• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian V : KETAHANAN NASIONAL (TANNAS)

C. STANDAR KOMPETENSI

1. Pengertian

Bagian I

PEMAHAMAN KETAHANAN NASIONAL

1. Pengertian

Secara etimologis, ketahanan nasional terdiri dari dua kata, yaitu ketahanan dan nasional. Ketahanan berasal dari kata tahan, yang mengandung arti: (a) tetap keadaannya (kedudukannya) meskipun mengalami berbagai hal, tidak lekas rusak (berubah, kalah, luntur), (b) kuat, tabah, sanggup/tahan menderita, dan (c) dapat menguasai diri.1 Sedangkan kata nasional berasal dari kata Latin: natio atau nasci, serumpun dengan kata natus yang berarti ‘kelahiran’, dan dalam konteks ini berarti bangsa.2 Dengan demikian, ketahanan nasional mengandung arti bangsa yang kuat atau sanggup menahan berbagai penderitaan atau ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan (AGHT) agar tetap utuh dan eksis (survive).

Hakekat ketahanan nasional adalah kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan bangsa dan negara. Ketahanan nasional ini tergantung pada kemampuan bangsa dan seluruh warga negara dalam membina aspek alamiah serta aspek sosial dalam landasan penyelenggaraan kehidupan nasional di segala bidang. Ketahanan nasional Indonesia adalah pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraaan dan keamanan secara seimbang serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan.3

Jadi ketahanan nasional adalah kondisi dinamis yang merupakan integrasi dari kondisi tiap-tiap aspek kehidupan bangsa dan Negara, merupakan kemampuan dan ketangguhan suatu bangsa untuk dapat menjamin kelangsungan hidupnya menuju kejayaan Bangsa dan Negaranya4. Dari definisi ini menunjukkan bahwa untuk mendapatkan kemampuan dan ketangguhan, diperlukan pengintegrasian berbagai

1 KBBI.Online. Definisi atau arti kata ketahanan berdasarkan , diunduh dari :https://typoonline.com/kbbi/ketahanan

2 https://www.etymonline.com/word/nation, diakses 28 April 2020

3 Bahan Ajar Bela Negara, Ketahanan Nasional, Ditjen Potensi Pertahanan, Kementerian Pertahanan, 2018, hal. 9

4 Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor : IV/MPR/1978 Tentang GARIS-GARIS BESAR HALUAN NEGARA

2

aspek kehidupan bangsa dan negara. Ada delapan aspek kehidupan bangsa dan negara yang disebut Astagatra, yang terdiri dari: Trigatra (Geografi, Sumber Kekayaan Alam dan Demografi) yang juga dikenal sebagai aspek alamiah, dan Pancagatra (Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial-Budaya, Pertahanan dan Keamanan), yang juga dikenal sebagai aspek sosial. Ke delapan aspek kehidupan tersebut haruslah terintegrasi agar memiliki kemampuan, kekuatan, ketangguhan, serta keuletan dalam menghadapi setiap bentuk AGHT sehingga bangsa dan negara Indonesia tetap utuh dan eksis (survive).5

Intergrasi dari kedelapan aspek kehidupan bangsa dan negara menjadi inti dari ketahanan nasional. Oleh sebab itu untuk mendapatkan kondisi ketahanan nasional yang tangguh diperlukan pembangunan disemua aspek kehidupan agar memiliki kemampuan, kekuatan, ketangguhan, dan keuletan internal dari bangsa itu. Ketahanan nasional sebagai kondisi yang dinamis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara menuntut suatu daya tahan nasional yang prima sepanjang masa, baik ke dalam maupun ke luar. Sementara daya tahan nasional itu sendiri menuntut integritas seluruh bangsa, bahkan tiap-tiap warga negara pun sudah seyogianya membangun dalam dirinya rasa bangga sebagai bangsa Indonesia dan cinta tanah air Indonesia, rasa nasionalisme dan patriotisme, rasa memiliki (sense of belonging), dan rasa tanggung jawab (sense of

responsibility).

Bagi bangsa Indonesia, ketahanan nasional dibangun atas dasar ideologi Pancasila dan UUD NRI 1945, pengalaman sejarah, kondisi sosial, ekonomi dan budaya, serta tuntutan aktual perkembangan zaman.

2. Lahirnya Konsep Ketahanan Nasional

Konsep ketahanan nasional pertama kali dilontarkan pada tahun 1960-an di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD), yang sekarang bernama SESKOAD (Sekolah Komando Angkatan Darat). Awal kajiannya berfokus pada perkembangan lingkungan strategis di kawasan Indo China yang ditandai dengan

3

meluasnya pengaruh komunis di sana. Satu per satu negara di kawasan Indo China jatuh ke tangan partai komunis setempat, secara berurutan seakan-akan sebagai efek domino tanpa ada kesan perlawanan yang gigih dan ulet. Kondisi negara di Indo China dijadikan perbandingan untuk menilai kondisi dalam negeri Indonesia yang dapat bertahan dalam menghadapi berbagai AGHT. Pertanyaan yang muncul ialah apa kekuatan yang terdapat dalam masyarakat Indonesia sehingga memiliki kemampuan menghadapi AGHT. Secara intuitif, para pemikir di SSKAD menemukan jawabannya, yaitu adanya kemampuan teritorial dan perang gerilya atau intinya adalah suatu pertahanan wilayah/teritorial. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, permasalahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang semakin kompleks maka pemerintah membentuk Lembaga Pertahanan Nasional pada tanggal 20 Mei 1965. Selanjutnya, mengingat persoalan bangsa Indonesia yang dihadapi sangat kompleks, menyangkut berbagai aspek kehidupan, bukan hanya masalah pertahanan, maka pada pada tahun 1994 Lembaga Pertahanan Nasional berubah menjadi Lembaga Ketahanan Nasional yang disingkat dengan nama Lemhannas.6

3. Perkembangan Definisi Ketahanan Nasional

Meskipun dalam perkembangan konsepsi Ketahanan Nasional mempunyai bebe-rapa macam definisi, namun pada dasarnya dalam setiap definisi tersebut selalu terdapat unsur-unsur yang sama yaitu: keuletan dan daya tahan; kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional; serta adanya AGHT yang datang dari luar maupun dalam negeri, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara.7 Ketahanan nasional diperlukan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala AGHT baik yang datang dari dalam maupun dari luar, yang dapat membahayakan integritas nasional, identitas nasional, kelangsungan hidup bangsa serta pencapaian tujuan serta cita-cita nasional bangsa dan negara kesatuan Indonesia.

6 Benyamin Mali, dkk. Pendidikan Kewarganegaraan : Upaya Mengindonesiakan Orang Indonesia. Ed. Revisi, Bekasi: Immaculata Press. 2014, hal 253-254

4

Bagian II

KONSEP DASAR KETAHANAN NASIONAL INDONESIA

1. Konsep Ketahanan Nasional

Ketahanan nasional adalah kondisi kehidupan nasional yang harus diwujudkan. Suatu kondisi kehidupan yang dibina secara dini, terus menerus dan sinergik, mulai dari pribadi, keluarga, lingkungan, daerah dan nasional, bermodalkan keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional. Ketahanan nasional merupakan proses berkelanjutan untuk mewujudkan kondisi yang dilakukan berdasarkan pemikiran geostrategi yaitu konsepsi yang dirancang dan dirumuskan dengan memperhatikan kondisi bangsa dan konstelasi geografi Indonesia. Sebagai geostrategi, ketahanan nasional harus mampu menghadapi AGHT guna menjamin tegaknya kemerdekaan, kedaulatan , kesatuan bangsa dan keutuhan wilayah. Unsur-unsur kekuatan nasional di Indonesia dalam Ketahanan Nasional dikenal dengan istilah gatra yang dirumuskan dan dikembangkan oleh Lemhanas. Unsur-unsur kekuatan nasional tersebut dikenal dengan istilah Astagatra yang terdiri dari Trigatra dan Pancagatra. Astagatra sebagai unsur atau elemen kekuatan nasional menggunakan pendekatan soft power dari pada hard power. Yang dimaksud soft power adalah kemampuan negara untuk mempengaruhi kebijakan negara lain dengan cara persuasif, sedangkan hard power adalah kemampuan untuk membuat negara lain melakukan apa yang diinginkan negara tersebut, bisa menggunakan kekuatan militer, ekonomi dan sumber daya yang dimilikinya. Indonesia dengan konsep ketahanan nasionalnya menggunakan soft power dengan mengedepankan kerja sama, saling menghargai dan menjunjung kedaulatan negara lain saat berhubungan dengan negara lain, artinya bangsa Indonesia lebih memilih jalan damai dari pada kekerasan (konflik atau perang) dalam menyelesaikan setiap permasalahan tentang hubungan internasioanl atau hubungan antar bangsa. Selain itu, Ketahanan nasional memiliki dimensi profil, asas-asas, sifat, dan kebijaksanaan umum, yang bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan jaman.

5

2. Dimensi Profil Ketahanan Nasional

Untuk memahami konsep Ketahanan Nasional harus dilihat dari dimensi profilnya. Dimensi profil ketahanan nasional dapat digolongkan sebagai berikut.

a. Sebagai Kondisi. Ketahanan nasional dipandang sebagai suatu kondisi tidak lain merupakan hasil dari pembangunan seluruh aspek kehidupan (astagatra) dan bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan zaman. Dinamis artinya setiap gatra senantiasa berubah seiring perjalanan waktu. Dengan demikian, kemampuan sistem kehidupan nasional dalam menghadapi AGHT pada suatu saat merupakan gambaran kondisi ketahanan bangsa saat itu.8

b. Sebagai Doktrin. Doktrin adalah himpunan prinsip atau teori, yang diajarkan, dianjurkan, dan diterima sebagai kebenaran untuk digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dengan demikian Ketahanan Nasional sebaga doktrin, dijadikan pedoman dalam mewujudkan kesejahteraan dan keamanan melalui gatra gtara ketahanan nasional guna tercapainya tujuan nasional sebagai mana diamanatkan dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945.9

c. Sebagai Metode. Ketahanan nasional merupakan geostrategi atau doktrin operasional sebagai pelaksanaan dari geopolitik bangsa Indonesia yaitu Wawasan Nusantara yang merupakan aspirasi nasional10. Metodenya didasarkan pada pemikiran-pemikiran komprehensif-integral berdasarkan teori kesisteman dalam membina dan mengembangkan unsur-unsur atau elemen atau gatra ketahanan nasional. Komprehensif integral maknanya ada keterhubungan satu sama lain dalam gatra-gatra ketahanan nasiional, misalnya hubungan antara politik dan ekonomi, ekonomi dengan sumber kekayaan alam, ekonomi dengan pembangunan sosial budaya yang didalam-nya ada pendidikan dan seterusdidalam-nya.

8 Benyamin Mali, dkk.Op.Cit hal 266

9 S.Toto Pandoyo. Wawasan Nusantara dan Implementasinya Dalam UUD 1945 Serta Pembangunan Nasional. Jakarta: Bina Aksara, 1985, hal 4.

6

3. Asas-asas Ketahanan Nasional Indonesia

Asas Ketahanan Nasional Indonesia adalah tata laku yang didasari nilai-nilai, yang tersusun berlandaskan Pancasila, UUD NRI 1945, dan Wawasan Nusantara, yang terdiri dari:11

a. Asas kesejahteraan dan keamanan.

Aspek kesejahteraan dan keamanan merupakan inti dari ketahanan nasional, yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan, merupakan kebutuhan manusia yang mendasar serta esensial, baik sebagai perorangan maupun kelompok dalah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Penye-lenggaraan kesejahteraan memerlukan tingkat keamanan tertentu. Sebaliknya, penyelenggaraan keamanan memerlukan tingkat kesejahteraan tertentu.

b. Asas komprehensif integral atau menyeluruh terpadu.

Sistem kehidupan nasional mencakup segenap aspek kehidupan bangsa sedcara utuh menyeluruh dan terpadu dalam bentuk perwujudan persatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi dan selaras dari seluruh aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

c.

Asas kekeluargaan.

Ketahanan nasional mengandung nilai keadilan, kearifan, kebersamaan, kesetaraan, gotong royong, tenggang rasa dan memiliki tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam asas ini diakui adanya perbedaan, dan perbedaan tersebut harus dikembangkan secara serasi dalam hubungan kemitraan, serta dijaga agar tidak berkembang menjadi konflik yang bersifat antagonistik yang saling menghancurkan.

4. Sifat Ketahanan Nasional

Ketahanan Nasional Indonesia sebagai kondisi dinamik bangsa Indonesia memiliki sifat-sifat sebagai berikut:12

11 Kementerian Pertahanan, op.cit, 2018, hal.10

7 a. Manunggal

Memiliki sifat integratif yang diartikan terwujud kesatuan dan perpaduan yang seimbang, serasi dan selaras dari seluruh aspek kehidupan berbagsa dan bernegara.

b. Mawas Kedalam

Ketahanan Nasional terutama diarahkan pada diri bangsa negara itu sendiri, karena Ketahanan Nasional didasarkan pada kemandirian yang proporsional untuk meningkatkan kualitas, harkat dan martabat, serta derajat bangsa. Sehingga memberikan dampak keluar yang memilik unsur daya saing. Jadi hal ini tidak berarti bahwa ketahanan nasional mengandung sikap mengisolasi diri atau nasionalisme sempit.

c. Kewibawaan

Ketahanan Nasional, yang bersifat menunggal mewujudkan kewibawaan nasional yang akan diperhitungkan oleh pihak lain sehingga merupakan daya tangkal dalam arti semakin tingginya tingkat kewibawaan semakin besar daya tangkal tersebut. Jika ketahanan nasional dijalankan dan dikembangkan sesuai dengan landasan dan asas-asasnya, akan terpancarlah perwujudan kewibawaan nasional dan kewibawaan internasional sehingga meningkatkan posisi tawar Indonesia

d. Dinamis

Kondisi Ketahanan Nasional suatu negara tidak tetap, selalu berubah, dapat naik atau turun tergantung pada situasi dan kondisi bangsa serta kondisi lingkungan strategis, baik regional maupun global

e. Menitik Beratkan Konsultasi dan Saling Menghargai

Konsepsi ketahanan nasional tidak mengutamakan sikap konfrontatif dan

antagonistik, tetapi lebih mengutamakan konsultasi dan kerja sama serta saling

menghargai, terutama dengan mengandalkan kemampuan yang didasarkan pada daya atau kekuatan moral dan kepribadian bangsa, dan tidak

8

mengandalkan kekuasaan dan kekuatan fisik semata. Hal ini terwujud dengan semboyan berikut.

1) “Suro dryo jayaningrat, lebur dening pangastuti”, yang berarti betapapun hebatnya kekuasaan dan kekuatan, akhirnya akan dikalahkan juga oleh keluhuran budi.

2) “Nglurug tanpo bolo, menang tanpo ngasirake, digdaya tanpo aji”, yang berarti menyerang tanpa mempergunakan pasukan, menang tanpa menjatuhkan lawan, dan berjaya tanpa kesaktian.

5. Kebijaksanaan Umum Ketahanan Nasional

13

Pada dasarnya konsepsi Ketahanan Nasional Indonesia memberikan umpan balik pada pola operatif pengaturan dan penyelenggaraan kesejahteraan dan keamanan didalam kehidupan nasional, yaitu:

a. Ketahanan Nasional dilaksanakan secara utuh menyeluruh (komprehensif-integratif)

b. Ketahanan Nasional menggunakan pendekatan kesejahteraan dan keamanan c. Ketahanan Nasional dilaksanakan berdasarkan kondisi riil/nyata, hakekat

ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan, serta berorientasi pada tujuan nasional. Karena itu, diperlukan apresiasi yang tepat.

d. Ketahanan Nasional harus dilihat sebagai sumber kekuatan nasional.

9

Bagian III

MODEL KETAHANAN NASIONAL INDONESIA

1. Model Lemhanas

Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) membagi elemen kekuatan nasional menjadi delapan unsur atau aspek kehidupan yang disebut astagatra, mencakup: posisi dan lokasi geografis negara; keadaan dan kekayaan alam; keadaan dan kemampuan penduduk atau SDM; kondisi pemahaman dan pengamalan ideologi Pancasila; kondisi sistem politik; kondisi sistem ekonomi; kondisi sistem sosial budaya; dan kondisi sistem pertahanan dan keamanan.

Unsur pertama hingga ketiga disebut trigatra, yang relatif statis, sementara unsur keempat hingga kedelapan disebut pancagatra yang lebih bersifat dinamis, dengan rumusan:

K (t) = f ( Tri Gatra, Panca Gatra) t atau K(t) = f ([G,D,A], [I,P,E,S,H]) t , Keterangan: K (t) = Kondisi Ketahanan Nasional yang dinamis; G=Kondisi Geografi; D=Kondisi Demografi; A=Kondisi Kekayaan Alam; I=Kondisi Pemahaman dan Pengamalan Ideologi; P=Kondisi Sistem Politik; E=Kondisi Sistem Ekonomi; S=Kondisi Sistem Sosial Budaya; H=Kondisi Sistem Hankam; f = Fungsi dalam pengertian matematis; t=Dimensi Waktu14.

Ketahanan sifatnya dinamis, pada suatu saat bisa sangat tangguh, pada saat yang lain hanya cukup tangguh atau kurang tangguh. Lembaga ketahanan nasional dalam mengukur Ketahanan Nasional menggunakan Indeks. Adapun indeks 1 menunjukkan ketahanan nasional yang rawan, indeks 2 menunjukkan kurang tangguh, indeks 3 cukup tangguh, indeks 4 menunjukkan tangguh, dan indeks 5 itu sendiri menunjukkan sangat tangguh.

Indeks Ketahanan Nasional (IKN) yang dilakukan oleh Laboratorium Pengukuran Ketahanan Nasional, Lembaga Ketahanan Nasional, tahun 2016 telah terjadi

14 Sunardi, RM. Pembinaan Ketahanan Bangsa Dalam Rangka Memperkokoh Keutuhan Keutuhan Negara Republik

10

peningkatan daripada tahun 2015. Dapat dilihat, pada 2015 sekitar 2,55 kemudian tahun 2016 meningkat menjadi 2,60.15

Menurut Kepala Laboratorium Pengukuran Ketahanan Nasional (Labkurtannas) Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas), Kondisi Ketahanan Indonesia 2019 sebagai berikut : Politik dan ekonomi cukup tangguh, sedangkan ideologi dan sosial budaya kurang tangguh16. Perubahan kondisi ketahanan nasional suatu bangsa dapat mengalami perubahan karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengaruh globalisasi, serta kondisi yang berkembang di negara itu.

2. Keterkaitan (hubungan) antargatra

17

Dalam sistem Ketahanan Nasional (Tannas), kedelapan gatra-gatra tidak berdiri sendiri, tetapi terkait satu sama lainnya. Keseluruhan gatra harus dilihat sebagai satu keutuhan yang bulat, yang mencerminkan kondisi dinamika tata kehidupan nasional. Gatra-gatra tersebut hanya dapat dibedakan secara teoretik akan tetapi tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Kelemahan di dalam satu gatra akan melemahkan gatra yang lain dan mempengaruhi pula keadaan keseluruhan (sistem). Keterkaitan atau hubungan (interaktif) antargatra dalam astagatra dapat dilihat dalam gambar berikut :

15 Prof. Dr. Armaidy Armawi, M.Si. dan Darto Wahidin, S.Pd . Ketahanan Nasional Dan Bela Negara , diunduh dari https://www.kemhan.go.id/wp-content/uploads/2018/11/wiraedisikhusus1.pdf

16 Merdeka.com.Lemhannas Sebut Indeks Ketahanan Nasional Indonesia Cukup Tangguh, diunduh dari

https://www.merdeka.com/peristiwa/lemhanas-sebut-indeks-ketahanan-nasional-indonesia-cukup-tangguh.html

17 Kegiatan Belajar 3. Pendekatan Astagrata, Keterkaitan Antargatra, dan Ketahanan Gatra dalam Sistem Tannas Indonesia. Universitas Terbuka, hal: 8, dikutip dan disari dari:

http://bahanajar.ut.ac.id/app/webroot/epub/original_files/extract/1175/EPUB/xhtml/raw/shkr2a.xhtml Geografi SDM SDA Ideologi Sus-Bud Ekonomi Politik Hankam Trigatra Pancagatra Gambar 4: Hubungan Antargatra (Trigatra dan Pancagatra)

11 2.1. Hubungan Antargatra di dalam Trigatra18

a. Antara kondisi Geografi dengan Sumber Kekayaan Alam

Keberadaan sumber kekayaan alam di seluruh wilayah NKRI, penyebaran dan potensinya perlu senantiasa didata dan di update secara akurat. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam perencanaan dan pemanfaatan kekayaan alam itu. Kedekatan suatu usaha industri dengan sumber bahan baku kekayaan alam akan sangat menguntungkan dari sisi biaya produksi (biaya rendah) yang pada akhirnya akan menentukan tingkat harga yang dapat dijangkau oleh rakyat (masyarakat), sekaligus tingkat daya saing produk tersebut. Sebagai contoh: industri besi baja berdekatan dengan lokasi biji besi atau baja; industri listrik berdekatan dengan sumber energi seperti batu bara dan minyak bumi; Industri kertas berdekatan dengan lokasi bahan bakunya yaitu hutan bambu atau kayu.

b. Antara kondisi Geografi dengan Demografi atau Penduduk

Masalah yang kita hadapi adalah penyebaran penduduk yang tidak merata. Banyak pulau di Indonesia yang kaya potensi sumber daya alam kekurangan penduduk untuk mengolahnya. Optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam ini tidak mungkin dapat kita capai karena kekurangan penduduk yang mengolahnya. Di sinilah relevansinya program transmigrasi dan pembangunan infrastruktur yang menghubungkan seluruh daerah di wilayah NKRI. Kendati demikian, program transmigrasi dan pembangunan infrastruktur tidak hanya ditujukan untuk pengolahan sumber daya alam, tetapi juga untuk meningkatkan mobilitas warga negara yang dapat meningkatkan kemakmuran dan menjaga keamanan wilayah. Penyebaran penduduk pada daerah-daerah yang kurang penduduknya dalam upaya pengembangan dan peningkatan kesejahteraan, serta keamanan wilayah adalah salah satu bentuk keterkaitan antara kondisi geografi dengan faktor demografi (penduduk). Selain itu, mata pencaharian penduduk sangat erat hubungannya dengan kondisi geografi.

12

c. Antara kondisi Sumber Kekayaan Alam dengan Penduduk (SDM)

Kekayaan alam akan bermanfaat nyata apabila ada penduduk yang mengolah. Manfaat ini akan lebih besar apabila dalam pengolahannya didukung oleh kemampuan penguasaan teknologi sehingga bermanfaat secara optimal. Dalam hal ini, bukan saja jumlah penduduk yang besar diperlukan tetapi juga kualitas penduduk menguasai teknologi harus memadai. Budaya tanam atau gali-petik-jual harus diganti dengan tanam atau gali-petik-olah-gali-petik-jual. Di sinilah kita melihat adanya hubungan sumber daya alam dan kualitas serta kuantitas penduduk. Sebagai bangsa Indonesia, tentunya kita tidak mau terus-menerus membeli barang yang bahan bakunya berasal dari wilayah NKRI, diolah di luar negeri, kemudian diekspor ke Indonesia, kemudian dibeli atau dijual kepada rakyat Indonesia dengan harga mahal.

2.2. Hubungan Antargatra di dalam Pancagatra19

a. Ideologi sebagai falsafah hidup bangsa dan landasan ideal negara, bernilai sebagai penentu yang memberikan arah dalam pemeliharaan kelangsungan hidup, serta pencapaian tujuan suatu bangsa. Oleh karena itu, ideologi perlu diamankan dan dipertahankan dari segala bentuk ancaman yang akan mengubah atau meniadakannya. Di sisi lain ideologi itu juga harus dapat atau mampu memberikan harapan hidup lebih baik bagi penganutnya. Jika tidak, ideologi tersebut akan ditinggalkan oleh penganutnya, contoh runtuhnya negara-negara komunis. Ideologi Pancasila sebagai dasar NKRI telah teruji dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia hingga saat ini, yang harus senantiasa dipertahankan dan diamankan dari AGHT yang akan memecah-belah bangsa. b. Tingkah laku politik dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berkaitan, seperti

antara lain kecerdasan, keadaan berpolitik, tingkat kemakmuran, ketaatan beragama, keakraban sosial, dan keamanan. Dengan demikian, perubahan pada salah satu aspek akan mempengaruhi aspek-aspek lainnya. Situasi politik yang

13

kacau dan menimbulkan pertikaian serta pemberontakan, akan membahayakan ketahanan nasional. Sebaliknya, keadaan politik yang stabil dan dinamik memungkinkan terlaksananya pembangunan di segala bidang untuk meningkat-kan kesejahteraan, memberimeningkat-kan rasa aman, mempertinggi ketahanan nasional. c. Ketahanan di bidang ideologi, politik, sosial budaya dan hankam dapat menunjang

ketahanan di bidang ekonomi. Sebaliknya, keadaan ekonomi yang stabil dan maju menunjang stabilitas serta meningkatkan ketahanan di bidang lain.

d. Keadaan sosial yang serasi, stabil, dinamik, berbudaya, dan berkepribadian hanya dapat berkembang di dalam suasana damai dan aman. Kemegahan sosial budaya suatu bangsa mencerminkan tingkat kesejahteraan nasionalnya, fisik maupun non fisik atau mental. Sebaliknya, keadaan sosial yang timpang, dengan berbagai kontradiksi atau kesenjangan, tanpa budaya (tak beradab) dan kepribadian, memungkinkan timbulnya ketegangan sosial. Ketegangan ini dapat berkembang menjadi revolusi sosial yang membahayakan ketahanan nasional.

e. Keadaan yang stabil di bidang politik, ekonomi, dan sosial budaya memperkokoh ketahanan di bidang hankam. Demikian pula sebaliknya, tanpa hankam yang memadai ketahanan nasional suatu bangsa akan menjadi lemah.

2.3. Hubungan antara Trigatra dan Pancagatra20

a. Pada hakikatnya ketahanan nasional suatu bangsa sangat bergantung kepada kemampuan menggunakan dan mengelola aspek alamiah (gatra geografi, gatra demografi dan gatra sumber kekayaan alam) sebagai dasar penyelenggaraan kehidupan nasional di segala bidang.

b. Kemampuan pengelolaan aspek sosial (gatra ideology, gatra politik, gatra ekonomi, gatra sosial-budaya, dan gatra hankam) sangat berpengaruh terhadap hasil dari penggunaan dan pengelolaan aspek alamiah, yang berdampak pada keberlanjutan kesejahteraan dan keamanan suatu bangsa dan negara.

14

c. Ketahanan nasional mengandung pengertian yang utuh dan bulat. Di dalamnya terdapat hubungan Antargatra yang sangat erat di dalam keseluruhan kehidupan nasional. Kelemahan di dalam satu bidang akan melemahkan bidang lain dan

Dokumen terkait