• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis

2.1.2 Pengertian Semangat Kerja

Semangat kerja merupakan terjemahan dari kata morale yang artinya moril

atau semangat juang. Chaplin (2006:56) berpendapat morale (moril) adalah sikap

atau semangat yang ditandai secara khas oleh adanya kepercayaan diri, motivasi yang

kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan organisasi yang baik.

Nitisemito (1996) mengatakan bahwa semangat kerja adalah melakukan pekerjaan

secara lebih giat sehingga pekerjaan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik.

kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaanya dengan baik serta berdisiplin untuk

mencapai prestasi kerja yang maksimal.

Pendapat lain mengatakan bahwa semangat kerja merupakan perasaan yang

memungkinkan seseorang bekerja untuk menghasilkan yang lebih banyak dan lebih

baik (Kuswadi, 2004:15). Sastrohadiwiryo (200:67) mengatakan semangat kerja

dapat diartikan sebagai suatu kondisi mental atau perilaku individu tenaga kerja dan

kelompok-kelompok yang menimbulkan kesenangan yang mendalam pada diri tenaga

kerja untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang telah

ditetapkan perusahaan.

Davis (2000:43) menyatakan bahwa semangat kerja adalah kesediaan

perasaan maupun perilaku yang memungkinkan seseorang menghasilkan kerja lebih

banyak dan lebih baik. Semangat kerja merupakan suasana kerja yang positif yang

terdapat dalam suatu organisasi dan terungkap dalam sikap individu maupun

kelompok yang mendukung seluruh aspek kerja termasuk didalamnya lingkungan,

kerjasama dengan orang lain yang secara optimal sesuai dengan kepentingan dan

tujuan perusahaan.

Gondokusomo (2005) menyebutkan semangat kerja sebagai sikap partisipasi

pekerja dalam mencapai tujuan oraganisasi yang harus dilakukan dengan dorongan

yang kuat, antusias dan bertanggung jawab terhadap prestasi serta konsekuensi

Menurut Winardi (2004), semangat kerja mengandung pengertian ketiadaan

konflik, perasaan senang, penyesuaian pribadi secara baikdan tingkat keterlibatan ego

dalam pekerjaan, sementara menurut Kosen (2003:45) kondisi yang ditimbulkan oleh

sikap kerja dari para anggota usaha organisasi. Denim, S (2004:32) menyimpulkan

sebagai kesepakatan batiniah yang muncul dari dalam diri seseorang untuk mencapai

tujuan tertentu adalah pengertian dari semangat kerja. Kosen (2003:39) berpendapat

semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja. Carlaw (2003:33) menyatakan

bahwa semangat kerja yang tinggi adalah karyawan yang bekerja dengan berenergi,

antusias dan memiliki rasa kebersamaan.

Semangat kerja merupakan bentuk nyata dari komitmen yang ditunjukkan

dengan semangat, antusiasme dan kepercayaan pada kebijakan organisasi, program

dan tujuan organisasi. Semangat kerja ditunjukkan dengan apa yang individu dan

kelompok dan lakukan untuk memperlihatkan ketertarikan, pemahaman dan

identifikasi diri terhadap keutuhan dan kesuksesan kelompok kerja. Berdasarkan

pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa semangat kerja adalah sikap individu

dalam bekerja yang menunjukan rasa kegairahan, antusias, bertanggungjawab dan

komitmen dalam melaksanakan tugas agar mencapai tujuan organisasi.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa

semangat kerja adalah kondisi rohaniah atau perilaku individu tenaga kerja yang

dengan giat dan konsekuen sehingga pekerjaan lebih cepat selesai dan lebih baik

dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja.

Jos Masdani (Anoraga:2006), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi

semangat kerja ada dua yaitu :

a. Faktor kepribadian dan kehidupan emosional karyawan yang bersangkutan.

b. Faktor luar, yang terdapat dari lingkungan rumah dan kehidupan keluarganya serta

faktor lingkungan kerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja adalah :

a. Job Security. Pekerjaan yang dipegang karyawan tersebut merupakan pekerjaan

yang aman dan tetap jadi bukan pekerjaan atau jabatan yang mudah digeser dan

lain-lain. Adanya kemungkinan bahwa karyawan dapat dirumahkan, diberhentikan atau

digeser, merupakan faktor pertama yang mengurangi ketenangan kegairahan kerja

karyawan.

b. Kesempatan untuk mendapat kemajuan (Opportunities for advancement).

Perusahaan yang memberikan kesempatan bagi karyawannya untuk mengembangkan

diri dapat mendorong karyawan lebih bersemangat dalam bekerja dan menyelesaikan

tugasnya.

c. Kondisi kerja yang menyenangkan. Suasana lingkungan kerja yang harmonis, tidak

lingkungan kerja mudah memberi rasa segan bagi karyawan untuk datang ke tempat

kerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang menyenangkan memberi rasa segan bagi

karyawan untuk membolos.

d. Kepemimpinan yang baik. Pimpinan yang baik tidak menimbulkan rasa takut pada

karyawan, tetapi akan menimbulkan rasa hormat dan menghargai.

e. Kompensasi, gaji, imbalan. Faktor ini sangat mempengaruhi semangat kerja

karyawan. Bagi seorang karyawan yang baru akan memasuki suatu perusahaan, maka

imbalan yang baru akan diterima diperbandingkan dengan imbalan yang mungkin

diterima pada perusahaan lain. Bagi karyawan yang sudah lama bekerja pada suatu

perusahaan, imbalan yang telah diterimanya diperbandingkan dengan karyawan yang

lain. Perbedaan imbalan yang menyolok baik antar karyawan maupun antar

perusahaan dapat menggoyahkan semangat kerja karyawan.

2. Aspek-aspek Semangat Kerja

Menurut Sugiyono ( Utomo, 2002 ), aspek-aspek semangat kerja karyawan

dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu :

a. Disiplin yang tinggi. Seseorang yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan

bekerja giat dan dengan kesadaran mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku dalam

perusahaan.

b. Kualitas untuk bertahan. Menurut Alport orang yang mempunyai semangat kerja

tinggi, tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran yang timbul

kepercayaan untuk memandang masa yang akan datang dengan baik. Hal ini dapat

meningkatkan kualitas seseorang untuk bertahan.

c. Kekuatan untuk melawan frustasi. Seseorang yang mempunyai semangat kerja

tinggi tidak memiliki sikap yang pesimistis apabila menemui kesulitan dalam

pekerjaannya.

d. Semangat berkelompok. Adanya semangat kerja membuat karyawan lebih berfikir

sebagai “ kami “ daripada sebagai “ saya “. Mereka akan saling tolong menolong dan

tidak saling bersaing untuk saling menjatuhkan.

Untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan karyawan pihak

manajemen harus senantiasa memperhatikan faktor-faktor yang mendorong karyawan

bekerja dengan produktif, salah satunya yaitu memperhatikan kepuasan kerja

karyawan. Dengan memperhatikan faktor kepuasan kerja karyawan maka karyawan

dalam bekerja akan senantiasa disertai dengan perasaan senang dan tidak terpaksa

serta mempunyai semangat kerja yang tinggi.

Semangat kerja membutuhkan perhatian yang teratur, diagnosis dan

pengobatan yang layak seperti halnya dengan kesehatan. Semangat kerja agak sukar

diukur karena sifatnya abstrak. Semangat kerja merupakan gabungan dari kondisi

fisik, sikap, perasaan dan sentimen karyawan. Untuk mengetahui adanya semangat

kerja yang rendah dalam perusahaan dapat dilihat dari beberapa indikasi.

Dengan demikian, perusahaan dapat mengetahui faktor penyebabnya dan

(1996), indikasi yang menunjukkan kecenderungan umum rendahnya semangat kerja

adalah rendahnya produktivitas, tingkat absensi yang tinggi, labour turn over yang

tinggi, tingkat kerusakan yang tinggi, kegelisahan di mana-mana, tuntutan yang

sering kali terjadi dan pemogokan. Berdasarkan indikasi yang menunjukkan

kecenderungan rendahnya semangat kerja, maka karakteristik semangat kerja

karyawan dapat diketahui dari tiga indikator, yaitu:

1. Disiplin

Disiplin merupakan suatu keadaan tertib karena orang-orang yang tergabung

dalam suatu organisasi tunduk dan taat pada peraturan yang ada serta melaksanakan

dengan senang hati. Disiplin dapat diukur dengan cara, yaitu kepatuhan karyawan

pada kehadiran dalam bekerja, kepatuhan karyawan pada jam kerja, kepatuhan

karyawan pada perintah dari atasan, taat pada peraturan dan tata tertib yang berlaku,

berpakaian yang baik dan sopan di tempat kerja, menggunakan identitas atau tanda

pengenal organisasi, penggunaan dan pemeliharaan bahan, penggunaan peralatan dan

perlengkapan kantor dengan hati-hati dan bekerja dengan mengikuti cara yang

ditentukan oleh organisasi.

2. Kerja Sama

Kerja sama diartikan sebagai tindakan kolektif seseorang dengan orang lain

yang dapat dilihat dari kesediaan para karyawan untuk bekerja sama dengan

untuk saling membantu di antara teman-teman sekerja dan dengan atasan sehubungan

dengan tugas-tugasnya dan adanya keaktifan dalam kegiatan organisasi.

3. Kepuasan Kerja

Kepuasan mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap produktivitas

kerja. Setiap karyawan mempunyai dorongan untuk bekerja karena kerja adalah pusat

dari kehidupan dan kerja dalah sejumlah aktivitas fisik dan mental untuk

mengerjakan suatu pekerjaan. Kepuasan kerja berhubungan dengan sikap karyawan

terhadap pekerjaannya, situasi kerja, serta kerja sama antara pimpinan dan sesama

karyawan.

2.1.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja

Patanayak (2002) mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi

semangat kerja, yaitu:

1. Perasaan kebersamaan, karyawan memiliki rasa saling memiliki dan peduli antara

anggota kelompok kerja.

2. Kejelasan tujuan atau objektif yang diraih, karyawan memiliki beban kerja yang

jelas dan tujuan yang jelas.

3. Pengharapan keberhasilan terhadap tujuan yang diinginkan, Memiliki

kepercayaan bahwa pekerja dapat dilakukan sesuai tujuan yang diinginkan

4. Rasa kerja dalam melaksanakan tugas demi tercapainya tujuan. Tugas yang

diberikan akan dilaksanakan dengan saling berpartisipasi antar anggota kelompok

kerja.

5. Memiliki pemimpin yang memberikan dukungan dan dorongan, Pemimpin sering

berhubungan langsung dengan para karyawan, memberikan motivasi yang

membangun dan mengarahkan bawahan agar bekerja lebih produktif.

Dokumen terkait