BAB II TINJ AUAN PUSTAKA
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pengertian Struktur Modal
Pengertian struktur modal menurut Husnan yang dikutip oleh Aliansyah
(2001: 9) menjelaskan hubungan apakah tersedianya sumber-sumber dana dan
biaya modal yang berlainan ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai
tergantung pada perkiraan seberapa besar arus dana di masa datang dan tingkat
pemulihan sebagai pengembalian (kapitalisasi) dari arus dana tersebut. Tingkat
biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan mencerminkan tingkat pemulihan
bagi investor.
Menurut Weston dan Copeland (2002: 4) bahwa struktur modal adalah
Pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen
dan modal pemegang saham. Jadi struktur modal suatu perusahaan hanya
merupakan sebagian dari struktur keuangannya. Nilai buku dari modal pemegang
saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi
laba ditahan bila perusahaan memiliki saham preferen, maka saham tersebut akan
ditambahkan kepada pemegang saham.
Struktur modal menurut Sutrisno (2001: 289) merupakan imbangan antara
modal asing dan modal sendiri. Misalnya perusahaan mempunyai hutang baik
jangka pendek maupun hutang jangka panjang sebesar Rp 200.000,- sementara
modal sendiri yang dimiliki sebesar Rp 300.000,- maka struktur modalnya adalah
sebesar 40%. Artinya aktiva yang dimiliki oleh perusahaan sebesar 40% dibelanjai
dengan hutang dan 60% dibelanjai dengan modal sendiri. Perubahan struktur
modal bisa menyebabkan perubahan nilai perusahaan, sehingga muncul beberapa
teori struktur modal. Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh
perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan. Dalam kaitannya dengan
struktur modal ini, nilai perusahaan bisa diukur dengan harga saham atau biaya
modal yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam memperoleh sumber dana yang
19
a. Setiap ada perubahan struktur modal akan mempengaruhi biaya modal secara
keseluruhan. Hal ini disebabkan masing-masing jenis modal mempunyai
biaya modal sendiri-sendiri.
b. Besarnya biaya modal keseluruhan ini, nantinya akan digunakan sebagai cut
of rate pada pengambilan keputusan investasi. Oleh karena itu kebijaksanaan struktur modal akan mempengaruhi keputusan investasi.
Struktur modal menurut Abdullah (2001: 47) adalah pembelanjaan
permanen dimana mencerminkan pula perimbangan antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri, maka seorang manajer keuangan dalam menentukan
sumber modal yang akan digunakan oleh perusahaan harus mempertimbangkan
biaya yang timbul dari sumber modal yang digunakan. Masalah dapat timbul jika
para manajer dan pemegang saham mempunyai tujuan yang berbeda. Konflik
tersebut sering saja terjadi jika manajer perusahaan mempunyai terlalu banyak
uang kas yang dapat digunakannya. Manajer sering menggunakan uang kas
tersebut untuk membiayai proyek yang menguntungkan atau untuk fasilitas
pribadi yang semuanya tidak membantu usaha memaksimalkan harga saham.
Menurut Brigham dan Houston (2001: 45), struktur modal yang optimal
suatu perusahaan adalah kombinasi dari utang dan ekuitas yang memaksimumkan
harga saham perusahaan. Pada saat tertentu, manajemen perusahaan menetapkan
struktur modal yang ditargetkan, yang mungkin merupakan struktur yang optimal,
Menurut Sartono (2001: 225), struktur modal merupakan perimbangan
pembelanjaan jangka panjang yang permanen, yaitu perimbangan antara hutang
jangka panjang dan saham preferen dengan modal sendiri diluar hutang jangka
pendek. Modal sendiri termasuk modal saham biasa, surplus modal, dan laba
ditahan.
Hakikat pemenuhan dan pengalokasian dana menyangkut masalah
keseimbangan finansial dalam perusahaan, yaitu mengadakan keseimbangan
antara aktiva dengan pasiva yang dibutuhkan serta mencari susunan kualitatif dari
aktiva akan menentukan struktur kekayaan, sedangkan pemilihan susunan
kualitatif dari pasiva akan menentukan struktur keuangan.
Struktur keuangan atau biasa disebut struktur modal merupakan kombinasi
atau bauran segenap pos yang masuk ke dalam sisi kanan neraca pendanaan
perusahaan, sedangkan Weston dan Copeland (2002: 34) mengartikan struktur
modal adalah bagaimana cara perusahaan membiayai aktivanya, struktur dapat
dilihat pada seluruh sisi kanan neraca yang terdiri dari hutang jangka pendek,
hutang jangka panjang, modal pemegang saham itu sendiri.
Konsep penting lainnya dalam struktur pendanaan adalah faktor leverage,
dalam manajemen pendanaan, leverage adalah penggunaan asset dan sumber dana
(sources of funds) oleh perusahaan dengan maksud meningkatkan keuntungan
potensial pemegang saham. Konsep leverage tersebut sangat penting terutama
untuk menunjukkan kepada analisa pendanaan dalam melihat trade – off antara
resiko dan tingkat keuntungan dari berbagai tipe keputusan finansial. (Sartono,
21
Tingkat pertumbuhan penjualan masa depan merupakan ukuran sampai
sejauh mana laba per saham suatu perusahaan dapat ditingkatkan oleh leverage,
jika laba dan penjualan meningkat per tahun, maka pembiayaan dengan hutang
dengan beban tetap tertentu akan meningkatkan pendapatan pemilik saham,
perusahaan harus mempertimbangkan keuntungan menggunakan leverage dengan
adanya kesempatan untuk meningkatkan modal saham ketika harga sahamnya
tinggi.
Perusahaan dengan tingkat penjualan yang stabil dapat menggunakan
hutang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil,
perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan dan profitabilitas tinggi
cenderung akan menggunakan hutang yang lebih besar, karena penggunaan
hutang yang besar akan dapat meningkatkan rentabilitas modal sendiri yang
ditunjukkan oleh ratio antara laba bersih dengan modal sendiri yang digunakan.
Weston dan Brigham (2004: 72) menyatakan bahwa struktur aktiva yang
fleksibel cenderung menggunakan leverage lebih besar daripada perusahaan yang
struktur aktivanya tidak fleksibel mengemukakan bahwa apabila aktiva
perusahaan cocok untuk dijadikan agunan kredit, maka perusahaan tersebut akan
cenderung menggunakan jumlah hutang yang lebih besar.
Aktiva multiguna dapat digunakan untuk tujuan tertentu, dengan demikian
perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan sebagai agunan hutang
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang
ditunjukan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata tingkat penjualan dan
rata-rata total aktiva. Mulyadi (2006: 89) mengemukakan bahwa perusahaan yang
lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan
kecil, oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan
lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil, dengan demikian, ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap struktur pendanaan dengan didasarkan pada
kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahan, ada kecenderungan untuk
menggunakan jumlah pinjaman yang lebih besar.
Keuntungan penggunaan leverage pada perusahaan adalah melalui
pembayaran bunga sebagai biaya yang dapat mengurangi pajak. Konsekuensinya,
total dana yang tersedia untuk membayar pemegang saham akan lebih besar jika
perusahaan menggunakan hutang. Horne (2000: 56) menyatakan bahwa
keuntungan penggunaan hutang di dalam suatu perusahaan adalah pajak, karena
beban bunga yang dibayarkan perusahaan merupakan pengurang pajak atau
penghematan pajak. Semakin tinggi beban pajak perusahaan semakin besar
keuntungan dari penggunaan hutang.
Sutrisno (2001: 43) mengemukakan bahwa bila ada pajak maka perubahan
struktur modal menjadi relevan, hal ini disebabkan karena bunga yang dibayarkan
berfungsi sebagai pengurang pajak atau sebagai tax deductable.
Bagi perusahaan yang menggunakan hutang bisa menghemat pajak dan
tentunya dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik atau meningkatkan
23
dibandingkan dengan nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang yaitu
sebesar present value penghematan tersebut.
Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang
menggunakan hutang akan mendapatkan penghematan pajak, akibatnya
perusahaan cenderung menggunakan sumber dana dari hutang yang lebih besar,
hal ini tentu saja berpengaruh terhadap struktur pendanaan dan RMS perusahaan.
Karena dengan adanya penghematan pajak dapat memperbesar earning after taxes
(EAT) yang diperoleh.
Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, setiap perusahaan
menginginkan adanya pertumbuhan disamping dapat membayarkan dividen
kepada para pemegang saham namun kedua tujuan tersebut selalu bertentangan.
Semakin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, semakin kecil laba yang
dapat ditahan sebagai akibatnya menghambat tingkat pertumbuhan (rate of
growth) dalam pendapatan. Jika perusahaan menahan sebagian besar pendapatannya dalam perusahaan, berarti bagian pendapatan yang tersedia untuk
dibayarkan sebagai dividen akan semakin kecil. (Riyanto, 2000: 63).
Uraian di atas, terlihat bahwa semakin tinggi prosentase bagian laba yang
ditetapkan untuk pembayaran dividen, semakin kecil bagian laba (dana) untuk
ditanamkan kembali di dalam perusahaan, hal ini berarti berpengaruh terhadap
struktur pendanaan karena dapat memperkecil jumlah modal sendiri yang pada
akhirnya berpengaruh pula terhadap kemampuan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki.
Sementara itu Riyanto (2000: 65) mengemukakan bahwa salah satu fungsi
penting dari manajer pendanaan adalah menentukan alokasi keuntungan netto
sesudah pajak untuk pembayaran dividen di satu pihak dan untuk laba di tahan di
lain pihak dimana keputusan tersebut dapat berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
2.2.1.1 Komponen Str uktur Modal
Struktur modal suatu perusahaan, secara umum terdiri atas beberapa
komponen (Aliansyah, 2001: 9), yaitu :
1. Hutang jangka panjang (long term debt), yaitu hutang yang masa jatuh tempo
pelunasannya lebih dari sepuluh tahun. Komponen ini terdiri dari :
a. Hutang hipotik (mortage), adalah bentuk hutang jangka panjang yang
dijamin dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan), kecuali
kapal, dan cara pembayaran tertentu.
b. Obligasi (bond), adalah sertifikat yang menunjukkan pengakuan bahwa
perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya
kembali dalam jangka waktu tertentu.
2. Modal sendiri (equity), yang terdiri atas saham preferen (preferred stock) dan
25
a. Saham preferen (preferred stock), yaitu bentuk komponen modal jangka
panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan hutang
jangka panjang.
b. Saham biasa (common stock), yaitu bentuk komponen modal jangka
panjang yang ditanamkan oleh para investor, dimana pemilik saham ini,
dengan memiliki saham berarti ia membeli prospek dan siap menanggung
segala risiko sebesar dana yang ditanamkan.
2.2.1.2 Teori Struktur Modal
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur
modal terhadap nilai perusahaan, jika keputusan investasi dan kebijakan dividen
dipegang konstan, dengan kata lain, seandainya perusahaan mengganti sebagian
modal sendiri dengan hutang (atau sebaliknya) apakah harga saham akan berubah,
apabila perusahan tidak merubah keputusan-keputusan keuangan lainnya.
Struktur modal yang optimal adalah suatu struktur di mana biaya marginal
riil dari masing-masing sumber pembelanjaan adalah sama. Dengan biaya riil kita
maksudkan adalah jumlah biaya implisit dan eksplisit (Husnan, 2001: 355).
Bagi dana yang berbentuk modal sendiri, biaya dananya tidak nampak,
meskipun demikian tidak berarti bahwa biaya dananya lebih murah dari dana
dalam bentuk hutang. Biaya dana (cost of capital) untuk dana dalam bentuk modal
sendiri merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik dana
keuntungan ini belum tentu lebih kecil apabila dibandingkan dengan bunga
pinjaman. (Husnan, 2001: 215).
Balancing Theories menurut Husnan (2001: 75) disebut sebagai teori-teori keseimbangan, karena tujuannya adalah untuk menyeimbangkan komposisi
hutang dan modal sendiri. Pembicaraan balanching theories dimulai dari keadaan
yang ekstrem, yaitu pada kondisi pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak.
Tentu saja kondisi seperti ini tidak pernah kita jumpai dalam dunia yang nyata.
Setelah balancing theories, kemudian akan dibicarakan pecking order theory,
yang menjelaskan preferensi perusahaan akan sumber-sumber pendanaan.
2.2.1.3 Faktor yang menentukan pemilihan struktur modal
Husnan (2001) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang
menentukan pemilihan struktur modal antara lain :
1. Lokasi distribusi Keuntungan
Lokasi distribusi keuntungan adalah seberapa besar nilai yang diharapkan dari
keuntungan perusahaan.
2. Stabilitas Penjualan dan Keuntungan
Stabilitas penjualan mampengaruhi kestabilan keuntungan. Semakin stabil
keuntungan, berarti semakin sempit penyebarannya.
3. Kebijakan Deviden
Banyak perusahaan yang mencoba menggunakan kebijakan dividen yang
27
4. Pengendalian (control)
Perusahaan memilih menggunakan “leverage” yang agak tinggi daripada
mengeluarkan saham yang baru. Hal ini disebabkan karena mereka enggan
membagi kepemilikan (yang berarti juga kontrol).
5. Resiko kebangkrutan
Tingkat bunga pinjaman akan berbeda dengan jumlah yang cukup besar
karena adanya resiko kebangkrutan.
2.2.1.4 Str uktur Modal yang Optimum
Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya
mengutamakan pemenuhan dengan sumber dari dalam perusahaan akan sangat
mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar.
Apabila kebutuhan dana sudah meningkat karena pertumbuhan
perusahaan, dan dana dari sumber intern sudah digunakan semua, maka tidak ada
pilihan lain, selain menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik dari
hutang maupun dengan mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan
akan dananya.
Oleh karena itu perlu diusahakan adanya keseimbangan yang optimal
antara kedua sumber dana tersebut. Jika kita mendasarkan pada prinsip hati-hati,
maka kita mendasarkan pada aturan struktur finansial yang konservatif dalam
2.2.1.5 Faktor Yang Mempengar uhi Struktur Modal
Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal menurut Riyanto (2000;
296) adalah sebagai berikut:
1. Tingkat bunga
Pada waktu perusahaan merencanakan kebutuhan modal adalah sangat
dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku pada waktu itu.
2. Stabilitas dari “ Earning ”
Stabilitas dan besarnya “earning” yang diperoleh oleh suatu perusahaan akan
menentukan apakah perusahaan tersebut dibenarkan untuk menarik modal
dengan beban tetap atau tidak.
3. Susunan dari aktiva
Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar dari modalnya
tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan
modalnya dari modal yang permanen yaitu modal sendiri.
4. Kadar resiko dari aktiva
Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva di dalam perusahaan adalah tidak
sama. Makin panjang waktu penggunaan suatu aktiva di dalam perusahaan
makin besar derajat resikonya.
5. Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan
Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar maka dirasakan perlu
bagi perusahaan tersebut untuk mengeluarkan beberapa golongan, securities