• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

1. Pengertian Penghasilan

Penghasilan adalah setiap kemampuan ekonomi yang diperoleh dan digunakan untuk konsumsi dan menambah hasil yang diterima oleh seseorang (Verdian, 2015). Baik berasal dari keterlibatan langsung dalam proses produksi atau tidak, yang dapat diukur dengan uang dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan pada suatu keluarga dalam satu bulan. ekonomi adalah studi tentang manusia sebagaimana mereka hidup dan berbuat serta berfikir dalam urusan kehidupan biasa.Selanjutnya dikatakannya, bahwa ekonomi mempelajari segi tindakan individu dan masyarakat, yaitu tindakan yang erat berhubungan dengan perolehan dan penggunaan barang-barang yang diperlukan bagi keejahteraan (Gunadi, 1981: 1).

Sekarang perlu kita tinjau kembali sejenak untuk menyentuh inti persoalan Ekonomi. Mengingat urusannya dengan dunia benda (termasuk jasa) yang merupakan kebutuhan hidup manusia dan Karena itu menjadi urusan kehidupan sehari-hari, orang lebih suka mendefinisikan ekonomi sebagai “ilmu yang mempelajari manusia dalam usahanya mencapai kemakmuran”, atau studi sistematis tentang kemakmuran diproduksi atau dilipat gandakan, bagaimana didistribusikan dan dipertukarkan (Gunadi, 1981: 6). Dari sudut ekonomi suatu masyarakat dikatakan makmur bila

anggotanya dapat mencukupi kebutuhanya akan benda-benda ekonomis, oleh karna itu peghasilan orang tua sangat berpengaruh terhadap proses belajar anak.

sistem stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat, yang diujudkan dalam kelas tinggi, kelas sedang dan kelas rendah. Dasar inti sistem stratifikasi masyarakat adanya ketidak seimbangan pembagian hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu-individu atau kelompok-kelompok dalam suatu sistem sosial (Mu'in, 2005: 48). Dalam mendefinisikan kemiskinan sejak tahun 1970-an. Bank dunia menggunakan standard mata uang dollar Amerika Serikat. Standar pengeluaran untuk makanan adalah 50 dollar AS untuk pedesaan, dan 75 dollar AS untuk perkotaan, perkapita pertahun. Pada tahun 1971 kurs dolar adalah 126 terhadap rupiah, standar ini masih dijadikan acuan internasional dengan modifikasi pengertian kemiskinan adalah keadaan tidak tercapainya kehidupan yang layak dengan penghasilan.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) kota Salatiga, dalam menggunakan garis kemiskinan menggunakan ukuran konsumsi kalori perhari 2400kk/orang/hari, bila di rupiahkan, seseorang bisa dikatakan sejahtera, jika setiap orang mempunyai pengeluaran Rp 660.000 perbulan. Salah satu cara mempelajari stratifikasi social menurut Zaden (1979: 67) dalam buku Sunarto (2004: 124), dengan menggunakan pendekatan objektif. Dinamakan demikian karena menggunakan seperti pendidikan, pekerjaan atau penghasilan. Dengan kategori statistik sendiri, misalnya membagi

masyarakat dalam lapisan masyarakat berpendidikan dasar dengan upah Rp. 100.000-Rp 500.000, masyarakat menegah dengan upah Rp 500.000- Rp1.000.000 dan masyarakat tinggi dengan upah Rp 1.000.000 ke atas.

Apabila di tinjau dari penghasilan masyarakat, kita bisa melihat mulai dari upah minimum regional (UMR), serta gaji PNS, dengan cara itu kita bisa membuat rincian Tingkat ekonomi orang tua sebagai berikut:

a. Orang tua dikatakan ekonominya rendah apabila pendapatannya di bawah Rp 1.300.000 perbulan.

b. Orang tua dikatakan ekonominya menengah apabila pendapatannya Rp 1.300.000 – Rp 3.000.000 perbulan.

c. Dikatakan ekonominya Tinggi, bila pendapatannya di atas Rp 3.000.000 perbulan.

Adapun indikator penghasilan orang tua sebagai berikut: a. Pekerjaan orang tua

b. Penghasilan orang tua 2. Tahapan Keluarga

Sunarto (2000: 25-26) menjelaskan bahwa dilihat dantahapan pencapaian tingkat kesejahteraannya maka keluarga sejahtera dikelompokkan menjadi lima tahap yaitu:

a. Keluarga pra-sejahtera

Keluarga pra-sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya (basic needs) secara minimal, seperti kebutuhan sandang pangan mapan, ibadah, dan kesehatan.

b. Keluarga sejahtera I

Keluarga sejahtera I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan-kebutuahn dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologisnya (sosio psichological

needs) seperti kebutuhan akan pendidikan, keluarga berencana, interaksi

dalam keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal dan transportasi.

c. Keluarga sejahtera tahap II

Keluarga sejahtera tahap II adalah keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya juga telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan sosial psikologinya, akan tetapi belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan pengembangannya seperti kebutuhan untuk menabung dan informasi.

d. Keluarga sejahtera tahap III

Keluarga sejahtera tahap III adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Seluruh kebutuhan sosoal psikologinya, dan kebutuhan pengembangnnya tetapi belum dapat memberikan sumbangan atau kontribusi yang maksimal terhadap masyarakat, seperti secara teratur memberikan sumbangan dalam bentuk material dan

keuangan untuk kepentingan kemasyarakatan serta berperan secara aktif dengan menjadi pengurus lembaga kemasyarakatan atau yayasan-yayasan sosial, keagamaan, kesenian, olahraga, dan sebagainya.

e. Keluarga sejahtera III plus

Keluarga sejahtera III plus adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya, seluruh kebutuhan sosial psikologi, dan kebutuhan pengembangannya serta telah dapat pila memeberikan sumbangan yang nyata dan berkelanjutan.

3. Fungsi Keluarga

Tim sosiologi (2007: 47-49) menjelaskan bahwa keluarga merupakan fokus umum dari pada lembaga sosial.Hampir dalam setiap masyarakat keluarga merupakan pusat kehidupan secara individual, dan didalamnya terdapat hubungan yang intim dalam derajat yang tinggi. Terlepas dari persoalan hubungan yang intim ini, fungsi keluarga adalah sebagai berikut: a. Fungsi Reproduksi

Keluarga merupakan sarana utuk memeperoleh keturunan secara sehat, terencana, terhormat, sesuai dengan ajaran agama, dan sah dimata hukum.

b. Fungsi Afeksi

Norma ada dan diadakan oleh para orang tua untuk mewujudkan rasa kasih sayang dan rasa cinta, sehingga dapat menjaga perasaan masing- masing anggota keluarga agar tercipta kerukunan dan keharmonisan hubungan di dalam keluarga.

c. Fungsi Sosialisasi

Fungsi ini memeberikan pemahan tentang bagaimana seorang anggota keluarga bergaul dan berkomunikasi dengan orang lain dalam keluarga. Anak-anak telah dikenalkan dengan kedudukan dan status tiap- tiap anggota keluarga dan kerabat lainnya.

d. Fungsi Ekonomi

Keluarga merupakan suatu wadah dalam usaha mengembangkan agama atau mengatur potensi dan kemampuan ekonomi.

e. Fungsi pengawasan

Fungsi ini tampak pada adanya penanaman nilai-nilai dan norma- norma yang dilakukan oleh keluarga terhadap para anggotanya. Terutama kepada anak-anak kepada para anggota keluarga.

f. Fungsi proteksi

Keluarga akan melindungi anggotanya sehingga memeperoleh ketentraman lahir dan batin, demgam keuarga anak akan merasa aman, oleh karena itu keharmonisan keluarga perlu dijaga dan dipertahankan.

B. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan proses yang terjadi dalam diri individu yang mengarahkan aktivitas individu mencapai tujuan yang perlu didorong dan dijaga (Wahyuni, 2009: 13). motivasi belajar adalah sebuah istilah yang mengarah kepada adanya kecenderungan bertindak untuk menghasilkan satu atau lebih pengaruh-pengaruh (Wahyuni, 2009: 12).

Adapun indikator motivasi belajar menurut Sardiman (1994: 83) sebagai berikut:

a. Tekun mengerjakan tugas dari guru. b. Ulet dalam mengatasi kesulitan belajar. c. Menunjukkan minat terhadap pelajaran. d. Tidak Cepat bosan saat mengerjakan Tugas.

e. Dapat memepertahankan pendapatnya saat berdiskusi. f. Selalu berpegang teguh pada pendapatnya.

g. Senang memecahkan masalah soal-soal dalam pelajaran. 2. Karakteritik Motivasi

Sebagaimana pengertian sebelumnya, motivasi merupakan kecenderungan atau disposisi untuk bertindak dengan cara-cara tertentu, dan sebuah motive adalah kebutuhan atau keinginan yang menyebabkan kecenderungan-kecenderungan. Motivasi memunculkan energi pada diri individu untuk mencapai tujuan, baik jangka panjang maupun jangka pendek yang telah ditetapkannya. Dari definisi yang telah di buat oleh para ahli, ada

karakteristik yang menjadi ciri khas motivasi. Karakteristik motivasi adalah kecenderungan untuk bertindak, membangkitkan dan mengarahkan, memelihara atau menajaga lebih lama, dan motivasi dipelajari atau pembawaan (Wahyuni, 2009: 15-16).

Menurut Esa Nur Wahyuni (2009: 13-19) adapun karakteristik motivasi sebagai berikut:

a. Kecenderungan Untuk Bertindak

Sulit bagi guru untuk mengobservasi motivasi belajar motivasi berprestasi siswanya, tetapi guru dapat mengamati pekerjaan rumah dan partisipasi setiap hari siswa di dalam kelas, serta bagaimana siswa memilih proyek-proyek tugas yang diberikan kepadanya. Oleh karena itu, guru dapat mengurangi problem ini dengan mengobservasi setiap siswa dalam periode waktu yang selama mungkin dan dalam situasi-situasi yang beragam.Misalnya dengan menegtahui lebih banyak dan lebih lama aktivitas-aktivitas yang dilakukan siswa, dapat mengobservasi pekerjaan sehari-hari siswa baik secara langsung maupun tidak langsung, dan mendiskusikan tugas-tugas atau pekerjaan dengan siswa. Dari semua pengamatan-pengamatan siswa dan data-data informasi, guru akan dapat menyimpulkan dengan lebih baik tentang apa motivasi siswa-siswa.

b. Membangkitkan dan Mengarahkan

Membangkitkan dan mengarahkan merupakan aspek-aspek yang penting dari motivasi. Pada saat seorang siswa termotivasi, maka akan muncul dorongan-dorongan baik secara fisik maupun psikologi untuk

berusaha. Pada tugas-tugas yang sangat sederhana, seperti mengidentifikasi tulisan “dan” dalam paragraf ini, biasanya akan membangkit kecenderungan untuk unjuk kerja (performance) lebih tinggi. Sedangkan untuk tugas-tugas yang lebih kompleks akan membangkitkan kecenderungan untuk mengerjakan yang terbaik pada tingkat sedang, tetapi untuk tugas yang menjemukan dan kurang diperhatikan, maka akan membangkitkan kecenderungan performansi yang sangat rendah. Pada tugas-tugas yang cukup banyak dan sulit.Akan dapat membenangkitkan kecemasan untuk menyelesaikan tugas tersebut.

c. Permanen atau Temporer

Walaupun semua definisi menyatakan bahwa motivasi ada dalam diri seseorang dalam periode waktu yang lama, namun demikian ada dua

motive yang memiliki keadaan waktu relatif pendek atau kadang-kadang

(temporary) dalam lingkunga atau situasi tertentu dan terdapat juga motif-

motif permanen (permanent motives).Salah satu contoh temporay motives

adalah kecenderungan. Banyak siswa yang merasa cemas pada saat menghadapi ujian, sehingga ada sebuah keinginan untukbisa menegerjakan.

3. Teori Motivasi

Menurut abror (1993: 117), teori motivasi yaitu antara lain: a. Teori Insting

Teori ini menganggap bahwa semua pikiran dan tingkah laku merupakan hasil dari insting yang dibawa sejak lahir.

b. Teori Reduksi Dorongan

Teori ini mendasarkan motivasi pada kebutuhan-kebutuhan jasmaniyah yang menimbulkan ketegangan atau dorongan, kemudian organisme berusaha mereduksi dorongan tersebut dengan melakukan sesuatu guna memenuhi kebutuhan.

c. Teori Intensif

Teori ini menekankan pentingnya kondisi-kondisi eksternal sebagai sumber motivasi kondisi-kondisi ini bisa berupa intensif positif yang ingin didekati oleh organisme atau intensif negatif yang ingin dihindari oleh organisme.

d. Teori Psikoanalitik

Menurut teori ini tindakan ditentukan oleh kekuatan dan implus dari dalam yang sering bekerja pada suatu tingkat yang tak disadari. Tingkah laku berasal dari dua kelompok insting yang berlawanan, insting untuk hidup yang mendorong individu kearah yang menghancurkan dan insting untuk mati dapat diarahkan kedalam bentuk bunuh diri atau tingkah laku lain yang menghancurkan diri sendiri.

e. Teori Belajar Sosial

Toeri ini menekankan interaksi antar tingkah laku dan lingkungan, dengan memusatkan pola tingkah laku yang dikembangkan oleh individu untuk mengatasi lingkungan bukan pada dorongan-dorongan insting.

4. Jenis Motivasi

Menurut Sriyanti (2011: 117) menjelaskan tentang kedua jenis motivasi yaitu:

a. Motivasi Intrinsik

Motivasi instrinsik adalah motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi itu intrinsik bila tujuannya interen dengan situasi belajar dan bertemu dengan kebutuhan dan tujuan anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang terkandung di dalam pelajaran iru. Anak didik termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai nilai-nilai yang ter kandung dalam bahan pelajaran, bukan karena keinginan lain seperti ingin mendapat pujian, nilai ynag tinggi, atau hadiah, dan sebagainya.

b. Motivasi Ektrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dan motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar. Motivasi belajar dikatan ekstrinsik bila anak didik menempatkan tujuan belajarnya di luar factor-factor situasi belajar

(resides in some factors outside the learning situation). Anak didik belajar

karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya.Misalnya, untuk mencapai angka tinggi, diploma, gelar, kehormatan, dan sebagainya.

5. Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Dimyani dan Mujiono (2000: 97) faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yaitu:

a. Cita-cita atau Aspirasi Siswa

Cita-cita yang sudah tertanam pada diri siswa merupakan motivasi yang bermanfaat untuk meningkatkan hasil belajar.

b. Kemampuan Siswa

Menurut pembawaannya, siswa yang satu berbeda dengan yang lain, pembawaan ini berhubungan dengan kecakapan seseorang dalam memecahkan persoalan. Oleh karena itu kemampuan ini perlu dimiliki oleh setiap orang, maka orang menyebut pembawaan tersebut dengan nama kemampuan umum. Kemampuan ini disebut kecerdasan atau intelegensi.

c. Kondisi Siswa

Kondisi ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kondisi psikis dan kondisi fisik.Kondisi psikis seperti perhatian, minat, perasaan, dan ingatan yang semuanya dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Kondisi fisik seperti pendengaran, penglihatan, dan anggota badan yang lain besar manfaatnya untuk meningkatkan motivasi belajar.

d. Kondisi Lingkungan Siswa

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan masyarakat dengan lingkungan

yang aman, tentram, tertib, dan indah maka semangat motivasi belajar mudah tercapai.

6. Pengertian Belajar

Menurut sriyanti (2011: 16-17) ada beberapa definisi belajar menurut para tokoh:

a. Crow and Crow dalam Educational psychology (1984), belajar adalah perbuatan untuk memeperoleh kebiasaan, ilmu pengetahuan, dan berbagai sikap, termasuk penemuan baru dalam mnegerjakan sesuatu, usaha memecahkan rintangan, dan meneyesuaikan dengan situasi baru Definisi ini menekankan pada hasil belajar.

b. Menurut Dictionary of psichology disebutkan bahwa belajar memiliki dua definisi. Pertama; belajar diartikan “the process ofacquiring knowledge”. Kedua; belajar diartikan‘a relativelypermanent change potentiality wich

occurs as a result of reinforced practice”. Pengertian pertama , belajar

memiliki arti suatu proses untuk memperoleh pengetahuan. Pengertian ke dua, belajar berarti suatu perubahan kemampuan untuk bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuatc.

c. A Caurin mendefinisan belajar adalah modifikasi atau memperteguh perilaku melalui pengalaman. Semua pandangan tentang belajar memberikan pemahaman pada kita bahwa belajar merupakan aktivitas yang komplek dan luas sehingga bisa dipotret dari berbagai sudut pandang. Menurut Sumadi Surya Brata (2004) dalam buku Sriyanti (2011: 18) hal hal yang pokok dalam definisi belajar adalah:

a. Bahwa belajar itu membawa perubahan, baik yang aktual mapun yang potensial.

b. Bahwa perubahan itu pada pkoknya menapatkannya kecakapan baru. c. Bahwa perubahan itu terjadi karena adanya usaha/disengaja.

C. Pengaruh Penghasilan Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar Siswa

Dokumen terkait