KAYU DI CV. MERTANADI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Diajukan oleh:
Harli Berto Raharja
0713010213/ FE/ EA
Kepada
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAWA TIMUR
2011
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
iii
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, dengan
judul “
STUDI IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
USAHA PENGOLAHAN KAYU DI CV. MERTANADI
Meskipun melalui proses yang cukup panjang dan melelahkan, pada
akhirnya penulis dapat memahami betapa penting arti sebuah pengorbanan dan
doa demi tercapainya tujuan yang diinginkan.
Skripsi ini dapat diselesaikan tentunya tidak terlepas dari bantuan
berbagai pihak yang telah memberikan dorongan, nasehat serta bimbingan kepada
penulis. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Ec. H. R.A Suwaidi, MS selaku wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, M. Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
5. Ibu Dr. Indrawati Yuhertiana, MM. AK. selaku Dosen Pembimbing yang
telah sabar memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
iv
6. Dosen, Staf Pengajar dan Karyawan Fakultas Ekonomi Program Studi
Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
7. Semua pihak Civitas Akademika Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
8. Kepada kedua Orang Tua ku “Ibu dan Ayah” dan kakak-kakakku “mas Prana
dan mas Iwan” yang telah memberi dukungan sampai pada proses tugas
akhir.
9. Ucapan terima kasih untuk Keluarga Besar Om Wayan Budiarsa yang telah
memberi bimbingan.
10. Kepada seseorang yang Spesial buatku “Devi“ yang telah membantu dan
memberi dukungan sampai saat ini dan seterusnya.
11. Untuk teman-teman yang telah membantu “Risan, Arda, Ucup, Atta, Daniel,
Ekki, Gendut” dan seluruh teman-teman yang tidak disebutkan satu-persatu.
Penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu berkenan
melimpahkan Rahmat-Nya kepada semua pihak atas bantuan yang telah diberikan.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari kesempurnaan.
Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan skripsi ini.
Surabaya, Desember 2011
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
v
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii
KATA PENGANTAR ... iii
3.6 Pengujian Kredibilitas Data... 36
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
vi
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemahaman Corporate Social Responsibility di CV. Mertanadi ... 53
5.2 Implementasi Program Corporate Social Responsibility dalam Sudut Pandang Pengamatan... 56
5.3 Promosi Yang Digunakan Untuk Menarik Pelanggan ... 62
5.4 Pelaporan Keuangan Corporate Social Responsibility Pada CV. Mertanadi ... 63
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
vii
Gambar 3.1 Main Research Question ... 38
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
viii
Gambar 2.1 Konsep Triple Bottom Line ... 21 Gambar 4.1 Struktur Organisasi CV. Mertanadi ... 45
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
ix By :
Harli Berto Raharja
ABSTRACT
Corporate Social Responsibility (CSR) is a company commitment or business world to contribute in sustainability economy development by pay attention corporate social responsibility and emphasized in balance between attention toward Economy, Social and Environment Aspects.
The main purpose of this research to know about Corporate Social Responsibility (CSR) implementation in timber processing business in CV. MERTANADI and to know how Corporate Social Responsibility (CSR) system in CV, MERTANADI.
Based on observation that found in basically, financial record understanding view by CV. MERTANADI had comprehending financial report however in its company financial record suitable with its knowledge and self-comprehension. CV. MERTANADI company financial statement simply compatible with need and ability. CV. MERTANADI bookkeeping already use computerization system.
Keywords : Corporate Social Responsibility, Environment Impact,
Accounting, Financial Record
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini perusahaan di berbagai belahan dunia sedang gencar
berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. Perusahaan dalam melaksanakan
kegiatan operasionalnya akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung
dengan lingkungan sekitarnya, hal ini dikarenakan perusahaan menggunakan
sumber-sumber daya yang secara keseluruhan berasal dari lingkungan, hal ini
menyebabkan perusahaan mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap
lingkungan.
Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen
perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi
yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan
menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap Aspek Ekonomi,
Sosial dan Lingkungan.
Kompleksitas permasalahan sosial (social problems) yang semakin
rumit dalam dekade terakhir dan Implementasi desentralisasi telah menempatkan
Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai suatu konsep yang diharapkan
mampu memberikan alternatif terobosan baru dalam memperdayakan masyarakat
miskin sekitar.
Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan wacana yang
sedang mengemuka di dunia perusahaan multinational. Wacana ini digunakan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
oleh perusahaan dalam rangka mengambil peran menghadapi perekonomian
menuju pasar bebas. Perkembangan pasar bebas yang telah membentuk
ikatan-ikatan ekonomi dunia dengan terbentuknya AFTA, APEC dan sebagainya, telah
mendorong perusahaan dari berbagai penjuru dunia untuk secara bersama
melaksanakan aktivitasnya dalam rangka mensejahterakan masyarakat di
sekitarnya.
Corporate sosial Responsibility (CSR) sebagai sebuah gagasan
menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak
pada Single Bottom Line, yaitu nilai perusahaan (Corporate Value) yang
direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab
perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines yaitu juga memperhatikan
masalah sosial dan lingkungan (Daniri, 2008). Karena kondisi keuangan saja tidak
cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable).
Saat ini konsep Corporate Social Responsibility (CSR) di
gadang-gadang sebagai jurus jitu perusahaan dalam mewujudkan penerapan Good
Corporate Gorvernance (GCG). Fakta telah menunjukkan bagaimana resistensi
masyarakat sekitar muncul ke permukaan perusahaan yang tidak dianggap tidak
memperhatikan faktor sosial dan lingkungan. Adanya keyakinan bahwa
keberlangsungan perusahaan akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan
dimensi terkait lainnya, termasuk dimensi sosial dan lingkungan. Dalam era
globalisasi kesadaran akan penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)
menjadi penting seiring dengan perubahan paradigma yang mengatakan bahwa
Corporate Social Responsibility (CSR) bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(Cost Centre) melainkan sebagai sentra laba (Profit Centre) di masa mendatang
(Wibisono, 2007).
Dalam dunia industri saat ini ada beberapa hal yang menjadi
pertanggung jawaban yaitu mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) dan
akuntansi, akuntansi dalam dunia bisnis memegang peranan penting sebagai alat
pertanggungjawaban mempunyai fungsi sebagai alat pengendali terhadap aktivitas
setiap unit usaha. Selama ini produk akuntansi di maksudkan sebagai
pertanggungjawaban manajemen pada pemilik saham, kini paradigma tersebut di
perluas menjadi pertanggungjawaban kepada seluruh stakeholders. Dalam hal ini
perusahaan di tuntut untuk memberikan bahan informasi mengenai aktivitas
sosialnya, seperti pendapat Belkaoui (2009) “Atas dasar pedoman yang tersedia
tersebut, akuntansi adalah sebuah sains sosial“. Sejauh ini perkembangan
akuntansi konfensial (Mainstream Accounting) telah banyak dikritik karena bukan
hanya merangkum informasi tentang hubungan perusahaan dengan pihak ke dua
(partner bisnisnya), tetapi juga dengan pihak ke tiga ( Harahap, 2007).
Sebagai perusahaan yang berkomitmen dalam mewujudkan Good
Corporate Governance (GCG), transparansi merupakan salah satu aspek penting
yang tidak boleh di pindahkan. Wujud transparansi dalam pengimplementasian
Corporate Social Responsibility (CSR) tersebut dituangkan dalam laporan yang
disebut sebagai laporan keberlanjutan. Perusahaan merupakan institusi yang
didirikan oleh mandat dan masyarakat, maka laporan keberlanjutan dibuat untuk
menunjukan pencapaian, proses dan evaluasi serta agenda perusahaan dalam
memaksimumkan dampak positif untuk mencapai tujuan pembangunan
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial dan lingkungan.
Melalui laporan keberlanjutan ini dapat diketahui apakah perusahaan sudah
menjalankan akuntabilitas sosial dan lingkungan secara optimal, perusahaan
bukan hanya diminta patuh pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku
tetapi juga konsensus, dan inisiatif-inisiatif ini yang diprakarsai oleh berbagai
institusi atau asosiasi industri terutama yang berkaitan dengan isu Corporate
Social Responsibility (CSR) (Darwin,2007).
CV. MERTANADI adalah salah satu dari sekian banyak perusahaan
konstuksi di Indonesia, berlokasi di Banjar Perang Lukluk, Sempidi, Badung-Bali.
Resmi berdiri sejak 15 November 1985 dan sampai saat ini bergerak di bidang
kontraktor dan produksi olahan kayu yang meliputi : pintu dan kusen, furniture,
kitchen sets, decking, flooring (parquet) dan komponen rumah atau bangunan.
Orientasi pasar CV. MERTANADI mulai dari perorangan, developer
(pengembangan), perusahaan-perusahaan, hotel, sampai butik hotel. Dan
pemasarannya pun tidak hanya mencakup pasaran domestik atau lokal, tetapi juga
telah menjangkau ke berbagai negara di dunia.
Visi dan misi dari CV. MERTANADI adalah menerapkan sistem
pengolahan yang hemat dan efisien melalui pemanfaatan teknologi yang inovatif
dan modern tanpa mengurangi mutu, fungsi disamping juga dapat menekan harga.
Hal ini disebabkan saat ini jumlah hutan di Indonesia terus mengalami penurunan
baik karena itu proses alami seperti bencana alam atau kebakaran, dan atau karena
ulah manusia berupa pembabatan hutan untuk keperluan lahan pertanian,
pemukiman atau untuk memenuhi konsumsi masyarakat dan industri.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
CV. MERTANADI bertujuan untuk menjadi salah satu aset nasional di
bidang industri khususnya pengolahan kayu yang ramah lingkungan, juga untuk
tetap bertahan dalam persaingan dengan perusahaan sejenis dengan
mengutamakan kualitas pemikiran, ide-ide yang inovatif dan kerjasama yang baik
dengan semua pihak. CV. MERTANADI membangun kepercayaan melalui
kepuasan konsumen dengan cara mengembangkan sistem manajemen kualitas
yang meliputi : (1) produk dan aplikasi yang sesuai, (2) harga yang kompetitif, (3)
pengawasan penuh terhadap kualitas, (4) tepat waktu, (5) kepercayaan jangka
panjang.
Dalam mempelajari dan memahami dengan tepat apa yang dibutuhkan
oleh konsumen, CV. MERTANADI selalu berusaha memberikan kepuasan dan
keuntungan kepada konsumen. Dalam proses pengolahan kayu, kayu dan material
yang dipergunakan dipilih dari kayu-kayu dan material dengan kualitas terbaik di
kelasnya dan di tunjang dengan proses pengolahan yang baik dengan mesin-mesin
yang telah disediakan di pabrik CV. MERTANADI. Selama proses pengolahan
kayu berlangsung, mulai dari proses awal yaitu pembentukan kayu yang masih
berupa bahan baku atau bahan mentah sampai menjadi barang jadi terdapat
pelanggaran kinerja dari industri pengolahan kayu tersebut. Pelanggaran tersebut
timbul ketika proses pengolahan kayu yang kurang optimal dalam mengatasinya.
Hal utama yang membuat penanggulangan kurang optimal adalah kurangnya alat
seperti mesin yang diperlukan dalam mengantisipasi timbulnya banyak serbuk
yang dihasilkan dari proses pengolahan kayu. Serbuk yang terlalu banyak
mengakibatkan mesin yang telah disediakan sebelumnya seperti mesin penyedot
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
serbuk kurang optimal dalam mengatasinya. Hal-hal lain yang bisa timbul akibat
serbuk yang kurang biasa di atasi secara optimal tersebut dapat menyebabkan
polusi udara yang kurang baik terutama bagi para pekerja yang berada di pabrik.
Untuk mengatasi hal yang terjadi, CV. MERTANADI segera mengambil tindakan
agar masalah tersebut tidak berlangsung lama, yaitu dengan menambah beberapa
mesin yang mempunyai fungsi dan kualitas lebih efektif dari mesin-mesin
sebelumnya agar dalam proses pengolahan kayu dapat di atasi secara optimal.
Tindakan tersebut tidak hanya dapat membuat serbuk-serbuk saja yang dapat di
atasi secara optimal tetapi para pekerja pun juga dapat bekerja secara optimal
karena pernafasan mereka tidak terganggu oleh serbuk-serbuk dari proses
pengolahan kayu, selain itu para penduduk pun yang berada di sekitar pabrik tidak
akan merasa terganggu seperti sebelumnya.
Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai sebuah gagasan,
perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada Single
Bottom Line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam
kondisi keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus
berpijak pada Triple Bottom Lines. Di sini Bottom Lines lainnya selain finansial
juga ada sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup
menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable).
Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila, perusahaan
memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta
bagaimana resistensi masyarakat sekitar, di berbagai tempat dan waktu muncul ke
permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
ekonomi, sosial dan lingkungan hidupnya.
Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) secara
konseptual baru di kemas sejak tahun 1980-an yang dipicu sedikitnya oleh 5 hal
berikut: (1). Maraknya fenomena “Take Over” antar korporasi yang kerap dipicu
oleh keterampilan rekayasa finansial. (2) Runtuhnya tembok Berlin yang
merupakan simbol tumbangnya paham komunis dan semakin kokohnya imperium
kapitalisme secara global. (3) Meluasnya operasi perusahaan multinasional di
negara-negara berkembang, sehingga di tuntut supaya memperhatikan: HAM,
kondisi sosial dan perlakukan yang adil terhadap buruh. (4) Globalisasi dan
menciutnya peran sektor publik (pemerintah) hampir di seluruh dunia telah
menyebabkan tumbuhnya LSM (termasuk asosiasi profesi) yang memusatkan
perhatian mulai dari isu kemiskinan sampai pada kekuatiran akan punahnya
berbagai spesies baik hewan maupun tumbuhan sehingga ekosistem semakin labil.
(5) Adanya kesadaran dari perusahaan akan arti penting merek dan reputasi
perusahaan dalam membawa perusahaan menuju bisnis berkelanjutan.
Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial dan ekonomi di dalam
laporan tahunan atau laporan terpisah adalah untuk mencerminkan tingkat
akuntabilitas, responsibilitas, dan transparansi korporat kepada investor dan
stakeholders lainnya. Pengungkapan tersebut bertujuan untuk menjalin hubungan
komunikasi yang baik dan efektif antara perusahaan dengan publik dan
stakeholders lainnya tentang bagaimana perusahaan telah mengintegrasikan
Corporate Social Responsibilty (CSR) : lingkungan dan sosial dalam setiap aspek
kegiatan operasinya (Darwin, 2007).
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Kesadaran tentang pentingnya mempraktikkan Corporate Social
Responsibility (CSR) ini menjadi tren global seiring dengan semakin maraknya
kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan
dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip
hak asasi manusia (HAM). Indonesia tidak ketinggalan untuk menekankan
penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) bagi perusahaan. Pada tanggal
20 Juli 2007, disahkan UU penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)
yang dilaksanakan melalui peraturan pemerintah (PP). Ketentuan itu sudah
ditetapkan dalam UU Perseroan Terbatas (PT) dan UU Investasi.
Peraturan baru ini ditanggapi dengan berbagai respon oleh dunia usaha
Indonesia Suara kontra beralasan jika perusahaan dituntut melakukan aktivitas
Corporate Social Responsibility (CSR), maka hal tersebut akan menambah biaya
operasional, sementara jika tidak dilakukan, akan mendapat sanksi. Suara yang
pro menyatakan memang sudah seharusnya perusahaan melakukan Corporate
Social Responsibility (CSR) sebagai kewajiban tanpa harus dibuatkan peraturan,
seperti halnya di luar negeri. Hal ini memperlihatkan bahwa komunitas bisnis
Indonesia masih belum yakin bahwa aktivitas Corporate Social Responsibility
(CSR) akan memberikan dampak positif bagi tujuan utama mereka, yaitu
penciptaan kesejahteraan pemegang saham.
Di Indonesia wacana mengenai Corporate Social Responsibility (CSR)
mulai mengemuka pada tahun 2001, namun sebelum wacana ini mengemuka telah
banyak perusahaan yang menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR) dan
sangat sedikit yang mengungkapkannya dalam sebuah laporan. Hal ini terjadi
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
mungkin karena kita belum mempunyai sarana pendukung seperti: standar
pelaporan, tenaga terampil (baik penyusun laporan maupun auditornya). Di
samping itu sektor pasar modal Indonesia juga kurang mendukung dengan belum
adanya penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-saham perusahaan
yang telah mempraktikkan Corporate Social Responsibility (CSR).
Berkaitan dengan fenomena pada latar belakang diatas, maka penulis
mencoba menelaah dalam suatu penelitian yang berjudul “Penerapan Corporate
Social Responsibility (CSR) terhadap dampak lingkungan pada usaha pengolahan
kayu. (Studi Kasus pada usaha pengolahan kayu CV. MERTANADI).
1.2. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
fokus penelitian sebagai berikut :
1. Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada usaha CV.
MERTANADI (sistem Corporate Social Responsibility (CSR) pada
perusahaan saat ini).
2. Jenis kegiatan operasional pada usaha pengolahan kayu CV. MERTANADI,
(tentang operasional pabrik, tidak hanya pengolahan, bisa juga dengan kegiatan
lain misalnya kerajinan).
1.3. Permasalahan
Berdasarkan Fokus Penelitian yang telah ditetapkan tersebut, maka
masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :
Bagaimana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) mengenai dampak
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
lingkungan pada usaha pengolahan CV. MERTANADI?
1.4. Tujuan penelitian
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan
Corporate Social Responsibility (CSR) pada usaha pengolahan kayu di CV.
MERTANADI dan untuk mengetahui bagaimana sistem Corporate Social
Responsibility (CSR) pada usaha CV. MERTANADI.
1.5. Manfaat Penelitian
Tercapainya tujuan penelitian yang telah disebutkan diatas, maka hasil
penelitian akan memiliki manfaat praktis dan teoritis.
1. Manfaat Praktis
Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) telah dilakukan dengan baik,
maka akan bermanfaat bagi perusahaan dan masyarakat sekitar dan berharap
dapat mengelola unit usaha menjadi lebih baik sehingga usaha yang dikelola
akan mengalami kemajuan yang signifikan. Dengan kata lain peneliti berharap
pengelola dapat mengelola unit usaha menjadi lebih profesional.
2. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu
akuntansi terutama pada Corporate Social Responsibility (CSR) terutama pada
tanggung jawab perusahaan sebagai akibat dari aktivitas perusahaan.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan Corporate Social Responsibility
(CSR) sudah pernah dikaji dalam beberapa skripsi. Pada bagian ini dibahas
hal-hal yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan sehingga dapat
diketahui persamaan dan perbedaannya.
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Juni Wati (2009) dengan judul
“Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Corporate Social Responsibility
(CSR) Terhadap Citra dan Kredibilitas (Studi Kasus pada PT. Unilever Indonesia,
Tbk)”. Dalam penelitian ini digunakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk
mengetahui apakah Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh
PT. Unilever Indonesia, Tbk berpengaruh terhadap citra dan kredibilitas
perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk. Penelitian ini hanya meneliti Corporate
Social Responsibility (CSR) PT. Unilever Indonesia, Tbk pelatihan petani kedelai
hitam saja dimana hasil yang diperoleh sebatas jawaban pengaruh Corporate
Social Responsibility (CSR) pelatihan petani kedelai hitam terhadap citra dan
kredibilitas perusahaan, yang tidak mencakup aktivitas Corporate Social
Responsibility (CSR) lainnya yang telah di lakukan PT. Unilever Indonesia, Tbk.
Setelah dilakukaan analisa data dan pembahasan dengan pengujian hipotesis
diperolah kesimpulan sebagai berikut :
yang dilakukan PT. Unilever Indonesia, Tbk berpengaruh signifikan
terhadap citra perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk.
b. Corporate Social Responsibility (CSR) pelatihan petani kedelai hitam
yang dilakukan PT. Unilever Indonesia, Tbk berpengaruh signifikan
terhadap kredibilitas perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk. Namun,
secara parsial tidak semua item dalam variabel bebas Corporate Social
Responsibility (CSR) berpengaruh signifikan terhadap kredibilitas PT.
Unilever Indonesia, Tbk.
Penelitian yang dilakukan ini memiliki beberapa keterbatasan yang
dapat dijadikan masukan atas penelitian selanjutnya, yaitu :
a. Masyarakat yang menjadi obyek penelitian hanya berdasar dari petani
kedelai yang ada dibawah pelatihan PT. Unilever yang ada di kota
Nganjuk sehingga hasil yang diperoleh hanya terbatas pada jawaban
masyarakat petani kedelai hitam yang ada dibawah pelatihan PT.Unilever
yang ada di kota Nganjuk.
b. Item pertanyaan dalam kuisoner yang telah disebarkan sebelumnya ini
belum mengungkapkan apakah responden benar-benar membutuhkan
program Corporate Social Responsibility (CSR) pelatihan petani kedelai
hitam, sehingga tidak ada informasi mengenai apakah perbedaan pengaruh
Corporate Social Responsibility (CSR) pelatihan petani kedelai hitam
terhadap citra dan kredibilitas perusahaan dengan ada atau tidaknya
pelatihan Corporate Social Responsibility (CSR) kedelai hitam.
judul “Eksplorasi Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada
Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Dalam penelitian ini
digunakan penelitian kualitatif yang digunakan untuk menguji eksplorasi
pengungkapan tanggung jawab sosial oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Dari analisis dan pembahasan yang telah dilakukan atas hasil
penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Konsep stakeholder theory telah mengubah dunia bisnis dengan memunculkan
Corporate Social Responsibility (CSR).
2. Terjadi pro kontra didalam pelaksanaan Corporate Social Responsibility
(CSR).
3. Pengungkapan atas aktifitas Corporate Social Responsibility (CSR) dikenal
dengan istilah Corporate Social Disclosure.
4. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Corporate Social
Disclosure di Indonesia baru berkembang akhir-akhir ini.
5. Perusahaan yang dijadikan sample dalam penelitian ini dimungkinkan untuk
melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Corporate Social
Disclosure karena informasi sosial tersebut dapat dijadikan Good News bagi
perusahaan dalam perdagangan pasar modalnya.
6. Sampel perusaahan yang digunakan masih sedikit dan tahun penelitiah juga
masih pendek.
7. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada tahun penelitian
belum secara maksimal di ungkapkan. Item-item yang kurang untuk
kerja, dan item lain-lain tentang tenaga kerja. Item tersebut penting untuk
diungkapkan karena mencerminkan kepedulian perusahaan tersebut terhadap
sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mendukung jalannya
operasioanal perusahaan.
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yang apabila dapat
diatasi pada penelitian selanjutnya akan dapat memperbaiki hasil penelitian.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu penelitian
ini menggunakan penelitian kualitatif yang mampu memberikan pemahaman yang
mendalam mengenai program Corporate Social Responsibility (CSR). Perbedaan
penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini lebih fokus
meneliti ke tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan program
Corporate Social Responsibility (CSR) CV.MERTANADI.
Selanjutnya penelitian dilakukan oleh Candra Kurniawan (2009)
dengan judul “Studi Tentang Penerapan dan Pelaporan Corporate Social
Responsibility (CSR) Pada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk”. Dalam penelitian
ini digunakan penelitian kualitatif yang digunakan digunakan sebagai penerapan
serta pelaporan aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Semen
Gresik. Dari analisis dan pembahasan yang telah dilakukan atas hasil penelitian
maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. PT. Semen Gresik dalam melakukan aktifitas CSR mengacu pada regulasi yang
lebih tinggi sesuai konteks kedudukan PT. Semen Gresik sebagai BUMN,
regulasi tersebut adalah : PER-05/MBU/2007 tentang program kemitraan dan
Akuntansi PKBL.
2. Aktifitas sosial yang dilakukan PT. Semen Gresik kepada masyarakat kendati
terdapat unsur kemanusian yang dilakukan perusahaan dengan berupaya
memberikan imbal balik perusahaan kepada masyarakat, karena masyarakat
sudah banyak berkorban untuk perusahaan. Namun, kepentingan akan
terbangunnya citra perusahaan yang akan berpengaruh terhadap kelancaran
bisnis perusahaan dalam rangka jangka panjang tidak dapat dipungkiri.
3. Penyisihan laba perusahaan (droping) dibahas dan ditetapkan dalam Rapat
Umum Pemegang Saham (RUPS). Salah satu yang menjadi pertimbangan
jumlah droping yang diperoleh adalah saldo dana yang tersisa pada akhir
periode. Sehingga ada kecenderungan bahwa semakin banyak dana yang tersisa
semakin kecil jumlah droping yang diperoleh. Hal tersebut menggambarkan
bahwa penganggaran dalam aktifitas sosial PT. Semen Gresik yang berpola
Top Down
4. Evaluasi yang seharusnya menjadi sarana tolak ukur keberhasilan mitra binaan
yang dibina ternyata belum bisa mengakomodir secara data perkembangan
mitra binaan yang menyangkut efektifitas bantuan yang disalurkan.
Permasalahan tersebut terjadi karena keterbatasan SDM yang dimiliki.
5. PKBL mempunyai posisi sebagai unit kerja yang mandiri dan mempunyai
kewenangan atas pengelolaan dana, sumber daya dan pelaporan aktifitas
Corporate Social Responsibility (CSR) secara terpisah dengan perusahaan
induk.
dan penyusun laporan PKBL belum ada pemisahan fungsi jelas dikarenakan
keterbatasan SDM.
7. Bentuk pelaporan pada umumnya mengacu pada standart yang ditetapkan
menteri, tapi PKBL juga melakukan modifikasi detail pelaporan atas program
Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan.
8. Kegiatan evaluasi yang belum bisa mengakomodir data keefektifan program
Corporate Social Responsibility (CSR) yang dirasakan masyarakat, berdampak
pada pelaporan perkembangan mitra binaan.
9. Pada umumnya informasi yang diungkap dalam laporan PKBL adalah
mengenai isu ekonomi, sosial dan lingkungan. Isu ekonomi melalui laporan
aktifitas program kemitraan sementara sosial lingkungan melalui laporan
aktifitas bina lingkungan.
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Corporate Social Responsibility (CSR)
2.2.1.1 Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)
Meskipun belum ada definisi Corporate Social Responsibility (CSR) yang dapat
diterima secara universal, pada umumnya definisi yang beraneka ragam tersebut
memiliki ciri-ciri yang sama mengenai cara pandang terhadap inti dari defenisi
Corporate Social Responsibility (CSR) itu sendiri.
Adapun definisi-definisi Corporate Social Responsibility (CSR) menurut
pandangan para ahli antara lain :
1. Yusuf Wibisono, 2007:10. Corporate Social Responsibility (CSR) dianggap
keberlanjutan perusahaan. Dunia usaha meyakini bahwa program Corporate
Social Responsibility (CSR) merupakan investasi bagi perusahaan demi
pertumbuhan dan sustainability perusahaan.
2. John Elkington dalam bukunya Cannibals with Forks, The Triple Bottom Line
of Twentieth Century Business 1997. Corporate Social Responsibility (CSR)
adalah aktivitas yang mengejar Tripel Bottom Line, yang terdiri dari 3P.
Mengejar profit untuk kepentingan shareholders (profit), pemenuhan
kesejaterahaan masyarakat (people), berpartisipasi aktif dalam menjaga
kelestarian lingkungan (planet).
3. Guthrie dan Mathews, 1985. Tanggung jawab sosial perusahaan dapat
digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non keuangan
berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan
sosialnya yang dapat dibuat dalam laporan keungan tahunan perusahaan atau
laporan sosial terpisah
4. Hendrik Budi Untung, 2008. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah
komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam
pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung
jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara
perhatian terhadap aspek ekonomi sosial dan lingkungan.
5. Howard R. Bowen. Kewajiban perusahaan menjalankan usahanya sejalan
dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat di tempat
perusahaan tersebut beroperasi.
adalah tanggung jawab perusahaan yang menghasilkan keuntungan
sebesar-besarnya bagi pemegang saham.
2.2.1.2 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)
Fungsi Corporate Social Responsibility (CSR) menurut Hendrik Budi Untung
(2008:6-7) adalah :
1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan.
2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.
3. Membuka peluang pasar yang lebih luas.
4. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah.
5. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.
6. Memperbaiki hubungan dengan regulator.
7. Meningkatkan semangat dan produktifitas karyawan.
8. Peluang mendapatkan penghargaan.
2.2.1.3 Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR)
Prince of Wales International Business Forum mengungkapkan bahwa ada lima
pilar aktivitas dari Corporate Social Responsibility (CSR) (Ancok, 2005:19-20)
1. Building Human Capital
Secara internal, perusahaan dituntut untuk menciptakan SDM yang handal,
secara eksetrnal perusahaan dituntut untuk melakukan pemberdayaan
masyarakat, biasanya melalui Community Development.
2. Strengthening Economies
dilingkungan miskin, mereka harus memperdayakan ekonomi sekitar.
3. Assesing Social Cohesion
Perusahaan dituntut untuk menjaga keharmonisan dalam masyarakat sekitar
agar tidak menimbulkan konflik
4. Encouraging Good Gorvernence
Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan harus menjalankan tata kelola bisnis
dengan baik.
5. Protecting the Environment
Perusahaan harus berupaya keras untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Sebagaimana devinisi Corporate Social Responsibility (CSR) yang
tidak tunggal, beragam pendapat terkait dengan lingkup penerapannya juga
beragam. Diantaranya adalah menganut konsep Triple Bottom Line dari
Elkington, konsep dari Prince of Wales International Business Forum yang
menganut lima pilar yaitu upaya perusahaan untuk menggalang dukungan SDM
(Building Human Capital), memperdayakan ekonomi komunitas (Strengthening
Ekonomies), menjaga harmonisasi dengan masyarakat sekitar agar tidak terjadi
konflik (Assessing Social Cohession), mengimplementasikan tata kelola yang baik
(Encouraging Good Governence) serta memperhatikan kelestarian lingkungan
(Protecting the Inviroment), dan beberapa konsep lain (Yusuf Wibisono, 2007 :
125).
2.3 Hubungan Good Corporate Governance (GCG) dengan Corporate Social
Responsibility (CSR)
GCG merupakan suatu sistem dan seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan terutama dalam arti sempit
hubungan antara pemegang saham dan dewan komisaris serta dewan direksi demi
tercapainya tujuan korporasi. Dalam arti luas mengatur hubungan seluruh
stakeholders dapat dipenuhi secara proporsional. Good Corporate Governance
(GCG) dimaksud untuk mengatur hubungan-hubungan tersebut dan mencegah
terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi koorporasi. Good
Corporate Governance (GCG) juga untuk memastikan bahwa
kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera. Terdapat lima prinsip
Good Corporate Governance (GCG) yang dijadikan pedoman bagi pelaku bisnis,
yaitu:
a. Transparancy (Keterbukaan Informasi)
Secara sederhana, bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi. Dalam
mewujudkan prinsip ini perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi
yang cukup, akurat dan tepat waktu kepada stakeholdesr-nya.
b. Accountability (Akuntabilitas)
Yang dimaksud akuntabilitas adalah adanya kejelasan fungsi, struktur, sistem
dan pertanggung jawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan
secara efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban dan
wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan
dewan direksi.
c. Responsibility (Pertanggung jawaban)
yang berlaku, diantaranya masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan
keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan
bisnis yang kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. Dengan menerapkan
prinsip ini, di harapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan
operasionalnya, perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggung jawab
selain kepada shareholder juga kepada stakeholder-nya.
d. Independency (Kemandirian)
Intinya prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara professional
tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa adanya tekanan atau intervensi dari
pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.
e. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)
Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam pemenuhan hak
stakeholder sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Diharapkan fairness dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor
dan memberikan jaminan perlakuan adil diantara beragam kepentingan dalam
perusahaan.
2.3.2 Konsep Triple Bottom Line
Gambar 2.1 Konsep Triple Bottom Line
People ( Sosial )
Berdasarkan konsep Triple Bottom Line di atas dapat dideskripsikan
menjadi :
1. Profit (keuntungan)
Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap
kegiatan usaha. Tidak heran bila fokus utama dari setiap kegiatan dalam
perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham
setinggi-tingginya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Inilah bentuk
tanggung jawab sosial ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang
saham.
2. People (Masyarakat Pemangku Kepentingan)
Menyadari bahwa masyarakat merupakan stakeholder penting bagi perusahaan,
karena dukungan mereka, terutama masyarakat sekitar, sangat diperlukan bagi
keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan, maka sebagai
bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat lingkungan, perusahaan perlu
berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada
mereka. Selain itu juga perlu disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi
memberikan dampak kepada masyarakat. Karenanya pula perusahaan perlu
untuk melakukan berbagai kegiatan yang menyentuh kebutuhan masyarakat,
intinya, jika ingin eksis dan akseptabel, perusahaan harus menyertakan pula
taanggung jawab sosial.
3. Planet (Lingkungan)
Unsur ketiga yang mesti diperhatikan juga adalah planet atau lingkungan. Jika
jawab kepada lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan
seluruh bidang kehidupan kita. Semua kegiatan yang kita lakukan mulai kita
bangun tidur di pagi hari hingga kita terlelap di malam hari berhubungan
dengan lingkungan. Air yang kita minum, udara yang kita hirup, seluruh
peralatan yang kita gunakan semuanya berasal dari lingkungan. Lingkungan
dapat menjadi teman atau musuh kita, tergantung bagaimana melakukan.
2.3.3 Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR)
Meskipun isu utamanya akan berbeda baik antara sektor industri maupun antar
perusahaan, namun secara umum isu Corporate Social Responsibility (CSR)
mencakup 5 (lima) komponen pokok. (Darwin, 2007):
1. Hak Asasi Manusia (HAM)
Bagaimana perusahaan menyingkapi masalah HAM dan strategi serta
kebijakan apa yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari terjadinya
pelanggaran HAM di perusahaan yang bersangkutan.
2. Tenaga Kerja (Buruh)
Bagaimana kondisi tenaga kerja di pabrik milik sendiri mulai dari soal system
penggajian, kesejahteraan hari tua, dan keselamatan kerja, peningkatan
keterampilan dan profesionalisme karyawan, sampai pada soal penggunaan
tenaga kerja dibawah umur.
3. Lingkungan hidup
Bagaimana strategi dan kebijakan yang berhubungan dengan masalah
lingkungan hidup. Bagaimana perusahaan mengatasi dampak lingkungan atas
buangan limbah, serta dampak lingkungan yang diakibatkan oleh proses
produksi dan distribusi produk.
4. Sosial masyarakat
Bagaimana strategi dan kebijakan dalam bidang sosial dan pengembangan
masyarakat setempat (Community Development), serta dampak operasi
perusahaan terhadap kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat.
5. Dampak produk dan jasa terhadap pelanggan
Apa saja yang dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan bahwa produk dan
jasa bebas dari dampak negatif seperti : mengganggu kesehatan, mengancam
keamanan dan produk terlarang.
Mencermati prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dan
prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility (CSR) diatas, rasanya tidak sulit
mencari benang merah hubungan antara Good Corporate Governance (GCG)
dengan Corporate Social Responsibility (CSR), yang mana dalam konteks ini
adanya penekanan yang signifikan diberikan kepada stakeholder perusahaan.
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa penerapan Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep
Good Corporate Governance (GCG). Sebagai entitas bisnis yang bertanggung
jawab terhadap masyarakat dan lingkungan, perusahaan memang mesti bertindak
sebagai Good Citizen yang merupakan tuntutan dari Good Business Ethics.
2.4 Akuntabilitas
2.4.1 Pengertian Akuntabilitas
antara manajemen dan pemilik (Principal). Principal dalam hal ini memberikan
kewenangan penuh pada manajemen untuk melakukan aktivitas operasional.
Sebagai konsekuensi atas wewenang ini maka agen harus mempertanggung
jawabkan aktivitasnya terhadap Principal. Namun saat ini akuntabilitas tidak
hanya mengatur hubungan antara manajemen dengan pemilik saja, melainkan
penekanan hubungan mengharuskan perusahaan untuk menjalin kondisi yang
akuntabel kepada stakeholder.
2.5 Pengungkapan (Disclusure) Corporate Social Responsibility (CSR)
Sebagai tahap akhir dari penerapan Corporate Social Responsibility
(CSR) adalah berupa pengungkapan yana akan mengungkap sejauh mana
pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) dan merupakan pertanggung
jawaban terhadap stakeholders secara luas. Pada dasarnya perusahaan yang sukses
dalam menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki tiga nilai
dasar (Core Values) yang ditanam secara mengakar dalam perusahaan, yaitu
(Darwin,2007):
1. Ketangguhan ekonomi
2. Tanggung jawab lingkungan
3. Akuntabilitas sosial
Jika kinerja keuangan suatu perusahaan tercermin dalam laporan
keuangan, maka kinerja CSR akan dapat disimak melalui sebuah laporan yang
disebut “Laporan Keberlanjutan” (Sustainability Report). Laporan Corporate
Social Responsibility (CSR) atau laporan keberlanjutan pada hakekatnya memuat
Secara umum pengungkapan kinerja Corporate Social Responsibility (CSR)
merupakan produk dari Social Responsibility Accounting sehingga Belkaoui (2009
: 229) akuntansi sosial dapat didefinisikan dengan tepat sebagai “Proses seleksi
variabel-variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan prosedur
pengukuran yang yang secara sistematis mengembangkan informasi yang
bermaanfaat untuk mengevaluasi kinerja sosial perusahaan, dan
mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok sosial yang tertarik,
baik di dalam maupun di luar perusahaan”.
Menurut Belkaoui (2009 : 230) tentang siapa yang menekankan untuk
membuat laporan sosial perusahaan adalah :
1. Mengasumsikan bahwa tujuan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah
untuk meningkatkan citra perusahaan dan memegang asumsi, biasanya secara
implisit, bahwa perilaku perusahaan baik secara asasi.
2. Mengasumsikan bahwa tujuan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah
untuk menghentikan pertanggung jawaban organisasi dengan asumsi bahwa
kontrak sosial terjadi antara organisasi dengan masyarakat. Keberasaan kontrak
sosial ini membutuhkan berhentinya pertanggung jawaban sosial.
3. Tampaknya mengasumsikan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR)
secara efektif memperluas pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya
adalah untuk memberi informasi bagi investor.
2.5.1 Alasan Pengukuran dan Pengungkapan Kinerja Corporate Social
Responsibility (CSR)
Corporate Social Responsibility (CSR) melahirkan berbagai argument sebagai
berikut (Belkaoui, 2009):
1. Argument pertama adalah yang terkait dengan kontrak sosial secara implicit
diasumsikan bahwa organisasi seharusnya bertindak untuk memaksimalkan
kesejateraan sosial, jika terjadi kontrak antara organisasi dengan masyarakat.
Dengan demikian, organisasi memperoleh sejenis legitimasi dari masyarakat
berbagai hukum kemasyarakatan memberikan persetujuan agar kontrak
menjadi lebih eksplisit. Sementara kontrak sosial diasumsikan implisit. Hukum
ini berisi aturan main yang harus dipilih organisasi yang akan menjadi kontrak
sosial.
2. Teori keadilan Rawis, yang disajikan dalam bukunya “A Theory of Justice”
berisi prinsip-prinsip untuk mengevaluasi hukum dan kebiasaan dari sudut
pandang moral, dan menjelaskan konsep kejujuran yang bermanfaat bagi
akuntansi sosial.
3. Argumen ketiga adalah kebutuhan pengguna. Pada dasarnya, pengguna laporan
keuangan membutuhkan informasi sosialuntuk membuat keputusan alokasi
dananya. Argumen yang dibuat oleh beberapa orang menyatakan bahwa
pemegang saham itu konservatif dan hanya peduli terhadap deviden.
Kenyataannya, sesuai dengan survey dilakukan pada pemegang saham, mereka
menginginkan perusahaan menggunakan sumber dayanya agar lingkungan
bersih, menghentikan polusi lingkungan,dan membuat produk yang aman.
Berikut ini agar mengelola pengeluaran dengan memperhatikan keadaan sosial:
lingkungan pada pembuat keputusan perusahaan, dan meyakinkan bahwa
kesadaran tersebut telah dimiliki oleh dewan direksi.
b. Mengembangkan metode untuk mengevaluasi dan melaporkan dampak
sosial dan lingkungan akibat aktivitas perusahaan.
c. Memodifikasi struktur perusahaan untuk membuat mekanisme yang sesuai
untuk menghadapi krisis sosial, lingkungan dan etika. Sehingga perusahaan
menjadi organisasi yang siap krisis, bukan organisasi yang Crisis-prone.
Perusahaan yang tidak menyiapkan diri untuk keadaan, krisis tidak mudah
untuk bertahan.
d. Membuat insentif bagi perilaku yang sesuai dengan etika. Lingkungan,
sosial, dan mengintegrasikan insentif tersebut menjadi bagian dari sistem
penilaian kinerja dan budaya organisasi dan tidak mempunyai pengaruh,
maka perubahan permanen tidak pernah terjadi.
e. Mengakui jika lingkungan bersih, maka perusahaan tersebut dapat menjadi
pemimpin dalam mengurangi polusi dan bijaksana dalam menggunakan
sumber daya alam.
4. Argumen keempat adalah Investasi Sosial. Pada dasarnya, diasumsikan bahwa
saat ini kelompok investor yang etis tergantung pada informasi yang disediakan
laporan tahunan untuk membuat keputusan investasi. Sehingga pengungkapan
informasi sosial menjadi penting jika investor mempertimbangkan dampak
negatif dengan tepat pengeluaran kesadaran sosial pada per lembar saham,
sepanjang kompensasi dampak positifnya dapat mengurangi resiko atau
2.5.2 Laporan keberlanjutan (Sustainability Report)
Pengembangan berkelanjutan (Sustainable Development), secara sederhana bisa
didefinisikan sebagai pengembangan atau perkembangan yang memenuhi
kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang
untuk memenuhi kebutuhannya. Maka dari itu, untuk mengetahui kinerja
perusahaan yang berkelanjutan dibutuhkan adanya suatu laporan keberlanjutan
yang mana laporan tersebut mampu memonitor kondisi perusahaan secara
periodik. Dalam hal ini ada berbagai hal yang dapat mendefinisikan arti dari
laporan keberlanjutan, antara lain :
1. Dokumen yang dibuat oleh perusahaan berkaitan dengan kinerja aspek
ekonomi, sosial dan lingkungan sabagai alat kontrol manajemen kepada
pemangku kepentingan internal maupun alat akuntabilitas (terutama) kepada
pemangku kepentingan eksternal.
2. Laporan kinerja ketiga aspek hanya bisa disebut laporan keberlanjutan
manakala kinerja yang dilaporkannya dalam kurun waktu tertentu sudah
berkelanjutan atau menunjukan kecenderungan membaik menuju dampak
bersih positif.
3. Konsekuensi : laporan keberlanjutan memuat berbagai indikator ketiga aspek
yang terus dipantau secara periodik.
4. Dibuat untuk meningkatkan reputasi terkait dengan transparansi dan
5. Ditujukan kepada berbagai pemangku kepentingan, agar mereka bisa
mendapatkan informasi yang benar, jadi harus disebarluaskan lewat berbagai
cara (internet, tercetak, stakeholder convening, dsb).
6. Membantu perusahaan untuk mengambil keputusan manajemen : memperbaiki
kinerja pada indikator yang masih lemah.
7. Membantu investor untuk mengetahui kinerja perusahaan secara lebih
menyeluruh.
2.5.3 Teknik Pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR)
Melaporkan aspek kinerja Corporate Social Responsibility (CSR) yang
diakibatkan perusahaan ada beberapa teknik pelaporan Corporate Social
Responsibility (CSR) yaitu sebagai (Diller,1970) dalam (Harahap,2007):
1. Pengungkapan dalam surat kepada pemegang saham baik dalam laporan
tahunan atau bentuk laporan lainnya.
2. Pengungkapan dalam catatan atas laporan keungan.
3. Dibuat dalam perkiraan tambahan misalnya melalui perkiraan (akun)
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Secara alamiah manusia mempunyai hasrat ingin tahu, dan bertolak
dengan hasrat ingin tahu ini manusia berusaha mendapatkan pengetahuan yang
benar mengenai berbagai hal yang dihadapinya. Maka dari itu hasrat ingin tahu
mendorong manusia untuk selalu akan mengidentifikasi akan sebuah kebenaran,
sehingga dalam konteks ini diperlukan adanya sebuah alat pembenaran yang
berupa hasil penelitian. Tanpa hasil penelitian, peryataan dan ungkapan hanya
akan dijadikan sebagai bahan yang tanpa mempunyai signifikan nilai.
Untuk mengetahui bagaimana mengetahui penerapan Corporate
Social Responsibility (CSR) dampak lingkungan pada industri pengolahan kayu
(dengan studi kasus pengusaha pengolahan kayu CV. MERTANADI) dan juga
apakah pengusaha pengolahan kayu tersebut memahami tentang Corporate Social
Responsibility (CSR) dampak lingkungan sesuai dengan rumusan masalah, tujuan
dan manfaat penelitian, maka digunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam
lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa
dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Sugiyono,2008 : 180). Sedangkan
menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong (2002 : 3) mendefinisikan
metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang dapat menghasilkan data
diamati, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik
(utuh). Jadi hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam
variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu
keutuhan.
3.2 Ketertarikan Peneliti
Alasan peneliti untuk meneliti tentang permasalahan ini adalah
pengalaman yang dialami sendiri oleh peneliti sehari-hari, yaitu melihat
banyaknya perusahaan pengolahan dan kerajinan kayu di daerah Bali. Berbicara
mengenai menjalankan suatu usaha tentu banyak aspek yang terlibat didalamnya,
misalnya aspek pemasaran, sumber daya manusia, keuangan, dampak lingkungan
dan sebagainya. Dalam penelitian ini akan membahas aspek dampak lingkungan
tersebut, karena disadari atau tidak aspek dampak lingkungan sering tidak
mendapat perhatian yang serius, para pelaku usaha hanya memperhatikan
bagaimana cara mendapatkan untung dari kegiatan operasionalnya tanpa
memperhatikan cara mengelola uang hasil laba tersebut.
Masalah pegelolaan limbah dari kegiatan operasional perusahaan
pelaku usaha terganjal pada sumber daya manusia dan biaya untuk mengolahnya.
Kondisi terakhir ini menimbulkan pertanyaan di dalam peneliti, yaitu bagaimana
perusahaan tersebut menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) dampak
lingkungan?, kegiatan operasional apa saja yang dilakukan oleh perusahaan
pengolah kayu dan kerajinan?. Dengan penelitian ini peneliti berharap dapat
mengetahui bagaimana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dampak
3.3 Informan
Informan yang peneliti gunakan untuk mendapatkan informasi adalah
pemilik, karyawan, masyarakat sekitar perusahaan serta orang yang berada di
perusahaan pengolahan kayu. Peneliti memilih orang-orang tersebut untuk
dijadikan sebagai informan dalam penelitian di karenakan mereka berhubungan
dengan kegiatan operasional perusahaan pengolahan kayu CV. MERTANADI.
3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan sumber data yang diperlukan adalah :
1. Sumber data utama (primer)
Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber di dalam
perusahaan, seperti bukti pembukuan transaksi dan struktur kepemilikan usaha.
2. Sumber data kedua (sekunder)
Sumber data kedua merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber lain
yang terkait dengan penelitian, yang diperoleh dari studi kepustakaan, dengan
menggunakan dokumentasi dan literatur-literatur yang berkaitan dengan
permasalahan.
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Survey pendahuluan, yaitu dengan mengadakan peninjauan dan penelitian
secara umum pada unit usaha tersebut untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan sehingga masalah menjadi jelas. Dalam pengumpulan data
penelitian di survey pendahuluan ini ada dua proses yang kegiatan yang
a. Proses memasuki lokasi (Getting In)
Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti terlebih
dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik kelengkapan
administratif maupun semua persoalan yang berhubungan dengan setting
dan subyek peneitian dan mencari relasi awal. Dalam memasuki lokasi
penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan informal serta
menjalin hubungan dengan informan.
b. Ketika berada dilokasi penelitian (Getting Along)
Ketika berada dilokasi penelitian, peneliti melakukan hubungan pribadi dan
membangun kepercayaan pada subyek penelitian (informan). Hal ini
dilakukan karena kunci sukses untuk mencapai dan memperoleh akurasi dan
komprehensivitas data penelitian.
2. Survey lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data-data pendukung yang
akurat dan relevan, dilakukan dengan :
a. Wawancara secara informal maupun formal dengan pihak-pihak yang terkait
dengan unit usaha tersebut, dengan demikian peneliti sebagai instrumen
dituntut bagaimana membuat responden lebih terbuka dan leluasa dalam
memberikan informasi atau data. Untuk mengemukakan pengetahuan dan
pengalamannya terutama yang berkaitan dengan informasi sebagai jawaban
terhadap permasalahn penelitian, sehingga terjadi semacam diskusi, obrolan
santai, spontanitas (alamiah) dengan subjek peneliti sebagai pemecah
masalah dan peneliti sebagai timbulnyapermasalahan agar muncul wacana
bicara apa saja) dalam garis besar yang terstruktur (mengarah menjawab
permasalahan penelitian).
b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang
terkait dengan penelitian.
c. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data-data dari literatur yang relevan
dengan permasalahan ini dan digunakan sebagai landasan teori.
d. Observasi, dilakukan oleh peneliti dengan cara observasi partisipan untuk
mengamati kegiatan pencatatan dan pengelolaan dari bisnis warung internet.
3.5 Teknik Analisis
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles, Huberman dan
Spradley.
Miles dan Huberman (1992 :16-21), mengemukakan bahwa aktivitas
dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara
terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya
sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu
dicatat secara teliti dan rinci. Reduksi data ini berasal dari data mentah (hasil
rekaman, catatan lapangan) sampai reduksi data yang telah dipilah-pilah oleh
penulis untuk melihat gambaran pola masalah.
2. Data Display (Penyajian Data)
dalam hal ini miles and huberman menyatakan yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalang dengan teks yang
bersifat naratif.
3. Conclusion Drawing / Verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut (Miles and
Huberman,1992) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Rencananya,
kesimpulan dibuat dengan melalui tahap-tahap analisis data sehingga mencapai
saran dari peneliti yang berasal dari fakta dilapangan.
3.6 Pengujian Kredibilitas Data
Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara :
1. Perpanjangan Pengamatan
Penelitian ini diperpanjang sampai dua kali, karena pada periode I data yang
diperoleh dirasa belum memadai dan belum kredibel. Belum memadai karena
belum semua rumusan masalah dan fokus terjawab melalui data, belum
kredibel karena sumber data masih ragu-ragu dalam memberikan data,
sehingga data yang diperoleh pada tahap I ternyata masih belum konsisten,
masih berubah-rubah. Perpanjangan pengamatan sampai dua kali maka data
yang diperoleh dirasa telah jenuh.
2. Meningkatkan Ketekunan
Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan dengan
cara peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian dengan cermat, sehingga
dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya. Demikian juga dengan
akurat dan sistematis tentang apa yang diamati. Sebagai bekal peneliti untuk
meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku
maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan
temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan
semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang
ditemukan itu benar dipercaya atau tidak.
3. Triangulasi
Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber data dan waktu.
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan
teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumentasi.
Triangulasi sumber, dilakukan dengan menanyakan hal yang sama melalui
sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya adalah pemilik dan
pegawai penjualan dan bagian keuangan. Triangulasi waktu artinya
pengumpulan data dilakukan pada berbagai kesempatan, pagi, siang, dan sore
hari. Dengan triangulasi dalam pengumpulan data tersebut, maka dapat
diketahui apakah narasumber memberikan data yang sama atau tidak. Jika
narasumber memberikan data yang berbeda, maka berarti datanya belum
38 Tabel 3.1
Pertanyaan Pendukung Permasalahan
Bagan Pengertian Manajemen CV.MERTANADI tentang Corporate Social Responsibility (CSR)
Main Research Question
Mini Research
Question Sumber Data Justifikasi Temuan
1. Seberapa penting
Karena dari sampel usaha industri pengoalahan kayu (studi kasus pengoalahan kayu CV. MERTANADI) belum menerapkan sistem CSR dampak
lingkungan
Peneliti menemukan bahwa CV. MERTANADI telah menerapkan CSR dengan baik, namun belum maksimal. Sehingga masih terdapat dampak lingkungan yang ditimbulkan sebagai akibat seluruh alat-alat yang ada di perusahaan di catat sebagai aset perusahaan
Sumber: Penelitian Pendahuluan oleh Peneliti
39
DESKRIPSI OBYEK
4.1 Sejarah Perusahaan
CV. MERTANADI adalah salah satu dari sekian banyak perusahaan
Konstuksi di Indonesia, berlokasi di Banjar Perang Lukluk, Sempidi, Badung – Bali.
Resmi berdiri sejak 15 November 1985 dan sampai saat ini bergerak di bidang
Kontraktor dan produksi olahan kayu yang meliputi : pintu dan kusen, furniture,
kitchen sets, decking, flooring (parquet), komponen rumah atau bangunan.
Operasional CV. MERTANADI yang bergerak dalam bidang usaha
perdagangan dan gudang hasil industri kayu (bahan bangunan) dan hasil kerajinan
Mebel. Usaha ini didirikan diatas 7 bidang tanah dengan 7 sertifikat hak milik dengan
luas keseluruhan 8.426 m2, yaitu sertifikat nomor : 272 tahun 2003 tanggal 3
September 2003 dengan luas 426 m2; sertifikat nomor : 299 tahun 2003 tanggal 23
Desember 2003 dengan luas 620 m2; sertifikat nomor : 2861 tahun 1996 tanggal 16
September 1996 dengan luas 1.100 m2; sertifikat nomor : 2862 tahun 1996 tanggal 16
September 1996 dengan luas 2.200 m2; sertifikat nomor : 2863 tahun 1996 tanggal 16
September 1996 dengan luas 2.000 m2; sertifikat nomor : 2864 tahun 1996 tanggal 16
September 1996 dengan luas 1.100 m2; 2865 tahun 1996 tanggal 16 September 1996
dengan luas 980 m2 yang masing-masing atas nama Ida Bagus Putra Gegel (pemilik
Dalam melakukan usahanya CV. MERTANADI telah memiliki beberapa
perijijnan seperti Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dari Kantor Penata Sempadan
Kabupaten Badung Nomor : 298 tahun 1990 tertanggal 22 Nopember 1990; Surat Ijin
Usaha Perdagangan (SIUP) besar dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian
Kabupaten Badung Nomor : 443/22-08/PB/VI/2005; ijin usaha industri dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung Nomor : 530/347/Disperindag
tanggal 2 juni 2005 dan beberapa perijinan yang lainnya, yaitu berupa surat
permohonan dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) Pemerintah
Kabupaten Badung dengan surat tertulis Rekomendasi DPL Nomor :
660.1/178/Bapedal tanggal 1 Mei 2007 dengan jenis kegiatan yang tertulis sebagai
berikut Perdagangan, Industri Moulding, Pengolahan Kayu dan Gudang dengan nama
pemrakarsa Ida Bagus Adi Nata Wibawa.
Pada awalnya CV. MERTANADI dipimpin oleh Ida Bagus Putra Gelgel
sebagai direktur perusahaan dan kemudian karena ada perubahan anggaran dasar
perusahaan maka untuk selanjutnya yang bertanggung jawab dan menjabat direktur
perusahaan adalah Ida Bagus Adi Nata Wibawa, sehingga dalam beberapa perijinan
masih tetap atas nama direktur perusahaan yang lama yaitu Ida Bagus Putra Gelgel.
Jenis bangunan di CV. MERTANADI ada tujuh unit bangunan, dan
bangunan tersebut telah memiliki ijin mendirikan bangunan (IMB) Nomor 298 tahun
1990, tertanggal 22 Nopember 1990 dari Kantor Penata Sempadan Kabupaten
Badung yang didirikan diatas lahan dengan luas 8.426 m2 dengan luas bangunan
gudang dengan luas 1.800 m2 dan sisanya diperuntukkan untuk administrasi dan
ruang kerja karyawan atau buruh (seluas 832 m2). Sedangkan untuk tempat parkir,
taman dan jalan dengan luas 468 m2, dengan konstruksi bangunan sebagai berikut :
dasar bangunan batu padas, dinding batako, pilar kayu, lantai P.C, kap kayu dan
untuk atap digunakan seng dan asbes.
Dari tujuh unit bangunan yang ada, tiga unit diperuntukkan untuk gudang
penyimpanan kayu, satu unit untuk tempat proses pengolahan kayu, satu unit untuk
proses finishing mebel, satu unit untuk ruang pengiriman dan pos keamanan, satu unit
untuk ruang pengiriman dan pos keamanan, satu unit pengeringan dan satu unit
bangunan bertingkat untuk ruang administrasi dan ruang kerja karyawan. Dari
bangunan yang dibangun didapatkan tinggi bangunan 3,80 m, sempadan jalan 12,75
m, kiri kanan 0 m, belakang 0 m dan pagar 1,5 m. Sedangkan fasilitas lainnya yang
disediakan berupa parkir dengan luas 124 m2 dan fasilitas MCK berupa 5 kamar
mandi lengkap dengan toilet dengan luas masing-masing 6 m2, dan satu unit
bangunan untuk asrama karyawan.
CV. MERTANADI memiliki kapasitas sebanyak 12.025 unit per tahun
yang terbagi dalam beberapa jenis barang yang dihasilkan seperti : kusen 552 unit,
jendela 90.914 unit, daun pintu 4.275 unit, profil 3.864 unit dan meubelair sebanyak
420 unit sesuai dengan lampiran keputusan Kepala Dinas Perindustrian dan
Perdagangan kabupaten Badung Nomor : 530/347/Disperindag tanggal 2 Juni 2005
(lampiran keputusan terlampir).
(pengembang), perusahaan-perusahaan, hotel, sampai butik hotel. Kualitas adalah
jaminan kami disamping juga kemudahan dan keuntungan yang kami berikan berupa
konsultasi desain hingga model rancangan berupa visualisasi tiga dimensi tanpa
dikenakan biaya tambahan. Kayu dan material yang kami pergunakan dipilih dari
kayu-kayu dan material dengan kualitas terbaik di kelasnya dan ditunjang dengan
proses pengolahan yang baik dengan mesin-mesin di pabrik kami.
Saat ini jumlah (luas) hutan di Indonesia terus mengalami penurunan,
baik karena itu proses alami seperti bencana alam atau kebakaran atau karena ulah
manusia berupa pembabatan hutan untuk keperluan lahan pertanian, pemukiman atau
untuk memenuhi konsumsi masyarakat dan industri.
Visi Perusahaan
1. Memberikan kepuasan kepada konsumen
2. Memberikan kepercyaan jangka panjang
3. Memberikan kualitas mutu yang terjamin
Misi Perusahaan
Menerapkan sistem pengolahan yang hemat dan efisien melalui pemanfaatan
teknologi yang inovatif dan modern tanpa mengurangi mutu, fungsi, disamping juga
dapat menekan harga jual serta menghasilkan produk yang berkualitas dan
memuaskan para konsumen.
CV. MERTANADI bertujuan untuk menjadi salah satu asse nasional
dibidang industri khususnya pengolahan kayu yang ramah lingkungan selain juga
untuk tetap bertahan dalam persaingan dengan perusahaan sejenis dengan
mengutamakan kualitas pemikiran, ide-ide yang inovatif dan kerja sama yang baik
dengan semua pihak.
4.1.2 Strategi Perusahaan
Kami membangun kepercayaan melalui kepuasan konsumen. Untuk
mencapai hal tersebut maka CV. MERTANADI mengembangkan sistem manajemen
kualitas yang meliputi:
1. Produk dan Aplikasi yang Sesuai
Dengan mempelajari dan memahami dengan tepat apa yang dibutuhkan
oleh konsumen, sehingga dapat menghasilkan produk berkualitas tinggi yang sesuai
dengan apa yang menjadi keinginan konsumen bersangkutan baik dari segi desain,
pemilihan material, finishing dan sebagainya.
2. Harga yang Kompetitif
CV. MERTANADI selalu menawarkan harga yang kompetitif guna
kepuasan dan keuntungan konsumen. Hal tersebut mampu terwujud karena CV.
MERTANADI setiap saat melakukan revisi dan ricek terhadap ongkos produksi dan
material disesuaikan dengan kondisi saat itu.