BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
2. Pengertian Stres Kerja
Stres kerja merupakan suatu tanggapan adaptif, dibatasi oleh perbedaan
individual dan proses psikologis, yaitu konsekuensi dari setiap kegiatan
(lingkungan), situasi atau kejadian eksternal yang membebani tuntutan
psikologi atau fisik yang berlebihan terhadap seseorang di tempat individu
tersebut berada. Stres yang positif disebut eustres sedangkan stres yang
berlebihan dan bersifat merugikan disebut distres. Berikut adalah
definisi-definisi tentang stres kerja menurut para ahli yang penulis susun diantaranya :
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara (2008:157), mengemukakan bahwa :
Suatu perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan.
Stres kerja ini tampak dari sindrom, antara lain emosi tidak stabil, perasaan
tidak tenang, suka menyendiri, sulit tidur, merokok yang berlebihan, tidak bisa
rileks, cemas, tegang, gugup, tekanan darah meningkat, dan mengalami
Veitzal Rivai (2009:1008), mengemukakan bahwa :
“Suatu kondisi ketegangan yang menciptakan adanya ketidakseimbangan fisik
dan psikis, yang mempengaruhi emosi, proses berfikir dan kondisi seorang
karyawan”.
Berdasarkan definisi para ahli dapat disimpulkan bahwa stres kerja merupakan
suatu kondisi yang merefleksikan rasa tertekan, tegang, yang mempengaruhi
emosi dan proses berfikir seorang karyawan untuk mengerjakan pekerjaannya
sehingga menghambat tujuan organisasi.
a. Jenis-Jenis Stres Kerja
Quick dan quick (dikutip oleh Veithzal Rivai & Deddy Mulyadi, 2003;308)
mengkategorikan jenis stres menjadi dua yaitu :
1. Eustres, yaitu hasil respons terhadap stres yang bersifat sehat positif
dan konstruktif (membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan
individu dan organisasi yang diasosiasikan dengan pertumbuhan,
fleksibilitas, kemampuan adaptasi dan tingkat performance yang
tinggi.
2. Distres, yaitu hasil dari respon yang bersifat tidak sehat, negatif dan
destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi
individu dan juga organisasi seperti penyakit cardiovascular dan
tingkat ketidakhadiran yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan
b. Pendekatan Stres Kerja
Menurut Veitzhal Rivai (2009:1008-1009) pendekatan stres kerja dapat
dilakukan dengan cara :
1. Pendekatan individu meliputi :
a. Meningkatkan keimanan.
b. Melakukan meditasi pernapasan.
c. Melakukan kegiatan olahraga.
d. Menghindari kebiasaan rutin yang membosankan.
e. Berbincang-bincang dengan teman dekat.
f. Melakukan kegiatan lain yang lebih menyenangkan.
2. Pendekatan perusahaan meliputi :
a. Melakukan perbaikan iklim organisasi.
b. Melakukan perbaikan terhadap lingkungan fisik.
c. Menyediakan sarana olahraga.
c. Sumber-Sumber Potensi Stres Kerja
Stres dapat disebabkan oleh berbagai fakor di dalam maupun diluar
pekerjaan yang merupakan sumber stres di tempat kerja. Sumber stres disebut
juga stresor yaitu suatu rangsangan yang dipersepsikan sebagai suatu ancaman
dan menimbulkan perasaan negatif. Hampir setiap kondisi pekerjaan dapat
menyebabkan stres, tergantung reaksi karyawan bagaimana menghadapinya.
Sebagai contoh, seorang karyawan akan dapat mudah menerima dan
bahkan akan menolaknya. Bagaimana juga orang bereaksi terhadap stres maka
menentukan tingkat stres yang dialami.
Sumber-sumber stres menurut Keith Davis dan John W. Newstrom dalam
Muharto Toha (2008:198) yaitu :
1. Beban kerja yang berlebihan, banyaknya tugas dapat menjadi sumber
stres bila banyaknya tugas tidak sebanding dengan kemampuan fisik
maupun keahliannya.
2. Tekanan atau desakan waktu, atasan sering kali memberikan tugas
sesuai dengan target waktu yang terbatas.
3. Supervisi yang jelek, seorang karyawan dapat menjalankan tugas
sehari harinya dibawah bimbingan sekaligus mempertanggung
jawabkan kepada supervisor. Jika supervisor pandai (cakap) dan
menguasai tugas bawahan, ia akan membimbing dan memberikan
pengarahan atau instruksi secara baik dan benar.
4. Iklim politis, Iklim politis yang tidak aman akan mempengaruhi
semangat kerja.
5. Wewenang untuk melaksanakan tanggung jawab, atasan sering
memberikan tugas kepada bawahannya tanpa diikuti kewenangan
yang memadai. Sehingga, jika harus mengambil keputusan harus
berkonsultasi, kadang menyerahkan sepenuhnya pada atasan.
6. Konflik dan ketidakjelasan peran, pada situasi seperti ini orang
memiliki harapan yang berbeda akan kegiatan seseorang karyawan
dalam organisasi, sehingga karyawan tidak tahu apa yang harus dia
lakukan dan tidak dapat memenuhi semua harapan.
7. Perbedaan antara nilai perusahaan dan karyawan. artinya perbedaan
ini mencabik-cabik karyawan dengan tekanan mental pada waktu
suatu upaya dilakukan untuk memenuhi nilai kebutuhan perusahaan
dan karyawan.
8. Frustasi, Suatu akibat dari motivasi yang terhambat dan mencegah
seseorang mencapai tujuan yang diinginkan sehingga berpengaruh
terhadap pola kerja
d. Dampak Stres Kerja
Begitu besar dampak stres kerja, oleh para ahli perilaku organisasi telah
dinyatakan sebagai agen penyebab dari berbagai masalah fisik, mental, bahkan
output organisasi Yun Iswanto, (1999). Menurut Gibsons alih bahasa Nunuk
Ardiyani, (1996:363), dampak stres kerja banyak dan bervariasi. Dampak
positif dari stres kerja diantaranya motivasi pribadi, rangsangan untuk bekerja
lebih keras, dan meningkatnya inspirasi hidup yang lebih baik. Meskipun
demikian, banyak efek yang menganggu dan potensial berbahaya. Cox dalam
Retyaningyas (2005) membagi menjadi 5 efek dari stres kerja yaitu :
1. Subjektif, berupa kekhawatiran atau ketakutan, agresi, apatis, rasa
bosan, depresi, keletihan, frustasi, kehilangan kendali dan emosi,
2. Perilaku, berupa mudah mendapat kecelakaan, kecanduan alkohol,
penyalahgunaan obat, luapan emosional, makan atau merokok
berlebihan, perilaku impulsif, dan tertawa gugup.
3. Kognitif, berupa ketidakmampuan untuk membuat keputusan yang
masuk akal, daya konsentrasi rendah, kurang perhatian, sangat sensitif
terhadap kritik, hambatan mental.
4. Fisiologis, berupa kandungan glukosa darah meningkat, denyut
jantung dan tekanan darah meningkat, mulut kering, berkeringat, bola
mata melebar, panas dan dingin.
5. Organisasi, berupa angka absensi, omset, produktivitas rendah,
terasing dari mitra kerja, serta komitmen organisasi dan loyalitas
berkurang.Menurut Jacinta (2002) stres kerja juga dapat
mengakibatkan hal-hal berikut:
a. Dampak terhadap perusahaan yaitu :
(1) Terjadinya kekacauan, hambatan baik dalam manajemen
maupun operasional kerja.
(2) Mengganggu kenormalan aktivitas kerja.
(3) Menurunnya produktivitas kerja.
(4) Menurunkan pemasukan dan keuntungan perusahaan
b. Dampak terhadap individu yaitu :
(1) Kesehatan
Banyak penelitian yang menemukan adanya akibat-akibat stres
darah tinggi, maag, alergi ganguan pencernaan, sulit tidur atau
kebanyakan tidur, stroke, dan beberapa penyakit lainnya.
(2) Psikologis
Stres berkepanjangan akan menyebabkan ketegangan dan
kekuatiran yang terus menerus yang disebut stres kronis. Stres
kronis sifatnya menggerogoti dan menghancurkan tubuh,
pikiran dan seluruh kehidupan penderitanya secara
perlahan-lahan.
(3) Interaksi interpersonal
Orang yang sedang stres akan lebih sensitif dibandingkan
dengan orang yang tidak mengalami kondisi stres. Oleh karena
itu sering salah persepsi dalam membaca dan mengartikan
suatu keadaan, pendapat dan penilaian, kritik, nasehat, bahkan
perilaku orang lain. Pada tingkat stres yang berat, orang bisa
menjadi depresi, kehilangan rasa percaya diri.
e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja
Menurut A.A. Prabu Mangkunegara (2008:157) berpendapat bahwa
penyebab stres kerja, antara lain beban kerja yang dirasakan terlalu berat,
waktu kerja yang mendesak, kualitas pengawasan yang rendah, iklim kerja
yang tidak sehat, otoritas kerja yang tidak memadai yang berhubungan dengan
tanggung jawab, konflik kerja, perbedaan nilai antar karyawan dengan
mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah kondisi kerja yang sering
menyebabkan stres bagi karyawan, diantaranya adalah :
1. Beban kerja yang berlebihan.
2. Tekanan atau desakan waktu.
3. Kualitas supervisi yang jelek.
4. Umpan balik tentang pelaksanaan kerja yang tidak memadai.
5. Konflik antar pribadi dan antar kelompok.
f. Indikator-Indikator Stres Kerja
Indikator-indikator stres kerja menurut Stephen P. Robbins yang dialih
bahasakan oleh Hadyana Pujaatmaka, (2008:375), dibagi dalam tiga aspek
yaitu :
1. Indikator pada psikologis, meliputi
a. Cepat tersinggung.
b. Tidak komunikatif
c. Banyak melamun.
d. Lelah mental.
2. Indikator pada fisik, meliputi :
a. Meningkatnya detak jantung dan tekanan darah.
b. Mudah lelah secara fisik.
c. Pusing kepala.
d. Problem tidur (kebanyakan atau kekurangan tidur).
3. Indikator pada perilaku, meliputi :
b. Menunda atau menghindari pekerjaan.
c. Perilaku sabotase.
d. Perilaku makan yang tidak normal.