• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIFAT PAPAN WOL KAYU DARI 8 JENIS KAYU MALUKU UTARA {^Properties of wood - wool board made of 8 wood species from North Maluku)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SIFAT PAPAN WOL KAYU DARI 8 JENIS KAYU MALUKU UTARA {^Properties of wood - wool board made of 8 wood species from North Maluku)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jumal Penclitian Hasil Hutan Forest Products Research Journal Vol. 13 No. 2 (1995) pp. 7 7 - 8 6

S I F A T PAPAN W O L K A Y U DARI 8 JENIS K A Y U

M A L U K U UTARA

{^Properties of wood - wool board made of 8 wood species from

North Maluku)

I . M . Sulastiningsih, Paribotro Sutigno & M . I . Iskandar

Summary

Tlie result of laboratory test of wood-wool board properties manufactured from 8 individual wood species obtained from North Maluku are reported in this paper. Tlie tests comprising board density, moisture content, thickness reduction due to compression, and bending strength. Tlie study reveals that the average yield of wood-wool is 492.75 kg/m^ of log input. Tlie wood-wool of Parinari corymbosa, Shorea koordersii, Hopea sp. and Horsfieldia sylvcstris must be soaked in cold water for 24 hours prior to wood-wool board manufacture, while the other four species do not require the soaking. Tlie physical and mechanical properties of wood-wool board fi-om seven wood species mineralized with Ca CH are in comfonniry with the DIN 1101 standard. Only six wood species, however, mineralized with Ca(OH)2 suspension meet the standard requirement. Tlie identical commercial name of wood not necessarih' produce a comparable quality board. Apart fiom the species, growth and environmental factors are believed to contributing to board properties.

I. PENDAHULUAN

Sudah berabad-abad manusia mempergunakan kayu sebagai bahan bangunan (rumah) untuk tempat berlindung, alat rumah tangga, bahan serat dan keperluan lainnya. Seiring dengan pertambahan penduduk dan kemajuan teknologi maka kebutuhan kayu di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat. Oleh karena itu pemanfaatan sumber daya hutan khususnya kayu perlu mendapat perhatian sehingga dicapai efisiensi pemanfaatan kayu yang cukup tinggi.

Diperkirakan terdapat 4000 jenis kayu yang tumbuh di hutan tropis Indonesia. Untuk menunjang usaha pemanfaatan sumber daya hutan secara optimal melalui peningkatan industri kayu, perlu diketahui sifat jenis kayu Indonesia, karena sifat tersebut menentukan jenis industri kayu yang dapat memanfaatkan jenis kayu tersebut. D i samping itu dengan pesatnya perkembangan industri pengolahan kayu

(2)

di Indonesia maka kebutuhan bahan baku kayu serta limbah yang terjadi semakin bertambah pula. Hal ini mengakibatkan persediaan bahan baku kayu baik jumlah maupun kualitasnya semakin berkurang karena kecepatan pemanfaatan kayu tidak seimbang dengan kecepatan penanaman kembali pohon-pohon yang telah di tebang.

Industri papan wol kayu adalah salah satu industri kayu yang sangat menunjang usaha pemerintah di dalam penyediaan rumah untuk memenuhi kebutuhan penduduk karena papan wol kayu dapat digunakan sebagai plafon, lantai dan dinding penyekat. Keunggulan papan wol kayu dibanding bahan bangunan lainnya adalah tahan api dan tahan rayap. Di samping itu industri papan wol kayu merupakan salah satu industri yang dapat memanfaatkan kayu secara optimal karena kayu yang digunakan dapat berupa limbah, baik limbah eksploitasi maupun limbah industri pengolahan kayu (Kamil, 1970).

Mengingat hal itu penelitian mengenai sifat papan wol kayu dari jenis kayu Indonesia perlu dilanjutkan karena tidak semua jenis kayu dapat digunakan sebagai bahan baku papan wol kayu. Dalam tulisan ini disajikan hasil penelitian pembuatan papan wol kayu dari 8 jenis kayu Maluku Utara serta pengujian sifat fisis dan mekanisnya.

//. BAHAN DAN METODE A. Bahan

Kayu yang diteliti berjumlah 8 jenis berasal dari Maluku Utara (Tabel 1). Jenis Kayu tersebut seluruhnya diperoleh dari hutan alam. Perekat yang digunakan adalah semen portland yang diperoleh dari pasaran bebas, dengan katalisator larutan C a C l 2 dan suspensi Ca (OH)2.

B. Metode Penelitian

1. Penetapan berat jenis kayu

Dari potongan kayu setebal 5 cm dibuat 4 buah contoh uji berukuran 5 cm x 5 cm X 5 cm. Penetapan berat jenis kayu tersebut (berat jenis kering udara) dilakukan berdasarkan metode ASTM D 143 - 52 (Anonim, 1981).

2. Pembuatan wol kayu

Kayu bundar bebas kulit sepanjang lebih kurang 40 cm, diukur panjang, diameter ujung dan pangkalnya untuk mengetahui volumenya dan kemudian ditimbang untuk mengetahui beratnya. Kayu bundar tersebut dibelah menjadi beberapa bagian tergantung pada diametemya karena tidak seluruh bagian kayu tersebut dibuat wol kayu. Belahan wol kayu tersebut ditimbang dan dibuat wol kayu. Mesin wol kayu diatur sedemikian rupa agar menghasilkan wol kayu dengan tebal 0,4 mm dan lebar 4,0 mm. Sisa dan hasil wol kayu kemudian ditimbang dan dimensi wol kayu berupa panjang, lebar dan tebal diukur dari contoh sebanyak 50 buah untuk mengetahui ukuran yang sebenamya.

(3)

3. Pembuatan papan wol kayu

Papan wol kayu yang dibuat mempunyai ukuran 30 cm x 30 cm x 2,5 cm

dengan komposisi wol kayu 315 g (kadar air +. 15 persen ) , semen 551 g (175

persen dari berat wol kayu), air 600 g dan kalsium klorida atau kapur 12 g (2

persen dari berat air), wol kayu dibasahi dengan larutan katalisator kemudian

dicampur semen dan diaduk sampai rata. Campuran tersebut dimasukkan dalam

cetakan dan dikempa selama 24 jam, kemudian dikeluarkan dan dibiarkan sampai

mencapai kering udara. Untuk setiap jenis kayu dibuat 4 buah papan.

Jenis kayu yang tidak dapat langsung dibuat papan wol kayu, wol kayunya

direndam dahulu dalam air dingin selama 24 jam untuk melarutkan zat

ekstraktifnya. Setelah direndam wol kayu tersebut dikeringkan sampai kadar

airnya kurang lebih 15 persen kemudian dibuat papan wol kayu dengan komposisi

dan metode seperti tersebut di atas.

4. Pengujian sifat fisis dan mekanis

Pengujian sifat fisis dan mekanis papan wol kayu dilakukan berdasarkan Standar

Jerman (DIN 1101). Sifat fisis dan mekanis yang diuji meliputi tebal, kerapatan,

kadar air, pengurangan tebal akibat tekanan 3 kg/cm^ dan keteguhan lentur

(Kollmann, 1955).

5. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan secara statistis dengan menghitung nilai rata-rata,

nilai minimum dan maksimum serta simpangan baku. Nilai rata-rata keteguhan

lentur dan pengurangan tebal papan wol kayu dibandingkan dengan Standar

Jerman (Kollmann, 1955), yaitu 10 kg/cm^ untuk keteguhan lentur dan 15 persen

untuk pengurangan tebal. Jika nilai rata-rata keteguhan lentur papan wol kayu

lebih kecil dari 10 kg/cm^ dan nilai rata-rata pengurangan tebal papan wol kayu

lebih besar dari 15 persen maka papan wol kayu tersebut tidak memenuhi syarat.

Tebal papan wol kayu rata-rata dibandingkan dengan standar Jerman toleransinya

-I-

0,3 cm dan - 0,2 cm. Kerapatan rata-rata papan wol kayu dibandingkan juga

dengan standar tersebut (0,46 g/cm').

///. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan wol kayu

Data berat jenis kayu yang diteliti dan hasil pembuatan wol kayu untuk setiap

jenis kayu tercantum pada Tabel 1. Hasil wol kayu rata-rata adalah 492,75 kg/m^

penghara dibuat dari dolok berukuran panjang 40 cm sampai 43 cm dengan

diameter 42,6 cm sampai 92 cm. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa panjang dolok

adalah 40 cm sampai 43 cm, sedangkan panjang wol kayu adalah 28,72 cm

(kolaka) atau 66,79 persen dari panjang dolok dan 40,75 cm (pianggu) atau 98,67

persen dari panjang dolok.

(4)

Tabel 1. Berat jenis kayu dan hasil wol kayu (kg/m^ dolok)

Table 1. Wood specific gravity and wood-wool output (kg/m^ log input) Jenis kayu Diameter dolok Berat jenis Hasil No. (Wood species) {Log diameter) {Specific gravity)* {Output)

cm kg/m^

1. Bintangur (Calophyllum inophylliim) 70 0,56 318

2. Cempaka (Elmerrillia sp.) 92 0,40 598

3. Dahu (Draconlomelon sp.) 83,7 0,51 502

4. Kolaka (Parinari corytnbosd) 75,2 0,66 552 5. Meranti putih (Shorea koordersii) 64 0,57 323

6. Merawan (Hopea sp.) 63 0,56 589

7. Palapi (Heriliera sp.) 54 0,42 678

8. Pianggu {Horsfieldia sylvestris) 42,6 0,57 382

Rata-rata {Mean) 68,06 0.53 492,75

Keterangan (Remark) ; * ) Berat jenis kering udara (Air dry specific gravity)

Koefisien keragaman tebal w o l kayu bervariasi antara 3,76 persen (kolaka) hingga 19,70 persen (meranti putih) dengan rata-rata 11,93 persen. Koefisien keragaman lebar w o l kayu bervariasi antara 0,90 persen (cempaka) hingga 3,70 persen (kolaka) dengan rata-rata 2,38 persen. Dengan demikian dapat diketahui bahwa variasi tebal w o l kayu lebih tinggi daripada lebar w o l kayu. Tebal wol knyu rata-rata adalah 0,30 mm dengan tebal minimum 0,25 mm (bintangur) dan maksimum 0,34 mm (merawan). Lebar w o l kayu rata-rata adalah 0,42 cm dengan lebar minimum 0,41 cm dan maksimum 0,43 c m .

Pemakaian katalisator rata-rata dalam bentuk larutan CaCl2 dan suspensi Ca (OH)2 yang dihitung berdasarkan persentase berat w o l kayu adalah 187,3 persen dan 190,3 persen (Tabel 3). Pemakaian kedua katalisator tersebut pada 8 jenis kayu yang diteliti pada umumnya sama yaitu 194,3 persen kecuali pada kolaka (164,9 persen larutan C a C b dan 173,3 persen suspensi Ca (OH)2) dan palapi (167,4 persen larutan C a C h dan 183,1 persen suspensi Ca (OH)2). Pembuatan papan w o l kayu dari 4 jenis kayu dapat dilakukan tanpa perendaman terhadap wol kayunya sedangkan jenis kayu kolaka, meranti putih, merawan dan pianggu harus direndam dalam air dingin selama 24 jam sebelum dibuat papan wol kayu.

B. Sifat Fisis dan Mekanis

Hasil pengujian sifat fisis dan mekanis papan w o l kayu disajikan pada lampiran 1. Beberapa sifat yang dibandingkan dengan Standar Jerman ( D I N 1101), meliputi tebal, pengurangan tebal akibat tekanan 3 kg/cm^ dan keteguhan lentur (Tabel 4).

Pada Tabel 4 dapat dilihat jenis kayu yang memenuhi persyaratan D I N 1101 berdasarkan sifat tebal, pengurangan tebal dan keteguhan lenturnya. Papan w o l kayu yang dibuat dengan katalisator C a C b semuanya memenuhi persyaratan tebal dan 7 jenis kayu memenuhi persyaratan pengurangan tebal dan keteguhan lentur. Papan w o l kayu yang dibuat dengan katalisator Ca (OH)2 semuanya

(5)

Tabe l 2 . Ukura n dolo k da n wo l kay u Table 2. Log and wood-wool dimensions Jeni s kay u Dolo k (Log ) Hasi i wo l kay u {Wood-wool yield) No . (Wood species) Panjan g Kada r ai r Teba l (Thickness) Panjan g (Length) Leba r (Width) (Length) (MQ Rata-rat a Koefisie n Rata-rat a Koefisie n Wo l kay u terhada p Rata-rat a Koefisie n (Mean) keragama n (Mean) keragama n dolo k (Wood-wool (Mean) keragama n c m % m m (CV). % c m (CV) , % over log) c m (CV) , % 1 . Bintangu r 4 3 69,1 5 0,2 5 14,6 6 39,6 2 3,2 8 92,1 4 0,4 3 1,8 6 2 . Cempak a 4 1 80,3 7 0,2 9 18,0 6 36,7 9 9,8 1 89,7 3 0,4 1 0,9 0 3 . Dah u 4 2 43,2 4 0,3 1 8,9 6 34,3 0 10,8 5 81,6 7 0,4 3 3,0 0 4 . Kolak a 4 3 32,9 8 0,3 1 3,7 6 28,7 2 11,2 5 66,7 9 0,4 2 3,7 0 5 . Merant i puti h 4 0 60,1 7 0,3 0 19,7 0 35,0 2 12,0 6 87,5 5 0,4 1 1,2 7 6 . Merawa n 4 1 22,8 4 0,3 4 16,1 5 3 3 16,3 0 80,4 9 0,4 3 3,6 1 7 . Palap i 4 1 36,4 3 0,3 0 8,7 8 35,3 6 12,9 5 86,2 4 0,4 2 3,5 1 8 . Piangg u 41, 3 23,2 9 0,3 2 5,4 1 40,7 5 0,4 4 98,6 7 0,4 1 1,2 2 Rata-rat a (Mean) 41,5 4 40,0 6 0,3 0 11,9 3 35,4 4 9,6 2 85,4 1 0,4 2 2,3 8

(6)

memenuhi persyaratan tebal dan 6 jenis kayu memenuhi persyaratan pengurangan tebal dan keteguhan lentur. Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa papan wol kayu yang dibuat dari kayu meranti putih (katalisator Ca (OH)2) dan pianggu (katalisator Ca C I 2 dan Ca (0H)2) masih belum memenuhi persyaratan DIN 1101 walaupun wol kayunya sudah direndam air dingin selama 24 jam, sedangkan kayu kolaka dan merawan dapat dibuat papan wol kayu yang memenuhi persyaratan DIN 1101 setelah wol kayunya direndam air dingin selama 24 jam.

Tabel 3. Pemakaian larutan katalisator (% dari berat wol kayu) Table 3. The use of catalyst solution (% by weight of wood-wool)

Jenis kayu K a l a l i s {Catalyst)

N o . {Wood species) C a C b C a ( O H ) 2 1. Bintangur 194,3 194,3 2. Cempaka 194,3 194,3 3. Dahu 194,3 194,3 4. Kolaka * 164,9 173,3 5. Meranti pulih * 194,3 194,3 6. Merawan * 194,3 194,3 7. Palapi 167,4 183,1 8. Pianggu * 194,3 194,3 Rata-rata (Mean) 187,3 190,3

Keterangan (Remarks) : * = Wol kayu direndam dalam air dingin selama 24 jam

(Wood-wool soaked in cold water for 24 hours)

Tabel 4. Perbandingan beberapa sifat fisis dan mekanis papan wol kayu denga standar DLN

Table 4. Physical and mechanical properties of wood-wool board compared wit DIN Standard

Jenis kayu Katalis (Catalyst)

N o . (Wood species) C a C l 2 C a ( O H ) 2 1. Bintangur + + + + + + 2. Cempaka + + + + + + 3. Dahu + + + + + + 4. Kolaka * + + + + + + 5. Meranti putih * + + + +

-6. Merawan * + + + + + + 7. Palapi + + + + + + 8. Pianggu * +

-

- +

-

-Jumlah (Total) 8 7 7 8 6 6

Keterangan (Renwrfcy) : + = Memembi slandai DIN {Meets DIN Standard)

= Tidak memenuhi syaral DIN (Does not meet DIN Standard)

a = Tebal (Thickness)

b = Pengurangan lebal (Thickness reduction)

c = Keteguhan lentur (Bending strength)

* = W o l kayu direndam dalam air dingin selama 24 j a m

(Wood-wool soaked in cold water for 24 hours)

(7)

Tabel 5. Perbandingan beberapa sifat papan wol kayu dengan basil penelitian

sebelumnya

Table 5. Comparison of wood-wool board properties with previous results

Jenis kayu (Wood species)

Asal

Katalis (Catalyst)

No.

Nama perdagangan

Nama bolanis

(Original)

CaCl2

Ca(OH)2

(Commercial name) (Botanical name)

a

b

a b

1.

Bintangur

Callophyllum inophyllum Maluku utara

+ +

+ +

(North Maluku)

Callophyllum soulatri Sulawesi Tengah

+ +

+ +

(Central Sulawesi)

Kalimanlan Barat

+ +

+ +

(West Kalimantan)

Callophyllum-sp.

Riau

+ +

+ +

Kalimantan Barat

-

-

-(West Kalimantan)

2.

Dahu

Dracontomelon sp.

Maluku Utara

+ +

+ +

(North Maluku)

Dracontomelon dao Sulawesi Tengah

-

-

-(Central Sulawesi)

Dracontomelon mangiferum Lampung

-

-

-Sulawesi Tengah

-

-

-(Central Sulawesi)

3.

Kolaka

Parinari corymbosa Maluku Utara *

+ +

+ +

(North Maluku)

Sulawesi Tengah

+

-

+

(Central Sulawesi)

4.

Meranti putih

Shorea

koorderSii

Maluku Utara *

+ +

-(North Maluku)

Sulawesi Tengah

-

-

-(Central Sulawesi)

5.

Merawan

Hopea sp.

Maluku Utara •

+ +

+ +

(North Maluku)

Hopea sangal

Lampung

-

+

-6.

Palapi

Heritiera sp.

Maluku Utara

+ +

+ +

(North Maluku)

Heriliera javanica

Lampung

+

-

-Heritiera liltoralis

Maluku

+ +

+ +

Keterangan (Remarks) : + - Memenuhi standar DIN (Meets DIN Standard)

= Tidak memenuhi syarat DIN (Does not meet DIN Standard)

a = Tebal (Thickness)

b = Pengurangan tebal (Viichiess reduction)

c = Keteguhan lentur (Bending strength)

* = Wol kayu direndam dalam air dingin selama 24 jam

(Wood-wool soaked in cold water for 24 hours)

Tebal papan wol kayu bervariasi antara 2,30 cm (kolaka) hingga 2,60 cm

(bintangur), sedangkan seharusnya 2,50 cm. Faktor yang mempengaruhi tebal

papan wol kayu adalah penekanan pada saat pembuatan papan wol kayu dan

kualitas kayu sebagai bahan papan wol kayu (Sifat pengikatan kayu dengan

semen). Rincian data tebal tercantum pada Lampiran 2.

(8)

Kerapatan papan w o l kayu yang ditetapkan dalam keadaan kering udara berkisa antara 0,42 g/cm^ (meranti putih) hingga 0,62 g/cm^ (dahu) sedangkai seharusnya 0,46 g/cm^. Hal i n i disebabkan oleh besamya penekanan pada saa pembuatan papan w o l kayu yang tercermin pada tebal papan w o l kayu yan dihasilkan seperti telah diuraikan di atas. Rincian data kerapatan tercantum pad Lampiran 2.

Data perbandingan hasil penelitian beberapa jenis kayu sebagai bahan papan wc kayu yang pernah diteliti dengan hasil penelitian sekarang tercantum pada Tabel 5 Pada Tabel tersebut dapat diketahui bahwa kayu dengan nama perdagangan yan sama belum tentu mempunyai sifat yang sama sebagai bahan baku papan wc kayu. D i samping itu kayu dari species yang sama belum tentu mempunyai sift yang sama sebagai bahan baku papan w o l kayu jika tempat tumbuhnya berbeda Sebagai contoh kayu bintangur {Calophyllum sp.) yang berasal dari Riau lebi baik daripada yang berasal dari Kalimantan Barat, demikian juga Calophyllui soulatri yang berasal dari Sulawesi Tengah lebih baik sebagai bahan baku papa wol kayu daripada Calophyllum soulatri yang berasal dari Kalimantan Barai Sedangkan kayu kolaka (Parinari corynilmsa) yang berasal dari Maluk menghasilkan papan w o l kayu yang lebih baik daripada kolaka yang berasal da Sulawesi Tengah akan tetapi w o l kayunya harus direndam dahulu dalam air dingi selama 24 j a m sebelum dibuat papan wol kayu.

IV. KESIMPULAN

1. Hasil w o l kayu dari setiap m^ dolok berkisar antara 318 hingga 678 kg/n; dengan rata-rata 492,75 kg/m^.

2. Pembuatan papan w o l kayu dari 4 jenis kayu (bintangur, cempaka, dahu da palapi) dapat dilakukan tanpa perendaman terhadap wol kayunya sedangka untuk 4 jenis kayu lainnya (kolaka, meranti putih, merawan dan pianggu), w< kayunya harus direndam dahulu dalam air dingin selama 24 jam sebelui dibuat papan w o l kayu.

3. Pemakaiaan katalisator Ca CI2 menghasilkan papan wol kayu yang memenul Standar Jerman pada 7 jenis kayu, sedangkan pemakaian katalisator Ca (OH menghasilkan papan wol kayu yang memenuhi syarat Standar Jerman pada jenis kayu.

4. Kayu dengan nama perdagangan yang sama belum tentu mempunyai sifat yar sama sebagai bahan papan w o l kayu apabila speciesnya berbeda, dan kayu da species yang sama belum tentu, mempunyai sifat yang sama sebagai baht papan w o l kayu apabila tempat tumbuhnya berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1981. Annual Book o f A S T M Standards. Part 22 Wood ; Adhesive; Philadelphia.

Kamil, R . N . 1970. Prospek Pendirian Papan wol Kayu di Indonesia. Pengumumi N o . 95. Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor.

(9)

Lampiran 1. Sifat fisis dan mekanis papan wol dari 8 jenis kayu

Appendix 1. Physical and mechanical properties of wood-wool board from 8 wood species

Jcnb kayu KaUlisator Tcbat Kadar air Kcrapatan Pcngurangan tebal Kctcguhan Icnlui akibat tckanan 3 kg/cm-^

(Wood species) (Catalyst) (Tftick- (Moisture (Density) (Thickness reduction due (Bending strength) ness) content) to compression of 3 kg/cm^)

cm % g/cm- % kg/cm^ 1. Bintangur 1 2,60 10.50 0,48 9,15 8,89 9,46 0,24 18,46 15,15 23,70 3.71 II 2,60 10,46 0,43 11,44 6,58 14,28 3,42 12,09 8,66 19,59 5,05 2. Cempaka 1 2.54 10.74 0,47 10,36 8,78 11,64 1,24 12,39 10,23 16,55 2,85 II 2,41 10,82 0,52 8,65 7,39 9,72 1,14 13,45 9,94 17,02 3.54 3. Dahu 1 2,49 10,40 0,58 11,15 7,90 13,65 2,44 36.88 30,00 44,89 7,87 11 2,37 9,95 0,62 8,34 5,70 12,76 3,07 26,25 23,30 30,76 3,44 4. Kolaka • I 2,55 10,92 0,45 8,67 6,66 12,76 2,85 23.03 19,48 26,91 3,19 11 2,30 10,07 0,51 9,22 7,89 12,27 2,04 26,50 21,46 35,80 6,65 5. Meranti putih * 1 2,54 9,84 0,49 13,45 11,88 16,96 2,36 10,39 9,72 11,23 0,71 11 2,54 10,80 0,42 17,52 15,05 21,70 2,92 8,29 6,84 8,92 0,98 6. Merawan * 1 2,35 11,18 0,48 7,41 6,98 8,10 0,51 20,20 16,13 24,00 4,33 11 2,40 11,16 0,49 9,38 6,50 11,88 2,63 14,52 13,20 15,70 1,19 7. Pabpi Pabpi 1 2,32 11,54 0,.52 8,18 4,41 12,86 3.64 27,94 24,38 30,37 2,58 II 2,34 11,28 0,51 8,94 7,63 10,53 1,26 19,50 14,77 22,83 3,39 8. Pianggu • Pianggu • I 2,49 9,78 0,44 22,19 19,20 25,28 3,00 9,90 9,48 10,32 0,45 11 2.47 11.42 0.49 26,41 21.15 34,10 5,56 8,41 6,42 9,38 1.36 D I N 1101 +0,3 -0,2 0,46 15 10 K e t e r a n g a n (Remarks) :

* = W o l k a y u d i r e n d a m dalam air d i n g i n selama 24 j a m (Wood-wool soaked in cold water for 24 hours) I = Katalisator (Caialysl) C a C l j ; I I = Kalalisator (Catalyst) Ca(OH)2

X = Rala-rala (A/frt/j) ; S = S'lm^aa^anhsi/iM (Standard deviation)

Lampiran 2. Tebal dan kerapatan papan wol kayu dari 8 jenis kayu

Appendix 2. Thickness and density of wood-wool board from 8 wood species Jenis kayu Katalisator Tebal (Thickness), cm Kerapatan (Density), g/cm-N o . (Wood species) (Catalyst) X ^ min V

^' max X ^min ^ max

1. Bintangur I 2,60 2,51 2,70 0,48 0.44 0,54 I I 2,60 2,40 2,80 0,43 0.38 0,46 2. Cempaka I 2,54 2,10 2,80 0,47 0,31 0,61 II 2,41 2,30 2,50 0,52 0.46 0,51 3. Dahu I 2,49 2.33 2,60 0,58 0,37 0,73 II 2.37 2,21 2,52 0,62 0,50 0,70 4. Kolaka* 1 2,55 2,27 2,69 0,45 0,41 0,48 II 2.30 2,13 2,54 0,51 0,46 0,60 5. Meianti putih * I 2,54 2,40 2,70 0,49 0,47 0,50 II 2,54 2,50 2,60 0,42 0,40 0,43 6. Merawan * 1 2,35 2,26 2,44 0,48 0,42 0,55 II 2.40 2,24 2,48 0,49 0,40 0,56 7. Falapi Falapi 1 2,32 2,24 2,50 0,52 0,43 0,59 II 2.34 1.84 2,70 0,51 0,41 0,63 8. Pianggu * I 2,49 2,40 2,60 0,44 0,41 0,47 II 2,47 2.36 2,63 0.49 0,48 0,51 K e t e r a n g a n (Remarks) :

* = W o l k a y u d i r e n d a m dalam air d i n g i n selama 24 j a m (Wood-wool soaked in cold water for 24 hours) I = Katalisator (Catalyst) C a C l j ; I I = Katalisator (Catalyst) Ca(OH)2 ; T = Rata-rala (Mean)

(10)

P E T U N J U K B A G I P E N U L I S N O T E S F O R A U T H O R S BAHASA : Naskah ditulis dalam bahasa

Indonesia dengan ringkasan dalam bahasa Ii.ggris atau dalam bahasa Inggrii dengan ringkasan bahasa Indonesia.

FORMAT : Naskah diketik d i atas kertas kuarto putih pada satu permukaan dengan 2 spasi. Pada semua tepi kertas disisakan ruang kosong minimal 3,5 cm.

JUDUL : Judul dibuat tidak lebih dari 2 bans dan harus mencerminkan isi tulisan. Kama penulis di cantumkan di bawah judul.

RINGKASAN : Ringkasan dibuat tidak lebih dari 200 kata benipa intisari permasalahan secara menyeluruh, dan bersifat informatif mengenai hasil yang dicapai.

TABEL : Judul tabel dan keteranpan yang diperlukan ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris dengan jelas dan singkat. Tabel harus diberi nomor. Penggunaan tanda koma (,) dan titik (.) pada angka di dalam tabel masing-masing menunjukkan nilai pecahan/desimal dan kebulatan seribu.

GAMBAR GARIS : Grafik dan ilustrasi lain yang berupa gambar garis harus kontras dan dibuat dengan tinta hitam. Setiap gambar garis harus di beri nomor, judul dan keterangan yang jelas dalam bahasa Indonesia dan Inggris.

FOTO : Foto harus mempunyai ketajaman yang baik, diberi judul dan keterangan seperti pada gambar.

LANGUAGE : Mwiuscripte must be written in Indonesian wiOi English sununaiy or vice VCTsa.

FORMAT : Manuscripts should be typed

double spaced on one face of A4 white

paper. A 3,5 cm margin should be left all sides.

TITLE : Title must not exceed two lines and should reflect the content o f the manuscript. The author's name follows immediately •under the title.

SUMMARY : Summary must not exceed 200 words, and should comprise infor-mative essence of the entire content of the article.

TABLE : Title of tables and all necessary remarks must be written both in Indonesia and English. Tables should be numbered. The uses of comma (,) and point (.) in all figures in the table indicate a decimal fiaction, and a thousand multiplication, respectively.

LINE DRAWING : Graphs and other line drawing illustrations must be drawn in high contrast black ink. Each drawing must be numbered, titled and supplied with necessary remarks in Indonesia and English.

PHOTOGRAPH : Hiotographs submitted should have high contras, and must be supplied with necessary information as line drawing. DAFTAR PUSTAKA : Daftar pustaka yang REFERENCE : Reference must be listed in dirujuk harus disusun menurut -abjad nama alphabetical order of author's name with pengarang dengan mencantumkan tahun their year of publications as in the following penerbitan, seperti teladan berikut : example :

Allan, J.E. 1961. The determination of copper by atomic absorption spectro-photometry. Spectrochim. Acta , 17, 459-466.

FAO. 1974. Logging and Log Transport in Tropical High Forest. F A O Forestry Development Paper No. 18, Rome.

(11)

Gambar

Tabel 1. Berat jenis kayu dan hasil wol kayu (kg/m^ dolok)
Tabel 2. Ukuran dolok dan wol kayu  Table 2. Log and wood-wool dimensions  Jenis kayu Dolok (Log) Hasii wol kayu {Wood-wool yield)  No
Tabel 5. Perbandingan beberapa sifat papan wol kayu dengan basil penelitian  sebelumnya

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Judul penelitian : Perbandingan Mortalitas Kardiovaskular Di Rumah Sakit Antara Penderita Infark Miokard Akut Elevasi Segmen ST Anterior Dengan Dan Tanpa Blok Cabang

Pemeriksaan laboratorium yang paling penting pada bayi dengan ikterus yang lebih dari dua minggu ialah bilirubin direk.. Jika bilirubin direk meningkat, maka harus dilakukan

Bentuk sediaan yang dapat dipakai sebagai bahan uji pada program Saintifikasi Jamu adalah jamu tradisional, ramuan simplisia kering (untuk dijadikan jamu “godhogan”), Obat

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai berikut: (1) alasan utama orang tua memilih sekolah di bawah naungan JSIT bagi anaknya (a) Keinginan

mencekam perhatian pembaca. Tereapai tidaknya kehendak penulis menggambarkan keadaan dan menggambarkan keadaan dan memaparkan idenya, hal itu berganmng pada pembaea

Hasil pengolahan data terhadap keseluruhan pernyataan responden pada variabel kepuasan pelanggan terlihat bahwa untuk responden yang memberikan penilaian sangat

Ruang lingkup penelitian kali ini membahas mengenai bagaimana agar penulis dapat merancang aplikasi sedemikian rupa sehingga membantu pengguna dalam penggunaan