• Tidak ada hasil yang ditemukan

D. Manfaat Penelitian

E.2 Peraturan KPI Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Perilaku Penyiaran (P3)

E.3.1 Pengertian Radio

Beberapa pakar radio memberikan pandangan beragam tentang radio, diantaranya:

1. Menurut dosen Fakultas Ilmu Komunikasi (FIKOM) Universitas Mercu Buana Jakarta, Riswandi, “Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan” (Riswandi, 2008: 1),

2. Fatmasari Ningrum dalam bukunya yang berjudul Sukses Menjadi Penyiar, Scriptwriter & Reporter Radio berpendapat, “Radio merupakan media massa auditif, yakni dikonsumsi telinga atau pendengaran sehingga isi

15 siarannya bersifat sepintas lalu dan tidak dapat diulang” (Ningrum, 2007: 6),

3. Menurut Masduki, penulis Jurnalistik Radio, 2006, “Peran ideal radio sebagai media publik adalah mewadahi sebanyak mungkin kebutuhan dan kepentingan pendengarnya. Ada tiga bentuk kebutuhan, yaitu informasi, pendidikan, dan hiburan” (Masduki, 2006: 2),

4. Sementara itu, Santi Indra Astuti, S.Sos, M.Si dalam bukunya, Jurnalisme Radio berpendapat, “Radio adalah buah perkembangan teknologi yang memungkinkan suara ditransmisikan secara serempak melalui gelombang radio di udara” (Astuti, 2008: 5),

5. Dalam testimonial yang diberikan Menteri Komunikasi dan Informatika, Tifatul Sembiring dalam buku karangan Ficky A. Hidajat (2011: back cover), dia mengatakan, “Radio itu teman setia. Ia bisa didengarkan kapan & dimana saja. Pilihan acaranya beragam sesuai dengan kesukaan. Di era digital ini, mendengarkan radio tidak selalu melalui pesawat radio, di mobile phone bisa, semakin praktis”, 6. Sedangkan Shahnaz Haque, yang sampai saat ini masih

aktif bersiaran di Delta FM, Jakarta ini mengatakan, “Radio adalah media selintas karena kebanyakan orang mendengar radio dengan melakukan aktifitas sampingan

16 lain. Misal: sambil bekerja, berkendara, belajar…” (Hidajat, 2011: 33),

7. Penyiar sekaligus presenter kondang Farhan berpendapat, “Radio kan personal yang memungkinkan kita bisa sedekat yang kita inginkan dibanding dengan televisi.” (Hidajat, 2011: 117),

8. Manager on air Radio Suara Surabaya, Yoyong Burhanuddin menjelaskan bahwa radio adalah sarana to educate, to entertaint, to inform, and to influence (untuk memberi pengajaran, menghibur, menginformasikan, dan mempengaruhi) (Jufriansah, 2010).

9. Penyiaran radio adalah media massa dengar, yang menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang teratur dan berkesinambungan (UU 32/2002 pasal 1 ayat 3).

Dari beberapa pengertian tersebut, radio merupakan media massa auditif yang mentransmisikan suara melalui gelombang radio dan bisa didengar melalui perangkat penerima; bersifat selintas, bisa didengar sambil lalu, personal, dan berfungsi to inform, to educate, to entertaint, dan to influence kepada pendengarnya.

17 E.3.2 Kekuatan dan Kelemahan Radio

Semenjak kemunculan teknologi wireless telegraph yang memanfaatkan gelombang radio sebagai pembawa pesan dalam bentuk kode Morse di tahun 1896 ditemukan oleh Gugliemo Marconi, banyak fenomena yang terjadi akibat teknologi tersebut. Seratus tahun yang lalu, berita mengenai kapal pesiar mewah yang diklaim pembuatnya tidak akan pernah tenggelam, namun pada pelayaran perdananya di tahun 1912 tenggelam akibat menabrak gunung es, yaitu kapal Titanic, dikirimkan melalui radio. Karenanya, banyak penumpang Titanic yang selamat.

Pada 30 Oktober 1938 sempat di Amerika Serikat ada sebuah stasiun radio yang menyajikan drama radio War of the Worlds karya H.G. Wells yang bercerita tentang kedatangan makhluk luar angkasa yang menguasai bumi. Akibat dari siaran tersebut, gelombang kepanikan melanda Amerika. Banyak orang yang kabur dari rumahnya dikarenakan mendengar siaran drama radio yang dianggap suatu realitas oleh masyarakat. Bahkan ada yang terluka dan ada yang hampir bunuh diri. Fenomena ini merupakan satu gambaran tentang salah satu kekuatan radio, yakni membentuk theatre of mind. Dengan kekuatan suara, musik, dan berbagai efek suara, radio mampu membuat sesuatu yang direkayasa terasa sangat nyata.

18 E.3.2.1 Kekuatan Radio

Dalam Jurnalisme Radio (Astuti, 2008: 40) dijabarkan beberapa kekuatan radio, diantaranya:

1. radio dapat membidik secara spesifik. Radio memiliki kemampuan untuk memfokuskan pendengarnya secara demografis maupun kultural melalui program acara yang disajikan. Mengenai perubahan segmen seperti ini, radio jauh lebih fleksibel dibanding media massa yag lain,

2. radio bersifat mobile dan portable. Hal ini berkaitan dengan perangkat pemutar radio yang bisa dibawa kemana-mana, simple, dan lebih murah dibanding media massa lain,

3. radio bersifat intrusive, memiliki daya tembus tinggi. Begitu radio dinyalakan, maka radio bisa menembus batas ruang karena juga sesuai dengan sifat gelombang suara,

4. radio bersifat fleksibel. Yang dimaksud dengan fleksibel adalah radio mampu dengan mudah dan sederhana mengubah program acaranya, mengudarakan suatu informasi, dan dengan cepat dan mudah pula mengubah ataupun meng-update-nya,

19 5. radio itu sederhana. Sederhana dalam artian mengoperasikannya, sederhana dalam manajemennya dibanding media massa lain, dan sederhana isinya, sehingga mudah untuk dicerna oleh pendengar meskipun didengar sambil lalu.

Kelebihan radio yang umum diketahui ialah:

1. cepat dan langsung, karena radio tidak membutuhkan proses yang rumit untuk penyampaian informasi,

2. hangat dan dekat, karena sifatnya yang personal. Seakan-akan hanya ada penyiar dan Anda (pendengar). Penyiar seolah menjadi teman baik bagi pendengarnya dalam keadaan apapun,

3. memancing theatre of mind, seperti gambaran sebelumnya, hanya melalui suara penyiar, musik, efek suara, masing-masing pendengar akan membentuk gambarannya masing-masing atas apa yang didapatkan melalui radio, berdasarkan frame of reference dan field of experience-nya,

4. tanpa batas, siaran radio bisa didengar oleh siapapun, menembus batas geografis, demografis, suku, ras, usia, dan kelas sosial. Hanya tunarungu

20 yang hingga saat ini belum bisa menikmati siaran radio,

5. bisa didengar sambil mengerjakan pekerjaan lain. Lain halnya saat kita menonton televisi maupun membaca koran yang membutuhkan konsentrasi lebih,

6. murah,

7. menghibur, selain dikarenakan musik yang diputar juga karena penyiar yang memiliki kemampuan untuk menghibur para pendengarnya,

E.3.2.2 Kelemahan Radio

Menurut Meeske yang ditulis dalam buku Jurnalisme Radio (Astuti, 2008: 40), kelemahan radio adalah:

1. Radio is aural only. Satu-satunya yang diandalkan dari radio adalah suara (sound) saja,

2. Radio message are short lived. Pesan radio hanya bersifat satu arah, sekilas, antidetil dan tidak dapat ditarik kembali,

3. Radio listening is prone to distraction. Radio rentan dengan gangguan. Jika suara yang ditangkap kurang jernih, bisa jadi informasi yang didapat kurang maksimal.

21 E.3.3 Jurnalistik Radio

Jurnalistik radio sama halnya dengan jurnalistik pada umumnya, ada proses mencari, mengolah dan kemudian mempublikasikan berita. Yang membedakan hanyanya medianya saja. J.B. Wahyudi membagi produk radio menjadi dua kelompok besar (Astuti, 2008: 55-56), yakni:

1. Karya artistik, tentunya diproduksi dengan pendekatan artistik. Biasanya karya ini membutuhkan dramatisasi, sehingga fiksi atau non-fiksi boleh dibuat sekreatif mungkin. Contoh: drama radio, iklan, pernik.

2. Karya jurnalistik, tentu diproduksi dengan pendekatan jurnalistik, dibuat sesuai dengan kaidah jurnalistik serta mengindahkan kode etik jurnalistik sebagai acuannya. Sebisa mungkin dijauhkan dari dramatisasi, sehingga tidak menimbulkan ambiguitas. Contoh: berita, feature, dokumenter.

Dokumen terkait