• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)."

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

S K R I P S I

Diajukan Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

J ur usan Manajemen

Oleh :

VONDRA EKA PRANATA 0712315067 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

(2)

S K R I P S I

Oleh :

VONDRA EKA PRANATA 0712315067 / FE / EM

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN

J AWA TIMUR

(3)

S K R I P S I

STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Yang Diajukan :

VONDRA EKA PRANATA 0712315067 / FE / EM

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Pada tanggal 16 Januari 2014

Tim Penguji :

Pembimbing Ketua

Dr. Muhadjir Anwar, MM Dra. Ec. Suhartuti, MM

Sekretaris

Dr. Muhadjir Anwar, MM

Anggota

Dra. Ec. Malicha

Mengetahui Dekan Fakultas Ekonomi

(4)

STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Yang Diajukan :

VONDRA EKA PRANATA 0712315067 / FE / EM

Telah Diseminarkan Dan Disetujui Untuk Menyusun Skripsi Oleh :

Pembimbing

Dr. Muhadjir Anwar, MM

Tanggal : ……….

Mengetahui,

Ketua Program Studi Manajemen

(5)

S K R I P S I

STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES

DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Yang Diajukan :

VONDRA EKA PRANATA 0712315067 / FE / EM

Disetujui Untuk Ujian Skripsi Oleh :

Pembimbing

Dr. Muhadjir Anwar, MM

Tanggal : ……….

Mengetahui,

Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Jawa Timur

(6)

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan

berkat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Struktur Modal Perusahaan Food And Beverages Di Bursa Efek

Indonesia (BEI)” dengan baik.

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi satu syarat

penyelesaian Program Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi, Jurusan

Manajemen, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.

Dalam penyusunan skripsi, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan

selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis

menghaturkan rasa terima kasih yang mendalam kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor UPN “Veteran” Jawa

Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

UPN “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Program Studi Manajemen

UPN “Veteran” Jawa Timur, dan Dosen Pembimbing yang telah

mengorbankan waktu, tenaga dan pikirannya dalam membimbing penulisan

ini.

4. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Manajemen yang telah memberikan ilmu yang

(7)

menghargai jasa Bapak dan Ibu. Namun teriring do’a semoga apa yang sudah

diberikan kepada kami akan terbalaskan dengan berkah dari sang Illahi.

5. Yang terhormat Bapak dan Ibu, sembah sujud serta ucapan terima kasih atas

semua do’a, restu, dukungan, nasehat yang diberikan kepada penulis.

Semoga Allah SWT melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua

pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk

itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Akhir kata

penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surabaya, Januari 2014

(8)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

ABSTRAKSI ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 12

1.3. Tujuan Penelitian ... 13

1.4. Manfaat Penelitian ... 13

BAB II TINJ AUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu ... 15

2.2. Landasan Teori ... 16

2.2.1. Pengertian Struktur Modal ... 16

2.2.1.1. Komponen Struktur Modal... 23

2.2.1.2. Teori Struktur Modal ... 24

2.2.1.3. Faktor yang menentukan pemilihan struktur modal ... 25

2.2.1.4. Struktur modal yang optimum ... 26

2.2.1.5. Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal ... 27

2.2.2. Struktur Aktiva ... 28

2.2.3. Profitabilitas (Profitability) ... 30

(9)

2.2.5. Pengaruh Struktur Aktiva Terhadap Struktur Modal 32

2.2.6. Pengaruh Profitability Terhadap Struktur Modal . 32

2.2.7. Pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal 34

2.3. Kerangka Konseptual ... 35

2.4. Hipotesis ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 37

3.2. Populasi dan Penentuan Sampel ... 39

3.2.1. Populasi ... 39

3.2.2. Sampel ... 39

3.3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 39

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 40

3.4.1. Teknik Analisis Data ... 40

3.4.2. Uji Asumsi Klasik ... 41

3.4.3. Uji Hipotesis ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 46

4.1.1. Struktur modal (Y) perusahaan food and beverages yang go public di BEI ... 47

4.1.2. Struktur Aktiva (X1) Perusahaan Food And Beverages yang go public di BEI ... 48

4.1.3. Profitability / Profitabilitas (X2) Perusahaan Food And Beverages yang go public di BEI ... 50

(10)

4.2.2. Uji Asumsi Klasik / BLUE ... 53

4.2.2.1. Uji Autokorelasi ... 53

4.2.2.2. Uji Multikolinearitas ... 54

4.2.2.3. Uji Heterokedastisitas ... 55

4.2.3. Analisis Regresi Linear Berganda ... 56

4.2.4. Pengujian Hipotesis ... 58

4.3. Pembahasan.. ... 61

4.3.1. Pengaruh Struktur Aktiva (X1) Terhadap Struktur Modal (Y) ... 61

4.3.2. Pengaruh Profitability (X2) Terhadap Struktur Modal (Y) ... 62

4.3.3. Pengaruh Size (X3) Terhadap Struktur Modal (Y) ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 66

5.2. Saran ... 66

DAFTAR PUSTAKA

(11)

STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN FOOD AND BEVERAGES DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

Oleh :

Vondra Eka Pranata

Abstraksi

Adanya indikasi penurunan pada struktur modal perusahaan food and

beverages di Indonesia periode 2010 – 2012 yang cenderung menurun. Selama 3 tahun terdapat 6 perusahaan dari 14 perusahaan yang tergabung dalam

perusahaan food and beverages cenderung mengalami penurunan pada nilai struktur modalnya. Perusahaan- perusahaan tersebut antara lain: PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), PT. Multi Bintang Indonesia Tbk (MLBI), PT. Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), PT. Sekar Bumi Tbk (SKBM), PT. Sekar Laut Tbk (SKLT), dan PT. Siantar Top Tbk STTP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh struktur aktiva, profitabilitas (profitability) dan ukuran perusahaan (size) terhadap struktur modal pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Pengambilan sampel menggunakan metode sensus yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sehingga populasi dan sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 14 perusahaan. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan uji statistik uji F dan uji t.

Dari hasil perhitungan diperoleh bahwa struktur aktiva tidak berpengaruh signifikan dan positif terhadap struktur modal pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI), selanjutnya profitabilitas (profitability) berpengaruh signifikan dan positif terhadap struktur modal pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI), dan terakhir ukuran perusahaan (size) tidak berpengaruh signifikan dan negatif terhadap struktur modal pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI)

(12)

1.1. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan perekonomian di Indonesia,

perusahaan-perusahaan sudah mulai mengadakan peningkatan-peningkatan kualitas dan

kuantitas untuk membuat perekonomian Indonesia maju pesat. Semua usaha untuk

meningkatkan perekonomian Indonesia dilakukan secara berkesinambungan dan

diupayakan dapat merata bagi semua kalangan masyarakat.

Semakin berkembangnya kegiatan perkembangan perusahaan-perusahaan

di Indonesia tentunya membutuhkan dana yang cukup besar. Terutama pada tahun

terakhir-terakhir ini dimana bangsa Indonesia mengalami gejolak moneter yang

membuat kemampuan pemerintah dalam hal penyediaan dana. Apalagi kebutuhan

investasi untuk tahun-tahun mendatang semakin besar.

Sumber dana dapat diperoleh dari dalam maupun luar negeri. Dana yang

didapat di dalam negeri ternyata tidak mampu mencukupi kebutuhan dana yang

dibutuhkan dalam pembangunan, sehingga harus ditambah dari pihak swasta.

Partisipasi pihak swasta sangat diharapkan guna ikut aktif menggerakkan

perekonomian nasional. Swasta harus diikut sertakan dalam mendukung dana

pembangunan, karena swasta mempunyai kemampuan untuk menghimpun dana

yang cukup besar, seperti dalam kegiatan pasar modal.

Keputusan pendanaan berhubungan dengan persoalan bagaimana

kebutuhan dana untuk keperluan investasi tersebut dipenuhi, berasal dari sumber

(13)

2

masing-masing memiliki ciri khas tertentu baik menyangkut beban maupun resiko

serta persyaratan lain yang diminta para pemodal. Berdasarkan pertimbangan

inilah, maka menjadi tugas pengambil keputusan agar merumuskan kombinasi

pembelanjaan terbaik atau kombinasi modal yang lebih memberikan keuntungan

bagi perusahaan. Lingkup aktivitas pembelanjaan itu berkenaan dengan

transformasi data finansial perusahaan kedalam suatu bentuk yang dapat

digunakan untuk memonitor keadaan ruangan perusahaan, perencanaan kebutuhan

modal pada masa yang akan datang, menilai kemungkinan peningkatan

produktivitas dan penentuan bentuk atau jenis-jenis modal yang akan ditarik.

(www.slideshare.net)

Dengan demikian keputusan pendanaan menyangkut permasalahn

keputusan yang tepat tentang struktur modal maupun struktur keuangan yang

optimal bagi perusahaan dimasa sekarang dan masa yang akan datang, pada

umumnya perusahaan cenderung untuk menggunakan modal sendiri sebagai

modal permanen, sedangkan modal asing hanya digunakan sebagai pelengkap saja

apabila dana yang dibutuhkan kurang mencukupi. Penggunaan modal sendiri akan

menjadi tanggungan terhadap keseluruhan resiko perusahaan dan merupakan

jaminan bagi para kreditur, sedangkan modal asing adalah modal yang berasal

dari kreditur dan merupakan hutang bagi perusahaan yang bersangkutan. Oleh

karena itu, diperlukan adanya kebijaksanaan dalam menetukan apakah kebutuhan

dana perusahaan akan dibelanjai oleh modal sendiri atau dengan modal asing,

dalam hal ini perusahaan harus mengetahui terlebih dahulu biaya yang dibutuhkan

(14)

Struktur modal merupakan campuran antara hutang jangka panjang,

hutang jangka pendek, saham, dan laba yang ditahan. Struktur modal berkaitan

dengan penentuan jenis sumber modal yang ada yang akan digunakan melakukan

kegiatan pembiayaan perusahaan.

Seorang manajer keuangan dalam menentukan sumber modal yang akan

digunakan oleh perusahaan harus mempertimbangkan biaya yang timbul dari

sumber modal yang digunakan. Masalah dapat timbul jika para manajer dan

pemegang saham mempunyai tujuan yang berbeda. Konflik tersebut sering saja

terjadi jika manajer perusahaan mempunyai terlalu banyak uang kas yang dapat

digunakannya. Manajer sering menggunakan uang kas tersebut untuk membiayai

proyek yang menguntungkan atau untuk fasilitas pribadi yang semuanya tidak

membantu usaha memaksimalkan harga saham. (www.slideshare.net)

Perusahaan dapat mengurangi arus kas berlebih dengan cara menggeser

struktur modal ke arah lebih banyak menggunakan utang dengan harapan

persyaratan pelunasan utang yang lebih tinggi akan memaksa manajer untuk

bersikap lebih disiplin. Utang yang lebih tinggi memaksa manajer untuk lebih

hati-hati dengan uang pemegang saham, tetapi perusahaan yang dijalankan dengan

baik pun bisa jatuh bangkrut jika ada kejadian yang berada di luar kendalinya,

seperti perang atau gempa bumi. Untuk melengkapi analogi itu, keputusan

struktur modal akan memutuskan seberapa besar tanggungjawab yang harus

digunakan pemegang saham untuk menjaga manajer tetap bekerja dengan baik.

(himaketra.weebly.com)

Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit

(15)

4

digunakan oleh banyak perusahaan merupakan jaminan yang baik, sedangkan

aktiva yang hanya digunakan untuk tujuan tertentu tidak begitu baik untuk

dijadikan jaminan. Oleh karena itu sebagian besar perusahaan yang go publik

khususnya perusahaan food and beverages biasanya mempunyai leverage yang

tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang terlibat dalam penelitian teknologi.

Sedangkan perusahaan yang tumbuh dengan pesat harus lebih banyak

mengandalkan modal eksternal, karena biaya pengembangan untuk penjualan

saham biasa lebih besar daripada biaya untuk penerbitan surat hutang, yang

mendorong perusahaan untuk lebih banyak mengandalkan utang. Tetapi pada saat

yang sama perusahaan yang tumbuh dengan pesat sering menghadapi

ketidakpastian yang lebih besar yang cenderung mengurangi keinginannya untuk

menggunakan utang karena alasan resiko yang lebih besar dari modal utang yang

digunakan. Sehingga pengembalian atas investasi (profitability) dengan

menggunakan utang relatif kecil, padahal pihak perusahaan mengharapkan

pengembalian yang tinggi yang memungkinkan mereka untuk membiayai

sebagian besar kebutuhan pendanaan (struktur modal) mereka dengan dana yang

dihasilkan secara internal. (elibrary.ub.ac.id)

Keadaan pasar modal yang menjelaskan bahwa keadaan pasar modal

sering mengalami perubahan yang disebabkan karena adanya gelombang

kongjungtur. Sifat manajemen yang menjelaskan bahwa seorang manajer yang

bersifat optimis memandang masa depannya dengan cerah, yang mempunyai

keberanian untuk menanggung resiko yang besar (risk seeker), akan lebih berani

untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dengan dana yang berasal dari

(16)

finansiil. Lokasi distribusi keuntungan adalah seberapa besar nilai yang

diharapkan (expected value) dari keuntungan, dengan penyimpangan yang sama

semakin kecil kemungkinan mendapatkan kerugian. Dalam penelitian ini keempat

faktor yang mempengaruhi struktur modal tersebut tidak digunakan dikarenakan

pada perusahaan yang go public penelitian yang dilakukan biasanya lebih

memfokuskan pada masalah keuangan, sehingga dari sekian banyak faktor-faktor

yang mempengaruhi struktur modal yang digunakan pada penelitian kali ini

hanyalah terdiri dari empat faktor yang berpengaruh terhadap struktur modal.

Adapun faktor- faktor tersebut adalah struktur aktiva, profitabilitas (profitability),

dan ukuran perusahaan (size). (elibrary.ub.ac.id)

Pada perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan

lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk

membiayai pertumbuhan penjualan, dan perusahaan yang besar biasanya lebih

berani dalam memiliki hutang yang tinggi dan mempunyai intensif untuk memilih

proyek yang lebih beresiko daripada yang aman.

Aktiva atau aset adalah segala sumber daya dan harta yang dimiliki

perusahaan yang digunakan dalam operasinya. Suatu perusahana pada umumnya

memiliki dua jenis aktiva yaitu aktiva lancar dan aktiva tetap. Kedua unsur aktiva

tersebut akan membentuk struktur aktiva. Struktur aktiva juga disebut struktur

aset atau struktur kekayaan. Struktur aktiva atau struktur kekayaan adalah

“perimbangan atau perbandingan baik dalam artian absolut maupun dalam artian

relatif antara aktiva lancar dengan aktiva tetap”. (Riyanto, 2008:22).

Pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal seperti dijelaskan oleh

(17)

6

sebagian besar aktivanya berasal dari aktiva tetap akan mengutamakan

pemenuhan kebutuhan dananya dengan utang. Perusahaan dengan jumlah aktiva

tetap yang besar dapat menggunakan utang lebih banyak karena aktiva tetap dapat

dijadikan jaminan yang baik atas pinjaman-pinjaman perusahaan.

Pertumbuhan industri makanan minuman (mamin) diprediksi menurun

dibanding tahun lalu. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia

(GAPMMI) mengaku berharap industri ini bisa tumbuh 8 persen sampai akhir

tahun nanti, lebih rendah 2 persen dibanding 2012. Ketua Umum GAPMMI

mengaku penurunan target disebabkan isu kenaikan upah, melonjaknya tarif listrik

dasar, dan prosedur impor bahan baku yang rumit. Khusus untuk triwulan I dan II,

hanya bertumpu pada Lebaran. Momen jelang puasa penjualan mamin seret,

pertumbuhan industri bisa meleset dari perkiraan. "Triwulan I biasanya agak slow,

kalau semester 1 biasanya terbantu Lebaran, Juli berarti sudah puasa, Mei-Juni itu

biasanya sudah meningkat (penjualan). Namun, pelaku industri mamin relatif

optimis karena demografi Indonesia terus tumbuh. Tahun ini, GAPMMI mendapat

informasi penduduk akan bertambah 1,5 persen. Selain itu, diperkirakan situasi

makro ekonomi akan tetap stabil jelang tahun pemilu ini. "1,5 Persen berarti 3-4

jutaan jiwa, itu cukup potensi. Pertumbuhan makro ekonominya juga masih baik

sehingga daya beli kita harapkan meningkat," ungkapnya. Terkait meningkatnya

biaya produksi, kenaikan harga jual yang diumumkan awal tahun ini benar-benar

direalisasikan. Rata-rata kenaikan harga produk mamin sebesar 10-15 persen.

Namun konsumen baru akan merasakan kenaikan signifikan bulan ini.

(18)

Berikut ini disajikan data struktur aktiva pada perusahaan food and

beverages yang go public di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 – 2012 sebagai

berikut :

Tabel 1.1

Nilai Struktur Aktiva Pada Perusahaan Food And Beverages Periode 2007 – 2012

No Nama Perusahaan Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 PT. Akasha Wira International Tbk

(ADES) - - - 31.1 32.46 28.16

2 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) 74.68 74.23 57.79 26.85 26.01 31.9

3 PT. Cahaya Kalbar Tbk (CEKA) 68.75 49.88 53.26 23.19 24.64 19.74

4 PT. Davomas Abadi Tbk (DAVO) 70.95 85.58 79.01 63.98 60.32 49.45

5 PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

(ICBP) 41.48 39.52 39.44 17.25 17.01 21.63

14 PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading

Company Tbk (ULTJ) 77.58 60.36 68.82 46.94 49.06 40.46

15 PT. Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA) 36.67 35.76 33.25 - - -

16 PT. Delta Djakarta Tbk (DLTA) 27.35 28.42 24.44 - - -

17 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk

(PTSP) 38.18 37.31 35.38 - - -

18 PT. Sierad Produce Tbk (SIPD) 64.54 58.23 40.84 - - -

19 PT. SMART Tbk (SMART) 42.98 41.92 54.15 - - -

20 PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) 52.46 42.65 44.87 - - -

(19)

8

Gambar 1.1

Sumber : Indonesian Capital Market Directory di BEI

Berdasarkan tabel 1.1 dan gambar 1.1. tentang nilai dan trend struktur

aktiva pada perusahaan food and beverages periode 2007 – 2012, bahwa selama

6 tahun terdapat beberapa perusahaan yang tergabung dalam perusahaan food and

beverages cenderung mengalami penurunan pada nilai struktur aktivanya.

Ukuran perusahaan (size) adalah menggambarkan besar kecilnya suatu

perusahaan yang dilihat dari besarnya nilai total asset. Semakin besar total asset

perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut, sedangkan

profitabilitas (profitability) dimaksudkan untuk melihat seberapa besar laba yang

diperoleh dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimiliki, dan struktur aktiva

yang merupakan perbandingan baik dalam artian absolut maupun dalam artian

relatif antara aktiva lancar dengan aktiva tetap.

Pengaruh size terhadap struktur modal seperti dijelaskan oleh Riyanto

(2001:279) dalam Putri (2012: 2) menyebutkan bahwa besarnya suatu perusahaan

(20)

mempengaruhi struktur modal karena semakin besar suatu perusahaan akan

cenderung menggunakan utang yang lebih besar.

Berikut ini akan disajikan data ukuran perusahaan (size) pada perusahaan

food and beverages yang go public di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 –

2012 sebagai berikut :

Tabel 1.2

Nilai Ukuran Perusahaan (Size) Pada Perusahaan Food And Beverages Periode 2007 – 2012

No Nama Perusahaan Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 PT. Akasha Wira International Tbk

(ADES) - - - 12.69 12.66 12.87

2 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) 5.71 6.01 6.13 14.48 15.09 15.17

3 PT. Cahaya Kalbar Tbk (CEKA) 5.79 5.78 5.75 13.65 13.62 13.84

4 PT. Davomas Abadi Tbk (DAVO) 6.59 6.56 6.45 14.87 14.76 14.74

5 PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

(ICBP) 7.47 7.6 7.61 16.41 16.54 16.69

14 PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading

Company Tbk (ULTJ) 6.13 6.24 6.24 14.51 14.6 14.7

15 PT. Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA) 5.95 6 6.06 - - -

16 PT. Delta Djakarta Tbk (DLTA) 5.77 5.84 5.88 - - -

17 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk

(PTSP) 4.87 4.91 4.96 - - -

18 PT. Sierad Produce Tbk (SIPD) 6.11 6.14 6.22 - - -

19 PT. SMART Tbk (SMART) 6.91 7 7.01 - - -

20 PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) 6.39 6.45 6.45 - - -

(21)

10

Gambar 1.2

Sumber : Indonesian Capital Market Directory di BEI

Berdasarkan tabel 1.2 dan gambar 1.2. tentang nilai dan trend ukuran

perusahaan pada perusahaan food and beverages periode 2007 – 2012, bahwa

selama 6 tahun terdapat beberapa perusahaan yang tergabung dalam perusahaan

food and beverages cenderung mengalami penurunan pada nilai struktur

modalnya.

Apabila suatu perusahaan ingin mempunyai struktur modal yang optimum

atau baik, perusahaan harus mempunyai profitabilitas, tingkat pertumbuhan,

resiko bisnis dan ukuran perusahaan yang seimbang. Pengaruh struktur modal

perusahaan merupakan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal

sendiri, maka seorang manajer keuangan dalam menentukan sumber modal yang

akan digunakan oleh perusahaan harus mempertimbangkan biaya yang timbul dari

sumber modal yang digunakan. Masalah struktur modal merupakan masalah yang

sangat penting bagi setiap perusahaan karena naik turunnya struktur modal

(22)

Selanjutnya pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal seperti

dijelaskan Wright (2002: 17) menyatakan bahwa profitabilitas mencapai

maksimum apabila laba penjualan pada tingkat tertinggi dan modal investasi pada

tingkat terendah. Hal ini menunjukkan profitabilitas yang tinggi apabila laba atas

penjualan tinggi sehingga menyebabkan struktur modal juga semakin tinggi.

Berikut ini akan disajikan data profitabilitas pada perusahaan food and

beverages yang go public di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 – 2012 sebagai

berikut :

Tabel 1.3

Nilai Profitabilitas Pada Perusahaan Food And Beverages Periode 2007 – 2012

No Nama Perusahaan Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012 14 PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading

Company Tbk (ULTJ) 2.69 22.29 3.79 5.7 6.11 12.58 15 PT. Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA) 3.38 1.47 1.4 - - - 16 PT. Delta Djakarta Tbk (DLTA) 10.76 12.43 17.08 - - - 17 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk

(PTSP) 0.1 2.07 4.83 - - - 18 PT. Sierad Produce Tbk (SIPD) 1.3 1.17 1.15 - - - 19 PT. SMART Tbk (SMART) 12.24 6.5 5.27 - - - 20 PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) 5.27 1.6 7.75 - - -

(23)

12

Gambar 1.3

Sumber : Indonesian Capital Market Directory di BEI

Berdasarkan tabel 1.3 dan gambar 1.3. tentang nilai dan trend

Profitabilitas pada perusahaan food and beverages periode 2007 – 2012, bahwa

selama 6 tahun terdapat beberapa perusahaan yang tergabung dalam perusahaan

food and beverages cenderung mengalami penurunan pada nilai struktur

modalnya.

Salah satu lima faktor utama yang telah berkontribusi pada krisis ekonomi

di indonesia, keduanya khususnya terkait dengan keuangan kebijakan akuntansi

yang diterapkan dalam industry, termasuk dalam hal ini adalah Industri Food and

Beverage. Pinjaman-pinjaman jangka pendek asing berinvestasi dalam investasi

jangka panjang, dan memiliki utang yang tinggi terhadap ekuitas. Ketiga lainnya

adalah rekening arus tinggi defisit, kebangkrutan keuangan lembaga, dan akhirnya

terlalu banyak bantuan yang diberikan kepada keuangan lembaga oleh bank

(24)

Berikut ini akan disajikan data rasio struktur modal pada perusahaan food

and beverages yang go public di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 – 2012

sebagai berikut :

Tabel 1.4

Nilai Struktur Modal Pada Perusahaan Food And Beverages Periode 2007 – 2012

No Nama Perusahaan Tahun

2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 PT. Akasha Wira International Tbk (ADES) - - - 224.89 151.34 86.06

2 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) 365 160 214 233.93 95.89 90.2

3 PT. Cahaya Kalbar Tbk (CEKA) 180 145 89 175.45 103.27 121.77

4 PT. Davomas Abadi Tbk (DAVO) 227 445 528 195.94 272.04 -218.05

5 PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk

(ICBP) 262 311 245 44.84 42.14 48.11

14 PT. Ultra Jaya Milk Industry & Trading

Company Tbk (ULTJ) 64 53 45 57.66 57.45 44.39

15 PT. Aqua Golden Mississippi Tbk (AQUA) 74 71 73 - - -

16 PT. Delta Djakarta Tbk (DLTA) 29 34 27 - - -

17 PT. Pioneerindo Gourmet International Tbk

(PTSP) 6447 1528 407 - - -

18 PT. Sierad Produce Tbk (SIPD) 29 34 39 - - -

19 PT. SMART Tbk (SMART) 129 117 113 - - -

20 PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA) 162 215 180 - - -

(25)

14

Gambar 1.4

Sumber : Indonesian Capital Market Directory di BEI

Berdasarkan tabel 1.4 dan gambar 1.4. tentang nilai dan trend struktur

modal pada perusahaan food and beverages periode 2007 – 2012, bahwa selama

6 tahun terdapat beberapa perusahaan yang tergabung dalam perusahaan food and

beverages cenderung mengalami penurunan pada nilai struktur modalnya.

Adanya penurunan pada nilai struktur modal pada 6 perusahaan yang

tergabung dalam perusahaan food and beverages menunjukkan bahwa

perusahaan-perusahaan tersebut memiliki hutang yang makin kecil dengan modal

sendiri yang makin besar.

Hasil penelitian Wahyuningsih (2008) menunjukkan bahwa profitabilitas,

ukuran perusahaan dan pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap struktur

modal, sedangkan struktur aktiva, operating leverage dan investment opportunity

tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Selanjutnya hasil penelitian Putri Dwi

(26)

positif dan signifikan terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap struktur modal.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris bahwa struktur

aktiva, profitabilitas (profitability) dan ukuran perusahaan (size) berpengaruh

terhadap struktur modal perusahaan food and beverages yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI). Sehingga judul yang diambil dalam penelitian ini adalah:

”Pengaruh struktur aktiva, profitabilitas (profitability) dan ukuran perusahaan

(size) terhadap struktur modal pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek

Indonesia (BEI).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi dan

dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah struktur aktiva mempunyai pengaruh terhadap Struktur modal pada

perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

2. Apakah profitabilitas (profitability) mempunyai pengaruh terhadap struktur

modal pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

3. Apakah ukuran perusahaan (size) mempunyai pengaruh terhadap Struktur

modal pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah dapat dikemukakan

(27)

16

1. Untuk mengetahui pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal pada

perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas (profitability) terhadap struktur

modal pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan (size) terhadap struktur

modal pada perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.4. Manfaat Penelitian

Sebagaimana layaknya karya ilmiah ini, hasil yang diperoleh

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang berkepentingan

dan berhubungan dengan obyek penelitian antara lain :

1. Bagi Perusahaan

Memberi informasi dan masukan yang menjadikan pertimbangan dalam

pemecahan masalah yang berkaitan dengan struktur aktiva, profitabilitas

(profitability), ukuran perusahaan (size) dan struktur modal.

2. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman secara praktik di bidang keuangan

khususnya mengenai teoritik tentang struktur aktiva, profitabilitas

(profitability), ukuran perusahaan (size) dan struktur modal.

3. Bagi Universitas

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan menambah

perbendaharaan perpustakaan serta sebagai bahan perbandingan bagi

(28)

2.1 Hasil Penelitian Ter dahulu

Penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian saat ini adalah

dilakukan oleh:

1. Wahyuningsih, dkk, 2008, dengan judul “Analisis Variabel- Variabel Yang

Mempengaruhi Struktur Modal (Studi Empiris Pada Perusahaan Makanan

Dan Minuman Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)”. Tujuan penelitian

ini untuk melihat pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran perusahaan,

pertumbuhan penjualan, operating leverage dan investment opportunity

terhadap struktur modal perusahaan- perusahaan makanan dan minuman yang

terdaftar di bursa efek jakarta. Populasi dalam penelitian ini adalah

perusahaan- perusahaan makanan dan minuman yang terdaftar di bursa efek

jakarta, sedangkan sampel yang digunakan adalah perusahaan- perusahaan

makanan dan minuman yang terdaftar di bursa efek jakarta dari tahun 2000 –

2005 yang mengeluarkan laporan keuangan setiap tahunnya. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa profitabilitas, ukuran perusahaan dan pertumbuhan

penjualan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan- perusahaan

makanan dan minuman yang terdaftar di bursa efek jakarta, sedangkan

struktur aktiva, operating leverage dan investment opportunity tidak

berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan- perusahaan makanan dan

(29)

17

2. Putri Dwi, 2012, dengan judul “pengaruh profitabilitas, struktur aktiva, dan

ukuran perusahaan terhadap struktur modal pada perusahaan manufaktur

sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di bursa efek indonesia

(BEI)”. Tujuan penelitian ini untuk melihat pengaruh profitabilitas, struktur

aktiva, dan ukuran perusahaan terhadap struktur modal pada perusahaan

manufaktur sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di bursa

efek indonesia (BEI). Sampel penelitian ini ditentukan dnegan menggunakan

metode purposive sampling berdasarkan kriteria perusahaan manufaktur

sektor industri makanan dan minuman yang terdaftar di (BEI) dan

mempublikasikan laporan keuangan serta menyajikan datanya secara lengkap

mencakup data dari variabel yang diteliti selama periode penelitian

(2005-2010) sehingga diperoleh sampel sebanyak 12 perusahaan. Penelitian ini

menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menyimpulkan

bahwa struktur aktiva dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap struktur modal, sedangkan profitabilitas berpengaruh

positif dan tidak signifikan terhadap struktur modal.

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Struktur Modal

Pengertian struktur modal menurut Husnan yang dikutip oleh Aliansyah

(2001: 9) menjelaskan hubungan apakah tersedianya sumber-sumber dana dan

biaya modal yang berlainan ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai

(30)

tergantung pada perkiraan seberapa besar arus dana di masa datang dan tingkat

pemulihan sebagai pengembalian (kapitalisasi) dari arus dana tersebut. Tingkat

biaya modal yang dikeluarkan oleh perusahaan mencerminkan tingkat pemulihan

bagi investor.

Menurut Weston dan Copeland (2002: 4) bahwa struktur modal adalah

Pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen

dan modal pemegang saham. Jadi struktur modal suatu perusahaan hanya

merupakan sebagian dari struktur keuangannya. Nilai buku dari modal pemegang

saham terdiri dari saham biasa, modal disetor atau surplus modal dan akumulasi

laba ditahan bila perusahaan memiliki saham preferen, maka saham tersebut akan

ditambahkan kepada pemegang saham.

Struktur modal menurut Sutrisno (2001: 289) merupakan imbangan antara

modal asing dan modal sendiri. Misalnya perusahaan mempunyai hutang baik

jangka pendek maupun hutang jangka panjang sebesar Rp 200.000,- sementara

modal sendiri yang dimiliki sebesar Rp 300.000,- maka struktur modalnya adalah

sebesar 40%. Artinya aktiva yang dimiliki oleh perusahaan sebesar 40% dibelanjai

dengan hutang dan 60% dibelanjai dengan modal sendiri. Perubahan struktur

modal bisa menyebabkan perubahan nilai perusahaan, sehingga muncul beberapa

teori struktur modal. Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh

perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan. Dalam kaitannya dengan

struktur modal ini, nilai perusahaan bisa diukur dengan harga saham atau biaya

modal yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam memperoleh sumber dana yang

(31)

19

a. Setiap ada perubahan struktur modal akan mempengaruhi biaya modal secara

keseluruhan. Hal ini disebabkan masing-masing jenis modal mempunyai

biaya modal sendiri-sendiri.

b. Besarnya biaya modal keseluruhan ini, nantinya akan digunakan sebagai cut

of rate pada pengambilan keputusan investasi. Oleh karena itu kebijaksanaan

struktur modal akan mempengaruhi keputusan investasi.

Struktur modal menurut Abdullah (2001: 47) adalah pembelanjaan

permanen dimana mencerminkan pula perimbangan antara utang jangka panjang

dengan modal sendiri, maka seorang manajer keuangan dalam menentukan

sumber modal yang akan digunakan oleh perusahaan harus mempertimbangkan

biaya yang timbul dari sumber modal yang digunakan. Masalah dapat timbul jika

para manajer dan pemegang saham mempunyai tujuan yang berbeda. Konflik

tersebut sering saja terjadi jika manajer perusahaan mempunyai terlalu banyak

uang kas yang dapat digunakannya. Manajer sering menggunakan uang kas

tersebut untuk membiayai proyek yang menguntungkan atau untuk fasilitas

pribadi yang semuanya tidak membantu usaha memaksimalkan harga saham.

Menurut Brigham dan Houston (2001: 45), struktur modal yang optimal

suatu perusahaan adalah kombinasi dari utang dan ekuitas yang memaksimumkan

harga saham perusahaan. Pada saat tertentu, manajemen perusahaan menetapkan

struktur modal yang ditargetkan, yang mungkin merupakan struktur yang optimal,

(32)

Menurut Sartono (2001: 225), struktur modal merupakan perimbangan

pembelanjaan jangka panjang yang permanen, yaitu perimbangan antara hutang

jangka panjang dan saham preferen dengan modal sendiri diluar hutang jangka

pendek. Modal sendiri termasuk modal saham biasa, surplus modal, dan laba

ditahan.

Hakikat pemenuhan dan pengalokasian dana menyangkut masalah

keseimbangan finansial dalam perusahaan, yaitu mengadakan keseimbangan

antara aktiva dengan pasiva yang dibutuhkan serta mencari susunan kualitatif dari

aktiva akan menentukan struktur kekayaan, sedangkan pemilihan susunan

kualitatif dari pasiva akan menentukan struktur keuangan.

Struktur keuangan atau biasa disebut struktur modal merupakan kombinasi

atau bauran segenap pos yang masuk ke dalam sisi kanan neraca pendanaan

perusahaan, sedangkan Weston dan Copeland (2002: 34) mengartikan struktur

modal adalah bagaimana cara perusahaan membiayai aktivanya, struktur dapat

dilihat pada seluruh sisi kanan neraca yang terdiri dari hutang jangka pendek,

hutang jangka panjang, modal pemegang saham itu sendiri.

Konsep penting lainnya dalam struktur pendanaan adalah faktor leverage,

dalam manajemen pendanaan, leverage adalah penggunaan asset dan sumber dana

(sources of funds) oleh perusahaan dengan maksud meningkatkan keuntungan

potensial pemegang saham. Konsep leverage tersebut sangat penting terutama

untuk menunjukkan kepada analisa pendanaan dalam melihat trade – off antara

resiko dan tingkat keuntungan dari berbagai tipe keputusan finansial. (Sartono,

(33)

21

Tingkat pertumbuhan penjualan masa depan merupakan ukuran sampai

sejauh mana laba per saham suatu perusahaan dapat ditingkatkan oleh leverage,

jika laba dan penjualan meningkat per tahun, maka pembiayaan dengan hutang

dengan beban tetap tertentu akan meningkatkan pendapatan pemilik saham,

perusahaan harus mempertimbangkan keuntungan menggunakan leverage dengan

adanya kesempatan untuk meningkatkan modal saham ketika harga sahamnya

tinggi.

Perusahaan dengan tingkat penjualan yang stabil dapat menggunakan

hutang lebih besar daripada perusahaan dengan penjualan yang tidak stabil,

perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan dan profitabilitas tinggi

cenderung akan menggunakan hutang yang lebih besar, karena penggunaan

hutang yang besar akan dapat meningkatkan rentabilitas modal sendiri yang

ditunjukkan oleh ratio antara laba bersih dengan modal sendiri yang digunakan.

Weston dan Brigham (2004: 72) menyatakan bahwa struktur aktiva yang

fleksibel cenderung menggunakan leverage lebih besar daripada perusahaan yang

struktur aktivanya tidak fleksibel mengemukakan bahwa apabila aktiva

perusahaan cocok untuk dijadikan agunan kredit, maka perusahaan tersebut akan

cenderung menggunakan jumlah hutang yang lebih besar.

Aktiva multiguna dapat digunakan untuk tujuan tertentu, dengan demikian

perusahaan yang memiliki aktiva yang dapat digunakan sebagai agunan hutang

(34)

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang

ditunjukan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata tingkat penjualan dan

rata-rata total aktiva. Mulyadi (2006: 89) mengemukakan bahwa perusahaan yang

lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan

kecil, oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan

lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil, dengan demikian, ukuran

perusahaan berpengaruh terhadap struktur pendanaan dengan didasarkan pada

kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahan, ada kecenderungan untuk

menggunakan jumlah pinjaman yang lebih besar.

Keuntungan penggunaan leverage pada perusahaan adalah melalui

pembayaran bunga sebagai biaya yang dapat mengurangi pajak. Konsekuensinya,

total dana yang tersedia untuk membayar pemegang saham akan lebih besar jika

perusahaan menggunakan hutang. Horne (2000: 56) menyatakan bahwa

keuntungan penggunaan hutang di dalam suatu perusahaan adalah pajak, karena

beban bunga yang dibayarkan perusahaan merupakan pengurang pajak atau

penghematan pajak. Semakin tinggi beban pajak perusahaan semakin besar

keuntungan dari penggunaan hutang.

Sutrisno (2001: 43) mengemukakan bahwa bila ada pajak maka perubahan

struktur modal menjadi relevan, hal ini disebabkan karena bunga yang dibayarkan

berfungsi sebagai pengurang pajak atau sebagai tax deductable.

Bagi perusahaan yang menggunakan hutang bisa menghemat pajak dan

tentunya dapat meningkatkan kesejahteraan pemilik atau meningkatkan

(35)

23

dibandingkan dengan nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang yaitu

sebesar present value penghematan tersebut.

Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa perusahaan yang

menggunakan hutang akan mendapatkan penghematan pajak, akibatnya

perusahaan cenderung menggunakan sumber dana dari hutang yang lebih besar,

hal ini tentu saja berpengaruh terhadap struktur pendanaan dan RMS perusahaan.

Karena dengan adanya penghematan pajak dapat memperbesar earning after taxes

(EAT) yang diperoleh.

Laba ditahan (retained earning) merupakan salah satu sumber dana yang

paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, setiap perusahaan

menginginkan adanya pertumbuhan disamping dapat membayarkan dividen

kepada para pemegang saham namun kedua tujuan tersebut selalu bertentangan.

Semakin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, semakin kecil laba yang

dapat ditahan sebagai akibatnya menghambat tingkat pertumbuhan (rate of

growth) dalam pendapatan. Jika perusahaan menahan sebagian besar

pendapatannya dalam perusahaan, berarti bagian pendapatan yang tersedia untuk

dibayarkan sebagai dividen akan semakin kecil. (Riyanto, 2000: 63).

Uraian di atas, terlihat bahwa semakin tinggi prosentase bagian laba yang

ditetapkan untuk pembayaran dividen, semakin kecil bagian laba (dana) untuk

ditanamkan kembali di dalam perusahaan, hal ini berarti berpengaruh terhadap

struktur pendanaan karena dapat memperkecil jumlah modal sendiri yang pada

(36)

akhirnya berpengaruh pula terhadap kemampuan perusahaan untuk memperoleh

keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki.

Sementara itu Riyanto (2000: 65) mengemukakan bahwa salah satu fungsi

penting dari manajer pendanaan adalah menentukan alokasi keuntungan netto

sesudah pajak untuk pembayaran dividen di satu pihak dan untuk laba di tahan di

lain pihak dimana keputusan tersebut dapat berpengaruh terhadap nilai

perusahaan.

2.2.1.1 Komponen Str uktur Modal

Struktur modal suatu perusahaan, secara umum terdiri atas beberapa

komponen (Aliansyah, 2001: 9), yaitu :

1. Hutang jangka panjang (long term debt), yaitu hutang yang masa jatuh tempo

pelunasannya lebih dari sepuluh tahun. Komponen ini terdiri dari :

a. Hutang hipotik (mortage), adalah bentuk hutang jangka panjang yang

dijamin dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan), kecuali

kapal, dan cara pembayaran tertentu.

b. Obligasi (bond), adalah sertifikat yang menunjukkan pengakuan bahwa

perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya

kembali dalam jangka waktu tertentu.

2. Modal sendiri (equity), yang terdiri atas saham preferen (preferred stock) dan

(37)

25

a. Saham preferen (preferred stock), yaitu bentuk komponen modal jangka

panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan hutang

jangka panjang.

b. Saham biasa (common stock), yaitu bentuk komponen modal jangka

panjang yang ditanamkan oleh para investor, dimana pemilik saham ini,

dengan memiliki saham berarti ia membeli prospek dan siap menanggung

segala risiko sebesar dana yang ditanamkan.

2.2.1.2 Teori Struktur Modal

Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur

modal terhadap nilai perusahaan, jika keputusan investasi dan kebijakan dividen

dipegang konstan, dengan kata lain, seandainya perusahaan mengganti sebagian

modal sendiri dengan hutang (atau sebaliknya) apakah harga saham akan berubah,

apabila perusahan tidak merubah keputusan-keputusan keuangan lainnya.

Struktur modal yang optimal adalah suatu struktur di mana biaya marginal

riil dari masing-masing sumber pembelanjaan adalah sama. Dengan biaya riil kita

maksudkan adalah jumlah biaya implisit dan eksplisit (Husnan, 2001: 355).

Bagi dana yang berbentuk modal sendiri, biaya dananya tidak nampak,

meskipun demikian tidak berarti bahwa biaya dananya lebih murah dari dana

dalam bentuk hutang. Biaya dana (cost of capital) untuk dana dalam bentuk modal

sendiri merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik dana

(38)

keuntungan ini belum tentu lebih kecil apabila dibandingkan dengan bunga

pinjaman. (Husnan, 2001: 215).

Balancing Theories menurut Husnan (2001: 75) disebut sebagai teori-teori

keseimbangan, karena tujuannya adalah untuk menyeimbangkan komposisi

hutang dan modal sendiri. Pembicaraan balanching theories dimulai dari keadaan

yang ekstrem, yaitu pada kondisi pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak.

Tentu saja kondisi seperti ini tidak pernah kita jumpai dalam dunia yang nyata.

Setelah balancing theories, kemudian akan dibicarakan pecking order theory,

yang menjelaskan preferensi perusahaan akan sumber-sumber pendanaan.

2.2.1.3 Faktor yang menentukan pemilihan struktur modal

Husnan (2001) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang

menentukan pemilihan struktur modal antara lain :

1. Lokasi distribusi Keuntungan

Lokasi distribusi keuntungan adalah seberapa besar nilai yang diharapkan dari

keuntungan perusahaan.

2. Stabilitas Penjualan dan Keuntungan

Stabilitas penjualan mampengaruhi kestabilan keuntungan. Semakin stabil

keuntungan, berarti semakin sempit penyebarannya.

3. Kebijakan Deviden

Banyak perusahaan yang mencoba menggunakan kebijakan dividen yang

(39)

27

4. Pengendalian (control)

Perusahaan memilih menggunakan “leverage” yang agak tinggi daripada

mengeluarkan saham yang baru. Hal ini disebabkan karena mereka enggan

membagi kepemilikan (yang berarti juga kontrol).

5. Resiko kebangkrutan

Tingkat bunga pinjaman akan berbeda dengan jumlah yang cukup besar

karena adanya resiko kebangkrutan.

2.2.1.4 Str uktur Modal yang Optimum

Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya

mengutamakan pemenuhan dengan sumber dari dalam perusahaan akan sangat

mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar.

Apabila kebutuhan dana sudah meningkat karena pertumbuhan

perusahaan, dan dana dari sumber intern sudah digunakan semua, maka tidak ada

pilihan lain, selain menggunakan dana yang berasal dari luar perusahaan, baik dari

hutang maupun dengan mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan

akan dananya.

Oleh karena itu perlu diusahakan adanya keseimbangan yang optimal

antara kedua sumber dana tersebut. Jika kita mendasarkan pada prinsip hati-hati,

maka kita mendasarkan pada aturan struktur finansial yang konservatif dalam

(40)

2.2.1.5 Faktor Yang Mempengar uhi Struktur Modal

Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal menurut Riyanto (2000;

296) adalah sebagai berikut:

1. Tingkat bunga

Pada waktu perusahaan merencanakan kebutuhan modal adalah sangat

dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku pada waktu itu.

2. Stabilitas dari “ Earning ”

Stabilitas dan besarnya “earning” yang diperoleh oleh suatu perusahaan akan

menentukan apakah perusahaan tersebut dibenarkan untuk menarik modal

dengan beban tetap atau tidak.

3. Susunan dari aktiva

Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar dari modalnya

tertanam dalam aktiva tetap, akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan

modalnya dari modal yang permanen yaitu modal sendiri.

4. Kadar resiko dari aktiva

Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva di dalam perusahaan adalah tidak

sama. Makin panjang waktu penggunaan suatu aktiva di dalam perusahaan

makin besar derajat resikonya.

5. Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan

Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sangat besar maka dirasakan perlu

bagi perusahaan tersebut untuk mengeluarkan beberapa golongan, securities

(41)

29

yang tidak terlalu besar cukup hanya mengeluarkan satu golongan securities

saja.

6. Keadaan pasar modal

Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan disebabkan karena adanya

gelombang konjungtur.

7. Sifat manajemen

Sifat manajemen akan mempunyai pengaruh yang langsung dalam

pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan data.

8. Besarnya suatu perusahaan

Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas, setiap

perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap

kemungkinan hilangnya atau tergesernya kontrol dari pihak dominan terhadap

perusahaan yang bersangkutan.

2.2.2. Struktur Aktiva

Suatu hal yang wajar bila perusahaan-perusahaan manufaktur di Indonesia

menganggap bahwa aktiva tetap menyerap sebagian terbesar dari modal yang

ditanam, mengingat tanpa aktiva tersebut proses, produksi tidak mungkin berjalan.

Jumlah aktiva tetap yang ada dalam perusahaan paling tidak dipengaruhi oleh sifat

atau jenis proses produksi yang dilaksanakan.

Aktiva atau aset adalah segala sumber daya dan harta yang dimiliki

perusahaan yang digunakan dalam operasinya. Suatu perusahana pada umumnya

(42)

tersebut akan membentuk struktur aktiva. Struktur aktiva juga disebut struktur aset

atau struktur kekayaan. Struktur aktiva atau struktur kekayaan adalah

“perimbangan atau perbandingan baik dalam artian absolut maupun dalam artian

relatif antara aktiva lancar dengan aktiva tetap”. (Riyanto, 2008:22). Selanjutnya

yang dimaksud artian absolut adalah perbandingan dalam bentuk nominal

sedangkan yang dimaksud artian relatif adalah perbandingan dalam bentuk

prosentase.

Menurut definisinya aktiva tetap mempunyai masa hidup lebih dari satu

tahun, sehingga penanam modal dalam aktiva tetap merupakan investasi jangka

panjang. Penentuan berapa besarnya jumlah alokasi untuk masing-masing

komponen aktiva tersebut akan mencerminkan kemampuan atau besarnya jaminan

dan aktiva yang dimiliki oleh perusahaan atas pinjaman yang dilakukannya.

Weston dan Brigham (2003:713) bahwa perusahaan yang memiliki aktiva yang

dapat diserahkan sebagai jaminan pinjaman cenderung menggunakan hutang

dalam jumlah besar. Aktiva yang dimaksud disini yang berhubungan dengan

struktur modal perusahaan adalah terutama aktiva tetap.

Bila perusahaan memiliki aktiva tetap dalam jumlah yang relatif jauh lebih

besar dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam proses

produksi dapat disebut sebagai perusahaan yang “capital intensive”, sehingga

pengukuran aktiva tetap terhadap total aktiva juga digunakan sebagai wakil dari

pengukuran intensitas modal. Diharapkan dengan jumlah aktiva tetap yang

(43)

31

2.2.3. Pr ofitabilitas (Profitability)

Sartono (1998) dalam Wahyuningsih, dkk, (2008: 4) mendefinisikan

bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

hubungannya dengan penjualan total aktiva maupun modal sendiri.

Keown (2010: 80) dalam Putri (2012: 2) bahwa profitabilitas menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Salah satu alat ukur yang dapat

digunakan untuk mengukur profitabilitas perusahaan adalah return on assets

(ROA). ROA merupakan tingkat pengembalian atas asset - aset dalam

menentukan jumlah pendapatan bersih yang dihasilkan dari aset-aset perusahaan

dengan menghubungkan pendapatan bersih ke total asset.

Menurut Indriyo (2002: 5), perusahaan merupakan organisasi yang

mencari untung, maka tujuan dari perusahaan biasanya dinyatakan dalam bentuk

uang. Dalam hal ini terdapat dua tujuan utama yaitu maksimisasi keuntungan

(profit) dan maksimisasi kemakmuran (wealth).

Sehubungan dengan tujuan perusahaan berupa profit maximation,

perusahaan berupaya meningkatkan profitabilitas. Profitabilitas merupakan ukuran

tingkat efisiensi dan keberhasilan usaha yang dapat dicapai perusahaan.

Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah

keuntungan setelah perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban tetapnya yaitu

bunga dan pajak. Perusahaan yang semakin besar keuntungannya akan membayar

porsi pendapatan yang semakin besar sebagai investasi. Dengan kata lain semakin

besar keuntungan yang diperoleh maka akan semakin besar kemampuan

(44)

2.2.4. Ukuran Perusahaan (Size)

Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang

ditunjukan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata tingkat penjualan dan

rata-rata total aktiva. Mulyadi (2006: 89) mengemukakan bahwa perusahaan yang

lebih besar akan lebih mudah memperoleh pinjaman dibandingkan perusahaan

kecil, oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leveragenya akan

lebih besar dari perusahaan yang berukuran kecil, dengan demikian, ukuran

perusahaan berpengaruh terhadap struktur pendanaan dengan didasarkan pada

kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahan, ada kecenderungan untuk

menggunakan jumlah pinjaman yang lebih besar.

Ukuran perusahaan digunakan untuk menggambarkan besar kecilnya

perusahaan. Dalam penelitian empiriknya mengungkapkan bahwa ukuran

perusahaan dapat dinyatakan dalam logaritma natural (Ln) dari total aktiva, total

penjualan dan jumlah karyawan. Ukuran perusahaan dapat diukur dengan melihat

total penjualannya, total aktiva dan rata-rata tingkat penjualannya.

(Wahyuningsih, dkk, 2008: 5).

Wahidahwati (2002: 613) menyebutkan bahwa semakin besar ukuran

perusahaan semakin besar pula rasio deviden, hal tersebut terjadi karena

perusahaan yang size (ukuran perusahaan tinggi) cenderung ingin melindungi

pemegang saham dengan meningkatkan rasio devidennya dengan tujuan agar

perusahaan tersebut selalu direspon positif, sehingga meningkatkan nilai

perusahaan, sedangkan semakin tinggi profitabilitas suatu perusahaan, maka

(45)

33

2.2.5. Pengaruh Struktur Aktiva Ter hadap Struktur Modal

Menurut Riyanto (2008: 298) dalam Putri (2012: 2) menyebutkan bahwa

perusahaan yang sebagian besar aktivanya berasal dari aktiva tetap akan

mengutamakan pemenuhan kebutuhan dananya dengan utang. Perusahaan dengan

jumlah aktiva tetap yang besar dapat menggunakan utang lebih banyak karena

aktiva tetap dapat dijadikan jaminan yang baik atas pinjaman-pinjaman

perusahaan.

Weston dan Brigham (2003:713) bahwa perusahaan yang memiliki aktiva

yang dapat diserahkan sebagai jaminan pinjaman cenderung menggunakan hutang

dalam jumlah besar. Aktiva yang dimaksud disini yang berhubungan dengan

struktur modal perusahaan adalah terutama aktiva tetap.

Rajan dan Zingales (2000: 1455) bahwa pengukuran tangibility asset

diwakili oleh Fixed Asset to Total Asset. Bila perusahaan memiliki aktiva tetap

dalam jumlah yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah tenaga

kerja yang diperlukan dalam proses produksi dapat disebut sebagai perusahaan

yang “capital intensive”, sehingga pengukuran aktiva tetap terhadap total aktiva

juga digunakan sebagai wakil dari pengukuran intensitas modal. Diharapkan

dengan jumlah aktiva tetap yang memiliki pengaruh positif terhadap pemakaian

hutang perusahaan.

2.2.6. Pengaruh Profitability Terhadap Struktur Modal

Sartono (2001: 248) menyatakan bahwa profitabilitas merupakan faktor

(46)

perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan

utang. Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang menyarankan bahwa

manajer lebih senang menggunakan pembiayaan dari pertama, laba ditahan,

kemudian utang, dan terakhir penjualan saham baru. Meskipun secara teoritis

sumber modal yang biayanya paling murah adalah utang, kemudian saham

preferen dan yang paling mahal adalah saham biasa dan laba ditahan.

Wright (2002: 17) menyatakan bahwa profitabilitas akan mencapai

maksimum apabila laba atas penjualan adalah pada tingkat tertinggi dan modal

investasi pada tingkat terendah. Perlunya menambah volume penjualan atau tidak,

tergantung dari pengaruhnya terhadap tingkat laba penjualan dan juga terhadap

tingkat modal investasi. Meningkatnya potensi untuk memperoleh laba dengan

meningkatnya volume penjualan, mungkin lebih besar daripada sekedar dapat

menutup turunnya laba penjualan dan atau meningkatnya kebutuhan modal.

Jikalau tidak demikian berarti bahwa ekspansi tidak mendatangkan tambahan

laba. Hal ini menunjukkan bahwa profitabilitas yang tinggi apabila laba atas

penjualan tinggi sehingga menyebabkan struktur modal juga semakin tinggi.

Jadi dapat disimpulkan semakin tinggi tingkat pengembalian yang dimiliki

oleh perusahaan, maka akan semakin rendah struktur modal yang dimiliki oleh

perusahaan sehingga net profit margin mempunyai hubungan yang negatif dengan

(47)

35

2.2.7. Pengaruh Ukuran Perusahaan Ter hadap Struktur Modal

Riyanto (2001:279) dalam Putri (2012: 2) menyebutkan bahwa besarnya

suatu perusahaan juga mempengaruhi struktur modal perusahaan. Ukuran

perusahaan dapat juga mempengaruhi struktur modal karena semakin besar suatu

perusahaan akan cenderung menggunakan utang yang lebih besar.

Weston dan Brigham (2004: 250) menyatakan bahwa ukuran perusahaan

dalam penelitian ini maksudnya adalah logaritma dari jumlah aktiva perusahaan

pada satu periode tahun tertentu. Suatu perusahaan yang besar dimana sahamnya

tersebar sangat luas dan setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai

pengaruh kecil serta dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Pada

perusahaan yang besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani

mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai

pertumbuhan penjualan.

Weston dan Copeland (2002: 20) menyatakan bahwa total asset yang baik

akan memberikan dampak kepada pemulihan struktur modal. Jika total asset

meningkat dengan prosentase tertentu tiap tahun, maka struktur modal tersebut

akan semakin mengalami peningkatan dalam setiap tahunnya. Penjualan dan

pendapatan yang meningkat juga dapat memberi dampak meningkatnya harga

saham perusahaan, sehingga nilai pasar modal sendiri meningkat, hal ini

menguntungkan bagi pendanaan modal sendiri. Perusahaan harus

mempertimbangkan antara keuntungan, penggunaan hutang dengan kesempatan

(48)

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, dan landasan

teori pada penelitian ini. Maka kerangka konseptual yang dipakai oleh peneliti

untuk menganalisis hubungan dan pengaruh antara struktur aktiva, profitabilitas

(profitability) dan ukuran perusahaan (size) terhadap struktur modal perusahaan

food and beverages yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), adalah sebagai

berikut :

Gambar 2.1

(49)

37

2.4 Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan teori-teori penunjang yang

telah memperkuat permasalahan tersebut, maka diajukan suatu hipotesis atau

dugaan sementara, antara lain :

1. Struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal pada perusahaan

food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Profitabilitas (profitability) berpengaruh negatif terhadap struktur modal pada

perusahaan food and beverages di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Ukuran perusahaan (size) berpengaruh positif terhadap struktur modal pada

(50)

3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam penelitian

ini adalah :

1. Variabel Bebas (Independent Variable) yaitu variabel yang mempengaruhi

variabel terikat, baik itu secara positif atau negatif, serta sifatnya dapat

berdiri sendiri. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas antara

lain:

a. Struktur Aktiva (X1) Penentuan berapa besar alokasi dana untuk masing - masing komponen aktiva, baik dalam aktiva lancar maupun dalam aktiva

tetap. Struktur Aktiva merupakan perbandingan antara aktiva tetap dengan

total aktiva.

Adapun rumus struktur aktiva (X1) adalah sebagai berikut :

Aktiva Tetap

Struktur Aktiva (X1) = x 100% Total Aktiva

……….Sumber: Sartono (2001)

b. Profitability / profitabilitas (X2) merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan membandingkan laba bersih setelah

pajak (net profit after tax) terhadap penjualan bersih (net sales).

(51)

33

Adapun rumus profitability / profitabilitas (X2) adalah sebagai berikut: Net Profit After Tax

Profitability = x 100% Net Sales

……….Sumber: Sartono (2001)

c. Size / ukuran perusahaan (X3) adalah menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari besarnya nilai total asset. Semakin besar total

asset perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan

tersebut. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diproxy dengan nilai

natural log of total assets (Narsa, dkk, 2003), mulai tahun 2005 sampai

dengan tahun 2009.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable) yaitu variabel yang dipengaruhi

oleh variabel bebas yang sifatnya tidak dapat berdiri sendiri serta menjadi

perhatian utama peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel

terikat yaitu:

Struktur modal (Y) berkaitan dengan penentuan jenis sumber modal yang

ada yang akan digunakan melakukan kegiatan pembiayaan perusahaan.

Struktur Modal merupakan campuran antara hutang jangka panjang,

hutang jangka pendek, saham, dan laba yang ditahan. Perhitungan struktur

modal dilakukan dengan cara membagi total hutang dengan modal sendiri

(total equity).

Adapun rumus struktur modal (Y) adalah sebagai berikut:

Total Hutang

(52)

3.2. Populasi dan Penentuan Sampel

3.2.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan food and beverages yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai September 2013 dan mempunyai

kelengkapan data dari tahun 2007 – 2012 yaitu sebanyak 20 perusahaan.

3.2.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2008: 80).

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik non probability sampling tepatnya tepatnya purposive sampling yaitu

pemilihan sampel berdasarkan pertimbangan. Beberapa pertimbangan tersebut

antara lain: Perusahaan food and beverages yang masih tercatat di BEI, dan

Perusahaan food and beverages yang masih tercatat laporan keuangannya secara

lengkap di BEI, yaitu selama tahun 2007 – 2012 sebanyak 14 perusahaan.

Sehingga sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak

14 perusahaan.

3.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

a. Jenis Data

Data yang digunakan untuk memenuhi keperluan penelitian ini bersumber

dari data sekunder yang diambil dari laporan tahunan perusahaan food and

beverages di Indonesia yang go public dan terdaftar dalam Bursa Efek

(53)

35

b. Sumber Data

Sumber data yang digunakan untuk memenuhi keperluan penelitian ini di

peroleh dari:

- Bursa Efek Indonesia

- Literatur

- dan sumber-sumber lain

c. Pengumpulan Data

Pengumpulan data sekunder diambil dengan teknik dokumentasi dan teknik

pengumpulan data historis perusahaan yang telah didokumentasikan dan

masih berlaku saat ini. Kemudian dilakukan rekapitulasi sesuai dengan

kebutuhan penelitian.

3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis

3.4.1 Teknik Analisis Data

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier

berganda. Model analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Di atas telah dijelaskan bahwa dalam penetilian ini diperlukan teknik

analisis yang menggunakan model regresi linier dan pengujian hipotesis

menggunakan uji t dan uji f dengan hipotesis sebagai berikut :

1. Menghitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat berdasarkan

laporan keuangan tahunan perusahaan maka dapat dihitung masing–masing

Gambar

Tabel 1.1
Gambar 1.1
Tabel 1.2
Gambar 1.2  Indonesian Capital Market Directory di BEI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tulisan ini mengkaji mengenai peran sekolah dalam mitigasi bencana, kurikulum kebencanaan di sekolah-seolah beberapa daerah di Indonesia dan juga di dunia, serta kurikulum

Results of the preliminary interpretation of both images showed that features like fallow, built up and wasteland classes in Hyperion image are clearer than LISS-III and Hyperion

Discusions (FGD), melalui metode tersebut peneliti dapat mengetahui fakta-fakta yang lebih mendasar, dan memperoleh gambaran lebih detail mengenai interpretasi

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar yang

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa permainan tradisional “ bentengan ” efektif menurunkan sikap bullying pada remaja di Pondok

Jadi, jelas terlihat bahwa untuk dapat meningkatkan tingkat kepuasan mahasiswa dalam pengalaman belajar klinik, maka diperlukan upaya untuk meningkatkan faktor

Berbagai peristiwa kekerasan massa dalam gerakan perlawanan rakyat lambu terhadap perusahaan tambang dan pemerintah antara lain adalah, pembakaran Kantor

a. Sediaan larutan yang harus diberi label “kocok dahulu” adalah... Sediaan cair berupa suspensi atau dispersi yang digunakan sebagai obat luar dapat berbentuk suspensi zat padat