Keterbatasan pasokan kayu dari hutan alam dapat diatasi dengan menggunakan kayu yang berasal dari hutan tanaman. Kayu yang berasal dari hutan tanaman pada umumnya ditebang pada usia muda sehingga memiliki diameter yang kecil. Sedangkan kayu yang berasal dari hutan alam ditebang pada usia dewasa sehingga memiliki diameter yang lebih besar. Oleh sebab itu dilakukan evaluasi papan partikel dari kayu berdiameter kecil.
Jenis kayu yang digunakan dalam penelitian ini adalah tarisi (
(DC.) Benth.), kempas ( Maing.), dan pinus
( Jungh. Et de Vr.). Kayu dibuat menjadi partikel kemudian
dikeringkan sampai kadar airnya konstan. Pembuatan papan partikel dengan kadar perekat UF 12% dan parafin 2%. Partikel dan parafin dicampur dalam rotary blender kemudian disemprotkan perekat dengan spray gun. Partikel, perekat dan parafin yang sudah bercampur rata dibuat lembaran lalu dikempa panas pada suhu 120°C dengan tekanan 90 kgf selama ± 10menit. Pengkondisian dilakukan selama ± 14hari kemudian dilakukan pengujian sifat fisis dan mekanis. Pengolahan data hasil pengujian menggunakan Ms. Excel 2007 dan SPSS 17.0.
Pengujian sifat fisis dan mekanis papan partikel mengacu pada Standar JIS A 5908:2003. Nilai rata?rata kerapatan papan partikel 0,79 ? 0,86 g/cm3, nilai rata? rata kadar air 6,26 ? 8,10%, nilai rata?rata pengembangan tebal setelah perendaman 2jam dan 24jam 3,13 ? 26,95% dan 9,14 ? 35,68%. Nilai rata?rata daya serap air setelah perendaman 2jam dan 24jam 4,54 – 56,21% dan 16,74 – 73,43%. Nilai rata?rata MOE dan MOR 19016,08 – 28970,08 kg/cm2 dan 71,51 – 91,71 kg/cm2. Nilai rata?rata dan kuat pegang sekrup 4,51 – 8,09 kgt/cm2 dan 66,95 – 107,95 kg/cm2. Sifat fisis dan mekanis papan partikel yang
memenuhi standar JIS A 5908:2003 adalah kadar air, dan kuat
pegang sekrup dengan kualitas papan partikel terbaik pada kempas.
. The limited supply of timber from natural forest can be overcome by using wood from plantation forest. Wood from plantation forest are generally harvested at young age so that it has a smaller diameter. While the wood from natural forest harvested at mature age so that it has a larger diameter. Therefore evaluation of particle board from small diameter log is needed.
. Wood used in this research were tarisi (
(DC.) Benth.), kempas ( Maing.), and pine
( Jungh. Et de Vr.). Wood made into particle and then dried until
their water content is constant. Manufacture of particle board with UF adhesive level of 12% and 2% paraffin. Particle and paraffin are mixed in a rotary blender and then sprayed with adhesive by spray gun. Particle, glue and paraffin which has been mixed and compress flat sheet with heat at the temperature of 120 ºC and a pressure of 20 kg/cm2 for ± 10 minutes. The conditioning done for about 14 days and tested for physical and mechanical properties. Data processing using Ms. Excel 2007 and SPSS 17.0.
. Physical and mechanical properties testing refers to the JIS A 5908:2003 standard. The average value of particle board density 0,79 – 0,86 g/cm3, the average water content ranged from 6,26 – 8,10 %, the average of thickness swelling after soaking 2 hours and 24 hours ranged from 3,13 – 26,95% and 9,14 – 35,68%. The average of water absorbtion after soaking 2 hours and 24 hours ranged from 4,54 – 56,21% and 16,74 – 73,43%. The average value of MOE and MOR ranged from 19016,08 – 28970,08 kg/cm2 and 71,51 – 91,71 kg/cm2. The average value of internal bond ranged from 4,51 – 8,09 kg/cm2. The average value of screw withdrawal ranged from66,95 – 107,95 kg. the physical and mechanical properties of particle board that meet the JIS A 5908:2003 standard are the water content, the internal bond and the screw withdrawal. The best quality of particle board is a particle board that made from kempas.
Keywords: type of wood, steel plates, bolts, physical and mechanical properties
1)
. Student of Forest Products Department, Faculty of Forestry, Bogor Agricultural University 2)
. Lecturer of Department of Forest Product, Faculty of Forestry, Bogor Agricultural University
Dengan ini penulis menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Kualitas
Papan Partikel dari Diameter Kecil adalah karya penulis sendiri dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar
pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, Februari 2011
Ema Ratri Kartika Jwalita Wastu
NRP : E24062337
Program Studi : Teknologi Hasil Hutan
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Dede Hermawan, M. Sc. F.
NIP. 19630711 199103 1 002
Mengetahui,
Ketua Departemen Hasil Hutan
Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. I Wayan darmawan, M. Sc.
NIP. 19660212 199103 1 002
“Kualitas Papan Partikel dari Log Diameter Kecil”. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Mayor Teknologi
Hasil Hutan, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian
Bogor.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas papan partikel dari log
diameter kecil tarisi ( (DC.) Benth.), kempas (
Maing.), dan pinus ( Jungh. Et de Vr.). Namun
demikian, penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna.
Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun ke arah
penyempurnaan skripsi ini sehingga dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Bogor, Februari 2011
Penulis dilahirkan di Semarang, Jawa Tengah pada 9 November 1988,
merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Dwi Budi Prasetyo dan
Eko Rahayu Ningsih (Alm.). Penulis diterima sebagai mahasiswa Institut
Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2006 melalui jalur Ujian Masuk Perguruan
Tinggi Negeri. Pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen
Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Pada tahun 2009,
penulis memilih Bio?Komposit sebagai bidang keahlian.
Selama menjadi mahasiswa, penulis bergabung dalam organisasi
kemahasiswaan, yaitu sebagai staf Bio?Komposit Himpunan Mahasiswa Hasil
Hutan periode 2007?2008 dan sebagai staf rekayasa dan desain bangunan kayu
Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan periode 2008?2009. Selain itu penulis
mengikuti kepanitiaan Forester Cup (2009), BCR FAHUTAN IPB (2008),
KOMPAK THH (2008), dan OMI IPB (2009). Penulis juga menjadi bendahara
pada pelaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Sancang dan
Kamojang, serta melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan (P2H) di Hutan
Pendidikan Gunung Walat Sukabumi. Selain itu, penulis juga melakukan Praktek
1. Bapak Dr. Ir. Dede Hermawan, MSc. sebagai dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, nasehat dan bantuan selama penelitian sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Ayah, Bapak Budi, serta kakak dan adikku, Andaru dan Indu yang selalu
memberi kasih sayang serta semangat dan dukungan.
3. Pak Abdullah, Mas Kevin, Pak Mardi, dan Laboran Laboratorium Departemen
Hasil Hutan yang telah membantu penulis selama penelitian.
4. Keluarga besar Bio Komposit: Poppy Aisyah, Galang Swadaya, Julianto
Benhur, dan Rama Octara atas semangat dan bantuannya.
5. Dian Sistiani, Iedo Khrisna Lucky, Asri Nur Jalillah, Anggita Isnipa, Siska
Irawanti, M. Adly Rahandi Lubis, A. Jamhari, Kak Adi Setiadi, Kak Danu,
Kak Iwan, Kak Alul, serta keluarga besar THH 42, 43 dan 44 atas bantuan,
semangat dan kebersamaannya.
6. Kemas Robby Wirawan, Nur Azizah, Anindita Julian, serta keluarga besar
KSHE 43, MNH 43, dan Silvikultur 43 atas bantuan dan semangat.
7. Mbak Aan, Mbak Elqy, Tika, Susi, Yesi, Icin, Siska serta teman?teman Wisma
Gardenia atas semangat dan keceriaannya.
8. Gendis Aurum Paradisa, Genny Dina Chaira, Esty Kusuma Rahmasari serta
kelurga besar ACE atas kebersamaan dan kekeluargaannya.
9. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu.
Bogor, Februari 2011
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Papan Partikel ... 3
2.2 Sifat Fisis Papan Partikel ... 4
2.2.1 Kerapatan Papan ... 4
2.2.2 Kadar Air ... 4
2.2.3 Daya Serap Air ... 4
2.2.4 Pengembangan Tebal ... 5
2.3 Sifat Mekanis Papan Partikel ... 5
2.3.1 ! (MOR) ... 5
2.3.2 " (MOE) ... 5
2.3.3 (IB) ... 6
2.4 diameter kecil ... 6
2.5 Tarisi ( (DC.) Benth) ... 7
2.6 Kempas ( Maing.) ... 7
2.7 Pinus ( Jungh. Et de Vr.) ... 8
2.8 Berat Jenis Kayu ... 9
2.9 Hubungan Kerapatan Kayu dengan Kerapatan Papan ... 9
2.10 Perekat ... 9
2.11 Parafin ... 10
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 11
3.2 Alat dan Bahan ... 11
3.3 Metode Penelitian ... 11
3.3.1 Persiapan Bahan ... 11
3.3.2 Pembuatan Papan Partikel ... 11
3.4 Pengujian Papan Partikel ... 12
3.4.1 Sifat Fisis Papan Partikel... 12
3.4.1.1 Kerapatan ... 12
3. 4.1.2 Kadar Air ... 13
3.4.1.3 Pengembangan Tebal ... 13
3.4.1.4 Daya Serap Air ... 13
3.4.2 Sifat Mekanis Papan Partikel ... 14
3.4.2.1 Modulus of Rupture (MOR) ... 14
3.4.2.2 Modulus of Elasticity (MOE) ... 14
3.4.2.3 Internal Bond (IB) ... 15
3.4.2.4 Kuat Pegang Sekrup ... 16
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Sifat Fisis Papan Partikel ... 18
4.1.1 Kerapatan ... 18
4.1.2 Kadar Air ... 19
4.1.3 Pengembangan Tebal ... 20
4.1.4 Daya Serap Air ... 24
4.2 Sifat Mekanis Papan Partikel ... 26
4.2.1 ! (MOR) ... 26
4.2.2 " (MOE) ... 28
4.2.3 (IB) ... 30
4.2.4 Kuat Pegang Sekrup ... 31
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 33
5.2 Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
1. Standar Nilai JIS A 5908:2003 ############################ 1
2. Pemberian beban dalam rangka uji MOE dan MOR ... 14
3. Sketsa alat uji ####################################################### 15 4. Sketsa pemasangan sekrup pada uji kuat pegang sekrup ... 16
5. Nilai rata?rata kerapatan papan partikel ... 18
6. Nilai rata?rata kadar air kerapatan papan partikel ... 19
7. Nilai rata?rata pengembangan tebal papan partikel setelah perendaman 2 jam ... 20
8. Nilai rata?rata pengembangan tebal papan partikel setelah perendaman 24 jam ... 21
9. Nilai rata?rata daya serap air papan partikel setelah perendaman 2 jam ... 24
10. Nilai rata?rata daya serap air papan partikel setelah perendaman 24 jam ... 25
11. Nilai rata?rata MOR papan partikel ... 27
12. Nilai rata?rata MOE papan partikel ... 28
13. Nilai rata?rata IB papan partikel... 30
1. Perhitungan kadar air (KA) dan Kerapatan ... 36
2. Perhitungan pengembangan tebal dan daya serap air ... 37
3. Perhitungan MOE dan MOR ... 39
4. Perhitungan internal bond ... 41
5. Perhitungan kuat pegang sekrup ... 42
6. Analisis keragaman papan partikel ... 43
7. Analisis keragaman papan partikel target kerapatan 0.8 g/cm3 ... 46
8. Analisis keragaman papan partikel target kerapatan 0.9 g/cm3 ... 48
9. Analisis keragaman papan partikel tarisi ... 50
10. Analisis keragaman papan partikel kempas ... 52
11. Analisis keragaman papan partikel pinus... 54
12. Analisis keragaman papan partikel campuran ... 56
13. Uji Duncan papan partikel ... 58
pertambahan penduduk sekitar 2,5% per tahun. Dengan meningkatnya jumlah
penduduk tersebut, maka kebutuhan akan kayu untuk bahan baku bangunan
(konstruksi) maupun mebel terus meningkat, bahkan peningkatannya diperkirakan
lebih cepat daripada pertambahan penduduk itu sendiri (Departemen Kehutanan
dan Perkebunan 2000). Kondisi hutan di Indonesia sangat memprihatinkan, baik
pengusahaan maupun luas hutan yang dikelola, produktivitasnya pun menurun
sangat tajam. Pada tahun 1990, terdapat 59,6 juta ha luasan hutan dengan produksi
kayu 28 juta m3 dan produktivitas 1,7?2,3 m3/ha/th. Sedangkan pada tahun 2003, terdapat 27,8 juta ha luasan hutan dengan produksi kayu 11 juta m3 dan produktivitas 1,1?1,4 m3/ha/th (Soekotjo 2005).
Departemen Kehutanan (2009) menyatakan bahwa kebutuhan kayu bulat
pada tahun 2008 adalah 46.316.073,15 m3 sedangkan jatah produksi tahunan kayu bulat nasional tahun 2008 hanya 9,1 juta m3. Produksi hutan alam pada tahun 2006 sekitar 46 persen, sedangkan pada hutan tanaman mencapai 53 persen.
Menurunnya potensi kayu hutan alam dengan kecenderungan permintaan pasar
yang meningkat menyebabkan meningkatnya $ % %
pencurian dan penjarahan kayu, serta perambahan. Hal tersebut menyebabkan
menurunnya kualitas sumberdaya hutan. Badan Planologi Kahutanan (2008)
mencatat bahwa luas kerusakan hutan di Indonesia selama periode 2003?2006
sebesar 1,17 juta hektar per tahun. Keterbatasan pasokan kayu dari hutan alam ini
salah satunya dapat diatasi dengan menggunakan kayu yang berasal dari hutan
tanaman.
Kayu yang berasal dari hutan tanaman pada umumnya ditebang pada usia
muda sehingga memiliki diameter yang kecil. Sedangkan kayu yang berasal dari
hutan alam ditebang pada usia dewasa sehingga memiliki diameter yang lebih
besar. Bendsten (1978) dalam Bowyer # (2003) menyatakan bahwa kayu
sel, susut bidang transversal dan persentase kayu akhir ( & ) yang lebih
rendah dibandingkan dengan kayu dewasa ( & ). Akan tetapi, kayu
juvenil memiliki sudut fibril S?2, susut bidang longitudinal dan kadar air yang
lebih tinggi daripada kayu dewasa. Oleh sebab itu perlu dilakukan evaluasi
berbagai produk dari kayu berdiameter kecil, salah satunya adalah papan partikel.
1 2 !
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas papan partikel dari log
diameter kecil tarisi ( (DC.) Benth.), kempas (
Papan partikel merupakan istilah umum untuk panel yang dibuat dari
bahan berlignoselulosa (biasanya kayu), terutama dalam bentuk partikel atau
serpihan, yang membedakan dengan serat, yang digabung dengan perekat sintetik
atau perekat lain yang sesuai dan diikat bersama dalam panas dan tekanan pada
dimana ikatan antar partikel diciptakan dengan penambahan perekat,
dan bahan lain yang mungkin ditambahkan selama proses pembutan untuk
memperbaiki sifat?sifat yang diinginkan (Maloney 1993).
Jenis papan partikel dibedakan sesuai dengan ukuran dan bentuk partikel,
jumlah perekat yang digunakan, dan kerapatan papan (Bowyer # 2003).
Maloney (1993) menyatakan bahwa papan partikel dapat digolongkan menjadi
papan partikel kerapatan rendah bila kerapatannya kurang dari 0,59, papan
partikel kerapatan sedang bila kerapatannya antara 0,59 – 0,8, dan papan partikel
kerapatan tinggi bila kerapatannya lebih besar dari 0,8.
Papan berasal dari partikel kayu dengan penambahan perekat melalui
pengempaan panas sehingga menggunakan ' (JIS)
(Japanese Standards Association 2003). Persyaratan sifat fisis dan mekanis papan
partikel yang harus dipenuhi menurut ' A 5908 :
2003 terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Standar Nilai JIS A 5908:2003
No Parameter Sifat Fisis Mekanis Standar JIS A 5908:2003
1 Kerapatan (g/cm3) 0,4 ? 0,9
2 Kadar air (%) 5 ? 13
3 Daya serap air (%) ?
4 Pengembangan tebal (%) maks 12
5 MOR (kg/cm2) min 82
6 MOE (kg/cm2) min 20400
7 Internal Bond (kg/cm2) min 1,5
1 3 ! " #$
1 1 $" ! !
Kerapatan papan merupakan faktor penting yang mempengaruhi kualitas
papan. Meningkatnya kerapatan papan dapat memperbaiki sifat fisis, kecuali
stabilitas dimensi dalam perendaman air dan pemaparan pada kelembaban yang
tinggi. Peningkatan kerapatan mengakibatkan bertambahnya jumlah perekat dan
banyaknya kayu yang digunakan, selain itu juga meningkatkan kontak antar
partikel selama pengempaan sehingga menghasilkan ikatan yang baik (Maloney
1993).
1 1 % " "
Kadar air didefinisikan sebagai berat air dalam persentase berat kering
tanur kayu (Bowyer # 2003). Widarmana (1977) dalam Zaini (2009)
menyatakan bahwa kadar air papan komposit tergantung pada kondisi udara
sekelilingnya, karena papan komposit terdiri atas bahan?bahan yang mengandung
lignoselulosa sehingga bersifat higroskopis. Kadar air papan komposit akan
semakin rendah dengan semakin banyaknya perekat yang digunakan karena
kontak antar partikel akan semakin rapat sehingga air akan sulit masuk di antara
partikel kayu.
1 1/ * $" "
Daya serap air merupakan banyaknya air yang terserap oleh produk
terhadap massa awalnya setelah dilakukan perendaman yang dinyatakan dalam
persen. Peyerapan air terjadi karena adanya gaya absorbsi yang merupakan gaya
tarik molekul air pada tempat ikatan hidrogen yang terdapat dalam selulosa,
hemiselulosa, dan lignin (Bowyer # 2003).
Papan komposit sangat mudah menyerap air pada arah tebal terutama
dalam keadaan basah dan suhu udara lembab. Selain desorbsi bahan baku dan
ketahanan perekat terhadap air, faktor yang mempengaruhi papan komposit
terhadap penyerapan air adalah volume rongga kosong yang dapat menampung air
permukaan partikel yang tidak tertutupi perekat, dan dalamnya penetrasi perekat
terhadap partikel (Johnson & Haligan 1970 diacu dalam Djalal 1981).
1 1- $!+$&4 !+ ! $4
Pengembangan tebal merupakan penambahan tebal contoh uji yang
dinyatakan dalam persen terhadap tebal awalnya. Tsoumis (1991) menyebutkan
bahwa faktor terpenting yang mempengaruhi pengembangan tebal dan
pengembangan linier papan komposit adalah kerapatan kayu pembentuknya.
Papan komposit yang dibuat dari kayu dengan kerapatan rendah akan mengalami
pengempaan yang lebih besar pada saat pembebanan sehingga bila direndam
dalam air akan terjadi pembebasan tekanan yang lebih besar dan mengakibatkan
pengembangan tebal menjadi lebih tinggi1 Salah satu kelemahan yang dimiliki
oleh papan partikel adalah stabilitas dimensi, yaitu besarnya pengembangan
dimensi pada arah tebalnya (Bowyer # 2003).
1/ 3 $# ! ! " #$
1/1 5 6
MOR merupakan keteguhan patah dari suatu balok yang dinyatakan dalam
besarnya tegangan per satuan luas, yang mana dapat dihitung dengan menentukan
besarnya tegangan pada permukaan bagian atas dan bagian bawah dari balok pada
beban maksimum (Maloney 1993). Menurt Bowyer # (2003), MOR digunakan
dalam penentuan beban yang dapat dipikul suatu gelagar. Nilai MOR akan
meningkat dengan bertambahnya kerapatan papan, hal ini disebabkan karena
kerapatan kayu asal mempengaruhi MOR papan partikel melaui sifat
keterkempaan yang semakin baik dengan berkurangnya kerapatan kayu. Nilai
MOR dari papan partikel campuran meningkat dengan bertambahnya bagian
partikel kayu yang mempunyai kerapatan lebih rendah (Djalal 1984).
1/1 5 6
Menurut Bodig dan Jayne (1982) dalam Djalal (1984), MOE adalah nilai
yang menunjukkan sifat kekakuan yang mana merupakan ukuran dari kemampuan
terjadi akibat adanya pembebanan sampai pada batas proporsi. Menurut Bowyer
#(2003), MOE merupakan ukuran ketahanan terhadap pembengkokan yang
berhubungan langsung dengan kekakuan gelagar. Nilai MOE akan meningkat
dengan bertambahnya kerapatan papan, hal ini disebabkan karena kerapatan kayu
asal mempengaruhi MOE papan partikel melaui sifat keterkempaan yang semakin
baik dengan berkurangnya kerapatan kayu. Nilai MOR dari papan partikel
campuran meningkat dengan bertambahnya bagian partikel kayu yang mempunyai
kerapatan lebih rendah (Djalal 1984).
1/1/ 5 6
IB adalah keteguhan tarik tegak lurus permukaan lembaran papan partikel.
Dari nilai IB dapat diperoleh gambaran tentang kekuatan ikatan antar partikel,
sehingga IB juga dapat digunakan sebagai petunjuk yang baik dalam menentukan
kualitas lembaran sehubungan dengan sistem pembuatan papan partikel yang
dilaksanakan (Bowyer # 2003). Nilai IB meningkat dengan bertambahnya
kerapatan papan, hal ini terkait dengan pemakaian perekat yang lebih efisien
sehingga papan partikel yang berasal dari kayu dengan kerapatan lebih tinggi
dapat menghasilkan IB yang lebih besar. Nilai IB cenderung meningkat dengan
bertambahnya bagian partikel dari kayu dengan kerapatan lebih tinggi (Djalal
1984).
1- (+ &$ $" $'
Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan
Nomor: P.14/VI?BIKPHH/2009, log diameter kecil adalah kayu yang terdiri dari
kayu dengan diameter kurang dari 30 cm; kayu dengan diameter 30 cm atau lebih
yang direduksi karena mengalami cacat/busuk bagian hati pohon/gerowong lebih
dari 40%; limbah pembalakan, kayu lainnya berupa kayu bakau, tonggak,
cerucuk, tiang jermal, tiang pancang, dan cabang (Badan Planologi Kehutanan
17 " 5 5 16 $! 816
Tarisi merupakan tanaman pantropikal dari famili Fabaceae yang berasal
dari India dan tersebar secara luas di Asia Tenggara dan Australia, dimana
jenisnya ditemukan di Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Sulawesi Selatan, Jawa
dan Kepulauan Sunda. Jenis ini dapat tumbuh dari daerah yang lembab hingga
kering atau semi arid, yang mempunyai musim kemarau yang jelas. Tetapi tidak
menutup kemungkinan tumbuh di daerah yang mempunyai curah hujan rendah
dan tidak teratur. Pada umumnya tarisi tumbuh di hutan tropis yang kering, jarang
tumbuh di savana dan hutan hujan. Jenis ini lebih suka area terbuka, seperti tepi
hutan, tepi jalan, dan sepanjang aliran sungai. Tumbuh dari permukaan laut
sampai ketinggian 800m, termasuk di tanah kapur dan bekas gunung merapi.
Terkadang tarisi ditanam sebagai pohon naungan dan jarang ditemukan pada
habitat bernaung (Lemmens 1992; Wardiyono 2008).
Kayu yang dihasilkan tergolong kayu keras berkualitas tinggi, berwarna
coklat tua dan tahan terhadap serangan serangga, tetapi susah menyesuaikan
dengan iklim. Kayunya cocok digunakan untuk konstruksi dalam ruangan, mebel
dan vinir. Kulit kayunya digunakan untuk pengobatan seperti kulit kayu jenis lain
yang menghasilkan tannin, seperti pengobatan untuk sakit perut di Kamboja.
Penggunaannya di Jawa, kulit kayunya biasanya digunakan untuk menyamak kulit
hewan dan jala ikan. Tarisi menghasilkan warna merah, biasanya digunakan untuk
pewarnaan kain dan dikenal dengan ’soga tekik’ di Jawa Timur. Di Filipina,
sering digunakan dalam pembuatan minuman fermentasi yang terbuat dari gula
tebu, seperti kulit (L.) Muell. Arg. yang juga menghasilkan
tannin (Heyne 1987; Lemmens 1992).
1. $& 5 !+16
Kempas merupakan jenis kayu perdagangan dari famili Caesalpiniaceae
yang penyebarannya di seluruh Kalimantan dan Sumatera, kecuali Bengkulu.
Kayu kempas sangat keras dan berat dengan serat yang kasar. Kempas tergolong
dalam kelas awet III?IV dan kelas kuat I?II. Karena kekerasannya yang sangat
tinggi dan strukturnya yang berpadu, kayu kempas sulit dikerjakan. Kayunya
berbulu. Jika diampelas dapat menghasilkan permukaan yang halus, tetapi perlu
didempul sebelum dipelitur. Kayu kempas dapat dibor, dibuat lubang persegi dan
diampelas dengan hasil sangat baik serta dapat diserut dan dibentuk dengan baik,
tetapi pembubutan memberi hasil yang buruk. Kayu kempas sebaiknya dibor
dahulu sebelum dipaku supaya jangan pecah. Karena agak asam, kayu kempas
dapat menimbulkan karat pada logam (Martawijaya #1989; Pandit 2002)
Dalam pemanfaatannya, kempas banyak digunakan untuk bahan
konstruksi berat, bantalan kereta api, bangunan kerangka pintu serta penggunaan
struktural lainnya. Karena kekerasannya yang sangat tinggi, sedang keawetannya
rendah, kayu kempas jarang digunakan sebagai bahan bangunan. Penduduk
banyak memakainya untuk balok serut, tetapi jarang digunakan untuk mebel.
Pohon muda yang belum memiliki kayu teras tidak digunakan karena kayu
gubalnya sama sekali tidak awet (Heyne 1987; Pandit 2002).
10 ! 5 !+81 %$9"16
Pinus merupakan jenis kayu perdagangan dari famili Pinaceae yang
tersebar di Burma Selatan, Indo?Cina, Cina Selatan, Thailand Timur, Filipina
(Mindoro, Luzon Barat), Sumatera (Aceh, Tapanuli, Gunung Kerinci), pada
umumnya ditanam di Asia Tenggara. Pinus banyak terdapat di Sumatera Utara
dan satu?satunya yang mengalami penyebaran alami. Pinus memiliki tekstur kayu
yang agak kasar dan serat yang lurus tapi tidak rata, sedangkan beratnya agak
ringan sampai agak berat dengan kekerasan yang agak berat Pinus tergolong
dalam kelas awet IV dan kelas kuat III (Soerianegara 1994; Pandit 2002).
Pinus merupakan kayu yang baik untuk tujuan umum, walaupun tingginya
kandungan oleoresin alami di dalamnya memerlukan perhatian khusus dalam
aspek pengerjaan dan finishing. Pinus digunakan dalam pembuatan korek api,
papan partikel, dan kertas, $ , dan direkomendasikan untuk pembuatan
blockboard dan bantalan rel kereta api. Selain itu juga digunakan untuk konstruksi
kayu berat dan ringan, sambungan kerangka jendela, pintu, & ,
kotak dan peti kayu, tiang dan galah, pensil dan mebel, dalam ruangan,
dan untuk kapal serta bangunan perahu sesuai dengan kekuatan dan keawetannya
1: $" $! *
Berat jenis adalah sifat fisik kayu terpenting untuk dijadikan petunjuk
dalam menentukan kualitas dari kayu, baik untuk penggunaan dalam bentuk utuh
maupun dalam bentuk penyusunan kembali. Berat jenis didefinisikan sebagai
massa per satuan volume. Berat jenis kayu berhubungan langsung dengan
porositasnya, yaitu proporsi volume rongga kosong (Bowyer 2003).
Penggunaan kayu dengan berat jenis tinggi tidak hanya mempengaruhi sifat?sifat
papan partikel yang dihasilkan, tetapi juga akan menimbulkan masalah dalam
transportasi dan pembentukan partikel (Maloney 1993).
1; 4 !+ ! $" ! * %$!+ ! $" ! !
Untuk memperoleh kerapatan papan yang sama, kayu dengan kerapatan
rendah memerlukan volume yang lebih banyak dibandingkan dengan kayu yang
mempunyai kerapatan tinggi. Sehingga pada pengempaan campuran partikel yang
berasal dari kayu dengan kerapatan rendah dapat timbul kontak antar partikel
yang lebih baik dan pada dasarnya akan menghasilkan papan partikel dengan
kekuatan yang lebih tinggi pula (Maloney 1993). Hubungan antara kerapatan
papan dengan kerapatan kayu asal dinyatakan dalam nisbah kempa yang
merupakan hasil bagi antara kerapatan papan dengan kerapatan kayu. Bowyer
# (2003) menyatakan bahwa nisbah kempa sebesar 1,2 – 1,6 pada umumnya
banyak digunakan dalam pembuatan papan partikel.
1 $"$#
Menurut Blomquist et al. (1983) dalam Ruhendi (2007), perekat
( $ ) adalah suatu substansi yang dapat menyatukan dua buah benda atau
lebih melalui ikatan permukaan. Dilihat dari reaksi perekat terhadap panas, maka
perekat dapat dibedakan menjadi perekat dan #
Menurut Pizzi (1994), Urea Formaldehida (UF) merupakan perekat dari jenis
perekat amino yang paling penting dan banyak digunakan. Perekat Urea
Formaldehida memiliki manfaat yaitu memiliki tingkat daya larut (cocok untuk
baik, warnanya tidak berubah meskipun telah masak, mudah beradaptasi untuk
berbagai suhu pemasakan. Namun terdapat kelemahan utama perekat Urea
Formaldehida, yaitu terjadi kerusakan pada ikatannya terutama disebabkan oleh
air dan kelembaban.
1 " 3 !
Parafin adalah mineral yang merupakan produk sampingan dari industri
minyak dimana minyak mentah diberi perlakuan untuk memisahkan fraksi volatil
seperti bensin, kerosin, napta, dan solar. Fungsi parafin pada produksi papan
partikel adalah menimbulkan kesan licin pada permukaan, mengurangi
penyerapan air, dan mempermudah pemotongan papan serta pengolahan dengan
mesin. Penambahan parafin dapat mengurangi tingkat pertambahan kadar air,
akan tetapi penambahan parafin yang lebih lebih banyak dari dua persen dari berat
kering tanur partikel akan mengakibatkan menurunnya kekuatan papan partikel
bertempat di Laboratorium Bio Komposit, Laboratorium Kimia Hasil Hutan, dan
Laboratorium Rekayasa dan Desain Bangunan Kayu Departemen Hasil Hutan
Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.
/1 % ! 8 !
Alat?alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: , ,
oven, timbangan, , , cetakan papan (30×30), plat seng dan
teflon, mesin , &, ( $ ) (UTM) merk
Instron.
Bahan?bahan yang digunakan adalah diameter kecil jenis tarisi (
), kempas ( ), Pinus ( ), Urea
Formaldehida (UF) sebanyak 12% dengan RC 50% dan parafin sebanyak 2%.
/1/ $ (%$ $!$ !
/1/1 $" ! 8 !
Potongan diameter kecil diolah dengan menggunakan
menjadi kemudian diolah lebih lanjut dengan menggunakan
menjadi partikel. Partikel ini kemudian dioven sampai kadar airnya ± 5%.
/1/1 $&4 ! ! " #$
Partikel dan parafin dicampur dalam ember kemudian dimasukkan ke
dalam . Perekat dicampur dengan partikel melalui saat
berputar. Partikel, perekat dan parafin yang telah bercampur rata
kemudian dicetak pada cetakan kayu yang telah dialasi plat seng dan teflon lalu
diberi tekanan pendahuluan untuk memadatkan lembaran. Lembaran tersebut
cm. Pengkondisian dilakuka
dan membebaskan teganga
terjadi proses pengempaa
/1- $!+ 2 ! !
Standar yang dig
Gambar 1 Pola p
/1-1 3 !
/1-1 1 $" !
Contoh uji berukur
udara, lalu diukur rata?ra
volume. Kerapatan papan
-7 7
Keterangan :
ρ = kerapatan (g/cm
m = massa contoh uj
v = volume contoh uj
n dilakukan selama ± 14 hari untuk menyeragamkan
n tegangan sisa yang terbentuk pada permukaan pa
mpaan panas.
! " #$
g digunakan untuk pembuatan contoh uji adalah
no. A 5908?2003.
Pola pemotongan contoh uji menurut JIS A 5908?2003
! " #$
berukuran 10 cm × 10 cm ditimbang dalam kondi
rata panjang, lebar dan tebalnya untuk mendapat
n papan dihitung dengan rumus:
/ /
(g/cm3) ontoh uji (g)
ontoh uji (cm3)
mkan kadar air
ukaan papan saat
dalah '
2003
kondisi kering
/1-1 1 % " "
Contoh uji berukur
udara sebagai berat awal
konstan sebagai berat keri
/1-1 1/ $!+$&4 !+ !
Contoh uji berukuran tiap sisinya lalu dirata-ratak jam dan diukur dimensinya dimensinya. Nilai pengemb
/1-1 1- * $" "
Pengujian daya se
pengujian pengembangan
kemudian direndam dala
Perendaman dilanjutkan s
serap air dihitung dengan Keterangan :
KA = kadar air (%)
BA = berat awal (g)
BKT = berat kering tanur
Keterangan :
TS = pengembangan teba
T1 = tebal setelah perend
T0 = tebal sebelum pere
Keterangan :
WA = pengembangan te
B1 = berat contoh uji s
B0 = berat contoh uji s
berukuran 10 cm × 10 cm ditimbang dalam kondi
awal kemudian dioven pada suhu 103 ± 2 ºC sampai
at kering oven. Nilai kadar air papan dihitung dengan
+ ! $4
ran 5 cm × 5 cm dalam kondisi kering udara, tebal di atakan. Contoh uji kemudian direndam dalam air dingin inya. Perendaman dilanjutkan sampai 24 jam dan diuku embangan tebal dihitung dengan rumus:
100%
"
daya serap air bersamaan dengan sampel yang diguna
angan tebal. Contoh uji ditimbang dalam kondisi ker
dalam air dingin selama 2 jam dan ditimbang
utkan sampai 24 jam kemudian ditimbang beratnya.
dengan rumus:
100%
g tanur (g)
n tebal (%)
perendaman (cm)
perendaman (cm)
ngan tebal (%)
oh uji setelah perendaman (g)
oh uji sebelum perendaman (g)
kondisi kering
ampai beratnya
engan rumus:
al diukur pada ingin selama 2 diukur kembali
digunakan pada
ndisi kering udara
bang beratnya.
/1-1 3 $# ! ! " #$
/1-1 1 5 6
Pengujian dilakukan dengan menggunakan $
(UTM) merk Instron. Contoh uji berukuran 5 cm × 20 cm pada kondisi kering
udara dibentangkan dengan jarak sangga 15 kali tebal nominal, tetapi tidak kurang
dari 15 cm. Pembebanan dilakukan di tengah?tengah jarak sangga. Nilai MOR
dihitung dengan rumus:
Gambar 2 Pemberian beban dalam rangka uji MOE dan MOR
/1-1 1 5 6
Pengujian MOE dilakukan bersamaan dengan pengujian MOR. Pada saat
pengujian, besarnya defleksi dicatat pada setiap selang beban tertentu. Nilai MOE
dihitung dengan rumus:
4 8 Keterangan :
MOR = keteguhan patah (kg/cm2)
P = beban maksimum (kg)
L = panjang bentang (cm)
b = lebar contoh uji (cm)
∆
∆
/1-1 1/ 5 6
Contoh uji 5 cm × 5 cm dalam kondisi kering udara direkatkan pada dua
blok kayu dengan perekat epoxy dan dibiarkan selama ± 24 jam sampai mengeras.
Kedua blok kayu ditarik tegak lurus permukaan contoh uji sampai beban
maksimum (contoh uji rusak). Nilai keteguhan rekat internal dihitung dengan
rumus:
!
Gambar 3 Sketsa alat uji internal bond Keterangan :
MOE = keteguhan lentur (kg/cm2) ∆P = perubahan beban (kg)
L = jarak sangga (cm)
∆y = perubahan defleksi (cm)
b = lebar contoh uji (cm)
h = tebal contoh uji (cm)
Keterangan :
IB = keteguhan rekat internal (kg/cm2)
P = beban maksimum (kg)
A = luas permukaan contoh uji (cm2)
5
Blok Kayu
Contoh Uji
/1-1 1- $+ !+ $#"
Pengujian menggunakan contoh uji berukuran 5 cm × 10 cm dan sekrup
berdiameter 2,7 mm dengan panjang 16 mm. Sekrup dipasang pada contoh uji
sampai kedalaman 8 mm. Nilai kuat pegang sekrup merupakan beban maksimum
[image:30.612.202.410.189.328.2]saat sekrup tercabut dari contoh uji (dalam kg).
Gambar 4 Sketsa pemasangan sekrup pada uji kuat pegang sekrup
/17 !
Analisis data menggunakan rancangan percobaan acak lengkap dengan 3
kali ulangan. Banyaknya perlakuan adalah 4 perlakuan berdasarkan variasi jenis
partikel kayu yang digunakan dalam pembuatan papan partikel. Model umum dari
rancangan tersebut adalah:
Yij = µ + αi + εij
Keterangan:
Yij = Hasil pengamatan pengaruh perlakuan ke?i dan ulangan ke?j
µ = Nilai rata?rata umum.
αi = Pengaruh perlakuan ke?i
εij = Pengaruh galat percobaan akibat perlakuan ke?i dan ulangan ke?j
Variasi masing?masing perlakuan adalah sebagai berikut:
α1 = Partikel kayu tarisi murni
α2 = Partikel kayu kempas murni
α3 = Partikel kayu pinus murni
α4 = Campuran partikel kayu tarisi, kempas, dan pinus
Pengaruh dari seluruh perlakuan dapat diketahui dengan melakukan
analisis keragaman ANOVA. Apabila terdapat pengaruh nyata terhadap peubah
yang diamati dalam sidik ragam maka dilakukan perbandingan dalam setiap
-1 3 ! " #$
-1 1 $" !
Bowyer # (2003) menyatakan bahwa kerapatan merupakan ukuran
kekompakan partikel dalam lembaran. Kerapatan papan yang dihasilkan sangat
[image:32.612.140.481.262.429.2]mempengaruhi sifat fisis dan mekanisnya.
Gambar 5 Nilai rata?rata kerapatan papan partikel.
Gambar 5 menunjukkan bahwa nilai rata?rata kerapatan papan partikel
adalah 0,79 – 0,83 gr/cm3 untuk target kerapatan 0,8 g/cm3 dan 0,82 – 0,86 g/cm3 untuk target kerapatan 0,9 g/cm3. Papan partikel yang terbuat dari pinus memiliki nilai rata?rata kerapatan terendah. Sedangkan papan partikel yang terbuat dari
tarisi dengan target kerapatan 0,8 g/cm3 dan campuran dengan target kerapatan 0,9 g/cm3 memiliki nilai rata?rata kerapatan tertinggi.
Variasi kerapatan papan yang dihasilkan disebabkan oleh penyebaran
partikel pada saat pengempaan yang tidak merata dan terlalu melebar akibat
pemasangan plat besi penahan partikel hanya pada dua sisi saja, sedangkan pada
dua sisi lainnya tidak terdapat plat besi untuk menahan penyebaran partikel.
Pelebaran partikel tersebut menyebabkan massa partikel pada tiap bagian papan
partikel tidak sama sehingga tekanan dan panas yang diterima pada saat
0.83 0.80
0.79 0.81
0.85 0.85 0.82 0.86
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00
Tarisi Kempas Pinus Campuran
K
e
ra
p
a
ta
n
(
g
/c
m
Jenis Kayu
0.8
pengempaan tidak sama di seluruh permukaan lembaran. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Tsoumis (1991) yang menyatakan bahwa kerapatan papan partikel
jarang seragam di sepanjang ketebalannya.
Nilai kerapatan akhir papan dipengaruhi oleh berat jenis kayu yang
digunakan, jumlah partikel kayu dalam papan, kadar perekat dan besarnya tekanan
kempa yang diberikan (Bowyer # 2003). Meningkatnya kerapatan papan
partikel akan menghasilkan nilai fisis dan mekanis yang lebih baik dengan
stabilitas dimensi yang tinggi. Peningkatan kerapatan lembaran dapat
menimbulkan ikatan antar partikel yang lebih baik dan pemakaian perekat
menjadi lebih efektif sehingga muai tebal dan ekspansi linier papan semakin
berkurang (Maloney 1993; Vital # 1974 dalam Djalal 1984).
-1 1 % " "
Kadar air didefinisikan sebagai kandungan air produk kayu dalam keadaan
[image:33.612.136.518.395.591.2]kesetimbangan dengan lingkungan sekitarnya (Bowyer # 2003).
Gambar 6 Nilai rata?rata kadar air papan partikel.
Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai rata?rata kadar air papan partikel
adalah 6,26 – 8,53 % untuk target kerapatan 0,8 g/cm3 dan 7,26 ? 8,10 % untuk target kerapatan 0,9 g/cm3. Papan partikel yang terbuat dari pinus memiliki nilai
6.26 6.78 8.53 7.19 8.05 7.26 8.10 7.30 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00 10.00 11.00 12.00 13.00 14.00
Tarisi Kempas Pinus Campuran
K a d a r A ir ( % ) Jenis Kayu 0.8 0.9
JIS A 5908:2003
rata?rata kadar air tertinggi. Nilai rata?rata kadar air papan partikel terendah pada
tarisi untuk target kerapatan 0,8 g/cm3 dan kempas untuk target kerapatan 0,9 g/cm3. Hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa nilai kadar air papan partikel tidak dipengaruhi oleh jenis kayu yang digunakan dan
target kerapatan papan. Hal ini juga berlaku untuk analisis sidik ragam
berdasarkan target kerapatan dan jenis kayu yang digunakan. Papan partikel yang
digunakan pada penelitian ini memenuhi standar JIS A 5908:2003 dengan nilai
kadar air berkisar antara 5% ? 13%.
Nilai kadar air papan partikel dipengaruhi oleh kadar air partikel sebelum
dikempa panas, jumlah air yang terkandung di dalam perekat dan jumlah uap air
yang keluar dari dalam papan saat kempa panas. Selain itu juga bergantung pada
kelembaban udara disekelilingnya karena papan partikel terbuat dari bahan
berlignoselulosa dan bersifat higroskopis sehingga dapat menyerap dan
mengeluarkan uap air ke udara sekelilingnya (Bowyer # 2003). Maloney
(1993) menyatakan bahwa nilai kadar air dan distribusinya menurut ketebalan dan
bentuk papan partikel akan sangat mempengaruhi sifat dari papan partikel yang
dihasilkan.
-1 1/ $!+$&4 !+ ! $4
Pengembangan tebal merupakan penambahan tebal contoh uji yang
[image:34.612.130.504.513.677.2]dinyatakan dalam persen terhadap tebal awalnya (Koch 1985).
Gambar 7 Nilai rata?rata pengembangan tebal papan partikel setelah perendaman 2 jam. 6.63 3.13 24.50 12.26 6.03 5.39 10.44 26.95 0.00 6.00 12.00 18.00 24.00 30.00
Tarisi Kempas Pinus Campuran
P e n g e m b a n g a n T e b a l 2 j a m ( %) Jenis Kayu 0.8 0.9
Gambar 7 menunj
partikel setelah perendam
24,50 % untuk target
kerapatan 0,9 g/cm3. Nil kerapatan 0,8 g/cm3 terti nilai rata?rata pengemba
tertinggi pada campuran da
yang digunakan pada pene
[image:35.612.128.498.286.463.2]papan partikel pinus targe
Gambar 8 Nilai rata?rata 24 jam.
Gambar 8 menunj
perendaman dalam air di
kerapatan 0,8 g/cm3 dan 11, partikel yang terbuat dari
memiliki nilai rata?rata
yang terbuat dari pinus de
target kerapatan 0,9 g/cm
yang terbuat dari kempas
tarisi dengan target kerap
dengan pengembangan teb
16.25 13.21 0.00 6.00 12.00 18.00 24.00 30.00 36.00 42.00 Tarisi P e n g e m b a n g a n T e b a l 2 4 j a m ( %)
enunjukkan bahwa nilai rata?rata pengembangan teb
endaman dalam air dingin selama 2 jam berkisar anta
rget kerapatan 0,8 g/cm3 dan 5,39 ? 26,95 % unt Nilai rata?rata pengembangan tebal papan partike
tertinggi pada pinus dan terendah pada kempas.
gembangan tebal papan partikel target kerapatan 0
uran dan terendah pada kempas. Sebagian besar papa
da penelitian ini memenuhi standar JIS A 5908:2003
target kerapatan 0,8 g/cm3 dan papan partikel campur
rata pengembangan tebal papan partikel setelah per
enunjukkan bahwa nilai rata?rata pengembangan teb
air dingin selama 24 jam adalah 9,14 ? 23,34 % unt
dan 11,93 ? 35,06 % untuk target kerapatan 0,9 g/cm
t dari kempas dengan target kerapatan 0,8 g/cm3 dan rata pengembangan tebal terendah. Sedangkan papan
inus dengan target kerapatan 0,8 g/cm3 dan campura g/cm3 memiliki nilai pengembangan tertinggi. Papan kempas dengan target kerapatan 0,8 g/cm3 dan 0,9 g/
kerapatan 0,8 g/cm3 telah memenuhi standar JIS A gan tebal kurang dari 12%.
9.14 35.68 23.34 11.93 18.84 35.06
Kempas Pinus Campuran
Jenis Kayu
JIS A 5908: an tebal papan
ar antara 3,13 ?
untuk target
n partikel target
. Sedangkan
atan 0,9 g/cm3 r papan partikel
2003, kecuali
campuran.
lah perendaman
gan tebal setelah
% untuk target
g/cm3. Papan dan 0,9 g/cm3 n papan partikel
mpuran dengan
. Papan partikel
0,9 g/cm3 serta A 5908:2003
0.8
0.9
Hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa nilai
pengembangan tebal dipengaruhi oleh jenis kayu yang digunakan, baik untuk
perendaman selama 2 jam maupun 24 jam. Uji Duncan pada Lampiran 13
menunjukkan bahwa papan partikel campuran sangat mempengaruhi nilai
pengembangan tebal yang dihasilkan, tetapi analisis berdasarkan jenis kayu dan
target kerapatan menunjukkan bahwa tarisi mempengaruhi nilai pengembangan
tebal yang dihasilkan. Papan partikel kempas memiliki stabilitas dimensi yang
lebih baik daripada papan partikel pinus karena kempas memiliki nilai
pengembangan tebal yang lebih rendah. Kaitan antara Gambar 7 dan Gambar 8
menunjukkan bahwa semakin lama waktu perendaman maka pengembangan
dimensi yang terjadi semakin besar. Hal ini disebabkan karena air yang masuk ke
dalam papan semakin meningkat dengan semakin banyaknya perekat yang
tersubstitusi sehingga berpengaruh terhadap dimensi papan partikel (Maloney
1993).
Nilai pengembangan tebal papan partikel tarisi dan pinus semakin
menurun dengan meningkatnya target kerapatan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Maloney (1993) bahwa pengembangan tebal berlawanan dengan kerapatan papan,
kerapatan papan yang semakin tinggi akan menghasilkan pengembangan tebal
yang semakin kecil. Sedangkan nilai pengembangan tebal papan partikel kempas
dan campuran semakin meningkat dengan meningkatnya target kerapatan papan.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Subiyanto (2005) dalam Fuadi (2009) bahwa
semakin tinggi kerapatan maka sifat pengembangan tebal papan partikel
cenderung semakin meningkat. Penyebab hal ini adalah pemulihan kembali dari
serbuk ke dimensi semula karena adanya pemampatan selama proses pengempaan
panas. Pada bahan yang berlignoselulosa akan terjadi perubahan dimensi yaitu
pengembangan dimensi apabila terjadi penyerapan oleh bahan tersebut. Semakin
tinggi kerapatan papan maka semakin besar pula pemampatan dimensinya
Menurut Sekino . (1999) dalam Fuadi (2009), alasan dari
ketidakstabilan dimensi suatu panel adalah perubahan bentuk partikel karena
penekanan selama pengempaan dan akan kembali ke bentuk awal ketika partikel
menyerap air atau uap air. Namun mekanisme pengembangan tebal panel lebih
kompleks, karena dalam panel partikel berikatan dengan perekat, yang dapat
mencegah terjadinya pengembangan tebal. Terjadinya pengembangan tebal panel
merupakan kombinasi dari potensi $ dari partikel yang
didensifikasi dan kerusakan dari jaringan ikatan perekat (kekuatan ikatan antara
partikel atau tekanan pada ikatan perekat).
Keadaan ini seperti yang dinyatakan Koch (1985) bahwa perubahan
dimensi papan dipengaruhi oleh variabel?variabel pengolahan produk itu sendiri,
seperti kerapatan bahan baku, ketebalan partikel, banyaknya pemampatan yang
diberikan, kadar perekat, dan besarnya tekanan yang diberikan pada papan.
Tsoumis (1991) menyatakan bahwa papan komposit yang dibuat dari kayu dengan
kerapatan rendah akan mengalami pengempaan yang lebih besar pada saat
pembebanan sehingga bila direndam dalam air akan terjadi pembebasan tekanan
yang lebih besar dan mengakibatkan pengembangan tebal menjadi lebih tinggi1
Geometri partikel yang lebih besar menyebabkan terjadinya intervensi antar
partikel yang lebih besar dibanding serbuk menyebabkan distribusi perekat
menjadi tidak merata, sehingga kontak antara perekat dengan partikel tidak kuat
dan menimbulkan adanya ruang kosong antar partikel. Hal ini menyebabkan
penyerapan air papan partikel menjadi semakin besar sehingga pengembangan
-1 1- * $" "
Daya serap air merupakan banyaknya air yang terserap oleh produk
terhadap massa awalnya setelah dilakukan perendaman yang dinyatakan dalam
[image:38.612.136.511.177.376.2]persen (Bowyer # 2003).
Gambar 9 Nilai rata?rata daya serap air papan partikel setelah perendaman 2 jam.
Gambar 9 menunjukkan bahwa nilai rata?rata daya serap air setelah
perendaman dalam air dingin selama 2 jam adalah 6,70 ? 47,92 % untuk target
kerapatan 0,8 g/cm3 dan 4,54 ? 56,21 % untuk target kerapatan 0,9 g/cm3. Papan partikel yang terbuat dari kempas memiliki nilai rata?rata daya serap air terendah.
Sedangkan papan partikel yang terbuat dari pinus dengan target kerapatan 0,8
g/cm3 dan campuran dengan target kerapatan 0,9 g/cm3 memiliki nilai rata?rata daya serap air tertinggi.
13.01
6.70
47.92
28.99
10.37
4.54
21.40
56.21
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00
Tarisi Kempas Pinus Campuran
D
a
ya
S
e
ra
p
A
ir
2
j
a
m
(
%
)
Jenis Kayu
0.8
Gambar 10 Nilai rata?rata daya serap air papan partikel setelah perendaman 24 jam.
Gambar 10 menunjukkan bahwa nilai rata?rata daya serap air setelah
perendaman dalam air dingin selama 24 jam adalah 18,43 ? 73,43 % untuk target
kerapatan 0,8 g/cm3 dan 16,74 ? 71,29 % untuk target kerapatan 0,9 g/cm3. Papan partikel yang terbuat dari kempas memiliki nilai rata?rata pengembangan tebal
terendah, sedangkan yang terbuat dari pinus dengan target kerapatan 0,8 g/cm3 dan campuran dengan target kerapatan 0,9 g/cm3 memiliki nilai rata?rata pengembangan tebal tertinggi.
Hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa nilai daya
serap air dipengaruhi oleh jenis kayu yang digunakan, baik untuk perendaman
selama 2 jam maupun 24 jam. Lampiran Uji Duncan pada Lampiran 13
menunjukkan bahwa papan partikel campuran dan pinus sangat mempengaruhi
nilai daya serap air. Sedangkan untuk analisis berdasarkan jenis kayu dan target
kerapatan menunjukkan bahwa tarisi dengan target kerapatan 0,9 g/cm3 sangat mempengaruhi nilai daya serap air yang dihasilkan. Papan partikel kempas
memiliki stabilitas dimensi yang lebih baik daripada papan partikel pinus karena
kempas memiliki nilai pengembangan tebal yang lebih rendah. Kaitan antara
Gambar 9 dan Gambar 10 menunjukkan bahwa semakin lama waktu perendaman
maka daya serap air yang terjadi semakin besar. Hal ini disebabkan karena air
yang masuk ke dalam papan semakin meningkat dengan semakin banyaknya
perekat yang tersubstitusi (Maloney 1993).
38.10 18.43 73.43 47.05 28.83 16.74 39.59 66.37 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00
Tarisi Kempas Pinus Campuran
[image:39.612.132.497.97.268.2]Vital # (1974) dalam Djalal (1984) menyatakan bahwa peningkatan
kerapatan lembaran akan memperbaiki stabilitas dimensi papan yang dihasilkan.
Menurut Haligan (1969) dalam Djalal (1984), selain sifat absorpsi air dari bahan
baku yang digunakan dan ketahanan perekat terhadap air, terdapat beberapa faktor
lain yang mempengaruhi pertambahan kadar air papan partikel. Faktor?faktor
tersebut meliputi volume ruang kosong yang dapat menampung air di antara
partikel, adanya saluran kapiler yang menghubungkan ruang kosong satu sama
lainnya, luas permukaan partikel, dan luas permukaan partikel yang tidak dapat
ditutupi perekat. Proses pengempaan yang kurang maksimal membuat
pemampatan papan partikel kurang baik sehingga air mudah masuk ke dalam sela?
sela partikel.
Maloney (1993) menyatakan bahwa penambahan parafin dalam
pembuatan papan partikel akan meningkatkan sifat fisis papan partikel yang
dihasilkan. Penambahan zat aditif yaitu parafin dapat berfungsi sebagai water
repellent yang akan menimbulkan daya tahan terhadap air dan stabilitas dimensi
yang tinggi pada papan partikel. Menurut Ariyani (2009), daya serap air yang
tinggi juga disebakan oleh penggunaan perekat urea formaldehida dimana ikatan
yang dihasilkan perekat tersebut tidak tahan air sehingga air mudah sekali
merusak ikatan?ikatan antara perekat dengan partikel. Daya serap yang tinggi juga
bisa disebabkan oleh penyebaran partikel yang tidak seragam serta pengempaan
papan yang tidak optimal yang mengakibatkan partikel menjadi renggang
sehingga lebih mudah dimasuki air.
-1 3 $# ! ! " #$
-1 1 5 6
Bowyer # (2003) menyatakan bahwa Modulus of Rupture adalah
beban maksimum yang mampu ditahan oleh papan. MOR adalah kekuatan
mekanis yang sangat penting diketahui pada papan partikel karena berhubungan
dengan keamanan dalam penggunaan baik sebagai komponen struktural maupun
Gambar 11 Nilai rata?rata
Gambar 11 menunj
berkisar antara 71,51 – 91,
79,57 kg/cm2 untuk targe kempas menghasilkan nil
g/cm3, sedangkan papan p rata MOR terendah. Papa
dari pinus menghasilkan
yang terbuat dari tarisi me
Hasil analisis sidik
rata MOR tidak dipengar
juga berlaku untuk anali
kayu yang digunakan.
campuran dengan target
5908:2003 yang mensyara
Maloney (1993)
kandungan dan jenis baha
partikel. Koch (1985) me
papan partikel adalah ber
papan, dan prosedur kem
pada proses perekatan. H
83.01 72.92 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00 90.00 100.00 Tarisi M O R (k g /c m
rata MOR papan partikel.
menunjukkan bahwa nilai rata?rata MOR papan
91,71 kg/cm2 untuk target kerapatan 0,8 g/cm3 da target kerapatan 0,9 g/cm3. Papan partikel yang ter kan nilai rata?rata MOR tertinggi dengan target kera
apan partikel yang terbuat dari pinus menghasilkan n
h. Papan partikel dengan target kerapatan 0,9 g/cm3 da ilkan nilai rata?rata MOR tertinggi, sedangkan papan
risi menghasilkan nilai rata?rata MOR terendah.
is sidik ragam pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa ni
pengaruhi oleh jenis kayu dan target kerapatan papan.
uk analisis sidik ragam berdasarkan target kerapatan
kan. Papan partikel yang terbuat dari tarisi, kem
target kerapatan 0,8 g/cm3 telah memenuhi standa nsyaratkan nilai minimal MOR 82 kg/cm2.
1993) menyatakan bahwa nilai MOR dipengar
nis bahan perekat yang digunakan, daya ikat perekat da
1985) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi ni
ah berat jenis kayu, geometri partikel, kadar perekat,
dur kempa. Kerapatan yang tinggi akan menimbulkan
tan. Hal ini disebabkan oleh tebalnya dinding sel dan
91.71
71.51
82.81
73.90 79.57 75.42
Kempas Pinus Campuran
Jenis Kayu
JIS A 5
papan partikel
dan 72,92 –
ng terbuat dari
t kerapatan 0,8
ilkan nilai rata?
dan terbuat
n papan partikel
bahwa nilai rata?
n papan. Hal ini
patan dan jenis
i, kempas dan
standar JIS A
pengaruhi oleh
kat dan ukuran
ruhi nilai MOR
rekat, kadar air
bulkan kesulitan
el dan kecilnya
0.8
0.9
volume rongga yang mengakibatkan perekat tidak melakukan penetrasi dengan
mudah sehingga perekat yang masuk hanya terbatas pada kedalaman tertentu.
-1 1 5 6
MOE adalah ukuran kemampuan material dalam menahan perubahan
bentuk sampai pada batas proporsi yang menunjukkan sifat elastisitas bahan
[image:42.612.117.499.243.410.2](Maloney, 1993).
Gambar 12 Nilai rata?rata MOE papan partikel.
Gambar 12 menunjukkan bahwa nilai rata?rata MOE papan partikel adalah
19016,08 – 26321,29 kg/cm2 untuk target kerapatan 0,8 g/cm3 dan 22795,28 – 28970,08 kg/cm2 untuk target kerapatan 0,9 g/cm3. Nilai rata?rata MOE papan partikel target kerapatan 0,8 g/cm3 tertinggi pada kempas dan terendah pada pinus. Sedangkan nilai rata?rata MOE papan partikel target kerapatan 0,9 g/cm3 tertinggi pada tarisi dan terendah pada kempas. Semakin tinggi tingkat kerapatan papan
partikel, maka akan semakin tinggi sifat keteguhan papan partikel yang dihasilkan
(Bowyer #2003).
Hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa nilai
MOE dipengaruhi oleh target kerapatan papan. Hal ini juga berlaku untuk analisis
berdasarkan jenis kayu dan target kerapatan papan. Papan partikel yang digunakan
22218.05
26321.29
19016.08
24910.51 28970.08
22795.28
24971.31
26092.24
0.00 5000.00 10000.00 15000.00 20000.00 25000.00 30000.00
Tarisi Kempas Pinus Campuran
M
O
E
(
k
g
/c
m
Jenis Kayu
0.8
0.9
pada penelitian ini memenuhi standar JIS A 5908:2003 dengan nilai minimal
MOE 20400 kg/cm2, kecuali papan partikel pinus target kerapatan 0,8 g/cm3. Nilai MOE dipengaruhi oleh kandungan dan jenis bahan perekat yang
digunakan, daya ikat perekat dan ukuran partikel (Maloney 1993). Bowyer #
(2003) menyatakan bahwa selain kerapatan dan kadar perekat, geometri partikel
merupakan ciri utama yang menentukan sifat?sifat papan yang dihasilkan. Aspek
terpenting dari geometri partikel adalah perbandingan panjang partikel dengan
ketebalan partikel ( ). Partikel yang ideal untuk menyeimbangkan
kekuatan dan stabilitas dimensi adalah partikel serpih tipis dengan ketebalan
seragam dengan perbandingan tebal ke panjang yang tinggi. Peningkatan
akan meningkatkan nilai MOE.
Rowell . (2005) menyatakan bahwa sumber utama keteguhan kayu
terletak pada serat?serat kayu tersebut, serat kayu umumnya tersusun atas tiga
komponen kimia utama, yaitu selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Selulosa yang
memiliki rantai polimer dan bobot molekul yang tinggi bertanggung jawab penuh
terhadap keteguhan kayu. Sedangkan hemiselulosa bertindak sebagai matrik
pembentuk selulosa serta meningkatkan kerapatan dinding sel. Lignin tidak hanya
bertugas sebagai pengikat serat?serat kayu kedalam satu kesatuan yang utuh, tetapi
juga mengikat molekul?molekul selulosa dalam serat dinding sel. Menurut
Martawijaya # (1989), Soerianegara (1994) dan Pandit (2002), berdasarkan
sifat anatominya, kayu yang memiliki berat jenis tinggi mempunyai dinding sel
yang lebih tebal. Kempas tergolong kelas kuat I?II dengan berat jenis rata?rata
0,95 (0,68?1,29) sedangkan pinus tergolong kelas kuat III dengan berat jenis rata?
rata 0,55 (0,4?0,75). Hal ini tampak pada Gambar 12 yang menunjukkan bahwa
papan partikel kempas memiliki nilai MOE yang relatif lebih besar daripada
-1 1/ 5 6
adalah kekuatan tarik tegak lurus serat permukaan panel
yang menunjukkan kekuatan ikatan antar partikel, kebaikan pencampuran,
[image:44.612.136.500.185.342.2]pembentukan lembaran, dan proses pengempaannya (Bowyer # 2003).
Gambar 13 Nilai rata?rata IB papan partikel.
Gambar 13 menunjukkan bahwa nilai rata?rata keteguhan rekat internal
papan partikel adalah 4,51 – 7,10 kg/cm2 untuk target kerapatan 0,8 g/cm3 dan 5,5 ? 8,09 kg/cm2 untuk target kerapatan 0,9 g/cm3. Papan partikel yang terbuat dari tarisi dengan target kerapatan 0,8 g/cm3 dan 0,9 g/cm3 memiliki nilai keteguhan rekat internal tertinggi, sedangkan yang terbuat dari kempas memiliki nilai
terendah.
Hasil analisis sidik ragam pada Lampiran 6 menunjukkan bahwa nilai
papan tidak dipengaruhi oleh target kerapatan papan dan jenis kayu
yang digunakan, begitu juga untuk analisis berdasarkan jenis kayu dan target
kerapatan papan. Nilai yang diperoleh pada penelitian ini memenuhi
standar JIS A 5908:2003, yaitu minimal 1,5 kg/cm2. Vital # (1974) dalam Djalal (1984) menyatakan bahwa peningkatan kerapatan menyebabkan semakin
kuatnya ikatan antar partikel. Semakin tinggi nilai kerapatan maka nilai
yang dihasilkan juga semakin besar. Maloney (1993) menyatakan bahwa
kandungan kadar resin memberikan pengaruh terhadap # Semakin
tinggi kadar resin pada batas tertentu, maka papan yang dihasilkan
7.10 4.51 7.03 6.55 8.09 5.50 6.31 6.55 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
Tarisi Kempas Pinus Campuran
IB ( k g /c m Jenis Kayu 0.8 0.9
semakin meningkat karena banyaknya molekul penyusun perekatan yang bereaksi
dengan kayu pada saat proses perekatan.
Seperti yang dinyatakan Bowyer # (2003) bahwa sifat keteguhan rekat
internal akan semakin sempurna dengan bertambahnya jumlah perekat yang
digunakan dalam proses pembuatan papan partikel. Pinus mengalami penurunan
nilai dengan meningkatnya target kerapatan papan, hal ini seperti
pernyataan Maloney (1993) bahwa dengan semakin meningkatnya kerapatan
lembaran, partikel akan mengalami kehancuran pada waktu pengempaan sehingga
akan menghasilkan yang lemah. Makin tinggi kandungan zat
ekstraktif dalam suatu bahan yang digunakan, makin banyak pula pengaruhnya
terhadap keteguhan rekat.
-1 1- $+ !+ $#"
Kuat pegang sekrup merupakan kemampuan papan dalam menahan sekrup
[image:45.612.128.508.392.562.2](Bowyer # 2003).
Gambar 14 Nilai rata?rata kuat pegang sekrup papan partikel.
Gambar 14 menunjukkan bahwa nilai rata?rata kuat pegang sekrup papan
partikel adalah 66,95 – 107,95 kguntuk target kerapatan 0,8 g/cm3 dan 68,92 – 101,84 kg untuk target kerapatan 0,9 g/cm3. Nilai kuat pegang sekrup papan partikel target kerapatan 0,8 g/cm3 tertinggi pada tarisi dan terendah pada kempas. Sedangkan nilai kuat pegang sekrup papan partikel target kerapatan 0,9 g/cm3 tertinggi pada campuran dan terendah pada tarisi. Hasil analisis sidik ragam pada
103.63 66.95 83.39 107.95 68.92 86.83 85.33 101.84 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00
Tarisi Kempas Pinus Campuran
K u a t P e g a n g S e k ru p ( k g ) Jenis Kayu 0.8 0.9
Lampiran 6 menunjukkan bahwa nilai kuat pegang sekrup tidak dipengaruhi oleh
target kerapatan papan dan jenis kayu yang digunakan, hal ini juga berlaku untuk
analisis berdasarkan jenis kayu dan target kerapatan papan. Papan yang digunakan
pada penelitian ini semuanya memenuhi standar JIS A 5908:2003, yaitu minimal
31 kg.
Bowyer # (2003) menyatakan bahwa besarnya nilai kuat pegang
sekrup dipengaruhi oleh kerapatan papan, kadar perekat, dan penyebaran perekat.
Kerapatan papan partikel yang tinggi akan menghasilkan nilai kuat pegang sekrup
yang tinggi. Selain pemasanagan baut dengan kedalaman yang berbeda, nilai kuat
pegang sekrup yang diperoleh pada penelitian ini juga dipengaruhi oleh kekerasan
papan yang menyulitkan pemasangan baut.
Menurut Rowell # (2005) nilai kuat pegang sekrup yang tinggi dapat
disebabkan oleh faktor partikel yang digunakan. Aksesibilitas dari sel yang
terbuka tergantung jenis pohon , tipe sel, dan metode persiapan. Jika dinding sel
lebih tipis dibandingkan diameternya maka akan mudah terjadi retak permukaan
dinding. Dinding yang mudah retak menyebabkan penetrasi perekat lebih tinggi,
71 $ & !
Target kerapatan yang berbeda menghasilkan nilai daya serap air dan
MOE yang berbeda, tetapi nilai kadar air, pengembangan tebal, MOR, IB dan kuat
pegang sekrup yang dihasilkan sama. Jenis kayu yang berbeda menghasilkan nilai
pengembangan tebal dan daya serap air yang berbeda, tetapi nilai kadar air, MOE,
MOR, IB dan kuat pegang sekrup yang dihasilkan sama.
71 " !
1. Penelitian lanjutan dengan variasi jenis perekat untuk mengetahui jenis
perekat terbaik dalam pembuatan papan partikel dari jenis kayu dengan
kandungan ekstraktif yang tinggi.
2. Memberi perlakuan pendahuluan untuk mengurangi kandungan ekstraktif
[skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.
Badan Planologi Kehutanan. 2008. Perhitungan Deforestasi Indonesia Tahun 2008. Pusat Inventarisasi dan Perpetaan Hutan. Jakarta: Departemen Kehutanan.
Badan Planologi Kehutanan. 2009. Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor: P.14/VI?BIKPHH/2009. www.dephut.go.id [31 Januari 2011]
Bowyer JL, Shmulsky R, Haygreen JG. 2003. ,
-. Ed ke?4-. Ames, Iowa: Iowa State Press-.
Departemen Kehutanan. 2009. Statistik 2008. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Produksi Kehutanan.
Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 2000. Statistik Kehutanan Indonesia. Jakarta: Direktorat Jendral PHP.
Djalal M. 1981. Pengaruh Orientasi Partikel dan Kadar Perekat Terhadap Sifat?
Sifat dari Kayu Albizzia dan Getah Perca [tesis]. Bogor:
Program Pasca sarjana IPB.
Djalal M. 1984. Peranan Kerapatan kayu dan Kerapatan Lembaran Dalam Usaha Perbaikan Sifat?Sifat Mekanik dan stabilitas dimensi Papan Partikel dari Beberapa Jenis Kayu dan Campurannya [disertasi]. Bogor: Fakultas Pasca Sarjana IPB.
Fuadi. 2009. Kualitas Papan Partikel Tandan Kosong Sawit ("
Jacq.) Menggunakan Perekat Aminoplast [skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.
Heyne K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. [dalam bahasa Inggris]. Volume ke?2. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan.
Japanese Standards Association. 2003. ' (JIS) A 5908
. Tokyo: Japanese Standards Association.
Koch P. 1985. ( ) . Washington DC: U.S.
Department of Agriculture Forest Service.
Lemmens RHMJ, Wulijarni N., Soetjipto., editor. 1992. ! .
Maloney TM. 1993. * . . San Fransisco: Miller Freeman Inc.
Martawijaya A, Iding K, Mandang YI, Soewanda AP, Kosasi K. 1989. Atlas Kayu Indonesia. Volume ke?2. Bogor: Departemen Kehutanan.
Pandit IKN, Ramdan H. 2002. Anatomi Kayu: Pengantar Sifat Kayu Sebagai Bahan Baku. Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan (YPFK).
Pizzi A. 1994. Advanced Wood Adhesives Technology. New York: Marcel Dekker Inc.
Rowell RM, Young RA, Rowell JK. , + , + .
CRC Press.
Ruhendi S, Firda AS, Desy NK, Nurhaida, Sahriyanto S, Tito S, Hikma Y. 2007. Analisis Perekatan kayu. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB.
Soekotjo, Oemi HS. 2005. Mewujudkan Hutan Indonesia yang Bermanfaat, Nilai Ekonomi Tinggi, Sehat dan Lestari. Jakarta: Departemen Kehutanan.
Soerianegara I. Lemmens RHMJ., editor. 1994. ! ."
. Volume ke?5(1), ) ) + ) # Bogor:
Tsoumis G. 1991. ) , - %
% ( . New York: Van Nostrand Reinhold.
Wardiyono. 2008. Tarisi. http://www.proseanet.org/prohati2 [6 April 2010].
36 Lampiran 1 Perhitungan kadar air (KA) dan kerapatan
& $ !+ ! 5+6 5+6 5<6 !2 !+ 5'&6 $4 " 5'&6 $4 5'&6 9( &$ 5'&/
6 $" ! 5+='&/
6
" 1: 1
2 3 > 83.70 81.60 79.40 : 170 79.00 76.90 74.40 0.100 5.95 6.11 6.72 .1 . 9.74 9.74 9.73 ;10-9.73 9.77 9.73 ;10-1.05 1.04 1.04 1 -98.93 98.49 98.46 ;:1./ 0.85 0.83 0.81 1:/ $& 1:
! 1: & " ! 1:
1 2 3 > 1 2 3 > 1 2 3 > 70.00 78.30 81.40 0.170 80.90 90.80 88.30 :.1.0 78.50 82.10 82.80
: 1 /
65.80 72.90 76.40 0 10 74.20 82.50 82.90 0;1:0 72.70 77.30 77.10 0710 6.38 7.41 6.54 .10: 9.03 10.06 6.51 :17/ 7.98 6.21 7.39 01 ; 9.74 9.73 9.74 ;10-9.74 9.73 9.75 ;10-9.75 9.63 9.92 ;100 9.74 9.75 9.76 ;107 9.68 9.76 9.77 ;1/: 9.75 9.75 9.86 ;10; 0.99 0.99 1.05 1 1.15 1.23 1.12 1 0 1.11 1.07 1.00 1 . 93.87 93.87 99.76 ;71:/ 107.90 116.33 106.16 1 / 105.04 100.36 97.27 1:; 0.75 0.83 0.82 1: 0.75 0.78 0.83 10; 0.75 0.82 0.85 1: " 1;
$& 1; ! 1; 1 2 3 > 1 2 3 > 1 2 3 > 94.40 92.30 89.80
; 1 0
94.90 87.50 84.70 :;1 / 88.70 98.60 96.30 ;-17/ 87.00 86.00 82.90 :71/ 87.90 82.40 78.70 :/1 82.70 89.30 90.30 :01-/ 8.51 7.33 8.32 :1 7 7.96 6.19 7.62 01 . 7.26 10.41 6.64 01 . 9.73 9.74 9.70 ;10 9.78 9.73 9.66 ;10 9.69 9.77 9.68 ;10 9.73 9.72 9.78 ;10-9.70 9.75 9.70 ;10 9.73 9.71 9.71 ;10 1.14 1.17 1.14 1 7 1.16 1.09 1.10 1 1.09 1.30 1.28 1 107.87 110.24 107.62 :17: 109.99 102.93 102.55 71 . 102.19 123.26 119.78 71 : 0.88 0.84 0.83 1:7 0.86 0.85 0.83 1:7 0.87 0.80 0.80 1