• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2 Landasan Teori

2.2.3 Strategi Pikir Plus

2.2.3.1 Pengertian Strategi Pembelajaran

Strategi berasal dari kata yunani strategia yang berarti ilmu perang atau panglima perang. Bedasarkan pengertian ini, maka strategi adalah suatu seni merancang operasi di dalam peperangan seperti cara-cara mengatur posisi atau siasat berperang, angkatan darat atau laut Hornby (dalam Iskandar dan Dadang 2011: 3). Dalam konteks pengajaran, menurut Gagne ( dalam, Iskandar dan dadang 2011: 3) strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan masalah, dan mengambil keputusan.

Sependapat dengan ungkapan di atas Syaiful dan Aswan (2010: 5) mengungkapkan secara umum strategi adalah suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang digariskan.

Jamal (2011: 27) juga mengungkapakan Strategi pembelajaran adalah serangkaian dan keseluruhan tindakan strategis guru dalam merealisasikan perwujudan kegiatan pembelajaran aktual yang efektif, dan efisien, untuk mencapai tujuan pembelajaran

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa startegi pembelajaran adalah suatu perencanaan pembelajaran yang berisi rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien dalam upaya terjadinya perubahan pada aspek kognitif, afektif, dan motorik secara berkesinambungan.

2.2.3.2 Strategi Pikir Plus

Prasetyo (2007: 3) mengatakan bahwa Pikir Plus merupakan rangkaian kegiatan dalam belajar menulis puisi yang memberikan kesempatan lebih besar kepada siswa untuk melakukan proeses penulisan, sejak proses penentuan ide yang diinginkan siswa sampai pada tahap pemublikasian puisi yang berhasil ditulis siswa. Dalam strategi Pikir Plus ini siswa diajak untuk melakukan suatu proses penciptaan puisi. Jadi, dalam strategi ini bukan hasil ciptaanya yang dipentingkan atau diutamakan, tetapi yang paling penting adalah proses penciptaanya. Istilah Pikir Plus ini memang agak asing didengar karena ini adalah akronim seperti yang dikemukakan Prasetyo ( 2007:3):

Istilah Pikir Plus itu sendiri merupakan bentuk akronim dari enam langkah yang dilakukan dalam pembelajaran menulis puisi. Keenam langkah yang dimaksud antara lain : (1) pemilihan objek

yang diingini atau disenangi, (2) imajinasikan objek tersebut, (3) kreasikan imajinasimu dengan kata-kata, (4) ringkas dan kembangkan kata menjadi sebuah larik, (5) padukan dan olah larik-larik menjadi bait-bait puisi, dan (6) publikasikan puisimu.

Pada langkah pertama, siswa dibebaskan untuk memilih objek yang disenangi. Objek yang dipilih akan dijadikan tema puisi yang akan ditulis siswa. Pemilihan objek dapat dibantu oleh guru dengam menggunakan media. Dengan cara siswa memilih sendiri objek yang disenangi ini akan lebih membantu siswa dalam menemukan ide atau gagasan yang akan dijadikan tema puisi

Langkah kedua, siswa diajak mengimajinasikan objek yang dipilih. Objek yang dipilih siswa ini sebagai tema puisi yang akan ditulis. Siswa akan lebih cepat menulis puisi melalui imajinasi. Imajinasi ini berfungsi sebagai papan loncat siswa menuju proyek yang akan diciptakan ( dalam hal ini puisilah proyek tersebut).

Langkah ketiga, siswa diminta untuk mengkreasikan hasil imajinasinya dalam bentuk kata-kata. Pada tahap ini siswa akan mengasah otaknya untuk menuliskan semua hasil imajinasinya dalam bentuk kata-kata. Dengan demikian, hasil tulisan siswa murni berasal dari ungkapan pikiran atau perasaan siswa sendiri.

Langkah keempat, siswa meringkas dan mengembangkan kata-kata yang mereka tulis dalam bentuk larik. Kata-kata yang mereka tulis pada langkah ketiga pada dasarnya hanya kata-kata yang masih acak dan belum teratur seperti halnya dengan peta pikiran semata. Dari kata-kata yang masih acak itu kemudian pada

langkah keempat ini siswa akan meringkas, menyusun, atau mengembangkannya menjadi larik puisi.

Langkah kelima, siswa memadukan dan mengolah larik-larik menjadi bait-bait puisi. Larik-larik yang telah mereka buat pada langkah sebelumnya diolah kembali dan dipadukan menjadi bait. Bait merupakan satuan yang lebih besar daripada baris atau larik dalam puisi. Dengan demikian, proses menulis puisi telah selesai. Akan tetapi, tidak mengasikkan kiranya jika puisi yang dibuat siswa hanya dibiarkan saja. Oleh karena itu, ditambahkan satu langkah lagi.

Langkah keenam, yaitu siswa mempublikasikan puisi yang telah dibuat. Puisi yang dibuat siswa dapat dipublikasikan dalam berbagai cara. Misalnya, dengan cara dibacakan di hadapan teman-teman atau dengan cara ditempelkan di majalah dinding sekolah. Dengan adanya pemublikasian ini maka siswa akan belajar menghargai hasil karya sendiri maupun hasil karya orang lain.

Dilihat dari karakteristiknya, strategi pembelajaran menulis puisi Pikir Plus merupakan suatu pembelajaran yang berbasis kontekstual (CTL). Pembelajaran yang berbasis kontekstual merupakan alternatif untuk menciptakan pembelajaran menulis kreatif puisi yang inovatif. Pembelajaran kontekstual adalah suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan isi materi pelajaran dengan keadaan dunia nyata. Pembelajaran ini memotivasi siswa untuk menghubungkan pengetahuan yang diperoleh di kelas dan penerapannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga, sebagai warga masyarakat dan nantinya sebagai tenaga kerja. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan

lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.

CTL merupakan suatu pendekatan pembelajaran dan pengajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu, anggota (keluarga, masyarakat, dan bangsa) (http://pelangi.dit-plp.go.id/artikelmbs.htm).

Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang pembelajaran kontekstual, yaitu antara lain Johnson (2002: 25) dalam Nurhadi, dkk (2004: 12)

Sistem CTL merupakan suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya.

Untuk mencapai tujuan tersebut, sistem CTL akan menuntun siswa melalui kedelapan komponen utama CTL: melakukan hubungan yang bermakna, mengerjakan pekerjaan yang berarti, mengatur cara belajar sendiri, bekerja sama, berfikir kritis dan kreatif, memelihara atau merawat pribadi siswa, mencapai standar yang tinggi, dan menggunakan asesmen autentik.

Pembelajaran kontekstual terjadi ketika siswa menerapkan dan mengalami apa yang diajarkan. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual menekankan berfikir tingkat tinggi, transfer pengetahuan melalui disiplin ilmu, dan

mengumpulkan, menganalisis dan mensintesiskan informasi dan data dari berbagai sumber dan sudut pandang.

Pembelajaran kontestual memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection), dan penilaian sebenarnya (Authentic Assessment). Dalam pembelajaran menulis puisi melalui strategi Pikir Plus ini, komponen yang paling dominan digunakan adalah komponen Inquiry atau menemukan. Menemukan merupakan komponen bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis (CTL). Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hanya sekadar hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.

Depdiknas (2002: 13) memberikan langkah-langkah kegiatan menemukan (Inquiry), yaitu : (1) merumuskan masalah; (2) mengamati atau melakukan observasi; (3) menganalisis dan menyajikan hasil dalam bentuk tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, dan karya lainnya; (4) mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau khalayak lainnya.

Dalam bahasa Inggris, Mohanan (2006: 1) mengungkapkan One Strategy of inqury is to gather the information relevant to the question on our own yang berarti “salah satu strategi inkuiri adalah untuk mengumpulkan info berkenaan dengan pertanyaan atau masalah yang kita miliki.” Selanjutnya, dia juga menambahkan “ Modes of inquiry are the configurations of strategies for (a) looking for answer and (b) establishing their credibility,” yang artinya “ cara-cara

yang digunakan dalam inkuiri merupakan bentuk strategi untuk : (a) mencari jawaban, dan (b) membangun kredibilitas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahawa inkuiri merupakan salah satu komponen pendekatan kontekstual yang bertujan untuk menemukan sendiri suatu jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari permasalahan yang dihadapi. Selain itu, inkuiri juga merupakan suatu strategi yang bermaksud untuk mengumpulkan informasi dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut.