SKRIPSI
PENGARUH PELAKSANAAN PROGRAM KESEJAHTERAAN
KARYAWAN TERHADAP SEMANGAT KERJA
KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero)
UDIKLAT TUNTUNGAN MEDAN
OLEH :
MULIA HERIYANTO
080502222
PROGRAM STUDI STRATA 1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DEPARTEMEN MANAJEMEN
PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI
Nama : Mulia Heriyanto
NIM : 080502222
Program Studi : Manajemen
Konsentrasi : Sumber Daya Manusia
Judul Skripsi : PENGARUH PELAKSANAAN PROGRAM KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) UDIKLAT TUNTUNGAN MEDAN
Medan, 20 Agustus 2013
Penulis
Mulia Heriyanto
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DEPARTEMEN MANAJEMEN
LEMBAR PENGESAHAN
Nama : Mulia Heriyanto
NIM : 080502222
Program Studi : Manajemen
Konsentrasi : Sumber Daya Manusia
Judul Skripsi : PENGARUH PELAKSANAAN PROGRAM KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) UDIKLAT TUNTUNGAN MEDAN
Pembimbing Skripsi Pembaca Penilai
Dr. Yeni Absah, S.E.,M.Si Dr. Sitti Raha Agoes Salim, Msc NIP 1974 1123 200012 2 001 NIP 19590724 198603 2 001
Ketua Program Studi
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DEPARTEMEN MANAJEMEN
PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK
Nama : Mulia Heriyanto
NIM : 080502222
Program Studi : Manajemen
Konsentrasi : Sumber Daya Manusia
Judul Skripsi : PENGARUH PELAKSANAAN PROGRAM KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) UDIKLAT TUNTUNGAN MEDAN
Tanggal: 20 Agustus 2013 Ketua Program Studi
Dr. Endang Sulistya Rini, S.E.,M.Si NIP 1962 0513 199203 2 001
Tanggal: 20 Agustus 2013 Ketua Departemen
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DEPARTEMEN MANAJEMEN
BERITA ACARA UJIAN
Nama : Mulia Heriyanto
NIM : 080502222
Program Studi : Manajemen
Konsentrasi : Sumber Daya Manusia
Judul Skripsi : PENGARUH PELAKSANAAN PROGRAM KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) UDIKLAT TUNTUNGAN MEDAN
Ketua Program Studi Pembimbing Skripsi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
Sebagai Dosen Pembimbing Saya telah memberikan Bimbingan dan Perbaikan
seperlunya atas Skripsi :
Nama : Mulia Heriyanto
NIM : 080502222
Program Studi : Manajemen
Konsentrasi : Sumber Daya Manusia
Judul Skripsi : PENGARUH PELAKSANAAN PROGRAM KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) UDIKLAT TUNTUNGAN MEDAN
Setelah memperhatikan Proposal Proses Penulisan, Substansi dan Teknik Penulisan
Saya memberikan nilai……….untuk Skripsi tersebut diatas.
Medan, Juli 2013
Pembimbing Skripsi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS EKONOMI
Sebagai Dosen Pembaca Penilai Saya telah memberikan Bimbingan dan Perbaikan
seperlunya atas Skripsi :
Nama : Mulia Heriyanto
NIM : 080502222
Program Studi : Manajemen
Konsentrasi : Sumber Daya Manusia
Judul Skripsi : PENGARUH PELAKSANAAN PROGRAM KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) UDIKLAT TUNTUNGAN MEDAN
Setelah memperhatikan Proposal Proses Penulisan, Substansi dan Teknik Penulisan
Saya memberikan nilai……….untuk Skripsi tersebut diatas.
Medan, Juli 2013
Pembaca Penilai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
Nama : Mulia Heriyanto
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI
NIM : 080502222
Program Studi : Manajemen
Konsentrasi : Sumber Daya Manusia
Judul Skripsi : PENGARUH PELAKSANAAN PROGRAM KESEJAHTERAAN KARYAWAN TERHADAP SEMANGAT KERJA KARYAWAN PADA PT. PLN (Persero) UDIKLAT TUNTUNGAN MEDAN
Diterima Materi bimbingan Kembali Tgl/Bln/Thn Paraf
Pembimbing
Tgl/Bln/Thn Paraf
Proses pembimbingan telah selesai dilakukan dengan hasil evaluasi yang dinyatakan dalam lembaran penilaian.
Pembimbing Skripsi
Dr. Yeni Absah, S.E.,M.Si
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR……….. viii
DAFTAR LAMPIRAN………...
2.1.1 Pengertian Program Kesejahteraan ... 9
2.1.1.1 Tujuan Dan Manfaat Program Kesejahteraan Karyawan ... 11
2.1.2 Pengertian Semangat Kerja ... 19
2.1.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja ... 26
3.4 Definisi Operasional Variabel ... 32
3.5 Skala dan Pengukuran Variabel ... 33
3.6 Populasi dan Sampel ... 34
3.7 Jenis Data ... 35
3.8 Metode Pengumpulan Data ... 35
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 36
3.10 Teknik Analisis Data ... 38
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41
4.1 Karakteristik Responden ... 41
4.2 Analisis Deskriptif ... 45
4.3 Metode Analisis Regresi Logistik ... 60
4.4 Pembahasan……… 63
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
A. Kesimpulan ... 67
B. Saran………. 68
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
Tabel 1.1 Daftar Persentasi Absensi Karyawan PT. PLN
(Persero) UDIKLAT TUNTUNGAN
(2009 – 2011) ………... 8
Tabel 3.1 Defenisi Oprasional Variabel……… 32
Tabel 3.2 Skor Pendapat Responden……… 34
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas……… 37
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas………. 38
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur…… 41
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.. 42
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status (Menikah)……… 43
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja 44
Tabel 4.5 Kategori Nilai Jawaban RespodenTerhadap Pernyataan Indikator Ekonomi……… 45
Tabel 4.6 Kategori Nilai Jawaban RespodenTerhadap Pernyataan Indikator Fasilitas…..……… 49
Tabel 4.7 Kategori Nilai Jawaban RespodenTerhadap Pernyataan Indikator Pelayanan………… ……… 52
Tabel 4.8 Kategori Nilai Jawaban RespodenTerhadap Pernyataan Variabel Y……… 56
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Kuesioner Penelitian
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur peneliti ucapkan kehadirat ALLAH SWT
yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Serta shalawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW semoga kita mendapatkan syafa’atnya diyaumil akhir kelak.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara guna memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan terima kasih kepada kedua orang
tua tercinta, Ayahanda Sardjana Tjiaman dan Ibunda Hj. Suriati. Terima kasih untuk setiap butiran dan untaian do’a yang tiada hentinya kepada peneliti.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh lebih sempurna. Untuk itu,
peneliti dengan rendah hati akan menerima saran dan petunjuk yang bersifat
membangun untuk menjadikan skripsi ini lebih baik lagi. Peneliti berharap skripsi ini
dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Peneliti ingin menyampaikan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak selaku pelaksana tugas Dekan
2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Marhayanie, MSi, selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, MSi, selaku Ketua Program Studi Manajemen
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Dr. YeniAbsah, SE, Msi, selaku Dosen Pembimbing yang senantiasa
membimbing saya dengan sabar dan baik.
6. Ibu Dr. Sitti Raha Agoes Salim, Msc selaku Dosen Pembaca yang senantiasa
memberikan kritik dan saran untuk menjadikan skripsi saya menjadi lebih baik.
7. Kepada dosen-dosen Universitas Sumatera Utara khususnya dosen-dosen
Fakultas Ekonomi yang telah mengajar dan memberikan ilmunya kepada penulis
dengan baik dan penuh kesabaran.
8. Kepada Kakakku Suci Ardiyati, abangku Putra Kelana dan Pak Chairuddin
Nasution yang senantiasa mendukung dalam penyelesaian penulisan skripsi.
9. Kepada Sahabat-sahabatku tersayang: Koko Sihite, Roy, Suria, Rendi, Putri
Maya Sari terimakasih atas motivasinya, dukungan dan membantu penyusunan
skripsi selama ini.
10.Rekan-rekan seperjuangan Manajemen ’08 yang senantiasa mendukung selama
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih dan semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semuanya. Amin.
Medan, 20 Agustus 2013
Peneliti
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan dan karyawan pada hakekatnya saling membutuhkan, karyawan
adalah asset perusahaan karena tanpa adanya sumber daya manusia maka perusahaan
tidak akan bisa berjalan, begitu juga karyawan tidak dapat menunjang kesejahteraan
hidupnya tanpa adanya perusahaan sebagai tempat mencari nafkah sekaligus
implementasi dari disiplin ilmu yang mereka miliki sendiri. Maka karyawan harus
diperhatikan kesejahteraannya jangan hanya dituntut kewajibannya saja dengan
berbagai macam beban pekerjaan, begitu pula dengan karyawan yang jangan hanya
menuntut hak mereka tetapi pekerjaan dan tanggung jawab sebagai karyawan tidak
diselesaikan. Namun masih ada perusahaan yang kurang memperhatikan
karyawannya sehingga karyawan menjadi kehilangan motivasi, malas dan terkesan
tidak baik hasil pekerjaannya. Sehingga mereka beranggapan bahwa sekeras apa pun
mereka bekerja perusahaan tidak mempedulikan mereka, apalagi untuk memberikan
kesejahteraan dan imbalan yang layak untuk mereka.
Untuk mencegah terjadinya tindakan karyawan yang tidak diinginkan oleh
perusahaan, maka tugas manajemen perusahaan yang harus memenuhi tuntutan
karyawan dengan memberikan kesejahteraan yang adil dan bijaksana, semua itu
Pentingnya kesejahteraan karyawan adalah untuk mempertahankan karyawan agar
tidak pindah ke perusahaan lain, meningkatkan motivasi dan semangat kerja dan
meningkatkan sikap loyalitas karyawan terhadap perusahaan. Untuk mempertahankan
karyawan ini hendaknya diberikan kesejahteraan atau kompensasi lengkap/fringe
benefits.
Kesejahteraan yang diberikan sangat berarti dan bermanfaat untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan mental karyawan beserta keluarganya. Usaha yang dilakukan
untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental karyawan agar
semangat kerja meningkat adalah melalui program kesejahteraan karyawan yang
disusun berdasarkan peraturan legal, berasaskan keadilan dan kelayakan serta
berpedoman kepada kemampuan perusahaan.
Karyawan adalah modal utama bagi setiap perusahaan. sebagai modal,
karyawan perlu dikelola agar tetap produktif. Akan tetapi pengelolaan karyawan
bukanlah hal yang mudah, karena mereka mempunyai pikiran, perasaan, status,
keinginan dan latar belakang yang heterogen. Oleh sebab itu perusahaan harus bisa
mendorong mereka agar tetap produktif dalam mengerjakan tugas-tugas dan
tanggungjawabnya masing-masing yaitu dengan memberikan sesuatu yang
menimbulkan kepuasan dalam diri karyawan. Sehingga perusahaan dapat
mempertahankan karyawan yang loyalitas dan dedikasi yang tinggi serta memiliki
Karyawan semacam itu merupakan aset utama yang penting dan salah satu
faktor penunjang keberhasilan pekerjaan dalam menjalankan perusahaan. UU RI No.
13 tentang ketenagakerjaan menyatakan : Kesejahteraan pekerja adalah suatu
pemenuhan kebutuhan dan keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di
dalam maupun diluar hubungan kerja yang secara langsung maupun tidak langsung
dapat mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang sehat dan aman.
PT. PLN (Persero) sebagai badan usaha milik negara, yang bergerak di bidang
pelistrikan, agar senantiasa memiliki keunggulan bersaing, terutama dalam
menghadapi pasar global, dituntun untuk dapat mengantisipasi perubahan-perubahan
yang demikian cepat dan dinamis agar dapat bertahan hidup dan dapat meningkatkan
efektivitas dan efisiensi jalannya perusahaan. Peningkatan efisiensi dan efektivitas
perusahaan dapat mencapai melalui utilisasi sumber daya manusia (SDM) sebab
SDM merupakan faktor yang paling berperan dalam hal ini. Dengan kata lain SDM
sebagai karyawan di perusahaan merupakan sumber keunggulan bersaing bagi suatu
perusahaan sehingga diharapkan optimal bagi perusahaan.
Tidak mudah menjadikan SDM sebagai sumber keunggulan bersaing
perusahaan, karena hal itu berkaitan bukan saja dengan faktor-faktor personal seperti,
nilai yang dianut, persepsi, sikap personality dan kemampuan individu untuk maju.
Maka dalam suatu perusahaan diperlukan suatu sistem manajemen kinerja untuk
menilai kemampuan dan keahlian karyawannya. Salah satu cara yang terdapat dalam
mengukur kinerja karyawannya adalah dengan menggunakan suatu alat yang
dinamakan Performance Appraisal (penilaian kerja).
Keberhasilan organisasi sangat ditentukan oleh kualitas orang-orang yang
bekerja didalamnya. Perubahan lingkungan yang begitu cepat menuntut kemampuan
mereka dalam menangkap fenomena perubahan tersebut, menganalisa dampaknya
terhadap organisasi dan menyiapkan langkah-langkah guna menghadapi kondisi
tersebut. Menyimak kenyataan diatas maka peran manajemen sumber daya manusia
dalam organisasi tidak hanya sekedar administratif tetapi justru lebih mengarah pada
bagaimana mampu mengembangkan potensi sumber daya manusia agar menjadi
kreatif dan inovatif.
Sumber daya manusia atau biasa disingkat menjadi SDM potensi yang
terkandung dalam diri manusia untuk mewujudkan perannya sebagai makhluk sosial
yang adaptif dan transformatif yang mampu mengelola dirinya sendiri serta seluruh
potensi yang terkandung di alam menuju tercapainya kesejahteraan kehidupan dalam
tatanan yang seimbang dan berkelanjutan. Dalam pengertian praktis sehari-hari,
SDM lebih dimengerti sebagai bagian integral dari sistem yang membentuk suatu
organisasi. Oleh karena itu, dalam bidang kajian psikologi, para praktisi SDM harus
mengambil penjurusan industri dan organisasi. Sebagai ilmu, SDM dipelajari dalam
manajemen sumber daya manusia atau (MSDM). Dalam bidang ilmu ini, terjadi
industri organisasi dipelajari oleh ilmu manajemen, sementara manusianya sebagai
subyek pelaku adalah bidang kajian ilmu psikologi.
Dewasa ini, perkembangan terbaru memandang SDM bukan sebagai sumber
daya belaka, melainkan lebih berupa modal atau aset bagi institusi atau organisasi.
Karena itu kemudian muncullah istilah baru di luar H.R. (Human Resources), yaitu
H.C. atau (Human Capital). Di sini SDM dilihat bukan sekedar sebagai aset utama,
tetapi aset yang bernilai dan dapat dilipatgandakan, dikembangkan dan juga bukan
sebaliknya sebagai liability (beban, cost). Di sini perspektif SDM sebagai investasi
bagi institusi atau organisasi lebih mengemuka.
Berbicara masalah kualitas sumber daya manusia tentunya ada tolak ukur
yang dapat kita jadikan patokan atau perbandingan agar kita bisa mengetahui dan
menentukan manusia yang berkualitas. Dengan adanya batasan dan tolak ukur ini,
dapat dijadikan landasan dalam menentukan kualitas pribadi seseorang. Jika kita
merujuk pada buku yang disusun oleh Sudarwan Danim (2008:34) yang berjudul
“Transformasi Sumber Daya Manusia” bahwa kualitas sumber daya manusia yang
dikehendaki pada era pembangunan jangka panjang tahap dua dan tentunya saja
seterusnya adalah sumber daya manusia yang memenuhi kriteria kualitas fisik
(kesehatan) dan kualitas intelektual (pengetahuan dan keterampilan dan kualitas
mental spiritual/kejuangan).
Semangat kerja adalah menunjukkan sejauh mana karyawan bergairah dalam
karyawan merupakan salah satu sumber daya yang sangat penting. Karyawan
berfungsi sebagai pelaksana dalam mencapai tujuan perusahaan, bahkan fasilitas
kerja yang berupa mesin-mesin atau peralatan canggih pun memerlukan tenaga kerja
sebagai operatornya. Dengan menggunakan berbagai fasilitas kerja tersebut,
karyawan dapat melakukan setiap pekerjaan dengan lebih baik untuk meningkatkan
semangat kerja.
Semangat kerja karyawan dapat dilihat dari kehadiran, kedisiplinan, ketepatan
waktu menyelesaikan pekerjaan dan produktivitas. Semangat kerja yang tinggi dapat
didukung oleh komunikasi yang baik, bagaimana karyawan berinteraksi,
menyampaikan informasi, betukar gagasan, baik antara atasan ke bawahan maupun
sebaliknya, antara karyawan dengan karyawan, maupun karyawan pada satu bagian
ke bagian lainnya.
Tabel 1.1
Daftar Persentasi Absensi Karyawan PT. PLN (Persero) UDIKLAT TUNTUNGAN (2009 – 2011)
Tahun
Batas persentase absensi dalam PT. PLN (Persero) Udiklat Tuntungan terdiri
dari 2 kategori yaitu :
1. ≤ 90% dikatakan tidak kritis/normal
2. ≥ 10% dikatakan kritis
Dibawah kondisi semangat dan kegairahan kerja yang buruk akan
mengakibatkan penurunan produktivitas kerja secara keseluruhan. Penurunan
produktivitas ini akan mempengaruhi keuntungan yang didapat oleh perusahaan di
masa yang akan datang. Hal ini akan memberatkan prospek perusahaan di masa yang
akan datang, bila semangat dan kegairahan kerja tersebut dibebani secara serius oleh
perusahaan.
Semangat dan kegairahan kerja yang tinggi tidak harus menyebabkan
produktivitas yang tinggi, hal ini hanyalah merupakan suatu pengaruh bagi
produktivitas secara keseluruhan, misalnya : sekelompok pekerja yang mempunyai
semangat dan kegairahan kerja yang tinggi, tetapi mereka hanya bersendau gurau saja
tanpa menghiraukan pekerjaan pada waktu ditinggal oleh pengawasnya.
Berdasarkan penjelasan tersebut maka, peneliti tertarik untuk melakukan
1.2 Perumusan Masalah
Latar belakang masalah sebagaimana diuraikan diatas dapat dikatakan bahwa
untuk mencapai semangat kerja yang baik pada karyawan diperlukan program
kesejahteraan yang baik, maka penulis merumuskan masalah yang diajukan adalah :
“Apakah pelaksanaan program kesejahteraan karyawan berpengaruh terhadap
semangat kerja karyawan pada PT. PLN (Persero) Udiklat Tuntungan Medan?”.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pelaksanaan program
kesejahteraan karyawan terhadap semangat kerja karyawan pada PT. PLN (Persero)
Udiklat Tuntungan.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi PT. PLN (Persero) Udiklat Tuntungan.
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada PT. PLN (Persero)
Udiklat Tuntungan untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam
upaya meningkatkan semangat kerja karyawan.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah kontribusi bagi pemikiran guna
memperluas cakrawala wawasan penelitian dalam bidang manajemen sumber
c. Bagi Pihak lain
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan referensi yang nantinya akan dapat
memberikan pertandingan dalam melakukan penelitian pada bidang yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1 Pengertian Program Kesejahteraan
Kesejahteraan adalah balas jasa lengkap (materi dan non materi yang
diberikan oleh pihak perusahaan berdasarkan kebijaksanaan. Tujuannya untuk
mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental karyawan agar
produktifitasnya meningkat (Dinae Nilsen:2005).
Kesejahteraan adalah dapat dipandang sebagai uang bantuan lebih lanjut
kepada karyawan.Terutama pembayarannya kepada mereka yang sakit, uang bantuan
untuk tabungan karyawan, pembagian berupa saham, asuransi, perawatan dirumah
sakitdan pensiun. Pentingnya program kesejahteraan yang diberikan kepada
karyawan dalam rangka meningkatkan disiplin kerja karyawan yang dikemukakan
oleh Hasibuan (2001:182) adalah: “Pemberian kesejahteraan akan menciptakan
ketenangan, semangat kerja, dedikasi, disiplin dan sikap loyal terhadap perusahaan
sehingga labour turn over relatif rendah”. Dengan tingkat kesejahteraan yang cukup,
maka mereka akan lebih tenang dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dengan
ketenangan tersebut diharapkan para karyawan akan lebih berdisiplin.
Dilain pihak kesejahteraan sosial atau jaminan sosial bentuk pemberian
oleh perusahaan kepada karyawan untuk selama masa pengabdiannya ataupun setelah
berhenti karena pensiun, lanjut usia dalam usaha memenuhi kebutuhan materi
maupun non materi kepada karyawan dengan tujuan untuk memberikan semangat
atau dorongan kerja kepada karyawan. Menurut Andre. F. Sikulu menyatakan bahwa:
Kesejahteraan karyawan adalah balas jasa yang diterima oleh pekerja dalam bentuk
selain upah atau gaji langsung.
Pengertian yang dikemukakan oleh Selo Sumarjan yang dikutip oleh
Sudarwan Danim (2008:34) dalam bukunya “Transformasi Sumber Daya Manusia”
bahwa kualitas sumber daya manusia Indonesia yang kita inginkan dibedah atas dasar
kualitas fisik (kesehatan, kekuatan jasmani, keterampilan dan ketahanan) dan kualitas
non fisik (kecerdasan, kemandirian, ketekunan, kejujuran dan akhlak). Menurut
Sudarwan Danim dalam bukunya “Transformasi Sumber Daya Manusia” beliau
mengatakan bahwa indikator dari kualitas sumber daya manusia adalah sebagai
berikut:
1. Kualitas fisik dan kesehatan meliputi:
a. Memiliki kesehatan yang baik serta kesegaran jasmani
b. Memiliki postur tubuh yang baik yang disebabkan oleh peningkatan gizi
yang baik.
c. Memiliki tingkat kehidupan yang layak dan manusiawi.
2. Kualitas intelektual (pengetahuan dan keterampilan) meliputi:
b. Memiliki tingkat ragam dan kualitas pendidikan serta keterampilan yang relevan
dengan memperhatikan dinamika lapangan kerja baik yang ditingkat lokal,
nasional maupun internasional.
c. Memiliki penguasaan bahasa, meliputi bahasa nasional, bahasa ibu (daerah) dan
sekurang-kurangnya satu bahasa asing.
d. Memiliki pengetahuan dan keterampilan dibidang ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sesuai dengan tuntutan industrialisasi.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan PT. PLN (Persero) memiliki para ahli
pelatihan(training specialist), ahli pengembangan program kurikulum (curriculum
development program specialist), instruktur dan pembimbing yang berpengalaman
(experienced councelling), serta para pakar atau ahli di berbagai bidang dalam bisnis
industri perlistrikan.
Pusat Pendidikan dan Pelatihan PT. PLN (Persero) didukung oleh sarana
dan prasarana laboratorium / praktek / simulasi yang lengkap dan modern. Selain itu,
Pusat Pendidikan dan Pelatihan PT. PLN (Persero) juga menyediakan paket atau
modul pendidikan dan pelatihan reguler sesuai dengan kebutuhan untuk
peningkatan kinerja perusahaan, serta memberikan jasa tes psikologi, aptitude test
dan asessment centre dalam seleksi SDM.
Program kesejahteraan yang diberikan oleh perusahaan, lembaga atau
organisasi pada pegawainya hendaknya bermanfaat, sehingga dapat mendorong
tercapainya tujuan perusahaan yang efektif. Program kesejahteraan karyawan
sebaiknya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan tidak
melanggar peraturan pemerintah.
Menurut Hariandja (2002:279), program kesejahteraan karyawan dapat
disebut juga dengan kompensasi tidak langsung, baik dapat dinilai dengan uang
maupun yang tidak dinilai dengan uang. Dengan demikian, apabila program
kesejahteraan karyawan dilaksanakan secara tepat dan benar, maka para karyawan
akan memperoleh kepuasan kerja dan akan termotivasi untuk mencapai
tujuan-tujuan perusahaan.
a. Program Kesejahteraan Ekonomis Karyawan
Program ini dirancang dan diselenggarakan untuk melindungi keamanan
ekonomi para karyawan. Bentuk-bentuk program ini antara lain:
1. Pensiun. Pemberian pensiun berarti bahwa perusahaan memberikan sejumlah uang
tertentu berkala kepada karyawan yang telah berhenti bekerja setelah mereka bekerja
dalam waktu yang lama atau setelah mencapai batas usia tertentu.
2. Asuransi. Program ini bisa berbentuk asuransi jiwa, asuransi kesehatan, atau
asuransi kecelakaan. Disini perusahaan bisa melakukan kerjasama dengan perusahaan
3. Pemberian Kredit. Pemberian kredit yang dibutuhkan karyawan bisa diorganisir
oleh manajemen, bisa pula oleh karyawan itu sendiri dengan mendirikan
perkumpulan atau koperasi simpan pinjam.
b. Program Rekreasi
Dalam menyusun program ini yang menjadi masalah bagi pihak manajemen
adalah apakah program ini diserahkan kepada pemilihan individu masing-masing
ataukah disponsori oleh perusahaan karena menyangkut masalah
biaya, efektivitas dan sikap karyawan. Program rekreasi dikelompokkan ke dalam:
1. Kegiatan Olahraga. Kegiatan olahraga bisa dimaksudkan untuk sekedar
memelihara kesehatan atau bisa juga untuk mengejar prestasi.
2. Kegiatan Sosial. Kegiatan sosial dapat dilakukan, misalnya dengan darma wisata
bersama-sama atau membentuk kelompok-kelompok khusus seperti drama, musik,
dan sebagainya.
c. Pemberian Fasilitas
Bentuk-bentuk kegiatan ini antara lain:
1. Penyediaan kafetaria. Dimaksudkan untuk mempermudah para karyawan yang
ingin makan atau tidak sempat pulang. Diharapkan dengan penyediaan kafetaria ini
2. Perumahan. Sulitnya memperoleh tempat tinggal yang layak di kota-kota membuat
banyak karyawan yang menghadapi masalah untuk memilih tempat tinggal. Untuk
mengatasi masalah tersebut perusahaan atau organisasi kadang-kadang menyediakan
fasilitas perumahan berupa rumah dinas, asrama atau hanya memberikan tunjangan
perumahan.
3. Fasilitas Pembelian. Disini perusahaan menyediakan toko perusahaan dimana
karyawan dapat membeli berbagai barang, terutama barang-barang yang dihasilkan
perusahaan dengan harga yang lebih rendah.
4. Fasilitas Kesehatan. Penyediaan fasilitas kesehatan erat kaitannya dengan
pembuatan program pemeliharaan kesehatan karyawan, juga karena adanya peraturan
pemerintah yang mengatur keamanan dan kesehatan karyawan dalam
menjalankan pekerjaannya. Fasilitas kesehatan ini bisa berupa poliklinik yang
lengkap dengan dokter dan perawatnya atau sekedar memberikan tunjangan
kesehatan yang bisa digunakan untuk berobat pada dokter yang ditunjuk perusahaan.
5.Penasihat Keuangan. Pemberian fasilitas ini dimaksudkan agar para karyawan tidak
kesulitan dalam mengatur keuangannya.
6. Fasilitas Pendidikan. Fasilitas ini disediakan dengan maksud membantu para
karyawan yang ingin meningkatkan pengetahuan mereka. Fasilitas yang disediakan
biasanya berupa perpustakaan yang dapat dimanfaatkan oleh para karyawan yang
Dewasa ini karyawan dipandang sebagai salah satu aset perusahaan yang
penting dan perlu dikelola serta dikembangkan untuk mendukung kelangsungan
hidup perusahaan. Perusahaan juga dihadapkan pada tantangan besar untuk
memenangkan persaingan, sehingga dibutuhkan taktik dan strategi yang akurat.
Dalam pemilihan taktik dan strategi, perusahaan tidak saja memerlukan analisis
perubahan lingkungan eksternal seperti demografi, sosial budaya, politik, teknologi
dan persaingan, tetapi juga perlu menganalisis faktor internal perusahaan.
Faktor-faktor internal yang dimaksud adalah kekuatan dan kelemahan perusahaan dalam
usaha mendukung dan meraih sasaran yang ditetapkan.
Adapun tujuan program kesejahteraan pada pegawai menurut Malayu S.P.
Hasibuan (2000:187) adalah :
1. Untuk meningkatkan kesetiaan dan ketertarikan pegawai dengan perusahaan.
2. Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi pegawai beserta
keluarganya.
3. Memotivasi gairah kerja, disiplin dan produktifitas pegawai.
4. Menurunkan tingkat absensi dan labour turn over.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa yang termasuk kedalam
kesejahteraan karyawan dapat dapat berupa uang bantuan seperti bantuan untuk
perawatan untuk karyawan yang sakit serta perawatannya, bantuan uang untuk
tabungan, pembagian saham, asuransi dan pensiun. Kesejahteraan buruh/pekerja
rohaniah, baik didalam maupun diluar hubungan kerja, yang secara langsung atau
tidak langsung dapat mempertinggi produktifitas kerja dalam lingkungan kerja yang
aman dan sehat.
Program kesejahteraan karyawan adalah tunjangan–tunjangan dan
peningkatan kesejahteraan yang pemberiannya tidak berdasarkan pada kinerja
pegawai tetapi didasarkan kepada keanggotaanya sebagai bagian dari organisasi serta
pegawai sebagai seorang manusia yang memiliki banyak kebutuhan agar dapat
menjalankan kehidupannya secara normal dan bekerja lebih baik.
Timbul pertanyaan apa saja persamaan dan perbedaan antara kompensasi
langsung (gaji/upah) dengan kesejahteraan karyawan (kompensasi tidak langsung)
itu. Persamaannya :
1. Gaji/upah dan kesejahteraan karyawan adalah sama-sama merupakan pendapat
bagi karyawan.
2. Pemberian gaji/upah dan kesejahteraan bertujuan sama yakni untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dan keterkaitan karyawan.
3. Gaji/upah dan kesejahteraan adalah biaya bagi perusahaan.
4. Pemberian gaji/upah dan kesejahteraan dibenarkan oleh peraturan legal, jadi bisa
dimasukan dalam neraca finansial perusahaan tersebut.
Perbedaannya :
1. Gaji/upah adalah hak karyawan untuk menerimanya dan menjadi kewajiban
2. Gaji/upah wajib dibayar perusahaan sedangkan kesejahteraan diberikan hanya
atas kebijaksanaan saja, jadi bukan kewajiban perusahaan atau sewaktu-waktu
dapat ditiadakan.
3. Gaji/upah harus dibayar dengan financial (uang/barang), sedangkan
kesejahteraan diberikan dengan financial dan non financial (fasilitas).
4. Gaji/upah waktu dan besarnya tertentu, sedangkan kesejahteraan waktu dan
besarnya tidak tentu.
Hal-hal diatas mendorong manajer yang berkreatif memberikan balas jasa
dengan secara langsung dan tidak langsung untuk tindakan berjaga-jaga, jika
sewaktu-waktu perusahaan mengalami kesulitan karyawan tetap bersikap loyal.
Kesejahteraan yang diberikan hendaknya bermanfaat dan mendorong untuk
tercapainya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat serta tidak melanggar
peraturan legal pemerintah. Tujuan pemberian kesejahteraan antara lain sebagai
berikut :
Untuk meningkatkan kesetiaan dan keterikatan karyawan kepada karyawan.
1. Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi karyawan beserta
keluarganya.
2. Memotivasi gairah kerja, disiplin dan produktifitas kerja bagi karyawan.
3. Menurunkan tingkat absensi dan turn over karyawan.
5. Membantu lancarnya pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan.
6. Memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas karyawan.
7. Mengefektifkan pengadaan karyawan.
8. Membantu pelaksanaan program pemerintah dalam meningkatkan kualitas
manusia.
9. Mengurangi kecelakaan kerja dan kerusakan peralatan perusahaan.
10. Meningkatkan status sosial karyawan beserta keluarganya.
Telah dikemukakan bahwa program kesejahteraan karyawan dapat diberikan
secara materi maupun non material. Kesejahteraan karyawan secara material
berkaitan langsung dengan prestasi karyawan dan dapat diberikan berupa
kompensasi, seperti uang transport, uang makan, uang pensiun, tunjangan hari raya,
uang jabatan, bonus, uang pendidikan, uang pengobatan, pakaian dinas, uang cuti
dan uang kematian. Sedangkan kesejahteraan karyawan secara non material dapat
berupa pemberian fasilitas dan pelayan bagi karyawan seperti fasilitas yang
disediakan oleh pihak perusahaan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa program kesejahteraan terdiri dari
dua komponen utama yaitu : kompensasi yang berkaitan langsung dengan prestasi
kerja karyawan serta kompensasi yang tidak berkaitan langsung dengan prestasi kerja
karyawan tetapi diberikan oleh pihak perusahaan kepada karyawan yang dipandang
Pemberian kesejahteraan karyawan sangat berarti dan bermanfaat bagi
perusahaan dan karyawan. Bagi karyawan pemberian kesejahteraan bermanfaat untuk
menciptakan hubungan industrial yang harmonis antara perusahaan dengan
karyawan, meningkatkan semangat kerja karyawan, disiplin kerjadan sikap loyalitas
karyawan terhadap perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan dapat meningkatkan
produktifitas kerja, efisiensi kerja, efektifitas kerja dan meningkatkan laba. Program
kesejahteraan karyawan sangat penting demi terwujudnya tujuan perusahaan, namun
program kesejahteraan karyawan harus disusun berdasarkan peraturan yang ada,
berdasarkan asas keadilan dan kelayakan dan berpedoman pada kemampuan
perusahaan.
Bentuk lainnya dari program kesejahteraan karyawan didalam perusahaan
dapat berupa dana bantuan pendidikan, bantuan keuangan dan bantuan sosial. Seperti
yang dikemukakan bahwa dalam usaha mendorong produktifitas serta ketenangan
kerja pada karyawannya, perusahaan memberikan jasa-jasa tertentu kepada
karyawannya pembayaran diluar upah dan gaji serta berbagai manfaat sampingan.
Umumnya diberikan jasa-jasa tersebut antara lain bantuan pendidikan, bantuan
keuangan dan bantuan sosial.
Dari uraian-uaraian diatas bahwa pemberian kesejahteraan bertujuan untuk
mendorong produktifitas serta ketenangan kerja pada perusahaan. Apabila perusahaan
memiliki tenaga kerja yang mampu dan cakap, namun jika tidak ada dorongan kepada
meningkatkan semangatnya perlu adanya suatu dorongan semangat kerja yang salah
satunya dengan kesejahteraan bagi karyawan dan pada akhirnya tujuan dan harapan
dari perusahaan dapat terwujud.
Penghargaan terhadap karyawan bentuknya bermacam-macam namun dapat
dikelompokan kedalam empat kelompok :
1. Pembayaran untuk waktu tidak bekerja.
2. Perlindungan ekonomis terhadap bahaya.
3. Pelayanan karyawan.
4. Pembayaran yang dituntut oleh hukum.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa program kesejahteraan
bertujuan untuk mendorong para karyawan agar dapat bekerja seoptimal mungkin
untuk menghasilkan apa yang diharapkan oleh perusahaan.
2.1.2 Pengertian Semangat Kerja
Semangat kerja merupakan terjemahan dari kata morale yang artinya moril
atau semangat juang. Chaplin (2006:56) berpendapat morale (moril) adalah sikap
atau semangat yang ditandai secara khas oleh adanya kepercayaan diri, motivasi yang
kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan organisasi yang baik.
Nitisemito (1996) mengatakan bahwa semangat kerja adalah melakukan pekerjaan
secara lebih giat sehingga pekerjaan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik.
kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaanya dengan baik serta berdisiplin untuk
mencapai prestasi kerja yang maksimal.
Pendapat lain mengatakan bahwa semangat kerja merupakan perasaan yang
memungkinkan seseorang bekerja untuk menghasilkan yang lebih banyak dan lebih
baik (Kuswadi, 2004:15). Sastrohadiwiryo (200:67) mengatakan semangat kerja
dapat diartikan sebagai suatu kondisi mental atau perilaku individu tenaga kerja dan
kelompok-kelompok yang menimbulkan kesenangan yang mendalam pada diri tenaga
kerja untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan perusahaan.
Davis (2000:43) menyatakan bahwa semangat kerja adalah kesediaan
perasaan maupun perilaku yang memungkinkan seseorang menghasilkan kerja lebih
banyak dan lebih baik. Semangat kerja merupakan suasana kerja yang positif yang
terdapat dalam suatu organisasi dan terungkap dalam sikap individu maupun
kelompok yang mendukung seluruh aspek kerja termasuk didalamnya lingkungan,
kerjasama dengan orang lain yang secara optimal sesuai dengan kepentingan dan
tujuan perusahaan.
Gondokusomo (2005) menyebutkan semangat kerja sebagai sikap partisipasi
pekerja dalam mencapai tujuan oraganisasi yang harus dilakukan dengan dorongan
yang kuat, antusias dan bertanggung jawab terhadap prestasi serta konsekuensi
Menurut Winardi (2004), semangat kerja mengandung pengertian ketiadaan
konflik, perasaan senang, penyesuaian pribadi secara baikdan tingkat keterlibatan ego
dalam pekerjaan, sementara menurut Kosen (2003:45) kondisi yang ditimbulkan oleh
sikap kerja dari para anggota usaha organisasi. Denim, S (2004:32) menyimpulkan
sebagai kesepakatan batiniah yang muncul dari dalam diri seseorang untuk mencapai
tujuan tertentu adalah pengertian dari semangat kerja. Kosen (2003:39) berpendapat
semangat kerja merupakan sikap dalam bekerja. Carlaw (2003:33) menyatakan
bahwa semangat kerja yang tinggi adalah karyawan yang bekerja dengan berenergi,
antusias dan memiliki rasa kebersamaan.
Semangat kerja merupakan bentuk nyata dari komitmen yang ditunjukkan
dengan semangat, antusiasme dan kepercayaan pada kebijakan organisasi, program
dan tujuan organisasi. Semangat kerja ditunjukkan dengan apa yang individu dan
kelompok dan lakukan untuk memperlihatkan ketertarikan, pemahaman dan
identifikasi diri terhadap keutuhan dan kesuksesan kelompok kerja. Berdasarkan
pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa semangat kerja adalah sikap individu
dalam bekerja yang menunjukan rasa kegairahan, antusias, bertanggungjawab dan
komitmen dalam melaksanakan tugas agar mencapai tujuan organisasi.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
semangat kerja adalah kondisi rohaniah atau perilaku individu tenaga kerja yang
dengan giat dan konsekuen sehingga pekerjaan lebih cepat selesai dan lebih baik
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja.
Jos Masdani (Anoraga:2006), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi
semangat kerja ada dua yaitu :
a. Faktor kepribadian dan kehidupan emosional karyawan yang bersangkutan.
b. Faktor luar, yang terdapat dari lingkungan rumah dan kehidupan keluarganya serta
faktor lingkungan kerja.
Faktor-faktor yang mempengaruhi semangat kerja adalah :
a. Job Security. Pekerjaan yang dipegang karyawan tersebut merupakan pekerjaan
yang aman dan tetap jadi bukan pekerjaan atau jabatan yang mudah digeser dan
lain-lain. Adanya kemungkinan bahwa karyawan dapat dirumahkan, diberhentikan atau
digeser, merupakan faktor pertama yang mengurangi ketenangan kegairahan kerja
karyawan.
b. Kesempatan untuk mendapat kemajuan (Opportunities for advancement).
Perusahaan yang memberikan kesempatan bagi karyawannya untuk mengembangkan
diri dapat mendorong karyawan lebih bersemangat dalam bekerja dan menyelesaikan
tugasnya.
c. Kondisi kerja yang menyenangkan. Suasana lingkungan kerja yang harmonis, tidak
lingkungan kerja mudah memberi rasa segan bagi karyawan untuk datang ke tempat
kerja. Sebaliknya lingkungan kerja yang menyenangkan memberi rasa segan bagi
karyawan untuk membolos.
d. Kepemimpinan yang baik. Pimpinan yang baik tidak menimbulkan rasa takut pada
karyawan, tetapi akan menimbulkan rasa hormat dan menghargai.
e. Kompensasi, gaji, imbalan. Faktor ini sangat mempengaruhi semangat kerja
karyawan. Bagi seorang karyawan yang baru akan memasuki suatu perusahaan, maka
imbalan yang baru akan diterima diperbandingkan dengan imbalan yang mungkin
diterima pada perusahaan lain. Bagi karyawan yang sudah lama bekerja pada suatu
perusahaan, imbalan yang telah diterimanya diperbandingkan dengan karyawan yang
lain. Perbedaan imbalan yang menyolok baik antar karyawan maupun antar
perusahaan dapat menggoyahkan semangat kerja karyawan.
2. Aspek-aspek Semangat Kerja
Menurut Sugiyono ( Utomo, 2002 ), aspek-aspek semangat kerja karyawan
dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu :
a. Disiplin yang tinggi. Seseorang yang memiliki semangat kerja yang tinggi akan
bekerja giat dan dengan kesadaran mematuhi peraturan-peraturan yang berlaku dalam
perusahaan.
b. Kualitas untuk bertahan. Menurut Alport orang yang mempunyai semangat kerja
tinggi, tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesukaran-kesukaran yang timbul
kepercayaan untuk memandang masa yang akan datang dengan baik. Hal ini dapat
meningkatkan kualitas seseorang untuk bertahan.
c. Kekuatan untuk melawan frustasi. Seseorang yang mempunyai semangat kerja
tinggi tidak memiliki sikap yang pesimistis apabila menemui kesulitan dalam
pekerjaannya.
d. Semangat berkelompok. Adanya semangat kerja membuat karyawan lebih berfikir
sebagai “ kami “ daripada sebagai “ saya “. Mereka akan saling tolong menolong dan
tidak saling bersaing untuk saling menjatuhkan.
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang diberikan karyawan pihak
manajemen harus senantiasa memperhatikan faktor-faktor yang mendorong karyawan
bekerja dengan produktif, salah satunya yaitu memperhatikan kepuasan kerja
karyawan. Dengan memperhatikan faktor kepuasan kerja karyawan maka karyawan
dalam bekerja akan senantiasa disertai dengan perasaan senang dan tidak terpaksa
serta mempunyai semangat kerja yang tinggi.
Semangat kerja membutuhkan perhatian yang teratur, diagnosis dan
pengobatan yang layak seperti halnya dengan kesehatan. Semangat kerja agak sukar
diukur karena sifatnya abstrak. Semangat kerja merupakan gabungan dari kondisi
fisik, sikap, perasaan dan sentimen karyawan. Untuk mengetahui adanya semangat
kerja yang rendah dalam perusahaan dapat dilihat dari beberapa indikasi.
Dengan demikian, perusahaan dapat mengetahui faktor penyebabnya dan
(1996), indikasi yang menunjukkan kecenderungan umum rendahnya semangat kerja
adalah rendahnya produktivitas, tingkat absensi yang tinggi, labour turn over yang
tinggi, tingkat kerusakan yang tinggi, kegelisahan di mana-mana, tuntutan yang
sering kali terjadi dan pemogokan. Berdasarkan indikasi yang menunjukkan
kecenderungan rendahnya semangat kerja, maka karakteristik semangat kerja
karyawan dapat diketahui dari tiga indikator, yaitu:
1. Disiplin
Disiplin merupakan suatu keadaan tertib karena orang-orang yang tergabung
dalam suatu organisasi tunduk dan taat pada peraturan yang ada serta melaksanakan
dengan senang hati. Disiplin dapat diukur dengan cara, yaitu kepatuhan karyawan
pada kehadiran dalam bekerja, kepatuhan karyawan pada jam kerja, kepatuhan
karyawan pada perintah dari atasan, taat pada peraturan dan tata tertib yang berlaku,
berpakaian yang baik dan sopan di tempat kerja, menggunakan identitas atau tanda
pengenal organisasi, penggunaan dan pemeliharaan bahan, penggunaan peralatan dan
perlengkapan kantor dengan hati-hati dan bekerja dengan mengikuti cara yang
ditentukan oleh organisasi.
2. Kerja Sama
Kerja sama diartikan sebagai tindakan kolektif seseorang dengan orang lain
yang dapat dilihat dari kesediaan para karyawan untuk bekerja sama dengan
untuk saling membantu di antara teman-teman sekerja dan dengan atasan sehubungan
dengan tugas-tugasnya dan adanya keaktifan dalam kegiatan organisasi.
3. Kepuasan Kerja
Kepuasan mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap produktivitas
kerja. Setiap karyawan mempunyai dorongan untuk bekerja karena kerja adalah pusat
dari kehidupan dan kerja dalah sejumlah aktivitas fisik dan mental untuk
mengerjakan suatu pekerjaan. Kepuasan kerja berhubungan dengan sikap karyawan
terhadap pekerjaannya, situasi kerja, serta kerja sama antara pimpinan dan sesama
karyawan.
2.1.2.1 Faktor Yang Mempengaruhi Semangat Kerja
Patanayak (2002) mengemukakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi
semangat kerja, yaitu:
1. Perasaan kebersamaan, karyawan memiliki rasa saling memiliki dan peduli antara
anggota kelompok kerja.
2. Kejelasan tujuan atau objektif yang diraih, karyawan memiliki beban kerja yang
jelas dan tujuan yang jelas.
3. Pengharapan keberhasilan terhadap tujuan yang diinginkan, Memiliki
kepercayaan bahwa pekerja dapat dilakukan sesuai tujuan yang diinginkan
4. Rasa kerja dalam melaksanakan tugas demi tercapainya tujuan. Tugas yang
diberikan akan dilaksanakan dengan saling berpartisipasi antar anggota kelompok
kerja.
5. Memiliki pemimpin yang memberikan dukungan dan dorongan, Pemimpin sering
berhubungan langsung dengan para karyawan, memberikan motivasi yang
membangun dan mengarahkan bawahan agar bekerja lebih produktif.
2.1.3 Pengaruh Program Kesejahteraan Terhadap Semangat Kerja Karyawan
Semangat kerja adalah sikap individu untuk bekerja sama dengan disiplin dan
rasa tanggug jawab terhadap kegiatannya (Hariandja : 2006). Semangat kerja juga
diartikan sebagai suatu kegiatan dalam melaksanakan pekerjaan secara cepat dan
lebih baik menyelesaikan suatu kegiatan (Gomes, Faustino : 2003). Semangat kerja
merupakan perasaan yang memungkinkan seseorang bekerja untuk menghasilkan
yang lebih banyak dan lebih baik (Kuswadi, 2004).
Semangat kerja juga merupakan suatu sikap individu atau kelompok terhadap
kesukarelaannya untuk bekerjasama agar mencurahkan kemampuanya secara
menyeluruh. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa semangat
kerja adalah kemauan dari setiap individu atau kelompok untuk saling bekerja sama
dengan giat, disiplin dan penuh rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tujuan
yang telah ditetapkan.
b) Ketepatan pegawai datang/pulang kerja
c) Kehadiran pegawai apabila mendapat undangan untuk mengikuti kegiatan atau
acara dalam instansi
2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Agung (2008) dengan skripnya yang berjudul “Peranan
Kesejahteraan Dalam Upaya Meningkatkan Disiplin Dan Prestasi Kerja Pegawai
Pada PT. Arjaka Indotrans Jakarta Bidang Eksport & Import (AN-6)”. Penelitian ini
bertujuan untuk Pengaruh Kesejahteraan Dalam Upaya Meningkatkan Disiplin dan
Prestasi Kerja Pegawai pada PT. Arjaka Indotrans Jakarta Bagian Eksport dan
Import berdampak pada kedisiplinan kerja para pegawai itu sendiri. Menurut Drs.
Malayu SP ( 2007:18 ) dalam bukunya Manajemen Dasar Pengertian dan Masalah,
mendefnisikan : "Disiplin adalah Kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua
peraturan instansi dan norma-norma sosial yang berlaku".
Pada umumnya disiplin kerja pegawai dipengaruhi oleh besar kecilnya gaji
dan upah suatu instansi/perusahaan, merupakan sasaran utama bagi pencari kerja
sebelum mereka memperhitungkan jenis pekerjaan dan resikonya. Jelas disini bahwa
yang memberikan upah dan gaji yang besar merupakan peluang untuk menarik calon
tenaga kerja disamping suasana kerja. Dengan adanya pelamar yang banyaknya
Kuswandi (2004) Tanggungjawab Sosial Perusahaan Terhadap Kesejahteraan
Karyawan (Studi Kasus di PT. Perkebunan Nusantara IV Persero Medan). Teknik
pengumpulan data yang digunakan melalui observasi, wawancara dan kuesioner.
Metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif.
2.3 Kerangka Konseptual
Kesejahteraan adalah dapat dipandang sebagai uang bantuan lebih lanjut
kepada karyawan. Terutama pembayarannya kepada mereka yang sakit, uang bantuan
untuk tabungan karyawan, pembagian berupa saham, asuransi, perawatan dirumah
sakit dan pensiun. Pentingnya program kesejahteraan yang diberikan kepada
karyawan dalam rangka meningkatkan disiplin kerja karyawan yang dikemukakan
oleh Hasibuan (2001:182) adalah : “Pemberian kesejahteraan akan menciptakan
ketenangan, semangat kerja, dedikasi, disiplin dan sikap loyal terhadap perusahaan
sehingga labour turn over relatif rendah. ”Dengan tingkat kesejahteraan yang cukup,
maka mereka akan lebih tenang dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Dengan
ketenangan tersebut diharapkan para karyawan akan lebih berdisiplin.
Program kesejahteraan karyawan adalah tunjangan-tunjangan dan peningkatan
kesejahteraan yang pemberiannya tidak berdasarkan pada kinerja pegawai tetapi
didasarkan kepada keanggotaanya sebagai bagian dari organisasi serta pegawai
sebagai seorang manusia yang memiliki banyak kebutuhan agar dapat menjalankan
Adapun tujuan program kesejahteraan pada pegawai menurut Malayu
S.P. Hasibuan (2000:187) adalah :
1. Untuk meningkatkan kesetiaan dan ketertarikan pegawai dengan perusahaan.
2. Memberikan ketenangan dan pemenuhan kebutuhan bagi pegawai beserta
keluarganya.
3. Memotivasi gairah kerja, disiplin dan produktifitas pegawai.
4. Menurunkan tingkat absensi dan labour turn over
Adapun kerangka konseptual dalam penyusunan skripsi dapat digambarkan
dalam model sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Dilihat dari keterangan pada Gambar 2.1 Program Kesejahteraan Karyawan
dari suatu perusahaan yang akan berpengaruh pada Semangat Kerja dan Prestasi
Kerja. Variabel Program Kesejahteraan Karyawan yang bersifat ekonomis
mempunyai pengaruh yang signifikan dan berpengaruh positif terhadap variabel
semangat kerja, variabel Program Kesejahteraan karyawan yang bersifat fasilitatif
mempunyai pengaruh yang signifikan dan berpengaruh positif terhadap variabel
semangat kerja dan prestasi kerja. PROGRAM
KESEJAHTERAAN (X)
2.4 Hipotesis
Pengertian Hipotesa menurut Sutrisno Hadi (2007:45) adalah tentang
pemecahan masalah. Sering kali peneliti tidak dapat memecahkan permasalahannya
hanya dengan sekali jalan.
Dari pernyataan tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis
adalah suatu dugaan yang perlu diketahui kebenarannya yang berarti dugaan itu
mungkin benar mungkin salah. Adapun hipotesis diajukan adalah “ada pengaruh
pelaksanaan program kesejahteraan karyawan terhadap semangat kerja karyawan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian korelasional dimaksudkan untuk mencari atau menguji hubungan
antara variabel. Peneliti mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkenalkan,
menguji berdasarkan teori yang ada. Desain yang sering digunakan adalah
cross-sectinal.
Penelitian korelasional bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar
variabel, Hubungan korelatif mengacu pada kecenderungan bahwa variasi suatu
variabel diikuti variasi variabel yang lain. Dengan demikian, dalam rancangan
penelitian korelasional peneliti melibatkan minimal dua variabel.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penulis melakukan penelitian ini pada PT. PLN (UDIKLAT) Tuntungan yang
beralamat Jalan Lapangan Golf No. 35 Tuntungan Medan, Indonesia 20353,
penelitian dilakukan dari bulan Juni-Agustus 2013.
3.3 Batasan Operasional Variabel
Batasan Operasional Varibel adalah penarikan batasan yang lebih menjelaskan
dapat mencapai suatu alat ukur yang yang sesuai dengan hakikat variabel yang sudah
di definisikan konsepnya, maka peneliti harus memasukkan proses atau
operasionalnya alat ukur yang akan digunakan untuk kuantifikasi gejala atau variabel
yang ditelitinya. Dalam melakukan penelitian, penulis telah menentukan batasan
operasional variabel yaitu :
a. Variabel Independen (X) adalah Program Kesejahteraan.
b. Variabel Dependen (Y) adalah Semangat Kerja Karyawan
3.4 Definisi Operasional Variabel
Defenisi variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. Pelaksanaan Program Kesejahteraan (X)
Tunjangan – tunjangan dan peningkatan kesejahteraan yang pemberiannya
tidak berdasarkan pada kinerja pegawai tetapi didasarkan kepada keanggotaannya
sebagai bagian dari organisasi serta pegawai sebagai seorang manusia yang memiliki
banyak kebutuhan agar dapat menjalankan kehidupannya secara normal dan bekerja
lebih baik.
b. Semangat Kerja (Y)
Menurut Siswato (2001), semangat kerjadapat diartikan sebagai suatu kondisi
menimbulkan kesenangan yang mendalam pada diri tenaga kerja untuk bekerja
dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan.
Tabel 3.1
Defenisi Operasional Variabel
Variabel Defenisi Dimensi Indiktor Skala
Program
3.5 Skala dan Pengukuran Variabel
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan berdasarkan
persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono,
2008:86). Penentuan skor/nilai disusun berdasarkan Skala Likert skor pendapat
responden merupakan hasil penjumlahan dari nilai skala yang diberikan pada tiap
jawaban pada kuesioner.
Skor pendapat responden merupakan hasil penjumlahan dari nilai skala yang
diberikan dari setiap jawaban pada kuesioner. Pada tahap ini masing-masing
responden dalam kuesioner diberikan kode sekaligus skor guna menentukan dan
mengetahui frekuensi kecenderungan respon terhadap masing-masing pertanyaan
yang diukur dengan angka.
Untuk lebih jelas mengenai defenisi operasional variabel dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 3.2
Skor Pendapat Responden
Jawaban Nilai Skala Likert
a. Sangat Setuju 5
b. Setuju 4
c. Kurang Setuju 3
d. Tidak Setuju 2
3.6 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya . Jadi populasi bukan hanya orang,
tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Sampel adalah sebagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel adalah
kelompok kecil yang secara nyata diteliti dan ditarik kesimpulan
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bagian dari PT. PLN (Persero)
Udiklat Tuntungan Medan. Dan sampel yang diambil adalah karyawan dari PT. PLN
(Persero) Udikalt Tuntungan yang berjumlah 30 orang. Teknik pengambilan sampel
menggunakan teknik non parametik.
3.7 Jenis Data
Penulis menggunakan dua jenis data yaitu :
a. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dengan cara mendatangi objek
penelitian dan melakukan wawancara secara langsung dengan bagian SDM PT. PLN
(Persero), dimana data yang diperoleh hasilnya aktual dan validitasnya dapat
dipertanggungjawabkan.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari bahan-bahan bacaan,
literature, catatan kuliah dan lain-lain yang hubungan dengan penelitian tersebut,
termasuk data-data yang diperoleh dari seperti sejarah, struktur perusahaan tersebut
dan kegiatan perusahaan.
3. 8 Metode Pengumpulan Data
Penulis melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Daftar pertanyaan (kuesioner).
Yaitu dengan membuat daftar pertanyaan dalam bentuk angket yang
ditunjukkan kepada responden di objek penelitian yaitu karyawan PT. PLN
(Persero) Udiklat Tuntungan.
2. Studi Dokumentasi
Penulis meneliti dokumen-dokumen dan bahan tulisan dari perusahaan serta
sumber-sumber lain yang berhubungan dengan permasalahan yang dianalisis.
3.9 UJi Validitas dan Reliabilitas
Kuesioner yang digunakan sebagai alat pengumpul data sebelumnya
dilakukan uji coba kuesioner (instrument) yang bertujuan untuk mengukur validitas
dan reliabilitas. Uji validitas dasn reliabilitas dilakukan pada 30 orang responden
a. Uji Validitas
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa
yang ingin diukur. Untuk mengetahui validitas instrumen penelitian digunakan
analisis item, yaitu mengkorelasikan skor setiap pertanyaan dengan skor total yang
merupakan jumlah skor setiap pertanyaan (Singarimbun, 1995).
Validitas menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur itu mengukur apa
yang ingin diukur. Untuk mengetahui validitas instrumen penelitian digunakan
analisis item, yaitu mengkorelasikan skor setiap pertanyaan dengan skor total yang
merupakan jumlah skor setiap pertanyaan (Singarimbun:2005). Uji validitas dalam
penelitian ini menggunakan korelasi Pearson Product Moment Correlation (r)
dengan ketentuan bila nilai koefisien korelasi (r) > 0,25 maka variabel tersebut
dikatakan valid. Hasil uji validitasnya adalah sebagai berikut
Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas
Variabel Nomor Soal r Keterangan
6
Reliabilitas adalah istilah yang dipakai untuk menunjukkan sejauhmana suatu
hasil pengukuran relatif konsisten apabila pengukuran dilakukan dua kali atau lebih
terhadap gejala yang sama. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika
jawaban dari responden terhadap pertanyaan yang sama adalah tetap atau konsisten
dari waktu ke waktu (Singarimbun, 1995). Teknik yang digunakan dalam pengujian
reabilitas instrumen adalah menggunakan alpha cronbach. Jika hasil uji memberikan
nilai alpha cronbach > 0,60 maka variabel tersebut dikatakan reliabel. Hasil uji
Tabel 3.4 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel r-alpha Keterangan
Program Kesejahteraan
0,838 Reliabel
Semangat Kerja 0,672 Reliabel
Berdasarkan Tabel 3.4 di atas dapat dilihat bahwa seluruh variabel independen yang
diuji reliabilitasnya mempunyai nilai r-alpha cronbach > 0,60 maka dapat
disimpulkan semua pertanyaan adalah reliabel.
3.10 Teknik Analisis Data
1. Analisis Data Deskriptif
Dalam menganalisis data, metode yang digunakan adalah Metode Analisis
Deskriptif yaitu mengacu kepada transformasi dari data mentah kedalam suatu yang
bentuk yang mudah dimengerti dan diterjemahkan (Wibisono, 2008:134).
Dalam melaksanakan analisis deskriptif, indikator yang digunakan adalah
indikator non pendidikan dan pendidikan yang terdiri dari indikator efisiensi
internal. Untuk dapat memberikan interpretasi terhadap indikator ini, perlu disajikan
kriteria sebagai standar untuk menentukan atau menginterpretasikan indikator
2. Analisis Data Regresi Sederhana
Regresi merupakan suatu alat ukur yang juga dapat digunakan untuk
mengukur ada atau tidaknya korelasi antar variabel. Jika kita memiliki dua buah
variabel atau lebih maka sudah selayaknya apabila kita ingin mempelajari bagaimana
variabel-variabel itu berhubungan atau dapat diramalkan. Analisis regresi
mempelajari hubungan yang diperoleh dinyatakan dalam persamaan matematika yang
menyatakan hubungan fungsional antara variabel-variabel. Hubungan fungsional
antara satu variabel prediktor dengan satu variabel kriterium disebut analisis regresi
sederhana (tunggal), sedangkan hubungan fungsional yang lebih dari satu variabel
disebut analisis regresi ganda..
Analisis regresi lebih akurat dalam melakukan analisis korelasi, karena pada
analisis itu kesulitan dalam menunjukkan slop (tingkat perubahan suatu variabel
terhadap variabel lainnya dapat ditentukan). Dengan demikian maka melalui analisis
regresi, peramalan nilai variabel terikat pada nilai variabel bebas lebih akurat pula.
Persamaan regresi linier dari Y terhadap X dirumuskan sebagai berikut:
Y = a + b X + e
Keterangan:
Y = variabel terikat
X = variabel bebas
b = koefisien regresi/slop
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Berdasarkan
kuesioner tersebut diperoleh gambaran umum mengenai karakteristik responden.
Kuesioner yang disebarkan kepada karyawan dari PT. PLN (Persero) Udiklat
Tuntungan yang berjumlah 30 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan
teknik non parametik. Terdiri dari 31 pernyataan, variabel Program Kesejahteraan
dengan indikator ekonomi terdiri dari 8 pernyataan, indikator fasilitas terdiri dari 7
pernyataan, indikator pelayanan terdiri dari 7 pernyataan. Variabel Semangat Kerja
dengan idikator displin, terdiri 3 pernyataan, indikator kerjasama dengan 3
pernyataan, indikator kepuasaan dengan 3 pernyataan.
Adapun identitas dari ke-30 responden tersebut dapat disajikan menurut umur,
jenis kelamin dan status (menikah) dan lama bekerja. Hasil kuesioner menunjukkan
karakteristik responden seperti terlihat pada tabel-tabel dibawah ini:
Tabel 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
No Usia Frekuensi Persentase (%)
1. 20 – 25 tahun 3 10
2. 25 – 30 tahun 8 26,67
3. 35 – 40 tahun 10 33,33
4. 45 – 50 tahun 8 26,67
5. 50 – 55 tahun 1 3,33
Jumlah 30 100,00
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur responden dalam penelitian ini paling besar
berdasarkan pada kelompok 35 – 40 tahun sebesar 33,33 %, untuk kelompok usia 51
– 55 tahun merupakan responden paling kecil sebesar 3,33%. Dilihat dari
karakteristik responden berdasarkan umur, penulis memulai dengan umur 20 tahun
dikarenakan ada beberapa responden yang masih berusia diantar 20 sampai 25 tahun,
ini berjumlah 3 orang dan umur 25 – 30 tahun berjumlah 8 orang dan seterusnya.
Adanya peebedaan umur yang ditemukan di perusahaan ini dikarenakan adanya
perbedaan lamanya bekerja ditiap karyawan. Dengan adanya perbedaan umur ini
berdampak pada semangat kerja dari tiap karyawan, dimana karyawan yang masih
dikatakan berumur relatif muda (antara 20 – 40 tahun) terlihat bersemangat
dibandingkan dengan karyawan yang berusia diatas mereka (45 – 55 tahun).
Kemudian penggolongan umur dalam penelitian tersebut dilakukan untuk
memperoleh perbedaan umuur yang terdapat di PT. PLN (Persero) Tuntungan yang
didominasi karyawan yang berumur 35 – 40 tahun, jadi bisa dilihat bahwa tingkat
2. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin :
Tabel 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
1. Pria 17 56,67
2. Wanita 13 43,33
Jumlah 30 100,00
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa jumlah responden yang terbanyak adalah pria sebesar
56,67 % dibandingkan dengan responden wanita yang berjumlah 43,33%. Dilihat dari
mayoritas karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin adalah pria. Dalam
struktur kerja karyawan banyak diisi oleh pria, beberapa jabatan seperti Manager,
Supervisor dan beberapa yang lain banyak diisi oleh pria. Penempatan pria
dibeberapa jabatan yang ada dikarenakan tanggungjawab yang besar pada jabatan
tersebut dan juga adanya kriteria yng telah ditentukan untuk tiap jabatan yang sudah
diatur dalam perusahaan. Perbedaan jenis kelamin ini kurang berpengaruh pada
semangat kerja pada karyawan. Ini dikarenakan tiap karyawan menyadari penuh
tanggungjawab dari tiap pekerjaan yang mereka kerjakan. Karakteristik jenis kelamin
pada karyawan PT. PLN (Persero) Udiklat Tuntungan ini memberikan pengaruh
terhadap hasil kuesioner yang telah dibagikan, karena adanya beberapa pertanyaan
3. Karakteristik responden berdasarkan status (menikah) :
Tabel 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Status (menikah)
No Status (Menikah) Frekuensi Persentase (%)
1. Menikah 18 60
2. Belum Menikah 12 40
Jumlah 30 100,00
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa status responden yang menikah lebih besar yaitu 60%
dibandingkan dengan respon yang belum menikah yaitu sebesar 40%. Dilihat dari
hasil karakteristik responden berdasarkan status (menikah) mayoritas dari responden
sudah menikah. Ada 18 orang responden yang sudah menikah dan 12 orang
responden yang belum menikah. Melihat dari status yang ditemukan pada
karakteristik ini akan sangat berpengaruh pada hasil kuesioner yang sudah dibagikan.
Dari beberapa pertanyaan pada kuesioner dilihat dari status (menikah) si responden,
maka karyawan yang sudah berstatus menikah lebih menginginkan fasilitas yang
membantu mereka dalam urusan rumah tangga, seperti tempat penitipan anak (bayi).
Dengan pemberian fasilitas tersebut semakin meningkatkan semangat kerja karyawan