• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN TEORITIS

B. Pengertian Pesan Dakwah

Pesan (message) dakwah adalah pesan yang dikomunikasikan, dalam dakwah adalah ajaran Islam yang dikemas dengan baik oleh da’i.7

Pengertian dakwah menurut etimologis adalah „panggilan, seruan, ajakan’. Pengertian dakwah menurut istilah dalam arti terbatas yaitu,

penyampaian Islam kepada manusia, baik secara lisan, tulisan, maupun secara lukisan (panggilan, seruan ajakan kepada manusia kepada Islam).8

5

Zulkarnaen Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa, (Jakarta: Pusat Penelitian Universitas Terbuka, 2001), h. 32

6

Jumroni, Metode-Metode Penelitian Komunikasi¸ (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 68

7

Ahmad Yani, Bekal Menjadi Khatib dan Mubaligh, (Jakarta: Gema Insani, 2001), h. 28

8

Saifuddin Ansari, Wawasan Islam: Paradigma dan Sistem Islam, (Jakarta: Gema Insani, 2004), h. 152

Dakwah dalam arti amar ma’ruf nahi munkar adalah syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup masyarakat. Ini merupakan kewajiban fitrah manusia sebagai makhluk sosial (makhluq ijtima’i) dan kewajiban yang ditegaskan oleh Risallah Kitabullah dan Sunah Rasul.9

Islam adalah agama dakwah, karena disebarkan dan diperkenalkan melalui aktifitas dakwah dan mendorong pemeluknya untuk senantiasa aktif dalam berdakwah. Al-Qur’an merupakan sumber utama dalam melakukan dakwah, yang mengandung pesan untuk melaksanakan nilai-nilai kebenaran.10

Dakwah Islam identik dengan risalah islamiah yang diemban oleh para rasul. Dalam pengertian bahwa ajaran Islam diterima oleh para Rasul untuk disebarluaskan kepada pengikutnya, tugas dakwah islamiah dimulai sejak zaman Nabi Nuh as. Dakwah menawarkan pemahaman yang fleksibel pada makna pesan yang dikemukakan. Ketika mengirimkan pesan-pesan yang dirujuk dari ajaran Islam, dai tidak memaksakan kehendaknya. Artinya, dai tetap memberikan ruang gerak penafsiran akan ajara Islam yang disampaikan kepada audiensnya.

Dakwah Islam tidak sekedar diartikaan sebagai ajaran Islam, tetapi

lebih diartikan sebagai “mengundang” objek dakwah untuk menerima informasi ke Islaman. Dengan demikian, para da’i sebagai pengundang

harus menempatkan objek dakwah sebagai tamu yang mesti dihormati.11

9

M. Natsir, Fiqhud Dakwah, (Solo: CV. Ramdani, 1965), h. 109

10

Enung Asmaya, Aa Gym Sejuk Dalam Masyarakat Majemuk, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2004), h. 33

11

Thohir Luth dan M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya, (Jakarta: Gema Insani, 1999), h. 80

20

Dalam buku membumikan Al-Qur’an, Quraisy Syihab berpendapat

bahwa pesan dakwah adalah Al Islam yang bersumber pada Al-Qur’an dan

Hadits sebagai sumber utama yang meliputi aqidah, ibadah, dan akhlak. Dasar dari pembagian tersebut merujuk pada tujuan pokok diturunkannya Al-Qur’an yaitu sebagai petunjuk aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia serta petunjuk mengenai akhlak dengan jarak menerangkan norma-norma agama dan susila.12

Sebelum suatu pesan dakwah dapat dikonstruksikan untuk disampaikan kepada komunikan dengan tujuan mempengaruhi dan mengajak, di situ harus terdapat materi atau pesan dakwah yang dirumuskan sesuai dengan ajaran Islam. Perlu diingat juga bahwa pengertian komunikasi dakwah tidak ditekankan pada aspek tujuannya saja, tetapi juga menekankan efek yang muncul kepada komunikan sebagai akibat dari penyampaian suatu pesan. Lebih lanjut, jika ditinjau dari prosesnya, dakwah adalah komunikasi dalam arti kata bahwa dalam proses tersebut terlibat dua komponen yang terdiri dari dua manusia, yakni da’i sebagai komunikator, dan mad’u sebagai

komunikan. Proses tersebut berlangsung dalam kegiatan dakwah, yaitu

proses penyampaian pesan dakwah kepada mad’u. Selain itu, komunikasi

dalam proses dakwah tidak hanya ditujukan untuk memberikan pengertian, mempengaruhi sikap, membina hubungan sosial yang baik, tetapi tujuan

terpenting dalam komunikasi dakwah adalah mendorong mad’u untuk

bertindak melaksanakan ajaran-ajaran agama terlebih dahulu memberikan pengertian, mempengaruhi sikap, dan membina hubungan baik.13

Dakwah dikatakan berhasil apabila semua unsur dalam dakwah dipenuhi dan bisa dioperasikan dengan baik. Adapun unsur-unsur dakwah tersebut adalah:

a) Da’i

Seorang da’i hendaknya memiliki kepribadian yang baik bagi seorang da’i. Kepribadian itu bisa bersifat ruhaniah, (psikologis), yang

meliputi sikap, sifat dan kemampuan diri seorang da’i. Sifat dari pribadi da’i diantaranya, iman kepada Allah, ikhlas yang tidak mementingkan

kepribadian, ramah dan penuh pengertian, tawadhu’ rendah diri, sederhana dan jujur, tidak egois, sabar.14

Seorang da’i menyampaikan dakwah secara sengaja untuk mengajak setiap manusia ke jalan kebenaran sesuai dengan Al-Qur’an

dan Hadits. b) Mad’u

Mereka yang menerima dakwah (mad’u) lebih tepat disebut mitra dakwah daripada sebutan objek dakwah, sebab sebutan yang kedua lebih mencerminkan kepasihan penerima dakwah, padahal sebenarnya dakwah adalah suatu tindakan menjadikan orang lain sebagai kawan

13

Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), h. 25

14

Enung Asmaya, Aa Gym Sejuk Dalam Masyarakat Majemuk, (Jakarta: PT. Mizan Publika, 2004), h. 37

22

berfikir tentang keimanan, syari’ah, dan akhlak kemudian untuk diupayakan dihayati dan diamalkan bersama-sama.15

c) Maddah

Maddah (materi dakwah) adalah masalah isi pesan atau materi

yang disampaikan da’i pada mad’u dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi maddah dakwah adalah membahas ajaran Islam itu sendiri, sebab semua ajaran Islam yang sangat luas itu bisa dijadikan

maddah dakwah Islam. Akan tetapi, ajaran Islam yang dijadikan

maddah dakwah itu pada garis besarnya dapat dikelompokkan menjadi

tiga kelompok yaitu, aqidah, akhlak dan syari’ah.16 1. Aqidah

Aqidah secara etimologi diambil dari kata ”aqad” yakni

ikatan yang kuat. Dapat berarti juga teguh, permanent, saling mengikat, dan rapat. Dalam eksiklopedi Islam, aqidah dalam

I’tiqad bersifat yang mencakup masalah-masalah yang berhubungan dengan rukun iman.17 Pengertian aqidah secara terminologi yaitu, wajib dibenarkan hati dan jiwa menjadi tentram karenanya sehingga menjadi suatu keyakinan yang teguh dan kokoh, yang tidak tercampuri oleh keraguan dan kebimbangan. Akidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil keputusan. Sedang pengertian akidah dalam agama

15

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, h. 90

16

Endang Saifuddin Anshari, Wawasan Islam, (Jakarta: Rajawali, 1996), h. 71

17

maksudnya berkaitan dengan keyakinan, buakan perbuatan seperti akidah dengan adanya Allah dan diutusnya para Rasul.18

Akidah dalam Islam adalah bersifat I’tiqad bathiniyah yang mencakup masalah-masalah yang erat hubungannya dengan iman.19 a) Iman kepada Allah

b) Iman kepada Malaikat-Nya c) Iman kepada Kitab-kitab-Nya d) Iman kepada Rasul-rasul-Nya e) Iman kepada hari akhir

f) Iman kepada qadha dan qadha 2. Akhlak

Kata akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab, dalam bentuk jamak dari khula yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Secara linguistik kata akhlak merupakan isim dari jaid. Maka akhlak berarti segala sikap dan tingkah laku manusia yang datang dari pencipta (Allah SWT). Ada pula yang

mengatakan akhlak yaitu perkataan jama’ dari bahasa Arab yang

berarti khulk, sedangkan didalam kamus Al-Munjid berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Sedangkan didalam

Da’iratul Ma’arif dikatakan akhlak ialah sifat manusia yang

terdidik.20 Sedangkan menurut Al-Ghazali akhlak diartikan sebagai

18 AA. Hamid Al-Atsari, Intisari Aqidah Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, (Jakarta: Naga Swadaya, 2004), h. 34

19

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 60

20

Asamaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1992), h. 1

24

suatu sifat yang tetap pada seseorang yang mendorong untuk melakukan perbuatan yang mudah tanpa membutuhkan sebuah pemikiran. Secara garis besar akhlak terbagi menjadi:

a) Akhlak kepada Allah

b) Akhlak terhadap sesama manusia 3. Syariah

Secara etimologis berarti jalan. Syariah adalah segala yng diturunkan oleh Allah SWT. Kepada nabi Muhammad SAW. Berbentuk wahyu di dalam Al-Qur’an dan Sunnah. Sedangkan

secara terminologi syariah ialah ketentuan (norma) Illahi yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan (ibadah) dan hubungan manusia dengan sesamanya (muamalah).21 Syariah yang mencakup pengertian dalam hukum-hukum yang berdalil pasti dan tegas yang tertera dalam Al-Qur’an dan Hadits shahih atau ditetapkannya dengan ijma’.

a) Ibadah (dalam arti sempit) seperti, thaharah, sholat, zakat, shaum (puasa), haji bila mampu.

b) Muamalah (dalam arti luas) meliputi: Al-Qununul Khas (hukum perdata); muamalah (hukum niaga), munakahat (hukum nikah), waratsah (hukum waris) dan sebagainya. Kemudian Al-Qununul’am (hukum publik), hinayah (hukum

pidana), khilafah (hukum negara), jihad (hukum perang dan damai) dan sebagainya.

21

M. Abdul Mujieb, Kamus Istilah Fiqh, (Jakarta: PT. Pustaka Firdaus, 1994), h. 343

d) Media Dakwah

Media berasal dari bahasa Latin yaitu “median” yang berarti alat

perantara. Pengertian media secara istilah segala sesuatu yang dapat dijadikan alat (perantara) untuk mencapai suatu tujuan tertentu.22

Media adalah alat atau perantara dalam menyampaikan dakwah, saat ini para juru dakwah (da’i) sudah menggunakan teknologi. Dengan cara berdakwah melalui berbagai media, seperti media cetak yaitu melalui buku, koran, majalah dan novel. Melalui media elektronik yaitu radio, televisi, hingga dakwah melalui internet.

e) Metode Dakwah

Metode dakwah adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut

Thariq.23

Metode dakwah dapat diartikan sebagai jalan atau cara yang dipakai oleh seorang juru dakwah untuk menyampaikan materi dakwah Islam. Dalam menyampaikan suatu pesan dakwah, metode sangat penting peranannya, karena suatu pesan walaupun baik, tetapi jika disampaikan lewat metode yang tidak benar, maka pesan itu bisa saja ditolak oleh si penerima pesan. Terkait dengan aktivitas dakwah, metode dakwah yang dapat digunakan antara lain:

22

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1993), h. 165

23

26

1. Metode bil-Hikmah, artinya pernyataan yang tegas lagi benar dengan disertai dalil atau bukti yang kuat untuk menjelaskan yang haq dan menghilangkan yang bathil atau subyhat.

2. Metode Mau’idhah Hasanah, artinya dakwah dengan nasihat dan pengajaran dengan disertai contoh-contoh yang baik sesuai dengan tingkat pemikiran objek dakwah.

3. Metode Mujadalah bil-Lati Hiya Ahsan. Artinya perdebatan yang dilakukan dengan cara yang baik, yakni dengan menggunakan dalil-dalil rasional tanpa mencaci maki atau memusuhi orang yang didebat. Perdebatan disini dimaksudkan untuk memberikan kepuasan kepada mereka yang menentang kebenaran ajaran Islam dan bukan untuk mencari kemenangan dan popularitas. Dengan katalain, mujadalah dalam aktivitas dakwah dapat diartikan sebagai usaha memperkuat pernyataan yang diperselisihkan dengan menggunakan argumentasi, metode dan etika yang sebaik-baiknya untuk menegakkan kebenaran dan mencegah kebathilan.

4. Metode bil Qalam, artinya metode dakwah dengan cara melalui tulisan. Dakwah dengan tulisan misalnya dapat berupa buku, majalah, surat kabar, spanduk, pamflet, dan lain sebagainya.

5. Metode bil Hal, dapat berbentuk perilaku yang sopan sesuai dengan ajaran Islam, memelihara lingkungan, mencari nafkah

dengan tekun, ulet, sabar, semangat, kerja keras, menolong sesama manusia, misalnya mendirikan rumah sakit, memelihara anak yatim piatu, mendirikan lembaga pendidikan, mendirikan lembaga -lembaga pekerjaan seperti: pabrik, pusat perbelanjaan, dan lain-lain.24

Metode komunikasi dakwah merupakan teknik, jalan yang digunakan komunikator untuk menyampaikan pesan-pesannya terhadap komunikannya. Pada setiap komunikasi dakwah yang dilakukan, komunikator mempertimbangkan secara cermat kondisi dan kemampuan komunikannya, misalnya dalam kemampuan berpikir, setiap individu ada yang senang berpikir mendalam, namun ada yang senang berpikir sedang, dan ada yang tidak senang berpikir mendalam.

Metode dakwah sangat penting agar suatu dakwah dapat mencapai sasarannya secara akurat. Jadi, bukan asal telah melaksanakan dakwah saja, melainkan harus bisa dilihat keluarannya. Suatu pesan yang jelas (al-balagh al-mubin) memrlukan perincian, pesan mana yang disenangi dan cocok buat suatu kelompok masyarakat sehingga memperoleh sambutan, serta pesan mana yang kurang mengena dan tidak disenangi karena tidak memperoleh efek positif. Metoode tertentu yang diambil akan menampakkan perolehan hasil sesuai dengan target dan sasaran yang diharapkan, serta akan membantu mengefisienkan

24

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2204303-metode

28

gerakan dakwah karena perilaku manusia lahir pada hakikatnya merupakan ekspresi dan aktualisasi dari situasi jiwa.

C. Pengertian Novel

Dokumen terkait