• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Pajak

2. Pengertian Safari

Safari yang mempunyai arti perjalanan jarak jauh menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995), dimaknai lain oleh Pemerintah Kota Surakarta, safari menurut Pemerintah Kota merupakan salah satu cara yang digunakan dalam penagihan Pajak Bumi dan Bangunan yang terhutang dengan istilah jemput bola (safari PBB). Jemput bola dilakukan di beberapa wilayah di Surakarta, wilayah yang menjadi fokus dalam sistem penagihan ini

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id merupakan daerah-daerah pinggiran serta sejumlah pasar tradisional di Kota Surakarta.

Melalui safari ini Pemerintah Kota membantu masyarakat dalam menunaikan kewajiban Pajak Bumi dan Bangunan yang terhutang yang memiliki nominal kecil. Mengapa hal ini dilakukan, karena tanpa stimulan yang diberikan masyarakat yang berdomisili di daerah pinggiran dan mempunyai penghasilan yang minim akan melupakan atau tidak menghiraukan pajak terhutang mereka. Pajak Bumi dan Bangunan merupakan salah satu pajak yang memiliki daftar wajib pajak terbanyak, sehingga penerimaan dari pajak sektor ini mempunyai nominal yang besar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pendapatan pajak yang berasal dari PBB selanjutnya akan dikembalikan kembali ke setiap Provinsi dan Kabupaten/Kota. Kabupaten/kota mempunyai prresentase pengembalian yang paling besar diantara pembagian presentase realisasi pendapatan dari Pajak Bumi dan Bangunan ini. Hal ini disebabkan karena Kabupaten/Kota sebagai pihak yang memiliki andil besar dalam penagihan pajak terhutang.

3. Alasan Apa yang Mendasari Pemerintah Daerah Surakarta Melakukan

Safari PBB dalam Penagihan PBB yang Terhutang.

Pemerintah kota Surakarta sebagai fiskus dalam melakukan penagihan dengan istilah jemput bola (safari) yang tercantum dalam Surat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tugas dari Kepala Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta (DPPKA) menjadi dasar pembentukan Tim Pemungutan Penagihan Pajak PBB. Tim pemungutan ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun yang lalu dan Surat Tugas ini akan diperbaharui setiap tahunnya. Safari PBB melayani penagihan PBB reguler dan PBB tunggakan.

Wajib pajak orang pribadi untuk PBB di Surakarta sangat banyak, tidak hanya tanah atau bangunan seperi rumah, gedung yang menjadi objek PBB namun kios-kios dalam suatu bangunan pasar juga merupakan objek PBB. Pasar menjadi salah satu tempat yang menjadi sasaran safari (jemput bola) karena pemilik kios yang berada di dalam pasar mempunyai “ciri khas” mudah untuk melupakan kewajiban pajaknya.

Daerah pinggiran Kota Surakarta juga tidak luput menjadi sasaran safari yang diselenggarakan oleh pihak penagihan DPPKA Surakarta. Nilai NJOP untuk daerah pinggiran kecil, dengan begitu pajak terhutang untuk PBB juga kecil. Jumlah pajak terhutang yang kecil juga membuat WP OP PBB enggan untuk membayar pajak terhutang melalui Bank Persepsi. Melihat alasan-alasan yang timbul karena karakteristik wajib pajak itulah yang membuat pemerintah Kota Surakarta menggunakan metode jemput bola (safari) PBB untuk memaksimalkan penerimaan PBB Surakarta.

Jumlah wajib pajak orang pribadi PBB di kota Surakata berdasarkan jumlah SSPT yang terbit di kota Surakarta adalah:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tabel II.1

SPPT Pajak Bumi dan Bangunan Tahun 2010 Kecamatan se-Surakarta NO KECAMATAN JUMLAH SPPT 1 Laweyan 20.247 2 Serengan 10.484 3 Pasar kliwon 20.436 4 Jebres 34.314 5 Banjarsari 42.757 JUMLAH 128.602

Sumber DPPKA Surakarta

Dari kelima Kecamatan yang ada di Surakarta terdapat kurang lebih 45 Kelurahan yang terbagi menjadi daerah yang potensial dan daerah pinggiran. Daerah-daerah pinggiranlah yang menjadi fokus utama penagihan pajak dengan sistem jemput bola ini.

4. Apakah Terdapat Perbedaan Penerimaan PBB pada Tahun 2010 dengan

Menggunakan Cara Konvensional (Melalui Bank Persepsi) dan Safari PBB.

Banyak sarana dan prasarana yang disediakan oleh Pemerintah Daerah dalam melayani WP untuk membayar pajak yang tehutang. Prasarana yang lazim digunakan oleh WP dalam membayar pajak melalui Bank Persepsi. Pajak Bumi dan Bangunan menggunakan dua cara dalam penerimaannya, melalui Bank Persepsi dan safari PBB. Penerimaan yang didapat dengan kedua cara tersebut memiliki perbedaan yang signifikan. Wajib pajak yang pajak PBB terhutangnya nominal besar biasa membayar pajak melalui Bank Persepsi, KPP atau Kantor DPPKA yang menjadi salah satu tempat pembayaran pajak. Namun untuk WP yang pajak terhutangnya mempunyai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id nominal kecil dan sering melalaikan kewajiban untuk membayar pajak, sehingga apabila tidak dibantu oleh fiskus dalam pembayaran pajak terhutang, maka WP tersebut tidak akan membayar pajak. Berikut data pemerimaan dengan safari pajak yang dilakukan fiskus Pemerintah Daerah selama tahun 2010

Tabel II.2

Penerimaan Pajak Terhutang dengan Safari PBB Tahun 2010 NO KECAMATAN REALISASI JUMLAH SPPT JUMLAH UANG 1 Pasar (12 lokasi) 3523 Rp 95.360.638 2 Laweyan 2683 Rp 316.492.161 3 Serengan 551 Rp 37.962.608 4 Pasar kliwon 1674 Rp 97.098.603 5 Jebres 3742 Rp 235.284.350 6 Banjarsari 3357 Rp. 36.067.374 JUMLAH 13856 Rp 1.142.768.734

Sumber DPPKA Surakarta

Sebagai bahan perbandingan jumlah penerimaan yang didapat oleh Pemerintah Kota Surakarta, berikut jumlah penerimaan pajak PBB terhutang yang pembayarannya melalui Bank Persepsi di Kota Surakarta:

Tabel II.3

Penerimaan Pajak PBB Terhutang Melalui Bank Persepsi Tahun 2010 NO KECAMATAN REALISASI JUMLAH WAJIB PAJAK/ SPPT JUMLAH UANG 1 Laweyan 13.343 Rp 8.598.470.644 2 Serengan 7.174 Rp 3.061.395.943 3 Pasar Kliwon 12.761 Rp 3.285.446.805 4 Jebres 12.809 Rp 3.851.620.198 5 Banjarsari 24.678 Rp 7.586.616.967

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sumber DPPKA Surakarta

Dengan melihat dua tabel diatas jumlah penerimaan pajak PBB terhutang dengan safari reguler PBB tahun 2010 sebesar Rp 1.142.768.734, dibandingkan dengan jumlah penerimaan yang melalui Bank Persepsi sebesar Rp 26.383.550.557, terlihat bahwa penerimaan pajak melalui Bank Persepsi masih besar dikarenakan masyarakat dengan nominal pajak terhutang besar memilih untuk membayar pajak tersebut melalui Bank Persepsi. Jumlah 1.142.768.734 bukanlah jumlah yang kecil dalam pencapaian target safari PBB ini, walaupun dibandingkan dengan pendapatan melalui Bank persepsi jumlah ini tidak lebih 5% dari pendapatan Bank persepsi.

5. Sejauh Mana Pencapaian Target Penerimaan Pajak PBB dengan

Menggunakan Safari PBB.

Pada tanggal 20 April 2011 penulis melakukan penelitian safari yang dilaksanakan oleh pihak penagihan Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Surakarta, dalam penelitian tersebut petugas safari terdiri dua pegawai penagihan yang bernama Bapak Mulyono dan Bapak Tukiyo.petugas juga membawa Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT PBB) yang menjadi bukti bahwa petugas merupakan pegawai yang ditunjuk oleh Surat Tugas yang diterbitkan oleh Kepala Dinas. Lokasi safari bertempat di Pasar Klewer Solo salah satu sentra perdagangan terbesar di Surakarta. Safari

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dimulai pada pukul 12.07 WIB, Pajak Bumi dan Bangunan yang terhutang dipungut berdasarkan kios-kios yang berada di Pasar Klewer. Pegawai DPPKA Surakarta mencocokan nomor kios dengan nomor yang tercantum di SPPT PBB apabila sudah cocok, maka pegawai akan menagih dan menulis jumlah pajak terhutang di kwitansi sementara yang dikeluarkan oleh DPPKA. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis, secara sampling penerimaan pajak melalui safari hampir mencapai 100%. Dari 120 kios yang berkode AA kurang lebih hanya dua sampai lima kios saja yang memilih untuk membayar sendiri melalui Bank Persepsi. Dalam pengamatan penulis WP di Pasar Klewer bersifat kooperatif dalam penagihan. Pemilik toko memilih untuk membayar langsung kepada pegawai Pemkot dikarekan kesibukan yang mereka miliki, WP memilih untuk membayar pajak dengan bantuan dari fiskus Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset Surakarta.

Dari kegiatan safari PBB di Pasar Klewer jumlah pajak yang dipungut dari 120 kios dengan kode AA yang dilakukan bagian penagihan PBB tersebut berkisar antara Rp 40.000 sampai Rp 300.000,- per kios per pemilik kios (WP), dengan demikian dari pengamatan yang dilakukan dan berdasarkan sampling terhadap 120 kios berkode AA, sehingga target penerimaan pajak PBB dengan safari yang dijadwalkan pada hari tersebut tercapai.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 6. Seberapa Efektif dan Efisien Penagihan yang Dilakukan oleh Pegawai

Fiskus Bagian DPPKA dalam Penerimaan PBB yang Terhutang dengan Safari PBB.

Dari pengertian efektif dan efisien diatas, salah satu rencana kegiatan Pemerintah Surakarta dalam memaksimalkan pendapatan pajak dari sektor PBB dengan jemput bola (safari) termasuk efektif, hal ini berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 20 April 2011, penerimaan pajak dari safari PBB dengan 120 kios berkode AA yang terlibat dapat sepenuhnya membayar pajak PBB yang terhutang melalui program dari Pemerintah Kota Surakarta. Hanya dua sampai lima kios saja yang tidak membayar dengan cara ini. Penerimaan yang dihasilkan sebesar Rp 9.672.000.- dari 120 kios yang dipungut pajak PBB nya.

Dalam pelaksanaan safari PBB, pegawai DPPKA yang menjadi petugas pemungutan tidak mengeluarkan biaya tambahan selain biaya transportasi (motor) dan biaya konsumsi. Dengan jumlah pengeluaran (output) yang diperkirakan sebesar Rp 40.000,- dan jumlah penerimaan (input) yang diterima sebesar Rp 9.672.000,- merupakan alasan safari PBB yang dimotori pihak Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset ini dikatakan efisien.

Hasil dari penerimaan PBB dengan safari ini selanjutnya akan ditransfer/dikirim ke Bank Persepsi, dengan begitu safari ini hanya menjadi jembatan antara fiskus dan WP yang ada di daerah pinggiran dan pasar.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB III

TEMUAN

Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada safari PBB yang dilaksakan oleh DPPKA (Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset) Surakarta dan penjelasan dari rumusan masalah, terdapat kelebihan dan keterbatasan yang ditemukan oleh penulis selama pengamatan kegiatan berlangsung. Adapun kelebihan dari safari PBB adalah:

A. Kelebihan

1. Adanya kerjasama antara fiskus dari DPPKA dan WP yang berada di Pasar Klewer.

2. Dengan diadakannya safari ini, membuat WP yang memiliki pajak terhutang kecil dan berdomisili di daerah pinggiran Kota Surakarta juga mempunyai hak yang sama dengan WP lain.

3. WP menerima dengan positif safari PBB yang dilakukan oleh DPPKA Surakarta dan merasa terbantu dengan diadakannya penagihan PBB dengan cara ini.

4. Dengan safari WP yang nominal pajak terhutangnya kecil mempunyai hak yang sama dengan WP yang nominal pajaknya besar.

5. Lebih mendekatkan dengan WP yang nominal pajak PBB kecil dan tetap pembayar pajak.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

B. Kekurangan

Pegawai DPPKA sebagai pihak yang menagih pajak juga mengalami kendala, seperti wajib pajak yang memiliki lebih dari satu kios dan kios yang menjadi objek pajak tersebut letaknya tidak berdekatan, sehingga pegawai penagihan perlu mencari dan berputar untuk mencari kios yang dimaksud. Dalam prakteknya safari PBB juga terdapat kekurangan, dengan cara yang digunakan oleh Pemerintah Daerah Surakarta khususnya dalam penagihan Pajak Bumi dan Bangunan membuat WP dimanjakan dengan kegiatan safari. Penggunaan penagihan seperti yang dilakukan Pemda membuat kesadaran masyarakat kota Surakarta untuk membayar sendiri pajak yang terhutang menjadi berkurang, hal ini bertolak belakang dengan asas pemungutan pajak, yaitu self assessment.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB IV

PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan pada bab-bab sebelumnya yang berhubungan dengan penagihan dan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan yang terhutang di Kota Surakarta, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Pemerintah Kota Surakarta mencari solusi dalam menangani masalah pembayaran pajak yag terhutang, salah satu solusi yang ditemukan adalah jemput bola (safari). Safari dilaksanakan sebagai fasilitas kepada masyarakat atau Wajib Pajak untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan yang terhutang, dan kepada WP yang bertempat tinggal di daerah pinggiran atau terpencil. 2. Penerimaan pajak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara konvensional

melalui Bank Persepsi atau dengan safari khusus untuk Pajak Bumi dan Bangunan. Konvensional atau melali Bank persepsi diperuntukkan untuk WP yang pajak PBB terhutangnya bernominal besar, sedangkan safari PBB penerimaannya bersumber dari WP yang memiliki pajak PBB terhutang kecil. Perbedaan penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan melalui Bank Persepsi dan safari jelas dengan melihat jumlah penerimaan yang diterima dari dua cara tersebut.

3. Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan yang dilaksanakan di Pasar Klewer mendapat repon yang baik dari WP yang ada, dari 120 kios blok AA yang ada di lantai 2 hanya dua sampai lima kios saja yang tidak ikut serta dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id penagihan dengan safari. Berdasarkan sampling pengamatan yang dilakukan penulis pada tanggal 20 April 2011 maka kegiatan safari memenuhi target yang diharapkan oleh pegawai DPPKA Surakarta.

4. Kegiatan safari yang sudah dilaksanakan selama bertahun-tahun ini, mepunyai kelebihan dan kekerungan dalam pelaksanaannya namun dengan melihat pembahasan dalam bab II, pelaksanaan safari dalam penagihan dan penerimaan PBB terhutang efektif, dan efisien dengan melihat biaya yang dikeluarkan untuk penagihan tersebut kecil. Dengan demikian pelaksanaan penerimaan dan penagihan Pajak Bumi dan Bangunan yang terhutang dengan cara safari di Kota Surakarta efektif dan efisien.

B.Rekomendasi

Penagihan Pajak Bumi dan Bangunan terhutang di Kota Surakarta dengan jemput bola disambut antusias dari WP atau masyarakat setempat yang menjadi objek dari safari, namun jika diteruskan sistem penagihan ini maka masyarakat atau WP tidak akan bisa menerapkan sistem pemungutan self assessment yang sekarang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Sistem penagihan dengan istilah jemput bola ini memanjakan WP dengan menunggu fiskus untuk menagih pajak yang terhutang, dari pengamatan yang dilakukan oleh penulis, maka penulis memberikan beberapa rekomendasi dalam pelaksanaan safari PBB Kota Surakarta, yaitu:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1. Dalam penagihan PBB, fiskus tidak perlu mendatangi satu per satu kios atau

rumah WP. Fiskus hanya perlu melakukan sosialisasi tentang pembayaran pajak yang berpusat di suatu tempat. Seperti rumah ketua RT atau menunjuk salah satu kios untuk menjadi tempat pembayaran PBB pada saat safari. 2. Sedikit demi sedikit mengurangi jadwal safari PBB agar masyarakat, WP

yang mempunyai nominal kecil bisa membayar sendiri (self assessment) ke Bank Persepsi atau Kantor Pos terdekat.

3. Pemerintah Kota Surakarta lebih menggiatkan sosialisasi pembayaran PBB terhutang ke kelurahan-kelurahan yang ada di Solo, kemudian dilanjutkan ke masyarakat.

Dokumen terkait