• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERKEMBANGAN PNS DI INDONESIA

A. Pengertian Penyalahgunaan Wewenang

Seiring dengan pilar utama negara hukum, yaitu asas legalitas (legaliteitsbeginsel atau het beginsel van wetmatigheid van bestuur) berdasarkan prinsip tersebut bahwa wewenang pemerintah berasal dari peraturan perundang- undangan, artinya sumber wewenang bagi pemerintah adalah peraturan perundang- undangan.20

Wewenang adalah suatu hak yang menyangkut dengan kekuasaan negara yang bersifat publik. Dalam hal wewenang tidak semua pegawai negeri sipil memiliki wewenang, hanya pegawai negeri sipil yang telah diserahi suatu jabatan saja yang dapat memiliki wewenang, sebagai pemangku jabatan pegawai tersebut disebut sebagai pejabat.

Pejabat adalah seseorang yang menjalankan hak dan kewajiban yang didukung oleh sebuah jabatan. Dimana pada umumnya jabatan itu hanya dapat diisi oleh Pegawai Negeri Sipil, orang yang bukan pegawai negeri sipil tidak dapat mengisi jabatan tersebut dalam lingkungan pemerintahan. 21 Pegawai negeri sipil yang memiliki wewenang harus melaksanakan kewajibannya sesuai dengan poksi yang telah ditentukan oleh undang-undang.

20

Ridwan HR. . . Op. cit, hlm 108

21

Zainul Pelly, Beberapa Catatan Hukum Administrasi Negara, Fakultas Hukum USU, Medan, 1976,

Menurut Muchsan, kewenangan dari aparat negara dapat dibagi menjadi dua macam yaitu kewenangan atributif dan kewenangan non atributif. Antara lain sebagai berikut:

1. Kewenangan yang bersifat atributif (orisinil) yaitu kewenangan yang diberikan secara langsung oleh peraturan perundang-undangan. Kewenangan atributif ini bersifat permanen (saat berakhirnya tidak jelas) serta komprehensif (tidak boleh terpecah- pecah) dan tetap ada selama undang- undang mengaturnya. Misalnya, Presiden berhak mengajukan Rancangan Undang- Undang (RUU). Kewenangan ini secara langsung diberikan oleh Peraturan perundang- undangan yakni pasal 5 ayat (1) Undang- Undang Negara Dasar Republik Indonesia 1945 amandemen IV.

Jadi, keabsahan dari kewenangan atribusi ini tidak perlu dipertanyakan lagi karena sumbernya adalah dari peraturan perundang- undangan.

2. Kewenangan yang bersifat non atributif (non orisinal) yaitu kewenangan yang diperoleh karena pelimpahan wewenang dari aparat lain. Kewenangan non atributif bersifat insidental (tidak permanen) dan berakhir jika pejabat yang berwenang telah menariknya kembali. Misalnya penerbitan izin oleh Bupati atau Kepala Daerah yang seharusnya dilakukan oleh Bupati itu sendiri, namun pada saat Bupati tersebut tidak berada di tempat untuk memberikan izin, maka dapat diwakilkan pada Wakil Bupati sebagai pejabat sementara. 22

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya yang sangat luas maka pegawai negeri sebagai pelaksanaan pemerintahan diberi wewenang bebas. Hal ini bertujuan

22

http://www.slideshare.net/engkyndx/tinjauanyuridisterhadapperbuatanaparatpemerintahyangtidakber wenang diakses pada tanggal 13 Maret 14.

untuk mengambil tindakan lebih cepat dan tepat serta berfaedah. Meskipun demikian, tindakan tersebut harus dilakukan dalam koridor hukum dan tidak boleh bertentangan dengan hukum. 23

Pegawai Negeri Sipil dalam menjalankan tugasnya tidak semua yang sesuai dengan undang- undang, banyak terdapat pegawai negeri sipil yang nakal dalam mengemban tugasnya. Penyalahgunaan wewenang sering dilakukan oleh pegawai negeri. Dimana penyalahgunaan wewenang adalah perbuatan pegawai negeri sipil yang bertentangan dengan undang- undang.

Dalam hukum administrasi negara terdapat 3 defenisi Penyalahgunaan Wewenang, yaitu:

1. Penyalahgunaan wewenang untuk melakukann tindakan- tindakan yang bertentangan dengan kepentingan umum atau untuk menguntungkan kepentingan pribadi, kelompok atau golongan;

2. Penyalahgunaan wewenang dalam arti bahwa tindakan pejabat tersebut adalah benar ditunjukkan untuk kepentingan umum, tetapi menyimpang dari tujuan apa kewenangan tersebut diberikan oleh undang- undang atau peraturan- peraturan lain;

3. Penyalahgunaan wewenang dalam arti menyalahgunakan prosedur yang seharusnya dipergunakan untuk mencapai tujuan tertentu, tetapi telah menggunakan prosedur lain agar terlaksana. 24

Perbuatan pemerintah yang tidak berwenang adalah merupakan perbuatan pemerintah yang melanggar hukum yang menurut yurisprudensi negeri Belanda tangal 31 januari 1919 dalam pasal 1365 KUHS adalah sebagai berikut:

23

Kusdarini Eny, Dasar- dasar Hukum Administrasi Negara Dan Asas- Asas Umum Pemerintahan

Yang Baik, Cetakan I, UNY Press, Yogyakarta, 2011, Hal 87.

24

“ setiap perbuatan atau kelalaian (a) yang melanggar hak orang lain, atau (b) bertentangan dengan kewajiban hukum dariorang yang melakukan perbuatan atau kelalaian itu, atau (c) perbuatan yang bertentangan baik dengan kesusilaan maupun dengan ketertiban yang dalam perhubungan kemasyarakatan harus diindahkan terhadap diri orang lain atau barang orang lain”.

Rumusan Mahkamah Agung tersebut sudah merupakan yurisprudensi yang pada hakikatnya adalah perbuatan pemerintah yang disebut dengan penyalahgunaan wewenang ( detournement de pouvoir atau misbruik van macht).

Dalam konsep penyalahgunaan wewenang dalam Hukum Administrasi dikenal tiga parameter penyalahgunaan wewenang, yaitu:

1. Asas Spesialitas ( tujuan dan maksud)

Untuk mengukur tindakan pejabat administrasi yang termasuk wewenang bebas (diskresi), apaka terjadi penyalahgunaan wewenang atau tidak dengan cara menilai apakah tindakan pejabat administrasi tersebut menyimpang dari tujuan pemberian wewenang tersebut atau tidak (asas larangan penyalahgunaan wewenang). Jika menyimpang dari tujuan pemberian wewenang tersebut, maka perbuatan itu dikategorikan sebagai penyalahgunaan wewenang.

2. Asas Legalitas

Menurut asas legalitas, pemerintahan hanya dapat melakukan perbuatan hukum jika memiliki legalitas atau didasarkan pada undang-undang yang merupakan perwujudan aspirasi warga negara. Dalam negara demokrasi, tindakan pemerintah harus mendapatkan legitimasi dari rakyat yang secar formal tertuang dalam undang- undang.

3. Asas Freises ermessen

Dalam banyak situasi fungsi pemrintahan, pejabat dihadapkan pada posisi kondisi peraturan perundang- undangan tidak memberikan kewenangan untuk bertindak, padahal terdapat keperluan yang mendesak bagi pemerintah untuk bertindak dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

Melalui asas- asas ini badan- badan administrasi diberikan ruang gerak untuk melakukan tindakan tanpa harus terikat sepenuhnya pada undang- undang. Meski demikian, menurut Sjachran Basah, mewujudkan tujuan- tujuan negara (mengupayakan bestuurszorg) melalui pembangunan, tidak berarti pemerintah dapat bertindak semena- mena.

- Tindakan sewenang- wenang (willekeur)

Tindakan sewenang- wenang (willekeur) pada hakikatnya merupakan suatu tindakan yang tidak berdasar pada aturan hukum atau Asas- Asas Umum Pemerintahan Yang Baik. Tindakan tersebut bersifat irasional, oleh karenanya untuk mengukur ada tidaknya tindakan sewenang-wenang parameternya adalah asas rasionalitas.

Philipus M. Hadjon melakukan penerapan AAUPB pada putusan MA dan menyimpulkan dua unsur yang memegang kunci pokok dalam putusan yaitu prinsip kecermatan (carefullness) dan prinsip persamaan (equality). Meski demikian, selain dua prinsip tersebut, dalam penyelenggaraan pemerintahan berlaku AAUPB antara lain menyangkut dua hal, yaitu: jangan ada penyalahgunaan wewenang dan juga jangan ada tindakan sewenang- wenang. 25

25

B. Pengertian Sanksi Pada Umumnya Khususnya Sanksi Administrasi.