• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Pengawasan Mutu Air Di PT. Djago Semarang - Unika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Analisa Pengawasan Mutu Air Di PT. Djago Semarang - Unika Repository"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA PENGAWASAN MUTU AIRDI PT. DJAGO

SEMARANG

KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat – syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan

Oleh :

Jessica Christianti Purwadi NIM : 14.I1.0020

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

(2)
(3)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, karunia, dan penyertaan-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek yang berjudul “Analisa Pengawasan Mutu Airdi PT. Djago Semarang”Penulisan laporan ini dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian di Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Selama Kerja Praktek danpenulisan laporan Kerja Praktek ini, penulis memperoleh banyak pengetahuan, wawasan, pengalaman, serta keterampilan, terutama mengenaipengawasan mutu air dan bahan baku non simplisia di PT. Djago Semarang.Terselesaikannya laporan ini juga tidak terlepas dari pengarahan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini Penulis mengucapkan syukur dan rasa terima kasih kepada:

1. Ibu Dr.V. Kristina Ananingsih, ST, MSc. selaku Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan dosen pembimbing akademik yang telah meluangkan waktunya untukmembimbing penulis.

2. Bapak Albertus Adrian Sutanto, ST., MT., MSc. selaku mantan Koordinator Kerja Praktek Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yang telah membantu mulai dari pembuatan proposalhingga berlangsungnya Kerja Praktek ini.

3. Ibu Meiliana, S. Gz, M. S. selaku Koordinator Kerja Praktek Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Soegijapranata Semarang yangtelah membantuproses penyusunan laporan dan pelaksanaan ujian Kerja Praktek.

4. Ibu Dra. Eva Retnowulan Soewito, Apt. selaku manager pemastian mutu PT. Djago Semarang dan pembimbing lapangan I Kerja Praktek yang telah mengizinkan penulis melakukan Kerja Praktek di PT. Djago Semarang.

(4)

iii

6. Bapak Yehuda Rahmanu, S.Farm, Apt selaku manager produksi serta pembimbing lapangan II yang telah memberikan penulis bimbingan dan meluangkan waktu selama penulis melaksanakan Kerja Praktek.

7. Ibu B.C. Dewi, S. Farm, Apt. selaku manager pengawasan mutu yang telah memberikan penulis bimbingan selama penulis melaksanakan Kerja Praktek.

8. Ibu Mur, Mas Adi, Mas Agus, Mas Sophian, dan Mbak Dika yang telah memberikan informasi mengenai alat-alat laboratorium dan metode analisis.

9. Staff Tata Usaha Fakultas Teknologi Pertanian yang telah membantu dalam bidang administrasi dari awal Kerja Praktek hingga terselesaikannya laporan Kerja Praktek ini.

10.Kedua orang tua dan kakak penulis yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis selama pelaksanaan Kerja Praktek hingga terselesaikannya laporan Kerja Praktek ini.

11.Jeanny Citranandadan Sally Dwi Purnamasariselaku teman seperjuangan dalam suka dan duka yang telah memberikan semangat serta kerja sama yang baik selama Kerja Praktek berlangsung.

12.Seluruh sahabat dan teman-teman Fakultas Teknologi Pertanian yang turut mendukung selama Kerja Praktek berlangsung hingga penulisan laporan.

13.Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik doa maupun dukungan yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan laporan Kerja Praktek ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan Penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca dan semua pihak sangat Penulis harapkan.Akhir kata, Penulis berharap semoga laporan Kerja Praktek ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Semarang, 27 Februari 2017

(5)

iv

1.2. Visi dan Misi Perusahaan... 2

1.3. Lokasi ... 3

1.4. Struktur Organisasi ... 3

1.5. Ketenagakerjaan ... 3

1.5.1. Sistem Perekrutan Tenaga Kerja ... 3

1.5.2. Pelaksanaan Kerja ... 4

1.5.3. Kesejahteraan Karyawan ... 4

2. SPESIFIKASI PRODUK PT. DJAGO ... 5

3.5. Penggudangan dan Penyimpanan ... 12

3.6. Sanitasi ... 13

3.7. Pengolahan Limbah ... 14

4. PENGAWASAN MUTU ... 16

4.1. Pengawasan Mutu Bahan Baku ... 16

4.2. Pengawasan Mutu Proses Produksi ... 16

4.3. Pengawasan Mutu Produk Jadi ... 17

5. TUGAS KHUSUS: PENGAWASAN AIR & BAHAN NON SIMPLISIA ... 18

5.1. Pengawasan Mutu Air ... 18

(6)

v

6. PEMBAHASAN ... 24

6.1. Pengawasan Mutu Air ... 24

6.1.1. Sampling Air ... 24

6.1.2. Uji Mikrobiologi ... 25

6.1.3. Metode SpreadPlate ... 26

6.1.4. Metode Pour Plate... 29

6.1.5. Hasil Uji Mikrobiologi ... 30

6.2. Pengawasan Mutu Bahan Baku Non Simplisia ... 31

7. KESIMPULAN DAN SARAN ... 34

7.1. Kesimpulan ... 34

7.2. Saran ... 34

8. DAFTAR PUSTAKA ... 35

9. LAMPIRAN ... 37

(7)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Logo PT. Djago ... 2

Gambar 2. Diagram Alir Proses Penanganan Bahan Baku ... 9

Gambar 3. Diagram Alir Produksi ... 9

Gambar 4. Media BPA ... 18

Gambar 5. Media PCA ... 19

Gambar 6. Media XLDA ... 19

Gambar 7. Media EMBA... 20

Gambar 8. Label Karantina ... 21

Gambar 9. Label Diloloskan ... 22

Gambar 10. Label Ditolak ... 23

(8)

vii

DAFTAR TABEL

(9)

1

1. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

1.1. Sejarah Perusahaan

PT. Djago merupakan salah satu pabrik jamu di wilayah Indonesia yang didirikan pada tahun 1918 di wilayah Wonogiri. Tokoh yang menjadi pelopor berdirinya PT. Djago adalah T.K. Suprana. Sejak muda beliau mengamati cara pembuatan jamu dari ibunya sendiri. Berbekalpengetahuan tersebut, beliau mengabdikan diri mengembangkan bakat dan minatnya untuk bereksperimen dalam pembuatan jamu. Usaha tersebut berawal dari bisnis warungan yang dikelola oleh T.K. Suprana dalam bidang keuangan dibantu oleh istrinya dalam bidang produksi.Konsep bisnis yang cerdas serta ide kreatif untuk menciptakan jamu dalam bentuk serbuk yang dikemas dalam sachettelah menjadikan PT.Djago bintang di eranya. Promosi kreatif, pengenalan jamu sebagai obat tradisional yang bermanfaat, serta kompetisi yang sehat dengan perusahaan lain menjadi konsep landasan bisnis di perusahaan ini (Djago, 2009).

Bapak T.K. Suprana mengusahakan agar pasar jamu di eks Karisedanan Surakarta dan sekitarnya dapat dikuasai. Pada tahun 1937 Keraton Surakarta Hadiningrat menetapkan Djago sebagai jamu resmi keraton. Di tahun 1938, T.K. Suprana meninggal, lalu perusahaan ini menjadi perusahaan keluarga yang diwariskan ke putra-putranya. Tanpa terduga perkembangan perusahaan ini malah semakin pesat dengan dirancangnya logo serta penggunaan mesin-mesin yang tergolong modern pada masa itu.

Pada tahun 1949, Djago dipindahkan ke Semarang karena pertimbangan letak Kota Semarang yang strategis baik untuk pemesanan bahan baku serta adanya peluang lebih besar dalam hal pemasaran. Pabrik pertama didirikan di Mataram dengan peralatan yang tergolong canggih. Setelah itu, didirikan pula pabrik di Ki Mangunsarkoro 106 Semarang untuk menangani urusan kantor seperti dalam hal administratif. Lambat laun, status hukum Djago menjadi Perseroan Terbatas (PT).

(10)

yang canggih serta laboratorium yang memadai sebagai sarana penelitian lebih lanjut. Di bawah kepemimpinan Jaya Suprana, dengan usaha, jerih payah, dan tekad yang kuat PT. Djago semakin menunjukkan kiprahnya di dunia internasional melalui penghargaan

International Asia Award dan InternationalTrophyfor Quality yang telah berhasil diraihnya.Pada tahun 1979 diadakan Pameran Djago di Srondol. Pada pameran tersebut diinfomasikan mengenai cara produksinya dan juga bahan bakunya. Didirikan pula Kebun Jamu di Bandung serta Laboratorium Penelitian dan Pengembangan.

Jamu merupakan ramuan obat tradisional dari bahan alami. Jamu sekaligus merupakan produk warisan budaya turun menurun. Bahan alami yang dijadikan sebagai bahan bakuadalah tanaman herbal yang terdiri atas daun, buah, biji, akar, bunga, kulit, serta rimpang.Tanah di wilayah Indonesia yang subur mendukung ketersediaan bahan baku yang melimpah dan beranekaragam untuk memproduksi jamu. Hasil usaha PT. Djago merupakan kontribusi terhadap pengembangan dan pelestarian tradisi minum jamu di Indonesia.Logo PT. Djagodapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Logo PT.Djago (Djago, 2009)

1.2. Visi dan Misi Perusahaan

(11)

3

1.3. Lokasi

PT. Djago memiliki 2 lokasi perusahaan di wilayah Semarang. Lokasipertama di Jalan Kimangunsarkoro no. 106 Semarang. Pada lokasi ini dimanfaatkan untuk mengurus proses administrasi, pemasaran, dan urusan kantor lainya. Lokasi kedua bertempat diJalan Perintis Kemerdekaan no 273-275 Semarang. Disinilah pabrik utama dimana segalaproses produksi dari bahan baku sampai produk jadi. Bagi masyarakat umum yang tertarik untuk membeli danmerasakan langsung produk jamu hasil olahan PT. Djago dapat langsung berkunjung ke toko jamudi Jalan Kimangunsarkoro no. 106 Semarang. Toko tersebut menyediakan semua jenisproduk Djago sehingga masyarakat dapat langsung merasakan manfaat mengkonsumsi jamu sekaligus dapat dijadikan sarana untuk tetap mempertahankan tradisi minum jamu.

1.4. Struktur Organisasi

Pada departemen produksi di PT. Djago menggunakan sistem garis dimana individu memerintah bawahannya dan individu tersebut pula bertanggungjawab secara langsung pada atasannya.Struktur organisasi tertinggi adalah direktur utama yang dijabat oleh Ivana Suprana. Jabatan direktur utama membawahi direktur marketing, direktur

manufacture, direktur keuangan, serta direktur resources.

Direkturmanufakturmembawahi beberapa manager seperti manager produksi, manager QA, manager QC, serta manager RnD-Registrasi. Jabatan manager produksi membawahi jabatan kepala bagian yang meliputi kabag sortasi/racik, kabag giling-ayak, kabag pengemas, kabag pengolahan, serta kabag gudang bahan kemas, kepala gudang bahan baku, dan kepala gudang produk jadi.

1.5. Ketenagakerjaan

1.5.1. Sistem Perekrutan Tenaga Kerja

(12)

diberikan, seperti menyerahkan berkas sesuai dengan syarat yang dibutuhkan meliputi CV, ijazah bila ada, surat pernyataan melamar kerja, serta melakukantes psikologi. Setelah itu, calon karyawan juga perlu melakukan wawancara sebagai tahap akhir perekrutan tenaga kerja. Selain itu, direkrut pula tenaga ahli yang nantinya menjabat sebagai konsultan di bidang riset maupun pajak.

1.5.2. Pelaksanaan Kerja

PT. Djago memiliki sekitar 314 tenaga kerja pada bagian produksi. Pelaksanaan kerja pada PT. Djagoadalah dari Senin sampai Jumat. Landasan pelaksanaan kerja tersebut berpedoman pada sistem jam kerja Non-Shift yang dimulai pada pukul 07.30-16.00 WIB dengan waktu istirahat pada pukul 12.00-12.30 WIB.Apabila perusahaan sedang melakukan riset untuk peluncuran produk baru atau disaat permintaan pasar akan produk Djago sedang tinggi, maka akan diberlakukan jam kerja tambahan atau yang sering disebut dengan lembur yang dilaksanakan setelah jam kerja normal.Hak cuti karyawan yang diberlakukan pada perusahaan tersebut adalah cuti hari besar, cuti hamil, dan cuti haid. Terdapat 2 macam karyawan yaitu karyawan tetap dan karyawan kontrak. Karyawan tetap adalah karyawan bidang administrasi dan produksi yang menerima gaji bulanan. Karyawan kontrak merupakan karyawan yang bekerja dalam kurun waktu tertentuserta bertujuan untuk memenuhi target produksi. Dalam hal seragam yang digunakan, karyawan diwajibkan memakai pakaian kerja, dan untuk karyawan yang berhubungan dengan proses produksi dan pengemasan harus memakai penutup kepala, masker, dan sarung tangan.

1.5.3. Kesejahteraan Karyawan

(13)

5

2. SPESIFIKASI PRODUK PT.DJAGO

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta lamanya PT. Djago menekuni produk jamu telah mendukung perusahaan ini menghasilkan beragam jenis produk yang berkualitas.Produk jamu yang diproduksi berjumlah ± 200 produk, meliputi jamu untuk kesehatan, jamu untuk menjaga stamina, obat penenang, serta minyak telon. Produk di PT. Djagodapat dikonsumsi oleh segala kalangan, baik anak-anak hingga usia dewasa dengan jenis kelamin pria maupun wanita. Masing-masing produk jamu tersebut tentunya memiliki khasiat yang berbeda-beda. Produk jamu yang dikhususkan untuk anak tersedia dalam kemasan yang menarik dan berwarna-warni. Sebagai contoh adalah Buyung Upik. Produk tersebut memiliki beragam varian rasa seperti stroberi, coklat, dan anggur. Sedangkan jamu yang dikhususkan untuk kaum dewasa dikemas dengan lebih sederhana, tidak memiliki banyak varian rasa, dan lebih menekankan pada khasiat yang akan diperoleh setelah mengkonsumsinya. Beberapa varian produk PT. Djago dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Varian Produk PT. Djago

Kategori Nama Produk Khasiat Gambar Produk Anak-anak Buyung Upik

Instan

- Menambah nafsu makan - Memperbaiki pencernaan - Mencegah masuk angin dan susah tidur

Khusus wanita Galian Singset - Melarutkan kelebihan lemak - Membuat tubuh awet muda

(14)

Umum Madu Jago - Menyehatkan tubuh

- Mengurangi rasa lelah, letih dan lemah

(15)

7

3. PROSES PRODUKSI

PT. Djago senantiasa memproduksi berbagai varian produk yang hingga kini masih diminati khalayak umum. Masing-masing produk memiliki ciri khas serta khasiat yang berbeda. Proses produksi antar produk juga membutuhkan jangka waktu yangberbeda dan tidak mudah karena terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui.Faktor utama penentu kualitas hasil akhir dari jamu adalah bahan bakunya. Selain itu, proses dari produksi itu sendiri, pengemasan, mesin dan peralatan yang digunakan, penyimpanan produk, serta pengelolaan limbah juga menjadi faktor sampingan yang perlu dikelola guna mencapai produk akhir yang bermutu tinggi dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan. Proses produksi kali ini akan berfokus untuk membahas minuman serbuk Buyung Upik.

3.1. Bahan Baku

Bahan baku didefinisikan sebagai bahan dasar yang nantinya diolah untuk dijadikan produk akhir. Sebagian besar bahan baku yang digunakan PT.Djago berupa simplisia. Simplisia adalah bahan yang masih alamidan belum mengalami proses pengolahan apapun juga, seperti rimpang dan dedaunan (Depkes RI, 1962).Referensi mengenai spesifikasi simplisia dapat dilihat pada FHI, Suplemen I, Suplemen II, Materia Medika Indonesia, dan buku acuan lain. Selain itu, bahan baku lain yang juga diperlukan adalah bahan non simplisia, seperti flavor.Bahan baku yang biasa digunakan tersebut diperoleh dari suplier di kawasan sekitar Semarang.Dalam menjaga kualitas bahan baku diperlukan standardisasi bahan baku untuk patokan, berupa :

a. Bahan harus tepat

Kebenaran bahan baku bertujuan untuk memastikan jenis serta varietas bahan itu sendiri. Pengecekan fisik dilakukan secara visual melalui laboratorium Quality Control. Dalam melakukan pengecekan tersebut disesuaikan dengan standar yang telah ditetapkan. Jika ternyata ditemukan bahan yang tidak sesuai dengan spesifikasi, maka bahan itu akan langsung dikembalikan ke pihak suplier.

b. Kadar air bahan harus rendah

(16)

sebesar 10%. Hal ini juga bertujuan untuk meminimalkan pertumbuhan mikroorganisme yang akan menyebabkan kontaminasi.

c. Bahan harus bersih

Kebersihan bahan baku dilakukan dengan menghilangkan cemaran mikroorganisme maupun tanah sisa dari tempat dimana bahan baku dipanen. Standarisasi kebersihan bahan baku telah ditetapkan dan dilakukan pengecekan rutin oleh pihakQuality Control.

Salah satu produkPT.Djago yang banyak diminati adalah Buyung Upik. Produk yang dikhususkan bagi anak ini mengandung banyak khasiat kesehatan. Buyung Upik terbuatdari berbagai macam bahan, seperti jahe, temulawak, pala, kayu manis, serta berbagai ekstrak kunyit, kencur, temu hitam, dan bahan lainnya. Proses penanganan bahan baku meliputi :

- Sortasi

Tahapan ini merupakan tahap paling awal untuk membebaskan kotoran, seperti tanah, dan bagian tanaman lain yang tidak dikehendaki. Tahap sortasi ini dilakukan bagi bahan baku berupa simplisia dalam wujud basah maupun kering.

- Pencucian

Langkah selanjutnya adalah pencucian. Pencucian dilakukan dengan merendam bahan baku dalam wadah berisi air. Kemudian bahan tersebut diaduk-aduk dalam wadah agar tanah dan kotoran lainnya tersisih dari bahan yang diinginkan. Pada proses ini dilakukan pembilasan 3 sampai 4 kali.

- Pengeringan

Proses pengeringan menggunakan alat berupa oven pengering bersuhu 60O

- Penyimpanan

C. Pengeringan juga bertujuan untuk mencegah atau menghambat terjadinya penurunan mutu. Pada tahap ini dilakukan pemeriksaan setiap 2 jam agar kadar air maksimal yang dapat dicapai sebesar 10%. Bahan baku yang sesuai standar dimasukkan kantong plastik, ditimbang, serta dilabeli.

(17)

9

sementara sebelum bahan baku tersebut diolah. Tahapan penangangan bahan baku pada produk Buyung Upik dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram Alir Penangan Bahan Baku

3.2. Proses Produksi

Proses produksi dari Buyung Upik dapat dilihat pada diagram dibawah ini Penerimaan bahan baku dari pemasok

Pengeringan Pencucian

Sortasi

Bahan baku disimpan di gudang bahan bersih Karantina di gudang bahan baku

Penerimaan bahan baku dari gudang bahan baku

Penimbangan bahan baku

Ekstraksi bahan segar Esktraksi bahan kering

(18)

Gambar 3. Diagram Alir Produksi

Mula-mula bahan baku yangsesuai standarisasi dan telahtersimpan dalam gudang bahan baku diracik sesuai formulasi. Lalu bahan segar dan bahan kering dipisahkan dan diekstraksi. Proses ektraksi mencakup proses maserasi dan evaporasi hingga diperoleh sari ekstrak. Selanjutnya dilakukan 2 tahap pencampuran. Pada tahap pertama dilakukan pencampuran ekstrak dari bahan kering dan bahan segar, kemudiandilakukan pengujian mikrobiologi serta kadar air. Pada proses mixing II ditambahkan bahan lain dan dilakukan pengujian homogenitas oleh pihak QualityControl.Proses selanjutnya yaitu pengisian buyung upik sebanyak 5 gram pada setiap sachet kemasan. Kemudian keseragaman bobot, kebocoran, kerapian, serta kandungan mikrobiologinya diuji. Selanjutnya dilakukan pengemasan dengan uji kontrol isi (kebenaran dan jumlah) serta kebenaran dan kelengkapan penandaaan. Sebagai tahap akhir, produk disimpan di gudang produk jadi sebelum dipasarkan.

3.3. Proses Pengemasan

Produk Buyung Upik mempunyai sifat higroskopis sehingga kemasan yang dibutuhkan adalah pembungkus yang memiliki ketahanan terhadap uap air yang tinggi. Kemasaan dari Buyung Upik merupakan kemasan multilayer yangterdiri dari kemasan primer, sekunder, dan tersier. Kemasan primer pada Buyung Upik adalah kemasan yang kontak langsung dengan produk, yang terdiri dari plastik PP, aluminium foil, dan PE. Kemasan sekunder Buyung Upik yang berupa karton atau plastik bertujuan untuk menambah ketahanan kemasan dan menjadikan kemasan lebih menarik. Kemasan tersier Buyung Upik adalah dos yang bertujuan memudahkan penyimpanan dan pengangkutan produk.

Produk disimpan dalam gudang produk jadi Pengemasan

(19)

11

Sebelum dikemas, produk perlu dilakukan pengaturan pada alat kemas agar berat setiap

sachet selama pengisian sama. Selain itu, perlu pengontrolan setiap 1 jam untuk

mencegah adanya kemasan rusak atau tidak terisi. Sachettersebut lalu dimasukkan dalam kantong plastik dan diwadahi kemasan sekunder yang berisi 10 kantong plastik dan dimasukkan lagi dalam kemasan tersier yang berisi 200 plastik secara manual. Pada langkah akhir, dilakukan penandaan tanggal pengemasan, kode produksi dan expired date. Kemudian produk disimpan dalam gudang produk jadi sebelum dipasarkan.

3.4. Mesin dan Peralatan

Pada tahapan ini berfokus pada bagaimanamenghasilkan produk dalam jumlah yang banyak namun dalam waktu yang singkat tanpa mengurangi kualitas produk. Mesin untuk memproduksi Buyung Upik antara lain adalah mesin pemeras simplisia segar, mesin ekstraksi, mesin pencampur granulasi dan gula, mesin pencampur, dan mesin pengisi.

Tabel 2. Mesin Produksi Buyung Upik

Nama Gambar

Mesin pemeras

Mesin ekstraksi

(20)

Mesin Pengisi

Sumber

Mula-mula dilakukan pencucian bahan baku secara manual tanpa menggunakan mesin. Kemudian bahan baku dimasukkan ke mesin pemeras sehingga diperoleh simplisia dalam bentuk cair. Laluhasil perasan itu diekstraksi sehingga diperoleh ekstraknya. Hasil dari ekstraksi bahan segar dan bahan kering serta gula rafinasi kemudian dicampur dengan mesin pencampur granulasi yang menghaluskan granula. Lalu dilakukan mixing

yang selanjutnya masuk ke tahap pengemasan dengan bantuan mesin pengisi.

Pembersihan mesin rutin dilakukan setelah proses produksi selesai serta setiap pergantian bahan yang akan diolah. Pembersihkan mesin yang menggunakan bahan cair dibantu dengan air bersih, sedangkan untuk bahan padat digunakan tekanan alat penghisapsehingga dapat terhembus keluar dari bagian-bagian mesin. Perawatan mesin secara berkala juga dilakukan agar mesin tetap beroperasi optimal serta mencegah cemaran atau kontaminasi pada proses selanjutnya.

3.5. Penggudangan dan Penyimpanan

Terdapat beberapa gudang di PT. Djago, yaitu gudang bahan non simplisia, gudang hasil ayak, gudang bahan baku simplisia, gudang bahan kemas, dan gudang produk jadi. Sistem pergudangan yang diterapkan adalah FIFO, yang berarti bahan yang pertama kali datang akan pertama kali diolah. Hal ini berfungsi mencegah penyimpanan bahan yang terlalu lama yang memungkinkan bahan mengalami kerusakan.

(21)

13

Padabahan non simplisia dilakukan pengujian mutu terlebih dahulu, setelah itu baru disimpan dalam gudang. Bahan baku disimpan maksimal 3 bulan dalam gudang untuk menjaga kualitas dari produk jadi.

Pada produk jadi yang siap dipasarkan disimpan dalam gudang produk jadi. Produk ini dikemas dengan kemasan primer berupa plastik dan kemasan sekunder yang berupa karton, kemudian dimasukkan dalam dus sebagai kemasan tersier. Tiap barang ditandai kode produksi agar memudahkan pengambilan sistem FIFO.

3.6. Sanitasi

Sanitasi juga merupakan faktor penting yang harus dijaga guna memproduksi produk yang tidak hanya berkualitas tinggi namun juga terjamin kehigienisannya. Bagunan dari PT.Djago terdiri dari gedung persiapan bahan baku, gedung pengolahan, laboratorium, WC, serta beberapa gudang. Tata letak toilet dibangun di luar area produksi sehingga mencegah kontaminasi. Setiap bagian dalam pabrik diberi sekat. Lantai bangunan menggunakan lantai yang mudah dibersihkan. Terlebih lagi, tersedia pula penerangan yang cukup, ventilasi, serta exhaust fan untuk memperlancar pertukaran udara dalam gedung.

Terdapat4 gudang yaitu gudang bahan baku simplisia, gudang bahan baku non simplisia, gudang barang jadi, gudang bahan kemas. Setiap gudang dipisahkan agar tidak terjadi kontaminasi silang antar bahan. Gudang juga telah dilengkapi dengan pallet-pallet sehingga barang yangbersentuhan dengan lantai tidak mengalami kerusakan. Tersedia pulaperangkap tikus sebagai pest control untuk meminimalkan hewan pengerat yang dapat merusak bahan. Tak lupa bahan dari gudang yang akan digunakan juga dilakukan pencucian terlebih dahulu untuk menjamin kebersihannya.

(22)

dengan pencucian ataupun blower. Sisa-sisa kotoran dari hasil permbersihan tersebut dikumpulkan dan dibuang sesuai prosedur pengolahan limbah.

3.7. Pengolahan Limbah

Suatu industri dipastikan akan menghasilkan limbah. Berdasarkan wujudnya terdapat 3 jenis limbah yaitu limbah padat, cair, serta gas. Pengolahan limbah bermaksudagar limbahtidak mencemari lingkungan saat dibuang. Dari proses pencucian bahan baku, mesin dan perlatan, serta sisa produksi didapatkan limbah cair. Beberapa tahapan dalam proses pengolahan limbah cair adalah sebagai berikut :

• Filtrasi dan Pengendapan

Tahap awal ini dilakukan pada bak pertama dengan kapasitas 30 m3 dan debit 3 m3

• Aerasi Anaerob

Hal ini berguna menurunkan padatan tersuspensi. Berdasarkan adanya perbedaan berat jenis, maka komponen dengan berat jenis lebih besar akan tenggelam, sedangkan yang lebih ringan akan terapung.

Pada proses ini dilakukan penambahan isolat untuk mendegradasi bakteri. Ketetapan nilai COD maksimal adalah sekitar 0,5 mg/l, sedangkan nilai BOD paling tinggi haruslah sekitar 3 mg/l.

• Aerasi Aerob

Proses ini dilakukan pada bak terbuka. Pada tahap ini pula dilakukan penambahan aerasi dari blower sehingga mencukupiketersediaan jumlah oksigen. Pada tahap ini, nilai BOD dan COD diharapkan telah memenuhi standar.

• Bak Kimia

Dalam bak ini dilakukan penambahan kaporit. Jumlah kaporit yang diberikan sebanyak 30% dari jumlah volume. Penambahan kaporit ini digunakan untuk mengubah kondisi asam (pH 6) menjadi sedikit basa (pH 7-8).

(23)

15

Limbah padat di PT.Djago terdiri dari limbah B3 dan limbah non B3. Limbah B3 akan masuk ke TPS khusus B3. Sebelum diserahkan ke pihak ketiga, limbah terlebih dahulu disimpandalam jangka waktu kurang lebih 6 bulan. Pihak ketiga ini bertugas untuk mengumpulkan dan memusnahkan limbah padat dengan alat berupa insinerator pada suhu 1200oC. Dalam penanganan limbah non B3 dapat langsung dibuang ke TPA karena tidak membawa resiko yang membahayakan bagi lingkungan.

Pengolahan limbah gas dilakukan dengan menggunakanalat berupa cerobong genset dan cerobong boiler. Pada cerobong boiler dilakukan pengambilan sampel pada 3 titik dengan memasukkan alat untuk menangkap CO2, H2S, CO. Sampel tersebut diuji dalam

laboratorium. Pembersihan cerobong dilakukan dengan menggunakan penyemprotan

(24)

16

Pengawasan mutu dilakukan guna memastikan barang yang dihasilkan sesuai dengan standar yang semestinya. Terlebih lagi, pengawasan mutu bertujuan menjaga kualitas dari produk yang dihasilkan. Pihak yang bertugas dan bertanggungjawab melaksanakan pengawasan mutu adalah Quality Control. Pengawasan mutu dibagi menjadi 3 tahap utama, yaitu: pengawasan mutu pada bahan baku, pengawasan mutu proses produksi, dan pengawasan mutu produk jadi.

4.1. Pengawasan Mutu Bahan Baku

Pengawasan mutu bahan baku diawali saatbahan baku datang dari pemasok. Pada tahap ini dilakukan 3 macam pengujian, yaitu pada bahan baku simplisia, bahan baku non simplisia, serta bahan kemas.Hal ini dilakukan guna meminimalkan resiko adanya produk jadi yang gagal di akhir proses produksi. Pengujian ini dilakukan dengan pengambilan sampel secara acak yang diyakini mampu mewakili sifat dari populasinya. Bahan tersebut terlebih dahulu disesuaikan dengan certificate of analysis dari suplier.

Pengujian yang dilakukan mencakup uji fisik, uji kimiawi, serta uji mikrobiologis. Pengujian bahan baku secara fisik dilakukan dengan mengamati organoleptiknya (bentuk, warna, aroma, dan rasa) serta bobot jenisnya. Pengujian kimiawi umumnya dilakukan pada bahan simplisia dengan menguji kadar abu, kadar air, susut pengeringan, serta kadar sarinya. Pada pengujian mikrobiologis dilakukan pula pengujian terhadap Angka Lempeng Total, Angka Kapang Khamir, serta keberadaan bakteri patogen. Pada bahan simplisia diamati pula penampang secara makroskopis dan mikroskopis serta pola kromatografinya, sedangkan pada bahan non simplisia diuji pula kelarutannya terhadap berbagai pelarut serta indeks biasnya. Barang yang setelah diuji tidak memenuhi standar nantinya akan dikembalikan pada suplier. Jika barang yang telah lolos dari pengujian kemudian dilabeli dan akan disimpan di gudang bahan baku terlebih dahulu.

4.2. Pengawasan Mutu Proses Produksi

(25)

17

setiap tahap produksi. Jika ditemukan permasalahan pada produk, pihak Quality Control

akan berusaha mencari solusi penyelesaian untuk mengatasi masalah tersebut.

Analisa pengawasan proses produksi ini dilakukan pada tahap pencampuran pertama, pencampuran kedua, dan pengisian. Setelah tahap pencampuran pertama dilakukan uji mikrobiologi dan pengujian kadar air. Setelah tahap pencampuran kedua dilakukan uji homogenitas.

4.3. Pengawasan Mutu Produk Jadi

Pengawasan produk jadi berfokus padapengemasan. Hal ini bertujuan untuk memastikan bahwa produk jadi telah siap untuk dikemas dan dipasarkan.Beberapa hal yang perludiperhatikan pada pengawan mutu produk jadi meliputi :

a. Kontrol isi (kebenaran dan jumlah)

Isi tiap kemasan dan jumlahnya harus sesuai dengan yang diatur di mesin dan yang tertulis pada kemasan.

b. Penandaan yang tepat

Dicek kelengkapan penandaan yang mencakup label kemasan dan informasi yang tertera. Hal ini juga meliputi komposisi yang terkandung serta tanggal kadaluarsanya. c. Pengontrolan bobot

Bobot antar sachet harus disamakan dan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. d. Kontrol kemasan

(26)

18

5.1. Pengawasan Mutu Air

PT. Djago merupakan suatu industri yang senantiasa melakukan pengawasan mutu guna memastikan bahan yang digunakan sesuai dengan standar yang telah ada. Terlebih lagi, PT. Djago juga secara rutin melakukan pengawasan terhadap mutu air disana. Kegiatan pengawasan mutu air dilakukan dengan sampling air. Metode dalam sampling air diawali dengan mulut kran dibersihkan dengan alkohol serta mulut erlenmeyer dipanaskan api bunsen. Setiap sampel air dari lokasi yang berbeda lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berbeda. Kemudianmulut erlenmeyer dipanaskan api bunsen serta ditutup dengan kapas

Setelah pengambilan sampel air maka dilakukan uji mikrobiologi secara aseptik untuk memastikantidak adanya bakteri patogen pada sampel air tersebut. Menurut teori dari Abdurahman (2008), bakteri patogen adalah bakteri parasit yang berpotensi menimbulkan berbagai macam penyakit. Pengujian mikrobiologi pada sampel air dilakukan dengan 2 metode, yaitu metode spread plate dan pour plate. Pada metode

spread plate,langkah awal yang perlu dilakukan adalah pembuatan media. Media

lempeng selektif utama yang dibutuhkan adalah media BPA, PCA, XLDA, dan EMBA. Langkah dari pembuatannya adalah dengan menambahkan aquades ke serbuk media (BPA/PCA/XLDA/EMBA), kemudian di sterilisasi.

Media BPA merupakan salah satu jenis dari media padat. Media ini berguna untuk menguji Staphylococcus aureus. Keberadaaan bakteri tersebut terlihat dari adanya bintik bulat hitam dengan zona keruh disekitarnya.

(27)

19

Media PCA adalah media agar berwarna putih kekuningan. Media PCA berguna untuk menguji keberadaan bakteri Pseudomonas aeruginosa. Hasil positif pengujian ini adalah tampaknya bulatan keruh pada permukaan media.

Gambar 5. Media PCA

Media XLDA merupakan media padat yang berwarna merah. Media ini berguna menguji bakteri Salmonella Thypi. Taylor (1965) menyatakan bahwa hasil yang positif tampak dari adanya penampakan bulat berwarna merah dengan bulatan hitam di tengah.

Gambar 6. Media XLDA

Media EMBA merupakan media berwarna ungu untuk mengetahui keberadaan bakteri

E.coli. Hasil yang positif menunjukkan koloni bulat berwarna hijau metalik dengan

(28)

Gambar 7. Media EMBA

Pada tahap selanjutnya dilakukan pembuatan media cair TSB denganmenambahkan aquades pada serbuk TSB dan disterilisasi. Media TSB biasanya digunakan untuk kultivasi mikroorganisme. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya kekeruhan yang kemudian dilakukan inokulasi ke media padat untuk mengidentifikasi jenismikroorganisme (Becton, 2003).

Pada penggunaan media XLDA, media TSB harus menuju ke media RVS terlebih dahulu. Sedangkan pada penggunaan media MCA yang berawal dari media TSB harus melalui media MCB terlebih dahulu. Setelah itu dilakukan inokulasi ke media MCA untuk dilakukan identifikasi lebih lanjut. Langkah akhir adalah dilakukannya inkubasi pada suhu 370

Hasil uji dari kesembilan kran menunjukkan hasil yang negatif terhadap keberadaan bakteri patogen. Meski terlihat adanya beberapa bakteri yang tumbuh namun bakteri

C.

Metode lain yang dilakukan untuk sampling air adalah dengan penanaman kultur secara

pour plate. Mula-mula sampel dibuat pada pengenceran 0, 1, dan 2 dengan

(29)

21

tersebut memiliki ciri yang jauh berbeda dari standar. Tahap paling akhir dari uji mikrobiologi sampling air yaitu melakukan destruksi di lab mikrobiologi untuk mengantisipasi adanya kemungkinan adanya mikroorganisme yang masih hidup dan mencemari lingkungan.

5.2. Pengawasan Mutu Bahan Non-Simplisia

Kualitas bahan baku merupakan salah satu faktor utama yang menentukan hasil akhir dari suatu produk. Terdapat 2 jenis bahan baku, yaitu simplisia serta non simplisia. Guna memastikan kualitas bahan baku dari supplier, maka perlu dilakukan tahap pengawasan mutu sebelum bahan baku tersebut digunakan dalam suatu proses produksi. Pengawasan mutu sangat penting karena menurut Sofyan (2008), pengawasan mutu bertujuan untuk mengecek dan membandingkan dengan suatu standar agar diperoleh suatu bahan yang memenuhi standar tersebut. Dalam pengawasan mutu tentunya tidak lepas dari bagaimana langkah dalam pengambilan sampel bahan yang akan diuji. Mula-mula wadah bahan baku ditempel label karantina yang menandakan bahwa bahan baku tersebut belum diuji oleh QC.

Gambar 8. Label Karantina

(30)

bertugas di laboratorium. Dalam melakukan pengambilan sampel, petugas harus selalu menerapkan prinsip aseptis dan tidak lupa untuk mengenakan masker, sarung tangan, serta jas laboratorium. Jumlah wadah yang akan dibuka untuk pengambilan sampel menganut sistem pola N.

Sampel yang telah diambiljuga ditandai dengan label. Pengujian sampel bahan non simplisia yang diterapkan sesuai dengan standar dari buku FarmakopeHerbal Indonesia(FHI) serta Certificate of Analysis (CoA) dari supplier. Umumnya pengujian yang dilakukan meliputi bentuk, warna, bau, rasa, kelarutan, bobot jenis, dll. Bahan baku yang sesuai dengan standar ditempeli label berwarna hijau sebagai penanda bahan diloloskan serta akan disimpan di gudang bahan bersih.

Gambar 9. Label Diloloskan

(31)

23

(32)

24

6.1. Pengawasan Mutu Air

Pabrik PT. Djago merupakan salah satu industri jamu yang kiprahnya telah dikenal oleh khalayak umum. Berbagai produk seperti Buyung Upik, Basmingin, dan Anak Jago telah dipasarkan baik di dalam dan di luar negeri.Kesuksesan pabrik tersebut tidak lepas dari fakta bahwa PT. Djago selalu berusaha keras untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Guna mencapai hal itu, pabrik ini senantiasa melakukan pengawasan mutu. Menurut Sofyan (2008), pengawasan mutu merupakan usaha pengendalian kualitas hasil akhir yang berawal dari bahan baku, proses produksi, hingga produk siap konsumsi. Terlebih lagi, pada PT. Djago juga melakukan pengawasan terhadap mutu air yang ada di setiap titik kran disana. Pengawasan mutu air ini dinilai sangat penting, mengingat air sangat sering digunakan baik untuk pencucian berbagai peralatan, pencucian dan pembilasan berbagai bahan baku, serta untuk mencuci tangan para pekerja. Terkontaminasinya air yang ada tentu saja akan menyebabkan kontaminasi silang melalui pekerja, peralatan, dan bahan baku yang akhirnya berpengaruh secara tidak langsung ke produk akhir.

Gambar 11. Laboratorium PT. Djago

6.1.1. Sampling Air

Kegiatan pengawasan mutu air di PT. Djago dilakukan dengan cara sampling air.

(33)

25

untuk pengujian. Sampling air adalah kegiatan mengambil beberapa volume air yang diyakini mampu mewakili populasi badan air.Mula-mula mulut kran diberi alkohol terlebih dahulu dengan menggunakan kapas. Hal ini bertujuan mematikan mikroorganisme asing yang menempel pada kran. Setelah itu, mulut erlenmeyer dipanaskan dengan menggunakan api bunsen untuk membasmi mikroorganisme pada mulut erlenmeyer. Penyemprotan alkohol dan pemanasan dengan api bunsen merupakan salah satu cara aseptis untuk meminimalkan mikroorganisme agar hasil pengamatan menjadi lebih akurat. Selanjutnya, sampel air yang akan diuji dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Air yang dijadikan sampel sebaiknya bukanlah air yang pertama kali keluar karena pada air tersebut akan masih terkandung berbagai mikroba serta cairan alkohol yang masih menempel di kran. Sampling air dilakukan dengan mengambil air dari sekitar 9 titik kran di lokasi yang berbeda. Setiap sampel dari lokasi yang berbeda dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berbeda. Sebagai langkah akhir, mulut erlenmeyer dipanaskan lagi pada api bunsen serta ditutup dengan kapas agar tidak tercemar oleh serangga maupun mikroorganisme di lingkungan sekitar.

6.1.2. Uji Mikrobiologi

(34)

6.1.3. MetodeSpreadPlate

Metode untuk sampling air salah satunya adalah spread plate. Hal ini sesuai dengan teori dari Fardiaz (1992) yang menyatakan bahwa spread plate merupakan metode yang diawali dengan pembuatan media terlebih dahulu lalu sampel yang telah diencerkan dituang kedalamnya.Langkah awal yang perlu dilakukan adalah pembuatan media. Media adalah substrat yang mengandung unsur makanan baik alami atau sintesis, serta garam anorganik dan senyawa organik yang berguna untuk menumbuhkan dan juga mengembangkan mikroorganisme (Suriawiria, 2005). Berdasarkan bentuknya, media dikelompokkan dalam 3 jenis, yaitu:

a. Media padat

Bertujuan untuk mengembangkan berbagai mikroorganisme, seperti bakteri, jamur, serta mikroalga. Pada media jenis ini, pertumbuhan mikroorganisme akan tampak di bagian permukaan media, sehingga sangat mudah diamati. Contohnya adalah media NA, PCA, dan PDA.

b. Media cair

Media ini bebas dari tambahan zat pemadat. Media cair berguna untuk menumbuhkan mikroorganisme dalam jumlah besar. Contohnya adalah TSB. c. Media semi padat

Pada media ini ditambahkan zat pemadat dalam jumlah sedikit. Media ini bermanfaat untuk menguji motilitas dan kemampuan fermentasi mikroorganisme. Contohnya adalah SIM agar.

(Hadioetomo, 1993).

(35)

27

autoklaf pada suhu 121ºC dalam jangka waktu 15 menit. Cara penggunaan autoklaf adalah dengan meletakkan bahan yang akan disterilkan serta mengisi autoklaf dengan aquades, kemudian autoklaf ditutup dan bautnya dikencangkan, lalu autoklaf dihidupkan dan lakukan pengaturan suhu 1210

Media XLDA bertujuan menguji bakteri Salmonella Thypi. Media agar ini berwarna merah. Berdasarkan teori dari Taylor (1965) komposisi media itu mengandung ekstrak ragi sebagai nutrisi tumbuh, lisin yang dapat menciptakan reaksi pembeda antara

Salmonella dengan bakteri lain, fenol red, laktosa, xilosa, serta sukrosa sebagai suplai C selama 15 menit. Setelah terdengar bunyi desisan, katup dibuka agar tekanan turun. Tahap pendinginan setelah sterilisasi sangat dibutuhkan karena suhu yang sangat panas dapat mematikan mikroorganisme yang akan diuji.

Media BPA adalah media padat dengan pH sekitar 6,6- 6,8 yang berwarna kuning. Media ini berguna untuk menguji bakteri patogen koagulan seperti Staphylococcus aureus pada analisa sampling air. Kandungan media ini adalah kasein, ekstrak daging sapi, ekstrak yeast untuk nutrisi, LiCl dan glisin untuk meningkatkan selektivitas media, agar sebagai bahan pemadat, natrium piruvat untuk mencegah kerusakan sel. Selain itu, media ini juga mengandung kuning telur sebagai pendiferensiasi mikroorganisme. Hal ini karena kuning telur mengandung lesitin dan protein yang hanya bisa dipecah oleh enzim dari beberapa bakteri saja. Lesitin yang pecah akan menghasilkan zona keruh disekitar. Kemampuan Staphylococcus aureus mereduksi kalium telurit menyebabkan timbulnya warna hitam pada hasil yang positif. Sehingga dapat disimpulkan bahwa keberadaaan bakteri tersebut dapat diketahui dengan adanya bintik bulat berwarna hitam yang memiliki zona keruh disekitarnya (Baird-Parker AC, 1962).

Media PCA adalah media agar berwarna putih kekuningan dengan pH 6,8-7,2 yang berfungsi untuk menguji keberadaan bakteri Pseudomonas aeruginosa. Pada media ini terkandung agar sebagai pemadat, kasein dan pepton sebagai nutrisi, ekstrak ragi sebagai sumber vitamin B kompleks, serta dekstrosa sebagai sumber energi (Greenberg,

et al., 1998). Hasil positif dari pengujian ini adalah tampaknya bulatan-bulatan

(36)

karbohidrat, agar, NaCl untuk mempertahankan keseimbangan osmotik, dan juga natrium deoksikolat sebagai penghambat pertumbuhan bakteri gram positif. Beliau juga menambahkan bahwa media yang memiliki pH 7,2 hingga 7,6 ini menunjukkan hasil yang positif dari adanya penampakan bulat berwarna merah yang ditengahnya terdapat bulatan hitam. Hal ini dikarenakan lisin yang didekarboksilasi menjadi kadverin sehingga terjadi peningkatan pH menimbulkan warna merah serta adanya natrium tiosulfat dan ferri ammonium sitrat sebagai sistem indikator H2

Selanjutnya dilakukan pembuatan media cair TSB. Media ini dibuat dengan cara serbuk TSB ditambah dengan aquades, lalu disterilisasi dengan menggunakan autoklaf. Media TSB adalah media yang umumnya digunakan untuk kultivasi beragam jenis mikroorganisme. Komposisi dari media ini meliputi Bacto tripton dan bacto soytone sebagai sumber asam amino, glukosa sebagai sumber energi, dipotasium hidrogen fosfat untuk mempertahankan pH sekitar 7,3, serta NaCl sebagai penjaga keseimbangan osmotik. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya kekeruhan di media ini. Setelah itu,

S sehingga menghasilkan bulatan hitam di tengah.

(37)

29

perlu dilakukan inokulasi ke media padat untuk diidentifikasi secara spesifik mikroorganisme apa yang terkandung di dalamnya (Becton, 2003).

Sampel air dicampur dengan media TSB dan dilakukan pengamatan mengenai adanya kekeruhan atau tidak. Jika terdapat kekeruhan sudah dipastikan sample tersebut positif mengandung bakteri patogen. Jika tidak terdapat kekeruhan maka tetap perlu diuji pada media lempeng selektif (BPA, PCA, dan EMBA). Pada penggunaan media XLDA, media TSB harus menuju ke media RVS terlebih dahulu. Media RVS adalah media selektif berwarna biru yang diaplikasikan pada produk farmasi. Media ini mengandung NaC, hijau malasit, MgCl2,serta dipotassium hidrogen fosfat. Hasil dari media RVS lalu

diinokulasi ke media XLDA untuk diidentifikasi. Sedangkan pada penggunaan media MCA yang berawal dari media TSB harus melalui media MCB terlebih dahulu. Media MCB merupakan media selektif dengan pH sekitar 7,3 dan bermanfaat memperkaya

e.coli. Media ini mengandung gelatin pepton sebagai sumber nutrisi, garam empedu

terhidrasi sebagai inhibitor bakteri gram positif, laktosa sebagai sumber karbohidrat untuk difermentasi, sera bromocresol ungu sebagai indikatorpH. Bakteri yang memfermentasikan laktosa akan mengubah warna bromocresol ungu menjadi kuning akibat penurunan pH (Childs & Allen, 1953). Setelah itu dilakukan inokulasi ke media MCA untuk dilakukan identifikasi lebih lanjut.Proses inokulasi dilakukan menggunakan alat berupa jarum ose yang telah dipijarkan pada api bunsen terlebih dahulu, lalu digesekkan pada media yang di cawan petri. Setelah semua proses selesai, langkah akhir adalah dilakukan inkubasi dengan cawan yang diletakkan terbalik selama 1 hari pada suhu 370

6.1.4. Metode Pour Plate

C. Inkubasi dilakukan guna memberi kondisi pertumbuhan yang optimal untuk memaksimalkan pertumbuhan mikroorganisme.

Metode lain yang dilakukan untuk sampling air adalah dengan penanaman kultur secara

(38)

dituang ke cawan petri serta ditambah media TSA (pengenceran 0). Berdasarkan teori dari Lennette, et al. (1985), media TSA adalah media yang multifungsi yang dapat digunakan untuk kultur, isolasi, serta enumerasi. Kandungan dari media ini hampir sama dengan media TSB, yaitu kasein pepton dan soya pepton sebagai sumber nitrogen, agar sebagai bahan pemadat, dan NaCl untuk menjaga keseimbangan osmotik. Media TSA dibuat dengan cara menambahkan aquades pada serbuk TSA kemudian disterilisasi dengan kompor. Selanjutnya dari erlenmeyer sampel air diambil 1 ml, kemudian masuk ke tabung reaksi pengenceran 1, lalu dari larutan tersebut diambil sebanyak 0,1 ml larutan dan dimasukkan ke media (pengenceran 1). Pada pengeceran terakhir, dari tabung pengenceran 1 diambil sebanyak 1 ml, lalu masuk ke tabung reaksi pengenceran 2, kemudian diambil 0,1 ml dan dimasukkan ke media (pengenceran 2). Kemudian media diinkubasi pada oven khusus bakteri patogen selama 24 jam.

6.1.5. Hasil Uji Mikrobiologi

Melalui kedua metode, hasil uji dari kesembilan kran air yang dilakukan sampling air menunjukkan hasil yang negatif terhadap keberadaan bakteri patogen. Tampak pertumbuhan beberapa bakteri namun bakteri tersebut memiliki ciri yang jauh berbeda dari standar. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa air yang ada dan digunakan pada produk Djago tergolong aman. Penampakan hasil uji yang positif dari PT. Djago dapat diperoleh dengan cara penanaman kultur mikroorganisme sebelum dilakukan sampling air untuk dijadikan patokan. Dengan begitu, para laboran dapat mengetahui bagaimana ciri penampakan keberadaan suatu bakteri patogen.

(39)

31

6.2. Pengawasan Mutu Bahan Baku Non Simplisia

Faktor penentu utama untuk memproduksi sebuah produk dengan kualitas yang baik sangat bergantung pada bahan bakunya. Bahan baku dibagi menjadi 2 jenis, yaitu simplisia dan non simplisia. Simplisia didefinisikan sebagai bahan alami untuk obat yang belum mengalami proses pengolahan, seperti kunyit, temulawak, dan adas.Bahan non simplisia meliputi bahan tambahan untuk obat yang dapat berupa flavor, glukosa, dan minyak zaitun (Depkes RI, 1962). Mutu bahan baku yang terjamin akan menentukan kualitas produk jadi yang dihasilkan. Berdasarkan teori dari Sofyan (2008), pengawasan mutu yang didefiniskan sebagai langkah guna memastikan kesesuaian hasil dengan standar yang telah ditetapkan haruslah diterapkan. Pengawasan mutu terbagi menjadi 3, yaitu pada bahan baku, proses produksi, serta produk jadi.Hal ini bertujuan mengidentifikasi kerusakan mutu secara dini, memastikan mutu dan kualitas produk jadi, mengurangi adanya kemungkinan produk gagal, serta menjamin kualitas produk akhir di masa yang mendatang. Langkah yang dapat ditempuh dalam mengawasi kualitas produk adalah dengan pengambilan sampel bahan baku. Menurut Darmadi (2011) pengambilan sampel merupakan langkah dalam proses pencarian informasi dengan menggunakan beberapa bahan secara acak yang diharapkan dapat mewakili populasi yang ada.

(40)

Kemudian dilakukan pengecekan kondisi wadah bahan baku dari segi label, adanya segel, serta ada atau tidaknya aroma asing yang tercium. Setelah itu bahan non simplisia diambil untuk dilakukan pengujian. Dalam pengambilan sampel, untuk bahan non simplisia berwujud padat digunakan alat berupa sendok serta wadah berupa kantong plastik, sedangkan untuk pengambilan sampel cair digunakan alat berupa sendok bergagang panjang serta wadah berupa botol. Karyawan yang bertanggungjawab untuk melakukan semua hal tersebut adalah petugas QCyang bertugas di Laboratorium. Petugas tersebut diwajibkan untuk mengenakan masker, sarung tangan, seragam, dan penutup kepala. Tidak hanya itu, petugas juga diwajibkan untuk mencuci tangan dengan sabun. Menurut teori Hadioetomo (1993), perlengkapan yang digunakan oleh petugas tersebut merupakan suatu langkah tindakan aseptis agar tidak terjadi kontaminasi yang berasal dari petugas. Jumlah wadah yang akan dibuka untuk pengambilan sampel berdasarkan teori pola N yang diterapkan hanya jika bahan baku diperoleh dari pemasok yang telah disetujui dan dipercaya. Rumus dari pola N tersebut adalah :

n = 1 + √ N

n = jumlah wadah yang dibuka N = jumlah wadah yang diterima

Sampel yang telah dilakukan pengambilan sampel perlu diberi label penanda yang menyatakan bahwa sampel telah diambil. Label yang dibutuhkan sejumlah dengan wadah bahan non simplisia yang dibuka. Lalu sampel dibagikan oleh petugas QC ke beberapa laboratorium untuk diuji. Pengujian sampel bahan non simplisia yang diterapkan sesuai dengan standar dari buku FarmakopeHerbal Indonesia(FHI) serta

(41)

33

Bahan yang tidak sesuai akan diberi label berwarna merah yang menyatakan bahwa bahan tersebut ditolak atau tidak diloloskan. Sebagai contoh bila didatangkan 100 karung bahan non simplisia, dilakukan pengambilan sampel sebanyak 11 karung, dan ditemukan terdapat 3 karung yang tidak sesuai, maka sudah dapat dipastikan bahan tersebut akan ditolak. Bahan yang ditolak dapat dilakukan tindakan berupa pemusnahan sendiri. Selain itu, dapat juga dilakukan negosiasi dengan supplier untuk pengembalian bahan baku yang tidak sesuai dengan standar.

Bentuk sosialisasi prosedur pengambilan sampel adalah dengan mengikutsertakan karyawan dalam pelatihan. Pelatihan yang dilakukan dapat meminta bantuan dari pihak luar pabrik maupun dapat berupa pengajaran dari senior pekerja di pabrik tersebut terhadap pekerja yang baru.Hal ini sangat bermanfaat agar prosedur pengambilan sampel tidak menyimpang dari standar serta setiap pekerjanya tetap memperhatikan kehigienisan saat pengambilan sampel agar tidak terjadi kontaminasi silang antar sampel. Kontaminasi silang adalah kontaminasi dari satu bahan ke bahan lainnya melalui pekerja, kontak langsung, atau udara (Saksono, 1986). Pada pelatihan tersebut biasanya dihadiri oleh beberapa orang perwakilan dari QC serta produksi. Pelatihan dari pihak luar umumnya dibagi menjadi sesi pre-test, materi, dan juga post-test. Pre-test

(42)

34

7.1. Kesimpulan

• PT. Djago merupakan industri jamu yang telah banyak memproduksi produk yang berkualitas sehingga kiprahnya dikenal baik di dalam maupun luar negeri.

• Kualitas produk sangat bergantung pada bahan bakunya sehingga perlu dilakukan pengawasan mutu.

• Pengawasan mutu bahan baku simplisia dimulai dari sejak bahan datang dari suplier, dan diuji untuk dibandingkan dengan spesifikasi dari CoA, FHI, atau MMI.

• Dalam kegiatan pengawasan mutu bahan baku disediakan 3 label yaitu diloloskan, ditolak, dan karantina.

• Bahan baku yang lolos akan disimpan ke gudang bahan baku, sedangkan yang ditolak akan dikembalikan ke suplier atau dimusnahkan sendiri.

• Pengawasan mutu yang dilakukan di PT. Djago tidak hanya pada bahan baku, proses produksi, dan bahan jadi, namun juga mencakup pengawasan mutu pada air.

Sampling air dilakukan melalui metode pour plate dan spread plate.

• Uji mikrobiologis pada semua sampel air menunjukkan hasil yang negatif terhadap adanya bakteri patogen.

7.2. Saran

(43)

35

8. DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman, D. (2008). Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan. Grafindo Media Pratama. Jakarta.

Baird-Parker AC. (1962). An Improved Diagnostic and Selective Medium for Isolating Coagulase Positive Staphylococci. J of App Bacteriol. 25:12-9.

Becton, Dickinson and Company (2003). BD™ Tryptic Soy Broth (TSB). Germany.

Childs E. & Allen. (1953). J. Hyg: Camb. 51:468-477.

Darmadi, Hamid. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Depkes RI. (1962). FarmakopeIndonesia. Edisi V. Jakarta : Depkes RI.

Djago. (2009). Go Herbal With Djago Since1918. http://www. jago.co.id/Diakses pada 31 Januari 2017.

Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan I. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Greenberg, A., L. S. Clesceri, & A. D. Eaton. (1998). Standart Methods for the Examination of Water and Wastewater. APHA, Washington, D.C.

Hadioetomo, R.S. (1993). Mikobiologi Dasar dalam Praktek, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium.PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Harjadi, W. (1993). Stikiometri Berhitung Kimia Itu Mudah. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Horvath & ROPP. (1974). Mechanism of Action of Eosin-Methylene Blue Agar in the Differentiation of Escherichia coli and Enterobacter aerogenes. International Journal of Systematic Bacteriology. 24(2): 221-224.

Irianto, Koes. (2006). Mikrobiologi: menguak dunia mikroorganisme jilid 1. CV. Yrama Widya. Bandung.

Lennette, E.H., Ballows, A., Hausler, W.J.Jr., & Shadomy, H.J. (1985). Manual of Clinical Microbiology. 4th ed. Washington D.C.: American Society for Microbiology.

Roberts, Tim & Graham, P. (2013). Food Storage Guidelines For Consumers. Department of Human Nutrition, Foods and Exercise, Virginia Tech.

(44)

Sofyan. (2008). Manajemen Produksi, edisi ke-4. Lembaga Penerbitan Fakultas. Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Suriawiria, H.U. (2005). Mikrobiologi Dasar. Penerbit Papas Sinar Sinanti. Jakarta.

(45)

37

9. LAMPIRAN

Gambar

Gambar 1. Logo PT.Djago (Djago, 2009)
Tabel 1. Varian Produk PT. Djago
Gambar 2. Diagram Alir Penangan Bahan Baku
Gambar 3. Diagram Alir Produksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

LISMAR YUHAlMl.. Pembirnbing Utama :i.Br. Rachmat Herman, MVSc.. pgRTU~vlp,UpL&N &AT PENCERNiiAN DAil ORGAN TUBUB.. )jAGIAN DBLAM ITIK MANDALUEG

Skripsi yang berjudul “ PERBEDAAN PENGARUH PENERAPAN METODE PENEMUAN DENGAN METODE CERAMAH TERHADAP MINAT, KEAKTIFAN, KEMAMPUAN MENYIMPULKAN DAN PRESTASI

Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis dalam penelitian, yang menyebutkan bahwa terdapat korelasi negatif antara kelekatan tidak aman dan komitmen pada wanita

Untuk mengetahui pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepla madrasah dalam meningkatkan profesionalisme guru di Madrasah Tsanawiyah Darul Falah Desa Bendil

Penjelasan mengenai proses belajar Perencanaan Pengajaran Biologi (misalnya bagaimana Saudara memulai belajar matakuliah ini, strategi apa yang Saudara gunakan untuk

Tingkat Proteksi, Gejala Klinis, Patologis, Shedding Virus dan Kandu- ngan Antibodi AI Setelah Uji Tantang Pada saat ayam berumur 6 minggu (3 minggu setelah vaksinasi), hewan

Setiap tardisi lokal yang dilakukan olah masyarakat sekitar sangat kental dan mengakar yang kemudian menjadi budaya yang mewarnai berbagi nilai dalam kehidupan