaran. Hendaknya produsen berusaha untuk selalu dapat mengetahui keadaan dan perubahan spesifikasi dari mode pembuatan/pengerjaan.

4. Peranan inspeksi

(49)

kecil. Sebenarnya biaya yang sangat besar akan terjadi apabila terdapat perubahan-perubahan pokok dalam kebijakan mutu ( misalnya dengan adanya keputusan mutu ditingkatkan, maka produk dengan mutu yang lama ditolak).

5. Lingkup dari perumusan kebijakansanaan yang diambil

(50)

2.2.7 Pengawasan Mutu

2.2.7.1Pengertian Pengawasan Mutu (Quality Control)

Menurut Sofjan Assauri (2008:298). Kebutuhan akan pengawasan mutu timbul setelah revolusi industri. Oleh karena proses produksi dikerjakan dengan mesin, maka menimbulkan dua persoalan, yaitu :

1. Penggunaan mesin mulai menggantikan atau mengurangi kebutuhan dan penggunaan tenaga-tenaga atau tukang-tukang yang mempunyai keahlian yang tinggi.

2. Produksi barang-barang secara besar-besaran saling memerlukan pertukaran, sehingga selanjutnya dibutuhkan keseragaman dari komponen-komponen untuk memudahakan merakitnya.

(51)

berubah, dimana peranan pengawasan mutu mulai dirasakan pentingnya dan mulailah dicari prosedur-prosedur pengawasan mutu yang lebih baik. Adapun yang dimaksudkan dengan pengawasan mutu adalah kegiatan untuk memastikan apakah kebijaksanaan dalam hal mutu/ kualitas dari barang yang dihasilkan, agaer sesuai dengan spesifikasi produk yang telah ditetapkan berdasarkan kebijakan pimpinan perusahaan. Dalam pengawasan mutu ini, semua prestasi barang dicek menurut standart, dan semua penyimpangan-penyimpangan dari standart dicatat serta dianalisis dan semua penemuan-penemuan dalam hal ini digunakan sebagai umpan balik (feed back) untuk para pelaksana sehingga mereka dapat melakukan tindakan-tindakan perbaikan untuk produksi pada masa-masa yang akan datang.

2.2.7.2Ruang Lingkup Pengawasan Mutu

Kegiatan pengawasan mutu sanagt luas, karena semua pengaruh terhadap mutu harus dimasukkan dan diperhatikan. Secara garis besar pengawasan mutu dapat dibedakan atau dikelompokkan kedalam dua tingkatan yaitu :

1. Pengawasan selama pengolahan (proses)

(52)

baik atau tidak. Apabila mulainya salah, maka keterangan kesalahan yang ini dapat diteruskan oleh pelaksana semuala untuk memulai penyesuaian kembali. Perlu diingat bahwa pengawasan dari proses haruslah berurutan dan teratur.

Pengawasan yang dilakukan hanya terhadap sebagian dari proses mungkin tidak ada artinya bila tidak diikuti dengan pengawasan pada bagian lain. Pengawasan terhadap proses ini termasuk pengawasan atas bahan-bahan yang akan digunakan untuk proses.

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diseleseikan

Walaupun telah diadakan pengawasan mutu dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak atau kurang baik ataupun tercampur dengan hasil yang baik. Untuk menjaga agar supaya barang-barang hasil yang cukup baik atau yang paling sedikit rusaknya, tidak keluar atau lolos dari pabrik sampai ke konsumen/pembeli, maka diperlukan adanya pengawasan atas barang hasil akhir/produk selesei. Adanya pengawasan seperti ini tidak dapat mengadakan perbaikan dengan segera.

2.2.7.3Maksud dan Tujuan Pengawasan Mutu

(53)

ditetapkan sebagai standar dapat tercermin dalam produk/hasil akhir. Secara terinci dapatlah dikatakan bahwa tujuan dari pengawasan mutu adalah :

1. Agar hasil barang produksi dapat mencapai standart mutu yang telah ditetapkan

2. Mengusahakan agar biaya inspeksi dapat menjadi sekecil mungkin 3. Mengusahakan agar biaya desain produk dan proses dengan

mengguanakn mutu produksi tertentu dapat menjadi sekecil mungkin

4. Mengusahakan agar biaya produksi dapat menjadi serendah mungkin

2.2.7.4Teknik dan Alat-Alat Pengawasan Mutu

Menurut Sofjan Assauri (2008:309). Teknik dan alat-alat pengawasan mutu adalah sebagai berikut :

1. Cara-cara menjalankan pengawasan

(54)

barang yang memiliki mutu yang dikehendaki. Apabila keterangan-keterangan yang didapat selama inspeksi diteruskan kedalam pilihan yan lain, maka bagian tersebut akan diberi kepastian bahwa kegiatan bagian mereka dalam proses telah dilakukan dengan baik atau perlu diperingati tentang penyimpangan-penyimpangan yng harus dibetulkan. Dengan menyelidiki jalannya penyimpangan, sehingga kemungkinan kegiatan yang mungkin salah terdapat pada suatu bagian, amka kegiatan produksi selanjutnya dihentikan dengan cara-cara untuk menghindari terjadinya kesalahan lagi perlu diberikan.

Kegiatan inspeksi hanya dapat dilakukan dengan membuat contoh atau sample dan mengukur atau menilai. Kegiatan pemberian keterangan memerlukan kegiatan pencatatan penyingkatan, mempertunjukkan, dan memberi komentar, mungkin perlu memutuskan pengambilan tindakan yang dibutuhkan, dan untuk memberitahukan jaminan, peringatan atau tindakan yang diperlukan. Kegiatan penyelidikan membutuhkan penganalisisan catatan-catatan (biasanya tentang pengawasan), dan mungkin memimpin pelaksanaan percobaa-percobaan pada proses atau mungkin dalam laboratorium.

2. Hal-hal yang memengaruhi derajat pengawasan mutu

(55)

orang-orang dimana dibutuhkan kesesuaian dengan spesifikasi. Derajat/tingkat pengawasan mutu yang dapat dilakukan atas proses-proses tersebut tergantung pada faktor-faktor berikut :

a Kemampuan proses b Spesifikasi yang berlaku

c Apkiran/scrap yang dapat diterima d Ekonomisnya kegiatan produksi 3. Variabilitas proses produksi

(56)

4. Teknik-teknik dan alat pengawasan

Kebutuhan akan memisahkan barang-barang yang ditolak dari barang-barang yang sempurna, menyebabkan adanya pegawai-pegawai yang dikenal sebagai pengawasan, yang bertugas melakukan penyelidikan yang disertai kritik-kritik terhadap setiap barang yang dihasilkan. Oleh karena proses produksi dipecah-pecah atau dibagi-bagi kedalam pekerjaan-pekerjaan yang terpisah-pisah yang dilakuakn oleh para pekerja dari bermacam-macam tingkat, maka pegawasan mulai dilakukan pada hal-hal yang strategis dalam proses. Kebutuhan akan pengawas-pengawas yang banyak dalam organisai, menimbulkan kebutuhan pegawai dari berbagai tingkat, mulai dari inspektur yang setengah ahli yang melakukan pengecekkan terinci secara rutin, sampai kepada kepala-kepala pengawas yang bertanggung jawab atas semua kegiatan pengawas didalam perusahaan. Disamping kebutuhan akan tenaga atau pegawai yang akan bertuagas dalam pengawsan mutu, dibutuhkan ole teknik-teknik dan alat-alat pengawas mutu agar pengawasan mutu yang dilakukan dapat efektif dan efesien.

(57)

pengukuran. Alat-alat untu ini banyak sekali dan berbeda-beda tergantung dari proses yang digunakan. Alat-alat itu biasanya adalah sama dengan yang dibutuhkan untuk produksi.

Teknik-teknik untuk pengawasan mutu digunakan untuk :

a Mengawasi/mengontrol pelaksanaan suatu proses apakah sesuai dengan spesifikasinya

b Menentukan apakah bahan-bahan/ barang-barang yang diterima dari suplier mempunyai mutu yang dapat diterima. Oleh karena pengawasan mutu meliputi keanekaragaman (tanpa keanekaragaman tak akan ada suatu persoalan, sekali spesifikasi telah dimulai), maka teknik-teknik pengawasan mutu yang dipergunakan adalah bersifat statistik. Metode-metode statistik mulai dari pengambilan sampel sampai kepada penafsiran (interpretasi) dari sample-sample ini.

(58)

yang pada dasarnya dapat diawasai/dikontrol. Dalam hal ini cara yang dipergunakan untuk menemukan penyimpangan-penyimpangan dari keadaan yang diinginkan sebenarnya pada tingkat yang paling mula. Cara ini juga dapat dipergunakan untuk membantu menjaga agar jumlahbarang-barang yang apkir tetap dibawah suatu jumlah tertentu. Apabila digunakan pada kelompok-kelompok barang yang diterima dari suplier., maka cara ini dapat mengurangi banyaknya pemeriksaan yang dilakukan. Cara-cara pemeriksaan yang mudah dikerjakan, ditujukan untuk memisahakan basil produksi yang baik dari yang todak baik/rusak. Bagaimanapun tepatnya alat-alat yang digunakan, tetapi pemisahan dari hasil-hasil produksi yang baik/memuaskan dengan yang tidak baik/tidak memuaskan, tidak akan dapat membantu proses pengawasan, tanpa memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut :

a. Rangkaian/urutan (sequence)

(59)

b. Kesegaran (immediacy)

Hasil pemeriksaan harus dapat diperoleh seger mungkin, agar penyimpangan-penyimpangan dapat segera dibetulkan. Maksudnya adalah agar penyesuaian hendaknya dapat dilakukan, sebelum penyimpangan yang terjadi, berlangsung terlalu lama, sehingga barang-barang yang apkir (scrap) ataupun bahan-bahan dibawah standart tidak terlalu banyak.

c. Analisis

Analisis mengenai penyimpangan (deviasai) dari spesifikasi akan lebih berguna daripada analisis kegiatan-kegiatan bagian, karena analisis tersebut dapat menunjukkan satu sifat atau karakteristik pada suatu saat, situasi yang sesungguhnya pada saat itu dan sifat-sifat atau karakteristik-karakteristik yang dapat diawasi/dikontrol dengan suatu perhatian tertentu pada proses.

(60)

e. Hubungan (relevance)

Analisis mengenai penyimpangan-penyimpangan (deviasi) yang terdiri dari standar endaknya dilakukan sedemikian rupa, sehingga tanda-tanda statistik yang dipergunakan ada hubungannyadengan faktor-faktor dalam proses yang dapat dikontrol.

Pengawasan mutu dapat dikatakan telah mulai berjalan, apabila prosedur pemeriksaan telah dilakukan sedemikian rupa sehingga syarat-syarat yang telah disebutkan diatas telah terpenuhi semuanya. Bagaimanapun komplek dan rumitnya cara-cara pemeriksaan dilakukan, tetapi bilamana hasilnya hanyalah unutk memisahkan hasil-hasil produksi menjadi dua kelompok, yaitu yang baik dan yang apkir, maka proses produksi itu sendiri tidak akan dapat dikontrol secukupnya dengan baik.

Teknik atau alat pengawasan mutu yang sering digunakan adalah metode statistik dengan :

1) Pengambilan sample secara teratur

2) Pemeriksaan karakteristik yang telah ditentukan apakah sesuai dengan standart yang ditetapkan 3) Penganalisisan derajat penyimpangan (deviasi) dari

(61)

4) Penggunaan tabel pengontrolan untuk bahan penganalisisanhasil-hasil pemeriksaan/pengujian sebagai dasar dalam pengambil keputusan apakah harus diambil dalam penyesuain proses atau tidak.

2.2.8 Kerusakan dari Hasil Produksi 2.2.8.1Istilah Cacat Dari Hasil Pr oduksi

Proses produksi merupakan proses perubahan dari bahn mentah menjadi barang jadi, didalam proses produksi pasti ada barang yang tidak sesuai dengan proses atau cacat rusak, baik tidaknya kualitas barang jadi dan banyaknya cacat ada kaitannya dengan teknologi, manajemen program oroduksi dan analisis secara keseluruhan.

Menurut Piter Chang M.K (2003:59). Penyebab terjadinya cacat produk berkaitan sebagai berikut, masalah mesin, teknologi, manajemen bahan baku, dan sebagainya. Tetapi pada umumnya kondisi dilapangan harus bersikap obyeltif cara berfikirnya dan mengandalkan manajemen serta teknologi.

(62)

2.3 Kerangka Berpikir

Gambar 2.1

Pengaruh bahan baku, tenaga kerja, jam kerja mesin, dan pengawasan mutu produk terhadap Jumlah Kerusakan Hasil Produksi Buku

2.4 Hipotesis

Berdasarkan pada permasalahan diatas maka perlu diberikan suatu jawaban sementara yang kebenarannya masih perlu diuji lebih lanjut. Dari adanya jawaban sementara ini nantinya diharapkan akan mampu memecahkan masalah yang sedang dihadapi oleh perusahaan ini. Adapun hipotesanya adalah :

Jumlah Bahan Baku (X1)

Kerusakan Hasil Produksi (Y)

Jumlah Tenaga Kerja (X2)

Jam Kerja Mesin (X3)

(63)

1. Diduga bahan baku, tenaga kerja, jam kerja mesin dan pengawasan mutu produk mempunyai pengaruh terhadap jumlah kerusakan hasil produksi buku secara simultan.

(64)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi operasional dan Pengukur an Variabel

Definisi Operasional dan pengukuran variabel dalam penelitian ini meliputi : Penentuan variabel penelitian tergantung pada obyek yang diteliti landasan teori dan metode yang digunakan.

Berdasarkan identifikasi variabel, diperoleh variabel-veriabel yang berpengaruh dan menjadi definisi operasional tersebut terdiri atas lima sebagai berikut :

a. Bahan Baku (X1)

Adalah banyaknya bahan baku yang dipergunakan dalam produksi setiap bulan untuk melakukan aktifitas merubah bahan mentah menjadi barang jadi atau siap pakai. Cara pengukurannya berdasarkan jumlah pemakaian bahan baku setiap bulannya adalah (Ton)/ bulan.

b. Tenaga Kerja (X2)

Adalah bnyaknya tenaga kerja yang dipergunakan oleh perusahaan dalam rangka mengolah bahan setengah jadi menjadi barang jadi. Variable ini diukur dalam orang/bulan

c. Jam Kerja Mesin (X3)

(65)

d. Pengawasan Mutu Produk (X4)

Adalah kualitas mutu dari barang yang dihasilkan oleh perusahaan agar terhindar dari kerusakan, hal ini dilakukan dengan cara memeriksa setiap produk dari produk setengah jadi sampai menjadi produk jadi yang telah selesai agar produk akhir tidak mengalami kerusakan pada saat masuk gudang. Cara pengukurannya berdasarkan pengawasan mutu/bulan.

e. Kerusakan Hasil Produksi (Y)

Jumlah produk buku yang tidak memenuhi mutu standar sudah dapat diketahui sebelum produk dikirim ke tangan konsumen. Satuan ukurannya yaitu jumlah kerusakan buku/bulan.

3.2 Populasi

(66)

3.3 Sampel

Sampel menurut Sugiono (2004 : 73) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data mengenai jumlah kerusakan hasil produksi buku terutama buku pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMA dengan satuan waktunya per bulan selama 36 bulan pada tahun 2010-2012.

3.4 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling secara nonprobabilitas yaitu dengan cara purposiv sampling. Purposiv Sampling atau judgmental sampling yaitu penarikan sampel yang dilakukan dengan memilih subjek berdasarkan kriteria spesifik yang ditetapkan peneliti. Teknik ini didasarkan dengan tujuan untuk mendapatkan data aktual (valid dan terbaru) pada PT. Masmedia Buana Pustaka mulai tahun 2010 sampai tahun 2012. Sugiono (2004)

3.5 Teknik Pengumpulan Data

(67)

3.5.1 J enis Data

a. Data Sekunder

Dalam melakukan penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikumpulkan dan didapat dari perusahaan yang berkaitan dengan penelitian yaitu PT. Masmedia Buana Pustaka. b. Sumber Data

Sumber data yang didapat adalah data intern dari bulan Januari sampai bulan Desember selama 36 bulan tahun 2010-2012 yang berasal dari perusahaan yang berkaitan dengan penelitian yaitu PT. Masmedia Buana Pustaka.

3.5.2 Pengumpulan Data a. Observasi

Penulis melakukan penelitian terhadap proyek penelitian di lapangan dengan mengikuti kegiatan dalam rangka pengamatan dan pencatatan sacara sistematis terhadap obyek/gejala/fenomena yang diselidiki.

b. Dokumentasi

(68)

3.6 Metode Analisis Data 3.6.1 Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi dalam hasil estimasi, karena apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut, uji f dan uji t yang dilakukan menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan kesimpulan yang diperoleh.

Tujuan utama penggunaan uji asumsi klasik adalah mendapatkan koefisien regresi linear yang terbaik dan tidak biasa, sehingga harus memenuhi asumsi-asumsi klasik dengan menghindari :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya metode kolmogorov smirnov.

a. Hipotesis

Ho : data distribusi normal H1 : data tidak distribusi normal

b. Daerah keputusan

Tingkat signifikas > 5% maka Ho diterima dan H1 ditolak

Tingkat signifikan < 5% maka Ho ditolak dan H1 diterima

2. Uji Multikolinieritas

(69)

regresi yang baik seharusnya ridak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Pembuktian ada atau tidaknya gejala multikolinieritas dapat dilakukan dengan cara menghitung VIF (Variance Inflation Factor).

3. Uji Heteroskedastisitas

Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan lainnya. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas diantaranya dengan menghitung kerelasi Rank Spearmen antara nilai residual dengan seluruh variabel bebas. Jika nilai signifikan koefisien korelasi Rank Spearman untuk semua variabel bebas terhadap nilai mutlak dari residual lebih besar 5% maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas.

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi menggunakan nilai dari tabel Durbin Watson antara jumlah variabel dengan jumlah pengamatan, kemudian nilai tersebut diplotkan kedalam kurva Durbin Watson.

3.6.2 Persamaan Regrasi

Dalam rangka uji hipotesis menggunakan metode analisi regresi linier berganda ialah untuk mengetahui pengaruh jumlah Bahan Baku (X1),

(70)

(X4) terhadap jumlah kerusakan hasil produksi (Y) yang bentuk

persamaannya ialah :

Y= bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e (Sudjana, 1996 : 380)

Dimana :

Y = jumlah kerusakan hasil produksi X1 = Jumlah Bahan baku

X2 = Jumlah Tenaga kerja

X3 = Jam kerja Mesin

X4 = Pengawasan Mutu

bo = Konstanta

b1b2b3 = Koefesie regresi untuk variable X1X2X3X4

e = Faktor pengganggu / standar eror

3.7 Uji Hipotesis a. Uji F

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat secara simultan digunakan uji F dengan rumus :

1. Fhitung

Dimana : JK Reg = Jumlah Regresi JKg = Jumlah Kuadrat Galat JK Regresi

Fhitung =

(71)

K = Jumlah Variabel Bebas

n = Jumlah Sampel

Untuk menghitung R2 digunakan rumus :

( Sudjana,1996 : 383)

dimana : R2 = Koefisien Determinasi

JK = Jumlah Kuadrat

2. Hipotesis

Ho : b1 = b2 = 0, maka tidak ada pengaruh nyata antara

variable bebas dan variable terikat. Ho : b1 ≠ b 2 ≠ 0, maka ada pengaruuh nyata antara

variable bebas dan variable terikat. 3. Kriteria Pengujian

Ho diterima jika Fhit ≤ F tab, Artinya secara simultan tidak

ada pengaruh antara variabel bebas dan variable terikat.

Ho ditolak jika Fhit ≥ F tab, artinya secara simultan ada

pengaruh antara variable bebas dan variable terikat. 4. Dengan level of significant 0,05 DF = n - k – 1

JK Regresi R2 =

(72)

b. Uji

t

1. Uji

t

hitung

Untuk pengujian terhadap koefisien regresi secara parsial

menggunakan uji

t

ialah untuk mengetahui pengaruh Jumlah

bahan baku, jumlah kerja tenaga kerja, jam kerja mesin, dan pengawasan mutu, secara sendiri-sendiri atau secara parsial terhadap jumlah kerusakan hasil produksi. Dengan rumus :

(sudjana, 1996 : 111)

Dimana :

t

hit =

t

hasil perhitungan

b1 = koefisien regresi

Se = standar error

2. Merumuskan Hipotesis

Ho : b1 = 0, maka tidak ada pengaruh nyata antara variabel

bebas dan variabel terikat.

Ho : b1 ≠ 0, maka ada pengaruh nyata antara variabel bebas

dan variabel terikat b1

t

hit =

(73)

3. Kriteria pengujian

Ho diterima jika

t

hit ≤

t

tab, artinya secara parsial jumlah

bahan baku, jumlah tenaga kerja, jam kerja mesin, dan pengawasan mutu tidak berpengaruh terhadap jumlah kerusakan hasil produksi.

Ho ditolak jika thit ≥ t tab, artinya secara parsial jumlah bahan

baku, jumlah tenaga kerja, jam kerja mesin, dan pengawasan mutu berpengaruh terhadap jumlah kerusakan hasil produksi.

(74)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambar an obyek penelitian 4.1.1 Sejar ah perusahaan

PT. Masmedia Buana Pustaka adalah sebuah badan usaha perseroan dengan surat pengesahan dari Menteri Kehakiman Nomor : AHU-14339.AH.01.01 tertanggal 20 April 2009. Perusahaan yang didirikan oleh Thio Andrianto ini pada awalnya bergerak dalam bidang perdagangan kertas.

Dalam menyongsong era globalisasi, PT. Masmedia Buana Pustaka memutuskan selangkah lebih maju dengan memperluas unit-unit bisnis yang baru, yaitu Percetakan dan Penerbitan Buku.

Perusahaan yang didirikan tahun 1999 ini dipimpin oleh Indriyanto selaku direktur dan Mursyid Burhanuddin selaku Wakil direktur memiliki semboyan "Memberikan Layanan Terbaik dengan Semangat dan Keyakinan". PT. Masmedia Buana Pustaka bertekad untuk mencerdaskan bangsa Indonesia melalui buku-buku yang mewakili sudut pandang, buku-buku akademis, praktis, novel, religi, cerita anak dan sebagainya.

(75)

untuk terus konsisten menerbitkan buku-buku berkualitas hasil karya penulis-penulis berbakat Indonesia maupun dari luar negeri.

PT. Masmedia Buana Pustaka selain fokus dalam bidang penerbitan juga melakukan ekspansi ke comersial printing dan mengerjakan proyek-proyek milik pemerintah fix capacity, buku-buku dan majalah PAUD.

Selain itu, PT. Masmedia Buana Pustaka sebagai salah satu perusahaan percetakan dan penerbitan yang sukses menghasilkan karya-karya best seller, juga menjalin kerjasama dengan beberapa penerbit luar negeri guna mendapatkan naskah-naskah berbahasa asing yang akan dialihbahasakan ke dalam bahasa Indonesia.

PT. Masmedia Buana Pustaka membagi unit-unit produksinya menjadi empat bagian, yaitu :

1. Masmedia : menerbitkan buku-buku umum dan buku praktis.

2. Mashun : menerbitkan buku-buku bertemakan nilai-nilai

islam secara universial.

3. Elijah : wadah bagi penulisan buku Nasrani.

(76)

4.1.2 Lokasi perusahaan

PT. Masmedia Buana Pustaka berlokasi di Jl. Tropodo I nomor 111 Waru, Sidoarjo. Diatas tanah seluas 7.000 meter persegi itu dibangun kantor lengkap dengan percetakan modern dan gudang tempat penyimpanan bahan baku dan produk jadi.

4.1.3 Visi dan Misi

Dalam mendirikan suatu perusahaan PT. Masmedia Buana Pustaka memiliki visi dan misi sebagai berikut :

1.Visi

“Menjadi media internasional melalui terobosan kreativitas insan Indonesia”.

2.Misi

Misi dari Perusahaan adalah menjalankan usaha percetakan dan penerbitan dengan memprioritaskan peduli terhadap sesama dengan tulus dan jujur.

4.1.4 Struktur organisasi

(77)

batas-batasnya, hubungannya, wewenangnya dan tanggung jawabnya dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Dengan adanya struktur organisasi maka PT. Masmedia Buana Pustaka dapat menciptakan produk dengan kualitas dan kuantitas yang sudah distandarisasikan oleh perusahan.

Gambar 4.1

struktur organisasi PT. Masmedia Buana Pustaka

(78)

Adapun job description (tugas-tugas) pada perusahaan ini dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Komisaris

Tugas dari komisaris yaitu melakukan pengawasan atas jalannya usaha PT dan memberikan nasihat kepada direktur. Dalam melakukan tugas, dewan direksi berdasarkan kepada kepentingan PT dan sesuai dengan maksud dan tujuan PT. kewenangan khusus dewan komisaris, bahwa dewan komisaris dapat diamanatkan dalam anggaran dasar untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu direktur, apabila direktur berhalangan atau dalam keadaan tertentu.

Kewajiban dari komisaris yaitu membuat risalah rapat dewan komisaris dan menyimpan salinan rapat melaporkan kepada PT mengenai kepemilikan saham dan/atau keluarga atas saham PT dan saham di PT lainnya memberikan laporan tentang tugas pengawasan yang telah dilakukan mengawasi direktur.

2. Direktur

Direktur merupakan pimpinan tertinggi dalam operasi sebuah perusahaan sehari-hari. Direktur mempunyai tugas dan tanggung jawab sebagai berikut:

Gambar

Tabel 1.1 Laporan Rekapitulasi Kerusakan Buku pada
Gambar 2.1 Pengaruh bahan baku, tenaga kerja, jam kerja mesin, dan pengawasan mutu
struktur organisasi PT. Masmedia Buana PustakaGambar 4.1
Gambar 4.2 Diagram Proses produksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

untuk memproduksi cat, apabila bahan baku kurang atau tidak tersedia, maka akan berdampak pada terhambatnya produksi cat yang akan dihasilkan oleh pabrik.Hasil penelitian

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh jumlah tenaga kerja, bahan baku,

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh jumlah tenaga kerja, bahan baku,

Kelima, nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 76% artinya variabel anggaran penjualan, stabilitas bahan baku, tenaga kerja, modal kerja dan kapasitas mesin mempengaruhi

1) Bahan baku, tenaga kerja dan investasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap produksi yang berarti setiap peningkatan bahan baku, tenaga kerja

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan pada pengujian analisis pengaruh tenaga kerja dan bahan baku terhadap nilai produksi UMKM

Hipotesis 1, terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah tenaga kerjaX1 terhadap pertumbuhan ekonomi Y Untuk variabel jumlah tenaga kerja diperoleh nilai thitung sebesar -4,389 >

Pengeruh Persediaan Bahan Baku, Kualitas Tenaga Kerja dan Pengawasan Mutu Terhadap Kualitas Produk Pada Kecap Cap Zebra Bogo.. Pengaruh Kualitas Bahan Baku Terhadap Kualitas Hasil