• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY USAHA PENGOLAHAN KAYU DI CV. MERTANADI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY USAHA PENGOLAHAN KAYU DI CV. MERTANADI."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

 

KAYU DI CV. MERTANADI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Diajukan oleh:

Harli Berto Raharja

0713010213/ FE/ EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(2)

iii

 

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan

Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, dengan

judul “

STUDI IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

USAHA PENGOLAHAN KAYU DI CV. MERTANADI

Meskipun melalui proses yang cukup panjang dan melelahkan, pada

akhirnya penulis dapat memahami betapa penting arti sebuah pengorbanan dan

doa demi tercapainya tujuan yang diinginkan.

Skripsi ini dapat diselesaikan tentunya tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak yang telah memberikan dorongan, nasehat serta bimbingan kepada

penulis. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, M.P selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. H. R.A Suwaidi, MS selaku wakil Dekan 1 Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, M. Si selaku Ketua Program Studi Akuntansi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Ibu Dr. Indrawati Yuhertiana, MM. AK. selaku Dosen Pembimbing yang

telah sabar memberikan waktu, tenaga dan pikiran untuk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(3)

iv

 

6. Dosen, Staf Pengajar dan Karyawan Fakultas Ekonomi Program Studi

Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

7. Semua pihak Civitas Akademika Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

8. Kepada kedua Orang Tua ku “Ibu dan Ayah” dan kakak-kakakku “mas Prana

dan mas Iwan” yang telah memberi dukungan sampai pada proses tugas

akhir.

9. Ucapan terima kasih untuk Keluarga Besar Om Wayan Budiarsa yang telah

memberi bimbingan.

10. Kepada seseorang yang Spesial buatku “Devi“ yang telah membantu dan

memberi dukungan sampai saat ini dan seterusnya.

11. Untuk teman-teman yang telah membantu “Risan, Arda, Ucup, Atta, Daniel,

Ekki, Gendut” dan seluruh teman-teman yang tidak disebutkan satu-persatu.

Penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu berkenan

melimpahkan Rahmat-Nya kepada semua pihak atas bantuan yang telah diberikan.

Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari kesempurnaan.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan skripsi ini.

Surabaya, Desember 2011

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(4)

v

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI... ii

KATA PENGANTAR ... iii

3.6 Pengujian Kredibilitas Data... 36

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(5)

vi

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemahaman Corporate Social Responsibility di CV. Mertanadi ... 53

5.2 Implementasi Program Corporate Social Responsibility dalam Sudut Pandang Pengamatan... 56

5.3 Promosi Yang Digunakan Untuk Menarik Pelanggan ... 62

5.4 Pelaporan Keuangan Corporate Social Responsibility Pada CV. Mertanadi ... 63

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(6)

vii

Gambar 3.1 Main Research Question ... 38

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(7)

viii

Gambar 2.1 Konsep Triple Bottom Line ... 21 Gambar 4.1 Struktur Organisasi CV. Mertanadi ... 45

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(8)

ix By :

Harli Berto Raharja

ABSTRACT

Corporate Social Responsibility (CSR) is a company commitment or business world to contribute in sustainability economy development by pay attention corporate social responsibility and emphasized in balance between attention toward Economy, Social and Environment Aspects.

The main purpose of this research to know about Corporate Social Responsibility (CSR) implementation in timber processing business in CV. MERTANADI and to know how Corporate Social Responsibility (CSR) system in CV, MERTANADI.

Based on observation that found in basically, financial record understanding view by CV. MERTANADI had comprehending financial report however in its company financial record suitable with its knowledge and self-comprehension. CV. MERTANADI company financial statement simply compatible with need and ability. CV. MERTANADI bookkeeping already use computerization system.

Keywords : Corporate Social Responsibility, Environment Impact,

Accounting, Financial Record

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Saat ini perusahaan di berbagai belahan dunia sedang gencar

berkompetisi untuk menjadi yang terbaik. Perusahaan dalam melaksanakan

kegiatan operasionalnya akan berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung

dengan lingkungan sekitarnya, hal ini dikarenakan perusahaan menggunakan

sumber-sumber daya yang secara keseluruhan berasal dari lingkungan, hal ini

menyebabkan perusahaan mempunyai tanggung jawab yang sangat besar terhadap

lingkungan.

Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen

perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi

yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung jawab sosial perusahaan dan

menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap Aspek Ekonomi,

Sosial dan Lingkungan.

Kompleksitas permasalahan sosial (social problems) yang semakin

rumit dalam dekade terakhir dan Implementasi desentralisasi telah menempatkan

Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai suatu konsep yang diharapkan

mampu memberikan alternatif terobosan baru dalam memperdayakan masyarakat

miskin sekitar.

Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan wacana yang

sedang mengemuka di dunia perusahaan multinational. Wacana ini digunakan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(10)

oleh perusahaan dalam rangka mengambil peran menghadapi perekonomian

menuju pasar bebas. Perkembangan pasar bebas yang telah membentuk

ikatan-ikatan ekonomi dunia dengan terbentuknya AFTA, APEC dan sebagainya, telah

mendorong perusahaan dari berbagai penjuru dunia untuk secara bersama

melaksanakan aktivitasnya dalam rangka mensejahterakan masyarakat di

sekitarnya.

Corporate sosial Responsibility (CSR) sebagai sebuah gagasan

menjadikan perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak

pada Single Bottom Line, yaitu nilai perusahaan (Corporate Value) yang

direfleksikan dalam kondisi keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab

perusahaan harus berpijak pada triple bottom lines yaitu juga memperhatikan

masalah sosial dan lingkungan (Daniri, 2008). Karena kondisi keuangan saja tidak

cukup menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable).

Saat ini konsep Corporate Social Responsibility (CSR) di

gadang-gadang sebagai jurus jitu perusahaan dalam mewujudkan penerapan Good

Corporate Gorvernance (GCG). Fakta telah menunjukkan bagaimana resistensi

masyarakat sekitar muncul ke permukaan perusahaan yang tidak dianggap tidak

memperhatikan faktor sosial dan lingkungan. Adanya keyakinan bahwa

keberlangsungan perusahaan akan terjamin apabila perusahaan memperhatikan

dimensi terkait lainnya, termasuk dimensi sosial dan lingkungan. Dalam era

globalisasi kesadaran akan penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)

menjadi penting seiring dengan perubahan paradigma yang mengatakan bahwa

Corporate Social Responsibility (CSR) bukan lagi dilihat sebagai sentra biaya

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(11)

(Cost Centre) melainkan sebagai sentra laba (Profit Centre) di masa mendatang

(Wibisono, 2007).

Dalam dunia industri saat ini ada beberapa hal yang menjadi

pertanggung jawaban yaitu mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) dan

akuntansi, akuntansi dalam dunia bisnis memegang peranan penting sebagai alat

pertanggungjawaban mempunyai fungsi sebagai alat pengendali terhadap aktivitas

setiap unit usaha. Selama ini produk akuntansi di maksudkan sebagai

pertanggungjawaban manajemen pada pemilik saham, kini paradigma tersebut di

perluas menjadi pertanggungjawaban kepada seluruh stakeholders. Dalam hal ini

perusahaan di tuntut untuk memberikan bahan informasi mengenai aktivitas

sosialnya, seperti pendapat Belkaoui (2009) “Atas dasar pedoman yang tersedia

tersebut, akuntansi adalah sebuah sains sosial“. Sejauh ini perkembangan

akuntansi konfensial (Mainstream Accounting) telah banyak dikritik karena bukan

hanya merangkum informasi tentang hubungan perusahaan dengan pihak ke dua

(partner bisnisnya), tetapi juga dengan pihak ke tiga ( Harahap, 2007).

Sebagai perusahaan yang berkomitmen dalam mewujudkan Good

Corporate Governance (GCG), transparansi merupakan salah satu aspek penting

yang tidak boleh di pindahkan. Wujud transparansi dalam pengimplementasian

Corporate Social Responsibility (CSR) tersebut dituangkan dalam laporan yang

disebut sebagai laporan keberlanjutan. Perusahaan merupakan institusi yang

didirikan oleh mandat dan masyarakat, maka laporan keberlanjutan dibuat untuk

menunjukan pencapaian, proses dan evaluasi serta agenda perusahaan dalam

memaksimumkan dampak positif untuk mencapai tujuan pembangunan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(12)

berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial dan lingkungan.

Melalui laporan keberlanjutan ini dapat diketahui apakah perusahaan sudah

menjalankan akuntabilitas sosial dan lingkungan secara optimal, perusahaan

bukan hanya diminta patuh pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku

tetapi juga konsensus, dan inisiatif-inisiatif ini yang diprakarsai oleh berbagai

institusi atau asosiasi industri terutama yang berkaitan dengan isu Corporate

Social Responsibility (CSR) (Darwin,2007).

CV. MERTANADI adalah salah satu dari sekian banyak perusahaan

konstuksi di Indonesia, berlokasi di Banjar Perang Lukluk, Sempidi, Badung-Bali.

Resmi berdiri sejak 15 November 1985 dan sampai saat ini bergerak di bidang

kontraktor dan produksi olahan kayu yang meliputi : pintu dan kusen, furniture,

kitchen sets, decking, flooring (parquet) dan komponen rumah atau bangunan.

Orientasi pasar CV. MERTANADI mulai dari perorangan, developer

(pengembangan), perusahaan-perusahaan, hotel, sampai butik hotel. Dan

pemasarannya pun tidak hanya mencakup pasaran domestik atau lokal, tetapi juga

telah menjangkau ke berbagai negara di dunia.

Visi dan misi dari CV. MERTANADI adalah menerapkan sistem

pengolahan yang hemat dan efisien melalui pemanfaatan teknologi yang inovatif

dan modern tanpa mengurangi mutu, fungsi disamping juga dapat menekan harga.

Hal ini disebabkan saat ini jumlah hutan di Indonesia terus mengalami penurunan

baik karena itu proses alami seperti bencana alam atau kebakaran, dan atau karena

ulah manusia berupa pembabatan hutan untuk keperluan lahan pertanian,

pemukiman atau untuk memenuhi konsumsi masyarakat dan industri.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(13)

CV. MERTANADI bertujuan untuk menjadi salah satu aset nasional di

bidang industri khususnya pengolahan kayu yang ramah lingkungan, juga untuk

tetap bertahan dalam persaingan dengan perusahaan sejenis dengan

mengutamakan kualitas pemikiran, ide-ide yang inovatif dan kerjasama yang baik

dengan semua pihak. CV. MERTANADI membangun kepercayaan melalui

kepuasan konsumen dengan cara mengembangkan sistem manajemen kualitas

yang meliputi : (1) produk dan aplikasi yang sesuai, (2) harga yang kompetitif, (3)

pengawasan penuh terhadap kualitas, (4) tepat waktu, (5) kepercayaan jangka

panjang.

Dalam mempelajari dan memahami dengan tepat apa yang dibutuhkan

oleh konsumen, CV. MERTANADI selalu berusaha memberikan kepuasan dan

keuntungan kepada konsumen. Dalam proses pengolahan kayu, kayu dan material

yang dipergunakan dipilih dari kayu-kayu dan material dengan kualitas terbaik di

kelasnya dan di tunjang dengan proses pengolahan yang baik dengan mesin-mesin

yang telah disediakan di pabrik CV. MERTANADI. Selama proses pengolahan

kayu berlangsung, mulai dari proses awal yaitu pembentukan kayu yang masih

berupa bahan baku atau bahan mentah sampai menjadi barang jadi terdapat

pelanggaran kinerja dari industri pengolahan kayu tersebut. Pelanggaran tersebut

timbul ketika proses pengolahan kayu yang kurang optimal dalam mengatasinya.

Hal utama yang membuat penanggulangan kurang optimal adalah kurangnya alat

seperti mesin yang diperlukan dalam mengantisipasi timbulnya banyak serbuk

yang dihasilkan dari proses pengolahan kayu. Serbuk yang terlalu banyak

mengakibatkan mesin yang telah disediakan sebelumnya seperti mesin penyedot

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(14)

serbuk kurang optimal dalam mengatasinya. Hal-hal lain yang bisa timbul akibat

serbuk yang kurang biasa di atasi secara optimal tersebut dapat menyebabkan

polusi udara yang kurang baik terutama bagi para pekerja yang berada di pabrik.

Untuk mengatasi hal yang terjadi, CV. MERTANADI segera mengambil tindakan

agar masalah tersebut tidak berlangsung lama, yaitu dengan menambah beberapa

mesin yang mempunyai fungsi dan kualitas lebih efektif dari mesin-mesin

sebelumnya agar dalam proses pengolahan kayu dapat di atasi secara optimal.

Tindakan tersebut tidak hanya dapat membuat serbuk-serbuk saja yang dapat di

atasi secara optimal tetapi para pekerja pun juga dapat bekerja secara optimal

karena pernafasan mereka tidak terganggu oleh serbuk-serbuk dari proses

pengolahan kayu, selain itu para penduduk pun yang berada di sekitar pabrik tidak

akan merasa terganggu seperti sebelumnya.

Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai sebuah gagasan,

perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada Single

Bottom Line, yaitu nilai perusahaan (corporate value) yang direfleksikan dalam

kondisi keuangannya (financial) saja. Tapi tanggung jawab perusahaan harus

berpijak pada Triple Bottom Lines. Di sini Bottom Lines lainnya selain finansial

juga ada sosial dan lingkungan. Karena kondisi keuangan saja tidak cukup

menjamin nilai perusahaan tumbuh secara berkelanjutan (sustainable).

Keberlanjutan perusahaan hanya akan terjamin apabila, perusahaan

memperhatikan dimensi sosial dan lingkungan hidup. Sudah menjadi fakta

bagaimana resistensi masyarakat sekitar, di berbagai tempat dan waktu muncul ke

permukaan terhadap perusahaan yang dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(15)

ekonomi, sosial dan lingkungan hidupnya.

Perkembangan Corporate Social Responsibility (CSR) secara

konseptual baru di kemas sejak tahun 1980-an yang dipicu sedikitnya oleh 5 hal

berikut: (1). Maraknya fenomena “Take Over” antar korporasi yang kerap dipicu

oleh keterampilan rekayasa finansial. (2) Runtuhnya tembok Berlin yang

merupakan simbol tumbangnya paham komunis dan semakin kokohnya imperium

kapitalisme secara global. (3) Meluasnya operasi perusahaan multinasional di

negara-negara berkembang, sehingga di tuntut supaya memperhatikan: HAM,

kondisi sosial dan perlakukan yang adil terhadap buruh. (4) Globalisasi dan

menciutnya peran sektor publik (pemerintah) hampir di seluruh dunia telah

menyebabkan tumbuhnya LSM (termasuk asosiasi profesi) yang memusatkan

perhatian mulai dari isu kemiskinan sampai pada kekuatiran akan punahnya

berbagai spesies baik hewan maupun tumbuhan sehingga ekosistem semakin labil.

(5) Adanya kesadaran dari perusahaan akan arti penting merek dan reputasi

perusahaan dalam membawa perusahaan menuju bisnis berkelanjutan.

Pengungkapan kinerja lingkungan, sosial dan ekonomi di dalam

laporan tahunan atau laporan terpisah adalah untuk mencerminkan tingkat

akuntabilitas, responsibilitas, dan transparansi korporat kepada investor dan

stakeholders lainnya. Pengungkapan tersebut bertujuan untuk menjalin hubungan

komunikasi yang baik dan efektif antara perusahaan dengan publik dan

stakeholders lainnya tentang bagaimana perusahaan telah mengintegrasikan

Corporate Social Responsibilty (CSR) : lingkungan dan sosial dalam setiap aspek

kegiatan operasinya (Darwin, 2007).

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(16)

Kesadaran tentang pentingnya mempraktikkan Corporate Social

Responsibility (CSR) ini menjadi tren global seiring dengan semakin maraknya

kepedulian masyarakat global terhadap produk-produk yang ramah lingkungan

dan diproduksi dengan memperhatikan kaidah-kaidah sosial dan prinsip-prinsip

hak asasi manusia (HAM). Indonesia tidak ketinggalan untuk menekankan

penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) bagi perusahaan. Pada tanggal

20 Juli 2007, disahkan UU penerapan Corporate Social Responsibility (CSR)

yang dilaksanakan melalui peraturan pemerintah (PP). Ketentuan itu sudah

ditetapkan dalam UU Perseroan Terbatas (PT) dan UU Investasi.

Peraturan baru ini ditanggapi dengan berbagai respon oleh dunia usaha

Indonesia Suara kontra beralasan jika perusahaan dituntut melakukan aktivitas

Corporate Social Responsibility (CSR), maka hal tersebut akan menambah biaya

operasional, sementara jika tidak dilakukan, akan mendapat sanksi. Suara yang

pro menyatakan memang sudah seharusnya perusahaan melakukan Corporate

Social Responsibility (CSR) sebagai kewajiban tanpa harus dibuatkan peraturan,

seperti halnya di luar negeri. Hal ini memperlihatkan bahwa komunitas bisnis

Indonesia masih belum yakin bahwa aktivitas Corporate Social Responsibility

(CSR) akan memberikan dampak positif bagi tujuan utama mereka, yaitu

penciptaan kesejahteraan pemegang saham.

Di Indonesia wacana mengenai Corporate Social Responsibility (CSR)

mulai mengemuka pada tahun 2001, namun sebelum wacana ini mengemuka telah

banyak perusahaan yang menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR) dan

sangat sedikit yang mengungkapkannya dalam sebuah laporan. Hal ini terjadi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(17)

mungkin karena kita belum mempunyai sarana pendukung seperti: standar

pelaporan, tenaga terampil (baik penyusun laporan maupun auditornya). Di

samping itu sektor pasar modal Indonesia juga kurang mendukung dengan belum

adanya penerapan indeks yang memasukkan kategori saham-saham perusahaan

yang telah mempraktikkan Corporate Social Responsibility (CSR).

Berkaitan dengan fenomena pada latar belakang diatas, maka penulis

mencoba menelaah dalam suatu penelitian yang berjudul “Penerapan Corporate

Social Responsibility (CSR) terhadap dampak lingkungan pada usaha pengolahan

kayu. (Studi Kasus pada usaha pengolahan kayu CV. MERTANADI).

1.2. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

fokus penelitian sebagai berikut :

1. Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada usaha CV.

MERTANADI (sistem Corporate Social Responsibility (CSR) pada

perusahaan saat ini).

2. Jenis kegiatan operasional pada usaha pengolahan kayu CV. MERTANADI,

(tentang operasional pabrik, tidak hanya pengolahan, bisa juga dengan kegiatan

lain misalnya kerajinan).

1.3. Permasalahan

Berdasarkan Fokus Penelitian yang telah ditetapkan tersebut, maka

masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut :

Bagaimana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) mengenai dampak

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(18)

lingkungan pada usaha pengolahan CV. MERTANADI?

1.4. Tujuan penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan

Corporate Social Responsibility (CSR) pada usaha pengolahan kayu di CV.

MERTANADI dan untuk mengetahui bagaimana sistem Corporate Social

Responsibility (CSR) pada usaha CV. MERTANADI.

1.5. Manfaat Penelitian

Tercapainya tujuan penelitian yang telah disebutkan diatas, maka hasil

penelitian akan memiliki manfaat praktis dan teoritis.

1. Manfaat Praktis

Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) telah dilakukan dengan baik,

maka akan bermanfaat bagi perusahaan dan masyarakat sekitar dan berharap

dapat mengelola unit usaha menjadi lebih baik sehingga usaha yang dikelola

akan mengalami kemajuan yang signifikan. Dengan kata lain peneliti berharap

pengelola dapat mengelola unit usaha menjadi lebih profesional.

2. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu

akuntansi terutama pada Corporate Social Responsibility (CSR) terutama pada

tanggung jawab perusahaan sebagai akibat dari aktivitas perusahaan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(19)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berhubungan dengan Corporate Social Responsibility

(CSR) sudah pernah dikaji dalam beberapa skripsi. Pada bagian ini dibahas

hal-hal yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan sehingga dapat

diketahui persamaan dan perbedaannya.

Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Juni Wati (2009) dengan judul

“Pengaruh Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Corporate Social Responsibility

(CSR) Terhadap Citra dan Kredibilitas (Studi Kasus pada PT. Unilever Indonesia,

Tbk)”. Dalam penelitian ini digunakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk

mengetahui apakah Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh

PT. Unilever Indonesia, Tbk berpengaruh terhadap citra dan kredibilitas

perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk. Penelitian ini hanya meneliti Corporate

Social Responsibility (CSR) PT. Unilever Indonesia, Tbk pelatihan petani kedelai

hitam saja dimana hasil yang diperoleh sebatas jawaban pengaruh Corporate

Social Responsibility (CSR) pelatihan petani kedelai hitam terhadap citra dan

kredibilitas perusahaan, yang tidak mencakup aktivitas Corporate Social

Responsibility (CSR) lainnya yang telah di lakukan PT. Unilever Indonesia, Tbk.

Setelah dilakukaan analisa data dan pembahasan dengan pengujian hipotesis

diperolah kesimpulan sebagai berikut :

(20)

yang dilakukan PT. Unilever Indonesia, Tbk berpengaruh signifikan

terhadap citra perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk.

b. Corporate Social Responsibility (CSR) pelatihan petani kedelai hitam

yang dilakukan PT. Unilever Indonesia, Tbk berpengaruh signifikan

terhadap kredibilitas perusahaan PT. Unilever Indonesia, Tbk. Namun,

secara parsial tidak semua item dalam variabel bebas Corporate Social

Responsibility (CSR) berpengaruh signifikan terhadap kredibilitas PT.

Unilever Indonesia, Tbk.

Penelitian yang dilakukan ini memiliki beberapa keterbatasan yang

dapat dijadikan masukan atas penelitian selanjutnya, yaitu :

a. Masyarakat yang menjadi obyek penelitian hanya berdasar dari petani

kedelai yang ada dibawah pelatihan PT. Unilever yang ada di kota

Nganjuk sehingga hasil yang diperoleh hanya terbatas pada jawaban

masyarakat petani kedelai hitam yang ada dibawah pelatihan PT.Unilever

yang ada di kota Nganjuk.

b. Item pertanyaan dalam kuisoner yang telah disebarkan sebelumnya ini

belum mengungkapkan apakah responden benar-benar membutuhkan

program Corporate Social Responsibility (CSR) pelatihan petani kedelai

hitam, sehingga tidak ada informasi mengenai apakah perbedaan pengaruh

Corporate Social Responsibility (CSR) pelatihan petani kedelai hitam

terhadap citra dan kredibilitas perusahaan dengan ada atau tidaknya

pelatihan Corporate Social Responsibility (CSR) kedelai hitam.

(21)

judul “Eksplorasi Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada

Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Dalam penelitian ini

digunakan penelitian kualitatif yang digunakan untuk menguji eksplorasi

pengungkapan tanggung jawab sosial oleh perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia. Dari analisis dan pembahasan yang telah dilakukan atas hasil

penelitian maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Konsep stakeholder theory telah mengubah dunia bisnis dengan memunculkan

Corporate Social Responsibility (CSR).

2. Terjadi pro kontra didalam pelaksanaan Corporate Social Responsibility

(CSR).

3. Pengungkapan atas aktifitas Corporate Social Responsibility (CSR) dikenal

dengan istilah Corporate Social Disclosure.

4. Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Corporate Social

Disclosure di Indonesia baru berkembang akhir-akhir ini.

5. Perusahaan yang dijadikan sample dalam penelitian ini dimungkinkan untuk

melakukan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Corporate Social

Disclosure karena informasi sosial tersebut dapat dijadikan Good News bagi

perusahaan dalam perdagangan pasar modalnya.

6. Sampel perusaahan yang digunakan masih sedikit dan tahun penelitiah juga

masih pendek.

7. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada tahun penelitian

belum secara maksimal di ungkapkan. Item-item yang kurang untuk

(22)

kerja, dan item lain-lain tentang tenaga kerja. Item tersebut penting untuk

diungkapkan karena mencerminkan kepedulian perusahaan tersebut terhadap

sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mendukung jalannya

operasioanal perusahaan.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yang apabila dapat

diatasi pada penelitian selanjutnya akan dapat memperbaiki hasil penelitian.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu penelitian

ini menggunakan penelitian kualitatif yang mampu memberikan pemahaman yang

mendalam mengenai program Corporate Social Responsibility (CSR). Perbedaan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu penelitian ini lebih fokus

meneliti ke tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan program

Corporate Social Responsibility (CSR) CV.MERTANADI.

Selanjutnya penelitian dilakukan oleh Candra Kurniawan (2009)

dengan judul “Studi Tentang Penerapan dan Pelaporan Corporate Social

Responsibility (CSR) Pada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk”. Dalam penelitian

ini digunakan penelitian kualitatif yang digunakan digunakan sebagai penerapan

serta pelaporan aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT. Semen

Gresik. Dari analisis dan pembahasan yang telah dilakukan atas hasil penelitian

maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. PT. Semen Gresik dalam melakukan aktifitas CSR mengacu pada regulasi yang

lebih tinggi sesuai konteks kedudukan PT. Semen Gresik sebagai BUMN,

regulasi tersebut adalah : PER-05/MBU/2007 tentang program kemitraan dan

(23)

Akuntansi PKBL.

2. Aktifitas sosial yang dilakukan PT. Semen Gresik kepada masyarakat kendati

terdapat unsur kemanusian yang dilakukan perusahaan dengan berupaya

memberikan imbal balik perusahaan kepada masyarakat, karena masyarakat

sudah banyak berkorban untuk perusahaan. Namun, kepentingan akan

terbangunnya citra perusahaan yang akan berpengaruh terhadap kelancaran

bisnis perusahaan dalam rangka jangka panjang tidak dapat dipungkiri.

3. Penyisihan laba perusahaan (droping) dibahas dan ditetapkan dalam Rapat

Umum Pemegang Saham (RUPS). Salah satu yang menjadi pertimbangan

jumlah droping yang diperoleh adalah saldo dana yang tersisa pada akhir

periode. Sehingga ada kecenderungan bahwa semakin banyak dana yang tersisa

semakin kecil jumlah droping yang diperoleh. Hal tersebut menggambarkan

bahwa penganggaran dalam aktifitas sosial PT. Semen Gresik yang berpola

Top Down

4. Evaluasi yang seharusnya menjadi sarana tolak ukur keberhasilan mitra binaan

yang dibina ternyata belum bisa mengakomodir secara data perkembangan

mitra binaan yang menyangkut efektifitas bantuan yang disalurkan.

Permasalahan tersebut terjadi karena keterbatasan SDM yang dimiliki.

5. PKBL mempunyai posisi sebagai unit kerja yang mandiri dan mempunyai

kewenangan atas pengelolaan dana, sumber daya dan pelaporan aktifitas

Corporate Social Responsibility (CSR) secara terpisah dengan perusahaan

induk.

(24)

dan penyusun laporan PKBL belum ada pemisahan fungsi jelas dikarenakan

keterbatasan SDM.

7. Bentuk pelaporan pada umumnya mengacu pada standart yang ditetapkan

menteri, tapi PKBL juga melakukan modifikasi detail pelaporan atas program

Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan.

8. Kegiatan evaluasi yang belum bisa mengakomodir data keefektifan program

Corporate Social Responsibility (CSR) yang dirasakan masyarakat, berdampak

pada pelaporan perkembangan mitra binaan.

9. Pada umumnya informasi yang diungkap dalam laporan PKBL adalah

mengenai isu ekonomi, sosial dan lingkungan. Isu ekonomi melalui laporan

aktifitas program kemitraan sementara sosial lingkungan melalui laporan

aktifitas bina lingkungan.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Corporate Social Responsibility (CSR)

2.2.1.1 Pengertian Corporate Social Responsibility (CSR)

Meskipun belum ada definisi Corporate Social Responsibility (CSR) yang dapat

diterima secara universal, pada umumnya definisi yang beraneka ragam tersebut

memiliki ciri-ciri yang sama mengenai cara pandang terhadap inti dari defenisi

Corporate Social Responsibility (CSR) itu sendiri.

Adapun definisi-definisi Corporate Social Responsibility (CSR) menurut

pandangan para ahli antara lain :

1. Yusuf Wibisono, 2007:10. Corporate Social Responsibility (CSR) dianggap

(25)

keberlanjutan perusahaan. Dunia usaha meyakini bahwa program Corporate

Social Responsibility (CSR) merupakan investasi bagi perusahaan demi

pertumbuhan dan sustainability perusahaan.

2. John Elkington dalam bukunya Cannibals with Forks, The Triple Bottom Line

of Twentieth Century Business 1997. Corporate Social Responsibility (CSR)

adalah aktivitas yang mengejar Tripel Bottom Line, yang terdiri dari 3P.

Mengejar profit untuk kepentingan shareholders (profit), pemenuhan

kesejaterahaan masyarakat (people), berpartisipasi aktif dalam menjaga

kelestarian lingkungan (planet).

3. Guthrie dan Mathews, 1985. Tanggung jawab sosial perusahaan dapat

digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non keuangan

berkaitan dengan interaksi organisasi dengan lingkungan fisik dan lingkungan

sosialnya yang dapat dibuat dalam laporan keungan tahunan perusahaan atau

laporan sosial terpisah

4. Hendrik Budi Untung, 2008. Corporate Social Responsibility (CSR) adalah

komitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam

pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggung

jawab sosial perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara

perhatian terhadap aspek ekonomi sosial dan lingkungan.

5. Howard R. Bowen. Kewajiban perusahaan menjalankan usahanya sejalan

dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat di tempat

perusahaan tersebut beroperasi.

(26)

adalah tanggung jawab perusahaan yang menghasilkan keuntungan

sebesar-besarnya bagi pemegang saham.

2.2.1.2 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR)

Fungsi Corporate Social Responsibility (CSR) menurut Hendrik Budi Untung

(2008:6-7) adalah :

1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek perusahaan.

2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial.

3. Membuka peluang pasar yang lebih luas.

4. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah.

5. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders.

6. Memperbaiki hubungan dengan regulator.

7. Meningkatkan semangat dan produktifitas karyawan.

8. Peluang mendapatkan penghargaan.

2.2.1.3 Aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR)

Prince of Wales International Business Forum mengungkapkan bahwa ada lima

pilar aktivitas dari Corporate Social Responsibility (CSR) (Ancok, 2005:19-20)

1. Building Human Capital

Secara internal, perusahaan dituntut untuk menciptakan SDM yang handal,

secara eksetrnal perusahaan dituntut untuk melakukan pemberdayaan

masyarakat, biasanya melalui Community Development.

2. Strengthening Economies

(27)

dilingkungan miskin, mereka harus memperdayakan ekonomi sekitar.

3. Assesing Social Cohesion

Perusahaan dituntut untuk menjaga keharmonisan dalam masyarakat sekitar

agar tidak menimbulkan konflik

4. Encouraging Good Gorvernence

Dalam menjalankan bisnisnya, perusahaan harus menjalankan tata kelola bisnis

dengan baik.

5. Protecting the Environment

Perusahaan harus berupaya keras untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Sebagaimana devinisi Corporate Social Responsibility (CSR) yang

tidak tunggal, beragam pendapat terkait dengan lingkup penerapannya juga

beragam. Diantaranya adalah menganut konsep Triple Bottom Line dari

Elkington, konsep dari Prince of Wales International Business Forum yang

menganut lima pilar yaitu upaya perusahaan untuk menggalang dukungan SDM

(Building Human Capital), memperdayakan ekonomi komunitas (Strengthening

Ekonomies), menjaga harmonisasi dengan masyarakat sekitar agar tidak terjadi

konflik (Assessing Social Cohession), mengimplementasikan tata kelola yang baik

(Encouraging Good Governence) serta memperhatikan kelestarian lingkungan

(Protecting the Inviroment), dan beberapa konsep lain (Yusuf Wibisono, 2007 :

125).

2.3 Hubungan Good Corporate Governance (GCG) dengan Corporate Social

Responsibility (CSR)

(28)

GCG merupakan suatu sistem dan seperangkat peraturan yang mengatur

hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan terutama dalam arti sempit

hubungan antara pemegang saham dan dewan komisaris serta dewan direksi demi

tercapainya tujuan korporasi. Dalam arti luas mengatur hubungan seluruh

stakeholders dapat dipenuhi secara proporsional. Good Corporate Governance

(GCG) dimaksud untuk mengatur hubungan-hubungan tersebut dan mencegah

terjadinya kesalahan-kesalahan signifikan dalam strategi koorporasi. Good

Corporate Governance (GCG) juga untuk memastikan bahwa

kesalahan-kesalahan yang terjadi dapat diperbaiki dengan segera. Terdapat lima prinsip

Good Corporate Governance (GCG) yang dijadikan pedoman bagi pelaku bisnis,

yaitu:

a. Transparancy (Keterbukaan Informasi)

Secara sederhana, bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi. Dalam

mewujudkan prinsip ini perusahaan dituntut untuk menyediakan informasi

yang cukup, akurat dan tepat waktu kepada stakeholdesr-nya.

b. Accountability (Akuntabilitas)

Yang dimaksud akuntabilitas adalah adanya kejelasan fungsi, struktur, sistem

dan pertanggung jawaban elemen perusahaan. Apabila prinsip ini diterapkan

secara efektif, maka akan ada kejelasan akan fungsi, hak, kewajiban dan

wewenang serta tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris dan

dewan direksi.

c. Responsibility (Pertanggung jawaban)

(29)

yang berlaku, diantaranya masalah pajak, hubungan industrial, kesehatan dan

keselamatan kerja, perlindungan lingkungan hidup, memelihara lingkungan

bisnis yang kondusif bersama masyarakat dan sebagainya. Dengan menerapkan

prinsip ini, di harapkan akan menyadarkan perusahaan bahwa dalam kegiatan

operasionalnya, perusahaan juga mempunyai peran untuk bertanggung jawab

selain kepada shareholder juga kepada stakeholder-nya.

d. Independency (Kemandirian)

Intinya prinsip ini mensyaratkan agar perusahaan dikelola secara professional

tanpa ada benturan kepentingan dan tanpa adanya tekanan atau intervensi dari

pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku.

e. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)

Prinsip ini menuntut adanya perlakuan yang adil dalam pemenuhan hak

stakeholder sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Diharapkan fairness dapat menjadi faktor pendorong yang dapat memonitor

dan memberikan jaminan perlakuan adil diantara beragam kepentingan dalam

perusahaan.

2.3.2 Konsep Triple Bottom Line

Gambar 2.1 Konsep Triple Bottom Line

People ( Sosial )

(30)

Berdasarkan konsep Triple Bottom Line di atas dapat dideskripsikan

menjadi :

1. Profit (keuntungan)

Profit merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama dari setiap

kegiatan usaha. Tidak heran bila fokus utama dari setiap kegiatan dalam

perusahaan adalah mengejar profit atau mendongkrak harga saham

setinggi-tingginya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Inilah bentuk

tanggung jawab sosial ekonomi yang paling esensial terhadap pemegang

saham.

2. People (Masyarakat Pemangku Kepentingan)

Menyadari bahwa masyarakat merupakan stakeholder penting bagi perusahaan,

karena dukungan mereka, terutama masyarakat sekitar, sangat diperlukan bagi

keberadaan, kelangsungan hidup, dan perkembangan perusahaan, maka sebagai

bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat lingkungan, perusahaan perlu

berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada

mereka. Selain itu juga perlu disadari bahwa operasi perusahaan berpotensi

memberikan dampak kepada masyarakat. Karenanya pula perusahaan perlu

untuk melakukan berbagai kegiatan yang menyentuh kebutuhan masyarakat,

intinya, jika ingin eksis dan akseptabel, perusahaan harus menyertakan pula

taanggung jawab sosial.

3. Planet (Lingkungan)

Unsur ketiga yang mesti diperhatikan juga adalah planet atau lingkungan. Jika

(31)

jawab kepada lingkungan. Lingkungan adalah sesuatu yang terkait dengan

seluruh bidang kehidupan kita. Semua kegiatan yang kita lakukan mulai kita

bangun tidur di pagi hari hingga kita terlelap di malam hari berhubungan

dengan lingkungan. Air yang kita minum, udara yang kita hirup, seluruh

peralatan yang kita gunakan semuanya berasal dari lingkungan. Lingkungan

dapat menjadi teman atau musuh kita, tergantung bagaimana melakukan.

2.3.3 Ruang Lingkup Corporate Social Responsibility (CSR)

Meskipun isu utamanya akan berbeda baik antara sektor industri maupun antar

perusahaan, namun secara umum isu Corporate Social Responsibility (CSR)

mencakup 5 (lima) komponen pokok. (Darwin, 2007):

1. Hak Asasi Manusia (HAM)

Bagaimana perusahaan menyingkapi masalah HAM dan strategi serta

kebijakan apa yang dilakukan oleh perusahaan untuk menghindari terjadinya

pelanggaran HAM di perusahaan yang bersangkutan.

2. Tenaga Kerja (Buruh)

Bagaimana kondisi tenaga kerja di pabrik milik sendiri mulai dari soal system

penggajian, kesejahteraan hari tua, dan keselamatan kerja, peningkatan

keterampilan dan profesionalisme karyawan, sampai pada soal penggunaan

tenaga kerja dibawah umur.

3. Lingkungan hidup

Bagaimana strategi dan kebijakan yang berhubungan dengan masalah

lingkungan hidup. Bagaimana perusahaan mengatasi dampak lingkungan atas

(32)

buangan limbah, serta dampak lingkungan yang diakibatkan oleh proses

produksi dan distribusi produk.

4. Sosial masyarakat

Bagaimana strategi dan kebijakan dalam bidang sosial dan pengembangan

masyarakat setempat (Community Development), serta dampak operasi

perusahaan terhadap kondisi sosial dan budaya masyarakat setempat.

5. Dampak produk dan jasa terhadap pelanggan

Apa saja yang dilakukan oleh perusahaan untuk memastikan bahwa produk dan

jasa bebas dari dampak negatif seperti : mengganggu kesehatan, mengancam

keamanan dan produk terlarang.

Mencermati prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dan

prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility (CSR) diatas, rasanya tidak sulit

mencari benang merah hubungan antara Good Corporate Governance (GCG)

dengan Corporate Social Responsibility (CSR), yang mana dalam konteks ini

adanya penekanan yang signifikan diberikan kepada stakeholder perusahaan.

Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa penerapan Corporate Social

Responsibility (CSR) merupakan salah satu bentuk implementasi dari konsep

Good Corporate Governance (GCG). Sebagai entitas bisnis yang bertanggung

jawab terhadap masyarakat dan lingkungan, perusahaan memang mesti bertindak

sebagai Good Citizen yang merupakan tuntutan dari Good Business Ethics.

2.4 Akuntabilitas

2.4.1 Pengertian Akuntabilitas

(33)

antara manajemen dan pemilik (Principal). Principal dalam hal ini memberikan

kewenangan penuh pada manajemen untuk melakukan aktivitas operasional.

Sebagai konsekuensi atas wewenang ini maka agen harus mempertanggung

jawabkan aktivitasnya terhadap Principal. Namun saat ini akuntabilitas tidak

hanya mengatur hubungan antara manajemen dengan pemilik saja, melainkan

penekanan hubungan mengharuskan perusahaan untuk menjalin kondisi yang

akuntabel kepada stakeholder.

2.5 Pengungkapan (Disclusure) Corporate Social Responsibility (CSR)

Sebagai tahap akhir dari penerapan Corporate Social Responsibility

(CSR) adalah berupa pengungkapan yana akan mengungkap sejauh mana

pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) dan merupakan pertanggung

jawaban terhadap stakeholders secara luas. Pada dasarnya perusahaan yang sukses

dalam menjalankan Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki tiga nilai

dasar (Core Values) yang ditanam secara mengakar dalam perusahaan, yaitu

(Darwin,2007):

1. Ketangguhan ekonomi

2. Tanggung jawab lingkungan

3. Akuntabilitas sosial

Jika kinerja keuangan suatu perusahaan tercermin dalam laporan

keuangan, maka kinerja CSR akan dapat disimak melalui sebuah laporan yang

disebut “Laporan Keberlanjutan” (Sustainability Report). Laporan Corporate

Social Responsibility (CSR) atau laporan keberlanjutan pada hakekatnya memuat

(34)

Secara umum pengungkapan kinerja Corporate Social Responsibility (CSR)

merupakan produk dari Social Responsibility Accounting sehingga Belkaoui (2009

: 229) akuntansi sosial dapat didefinisikan dengan tepat sebagai “Proses seleksi

variabel-variabel kinerja sosial tingkat perusahaan, ukuran dan prosedur

pengukuran yang yang secara sistematis mengembangkan informasi yang

bermaanfaat untuk mengevaluasi kinerja sosial perusahaan, dan

mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kelompok sosial yang tertarik,

baik di dalam maupun di luar perusahaan”.

Menurut Belkaoui (2009 : 230) tentang siapa yang menekankan untuk

membuat laporan sosial perusahaan adalah :

1. Mengasumsikan bahwa tujuan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah

untuk meningkatkan citra perusahaan dan memegang asumsi, biasanya secara

implisit, bahwa perilaku perusahaan baik secara asasi.

2. Mengasumsikan bahwa tujuan Corporate Social Responsibility (CSR) adalah

untuk menghentikan pertanggung jawaban organisasi dengan asumsi bahwa

kontrak sosial terjadi antara organisasi dengan masyarakat. Keberasaan kontrak

sosial ini membutuhkan berhentinya pertanggung jawaban sosial.

3. Tampaknya mengasumsikan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR)

secara efektif memperluas pelaporan keuangan tradisional dan tujuannya

adalah untuk memberi informasi bagi investor.

2.5.1 Alasan Pengukuran dan Pengungkapan Kinerja Corporate Social

Responsibility (CSR)

(35)

Corporate Social Responsibility (CSR) melahirkan berbagai argument sebagai

berikut (Belkaoui, 2009):

1. Argument pertama adalah yang terkait dengan kontrak sosial secara implicit

diasumsikan bahwa organisasi seharusnya bertindak untuk memaksimalkan

kesejateraan sosial, jika terjadi kontrak antara organisasi dengan masyarakat.

Dengan demikian, organisasi memperoleh sejenis legitimasi dari masyarakat

berbagai hukum kemasyarakatan memberikan persetujuan agar kontrak

menjadi lebih eksplisit. Sementara kontrak sosial diasumsikan implisit. Hukum

ini berisi aturan main yang harus dipilih organisasi yang akan menjadi kontrak

sosial.

2. Teori keadilan Rawis, yang disajikan dalam bukunya “A Theory of Justice”

berisi prinsip-prinsip untuk mengevaluasi hukum dan kebiasaan dari sudut

pandang moral, dan menjelaskan konsep kejujuran yang bermanfaat bagi

akuntansi sosial.

3. Argumen ketiga adalah kebutuhan pengguna. Pada dasarnya, pengguna laporan

keuangan membutuhkan informasi sosialuntuk membuat keputusan alokasi

dananya. Argumen yang dibuat oleh beberapa orang menyatakan bahwa

pemegang saham itu konservatif dan hanya peduli terhadap deviden.

Kenyataannya, sesuai dengan survey dilakukan pada pemegang saham, mereka

menginginkan perusahaan menggunakan sumber dayanya agar lingkungan

bersih, menghentikan polusi lingkungan,dan membuat produk yang aman.

Berikut ini agar mengelola pengeluaran dengan memperhatikan keadaan sosial:

(36)

lingkungan pada pembuat keputusan perusahaan, dan meyakinkan bahwa

kesadaran tersebut telah dimiliki oleh dewan direksi.

b. Mengembangkan metode untuk mengevaluasi dan melaporkan dampak

sosial dan lingkungan akibat aktivitas perusahaan.

c. Memodifikasi struktur perusahaan untuk membuat mekanisme yang sesuai

untuk menghadapi krisis sosial, lingkungan dan etika. Sehingga perusahaan

menjadi organisasi yang siap krisis, bukan organisasi yang Crisis-prone.

Perusahaan yang tidak menyiapkan diri untuk keadaan, krisis tidak mudah

untuk bertahan.

d. Membuat insentif bagi perilaku yang sesuai dengan etika. Lingkungan,

sosial, dan mengintegrasikan insentif tersebut menjadi bagian dari sistem

penilaian kinerja dan budaya organisasi dan tidak mempunyai pengaruh,

maka perubahan permanen tidak pernah terjadi.

e. Mengakui jika lingkungan bersih, maka perusahaan tersebut dapat menjadi

pemimpin dalam mengurangi polusi dan bijaksana dalam menggunakan

sumber daya alam.

4. Argumen keempat adalah Investasi Sosial. Pada dasarnya, diasumsikan bahwa

saat ini kelompok investor yang etis tergantung pada informasi yang disediakan

laporan tahunan untuk membuat keputusan investasi. Sehingga pengungkapan

informasi sosial menjadi penting jika investor mempertimbangkan dampak

negatif dengan tepat pengeluaran kesadaran sosial pada per lembar saham,

sepanjang kompensasi dampak positifnya dapat mengurangi resiko atau

(37)

2.5.2 Laporan keberlanjutan (Sustainability Report)

Pengembangan berkelanjutan (Sustainable Development), secara sederhana bisa

didefinisikan sebagai pengembangan atau perkembangan yang memenuhi

kebutuhan masa sekarang tanpa membahayakan kemampuan generasi mendatang

untuk memenuhi kebutuhannya. Maka dari itu, untuk mengetahui kinerja

perusahaan yang berkelanjutan dibutuhkan adanya suatu laporan keberlanjutan

yang mana laporan tersebut mampu memonitor kondisi perusahaan secara

periodik. Dalam hal ini ada berbagai hal yang dapat mendefinisikan arti dari

laporan keberlanjutan, antara lain :

1. Dokumen yang dibuat oleh perusahaan berkaitan dengan kinerja aspek

ekonomi, sosial dan lingkungan sabagai alat kontrol manajemen kepada

pemangku kepentingan internal maupun alat akuntabilitas (terutama) kepada

pemangku kepentingan eksternal.

2. Laporan kinerja ketiga aspek hanya bisa disebut laporan keberlanjutan

manakala kinerja yang dilaporkannya dalam kurun waktu tertentu sudah

berkelanjutan atau menunjukan kecenderungan membaik menuju dampak

bersih positif.

3. Konsekuensi : laporan keberlanjutan memuat berbagai indikator ketiga aspek

yang terus dipantau secara periodik.

4. Dibuat untuk meningkatkan reputasi terkait dengan transparansi dan

(38)

5. Ditujukan kepada berbagai pemangku kepentingan, agar mereka bisa

mendapatkan informasi yang benar, jadi harus disebarluaskan lewat berbagai

cara (internet, tercetak, stakeholder convening, dsb).

6. Membantu perusahaan untuk mengambil keputusan manajemen : memperbaiki

kinerja pada indikator yang masih lemah.

7. Membantu investor untuk mengetahui kinerja perusahaan secara lebih

menyeluruh.

2.5.3 Teknik Pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR)

Melaporkan aspek kinerja Corporate Social Responsibility (CSR) yang

diakibatkan perusahaan ada beberapa teknik pelaporan Corporate Social

Responsibility (CSR) yaitu sebagai (Diller,1970) dalam (Harahap,2007):

1. Pengungkapan dalam surat kepada pemegang saham baik dalam laporan

tahunan atau bentuk laporan lainnya.

2. Pengungkapan dalam catatan atas laporan keungan.

3. Dibuat dalam perkiraan tambahan misalnya melalui perkiraan (akun)

(39)

31

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Secara alamiah manusia mempunyai hasrat ingin tahu, dan bertolak

dengan hasrat ingin tahu ini manusia berusaha mendapatkan pengetahuan yang

benar mengenai berbagai hal yang dihadapinya. Maka dari itu hasrat ingin tahu

mendorong manusia untuk selalu akan mengidentifikasi akan sebuah kebenaran,

sehingga dalam konteks ini diperlukan adanya sebuah alat pembenaran yang

berupa hasil penelitian. Tanpa hasil penelitian, peryataan dan ungkapan hanya

akan dijadikan sebagai bahan yang tanpa mempunyai signifikan nilai.

Untuk mengetahui bagaimana mengetahui penerapan Corporate

Social Responsibility (CSR) dampak lingkungan pada industri pengolahan kayu

(dengan studi kasus pengusaha pengolahan kayu CV. MERTANADI) dan juga

apakah pengusaha pengolahan kayu tersebut memahami tentang Corporate Social

Responsibility (CSR) dampak lingkungan sesuai dengan rumusan masalah, tujuan

dan manfaat penelitian, maka digunakan metode penelitian kualitatif.

Penelitian kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam

lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa

dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya (Sugiyono,2008 : 180). Sedangkan

menurut Bogdan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong (2002 : 3) mendefinisikan

metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang dapat menghasilkan data

(40)

diamati, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik

(utuh). Jadi hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam

variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu

keutuhan.

3.2 Ketertarikan Peneliti

Alasan peneliti untuk meneliti tentang permasalahan ini adalah

pengalaman yang dialami sendiri oleh peneliti sehari-hari, yaitu melihat

banyaknya perusahaan pengolahan dan kerajinan kayu di daerah Bali. Berbicara

mengenai menjalankan suatu usaha tentu banyak aspek yang terlibat didalamnya,

misalnya aspek pemasaran, sumber daya manusia, keuangan, dampak lingkungan

dan sebagainya. Dalam penelitian ini akan membahas aspek dampak lingkungan

tersebut, karena disadari atau tidak aspek dampak lingkungan sering tidak

mendapat perhatian yang serius, para pelaku usaha hanya memperhatikan

bagaimana cara mendapatkan untung dari kegiatan operasionalnya tanpa

memperhatikan cara mengelola uang hasil laba tersebut.

Masalah pegelolaan limbah dari kegiatan operasional perusahaan

pelaku usaha terganjal pada sumber daya manusia dan biaya untuk mengolahnya.

Kondisi terakhir ini menimbulkan pertanyaan di dalam peneliti, yaitu bagaimana

perusahaan tersebut menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR) dampak

lingkungan?, kegiatan operasional apa saja yang dilakukan oleh perusahaan

pengolah kayu dan kerajinan?. Dengan penelitian ini peneliti berharap dapat

mengetahui bagaimana penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) dampak

(41)

3.3 Informan

Informan yang peneliti gunakan untuk mendapatkan informasi adalah

pemilik, karyawan, masyarakat sekitar perusahaan serta orang yang berada di

perusahaan pengolahan kayu. Peneliti memilih orang-orang tersebut untuk

dijadikan sebagai informan dalam penelitian di karenakan mereka berhubungan

dengan kegiatan operasional perusahaan pengolahan kayu CV. MERTANADI.

3.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis dan sumber data yang diperlukan adalah :

1. Sumber data utama (primer)

Sumber data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber di dalam

perusahaan, seperti bukti pembukuan transaksi dan struktur kepemilikan usaha.

2. Sumber data kedua (sekunder)

Sumber data kedua merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber lain

yang terkait dengan penelitian, yang diperoleh dari studi kepustakaan, dengan

menggunakan dokumentasi dan literatur-literatur yang berkaitan dengan

permasalahan.

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Survey pendahuluan, yaitu dengan mengadakan peninjauan dan penelitian

secara umum pada unit usaha tersebut untuk mendapatkan informasi yang

diperlukan sehingga masalah menjadi jelas. Dalam pengumpulan data

penelitian di survey pendahuluan ini ada dua proses yang kegiatan yang

(42)

a. Proses memasuki lokasi (Getting In)

Agar proses pengumpulan data dari informasi berjalan baik, peneliti terlebih

dahulu menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan, baik kelengkapan

administratif maupun semua persoalan yang berhubungan dengan setting

dan subyek peneitian dan mencari relasi awal. Dalam memasuki lokasi

penelitian, peneliti menempuh pendekatan formal dan informal serta

menjalin hubungan dengan informan.

b. Ketika berada dilokasi penelitian (Getting Along)

Ketika berada dilokasi penelitian, peneliti melakukan hubungan pribadi dan

membangun kepercayaan pada subyek penelitian (informan). Hal ini

dilakukan karena kunci sukses untuk mencapai dan memperoleh akurasi dan

komprehensivitas data penelitian.

2. Survey lapangan dimaksudkan untuk mendapatkan data-data pendukung yang

akurat dan relevan, dilakukan dengan :

a. Wawancara secara informal maupun formal dengan pihak-pihak yang terkait

dengan unit usaha tersebut, dengan demikian peneliti sebagai instrumen

dituntut bagaimana membuat responden lebih terbuka dan leluasa dalam

memberikan informasi atau data. Untuk mengemukakan pengetahuan dan

pengalamannya terutama yang berkaitan dengan informasi sebagai jawaban

terhadap permasalahn penelitian, sehingga terjadi semacam diskusi, obrolan

santai, spontanitas (alamiah) dengan subjek peneliti sebagai pemecah

masalah dan peneliti sebagai timbulnyapermasalahan agar muncul wacana

(43)

bicara apa saja) dalam garis besar yang terstruktur (mengarah menjawab

permasalahan penelitian).

b. Dokumentasi, dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen yang

terkait dengan penelitian.

c. Studi kepustakaan, berupa pengumpulan data-data dari literatur yang relevan

dengan permasalahan ini dan digunakan sebagai landasan teori.

d. Observasi, dilakukan oleh peneliti dengan cara observasi partisipan untuk

mengamati kegiatan pencatatan dan pengelolaan dari bisnis warung internet.

3.5 Teknik Analisis

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles, Huberman dan

Spradley.

Miles dan Huberman (1992 :16-21), mengemukakan bahwa aktivitas

dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya

sampai jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu

dicatat secara teliti dan rinci. Reduksi data ini berasal dari data mentah (hasil

rekaman, catatan lapangan) sampai reduksi data yang telah dipilah-pilah oleh

penulis untuk melihat gambaran pola masalah.

2. Data Display (Penyajian Data)

(44)

dalam hal ini miles and huberman menyatakan yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalang dengan teks yang

bersifat naratif.

3. Conclusion Drawing / Verification

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut (Miles and

Huberman,1992) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Rencananya,

kesimpulan dibuat dengan melalui tahap-tahap analisis data sehingga mencapai

saran dari peneliti yang berasal dari fakta dilapangan.

3.6 Pengujian Kredibilitas Data

Pengujian kredibilitas data penelitian akan dilakukan dengan cara :

1. Perpanjangan Pengamatan

Penelitian ini diperpanjang sampai dua kali, karena pada periode I data yang

diperoleh dirasa belum memadai dan belum kredibel. Belum memadai karena

belum semua rumusan masalah dan fokus terjawab melalui data, belum

kredibel karena sumber data masih ragu-ragu dalam memberikan data,

sehingga data yang diperoleh pada tahap I ternyata masih belum konsisten,

masih berubah-rubah. Perpanjangan pengamatan sampai dua kali maka data

yang diperoleh dirasa telah jenuh.

2. Meningkatkan Ketekunan

Pengujian kredibilitas dengan meningkatkan ketekunan ini dilakukan dengan

cara peneliti membaca seluruh catatan hasil penelitian dengan cermat, sehingga

dapat diketahui kesalahan dan kekurangannya. Demikian juga dengan

(45)

akurat dan sistematis tentang apa yang diamati. Sebagai bekal peneliti untuk

meningkatkan ketekunan adalah dengan cara membaca berbagai referensi buku

maupun hasil penelitian atau dokumentasi-dokumentasi yang terkait dengan

temuan yang diteliti. Dengan membaca ini maka wawasan peneliti akan

semakin luas dan tajam, sehingga dapat digunakan untuk memeriksa data yang

ditemukan itu benar dipercaya atau tidak.

3. Triangulasi

Triangulasi dilakukan dengan cara triangulasi teknik, sumber data dan waktu.

Triangulasi teknik dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama dengan

teknik yang berbeda, yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumentasi.

Triangulasi sumber, dilakukan dengan menanyakan hal yang sama melalui

sumber yang berbeda, dalam hal ini sumber datanya adalah pemilik dan

pegawai penjualan dan bagian keuangan. Triangulasi waktu artinya

pengumpulan data dilakukan pada berbagai kesempatan, pagi, siang, dan sore

hari. Dengan triangulasi dalam pengumpulan data tersebut, maka dapat

diketahui apakah narasumber memberikan data yang sama atau tidak. Jika

narasumber memberikan data yang berbeda, maka berarti datanya belum

(46)

38 Tabel 3.1

Pertanyaan Pendukung Permasalahan

Bagan Pengertian Manajemen CV.MERTANADI tentang Corporate Social Responsibility (CSR)

Main Research Question

Mini Research

Question Sumber Data Justifikasi Temuan

1. Seberapa penting

Karena dari sampel usaha industri pengoalahan kayu (studi kasus pengoalahan kayu CV. MERTANADI) belum menerapkan sistem CSR dampak

lingkungan

Peneliti menemukan bahwa CV. MERTANADI telah menerapkan CSR dengan baik, namun belum maksimal. Sehingga masih terdapat dampak lingkungan yang ditimbulkan sebagai akibat seluruh alat-alat yang ada di perusahaan di catat sebagai aset perusahaan

Sumber: Penelitian Pendahuluan oleh Peneliti

(47)
(48)

39

DESKRIPSI OBYEK

4.1 Sejarah Perusahaan

CV. MERTANADI adalah salah satu dari sekian banyak perusahaan

Konstuksi di Indonesia, berlokasi di Banjar Perang Lukluk, Sempidi, Badung – Bali.

Resmi berdiri sejak 15 November 1985 dan sampai saat ini bergerak di bidang

Kontraktor dan produksi olahan kayu yang meliputi : pintu dan kusen, furniture,

kitchen sets, decking, flooring (parquet), komponen rumah atau bangunan.

Operasional CV. MERTANADI yang bergerak dalam bidang usaha

perdagangan dan gudang hasil industri kayu (bahan bangunan) dan hasil kerajinan

Mebel. Usaha ini didirikan diatas 7 bidang tanah dengan 7 sertifikat hak milik dengan

luas keseluruhan 8.426 m2, yaitu sertifikat nomor : 272 tahun 2003 tanggal 3

September 2003 dengan luas 426 m2; sertifikat nomor : 299 tahun 2003 tanggal 23

Desember 2003 dengan luas 620 m2; sertifikat nomor : 2861 tahun 1996 tanggal 16

September 1996 dengan luas 1.100 m2; sertifikat nomor : 2862 tahun 1996 tanggal 16

September 1996 dengan luas 2.200 m2; sertifikat nomor : 2863 tahun 1996 tanggal 16

September 1996 dengan luas 2.000 m2; sertifikat nomor : 2864 tahun 1996 tanggal 16

September 1996 dengan luas 1.100 m2; 2865 tahun 1996 tanggal 16 September 1996

dengan luas 980 m2 yang masing-masing atas nama Ida Bagus Putra Gegel (pemilik

(49)

Dalam melakukan usahanya CV. MERTANADI telah memiliki beberapa

perijijnan seperti Ijin Mendirikan Bangunan (IMB) dari Kantor Penata Sempadan

Kabupaten Badung Nomor : 298 tahun 1990 tertanggal 22 Nopember 1990; Surat Ijin

Usaha Perdagangan (SIUP) besar dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian

Kabupaten Badung Nomor : 443/22-08/PB/VI/2005; ijin usaha industri dari Dinas

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Badung Nomor : 530/347/Disperindag

tanggal 2 juni 2005 dan beberapa perijinan yang lainnya, yaitu berupa surat

permohonan dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) Pemerintah

Kabupaten Badung dengan surat tertulis Rekomendasi DPL Nomor :

660.1/178/Bapedal tanggal 1 Mei 2007 dengan jenis kegiatan yang tertulis sebagai

berikut Perdagangan, Industri Moulding, Pengolahan Kayu dan Gudang dengan nama

pemrakarsa Ida Bagus Adi Nata Wibawa.

Pada awalnya CV. MERTANADI dipimpin oleh Ida Bagus Putra Gelgel

sebagai direktur perusahaan dan kemudian karena ada perubahan anggaran dasar

perusahaan maka untuk selanjutnya yang bertanggung jawab dan menjabat direktur

perusahaan adalah Ida Bagus Adi Nata Wibawa, sehingga dalam beberapa perijinan

masih tetap atas nama direktur perusahaan yang lama yaitu Ida Bagus Putra Gelgel.

Jenis bangunan di CV. MERTANADI ada tujuh unit bangunan, dan

bangunan tersebut telah memiliki ijin mendirikan bangunan (IMB) Nomor 298 tahun

1990, tertanggal 22 Nopember 1990 dari Kantor Penata Sempadan Kabupaten

Badung yang didirikan diatas lahan dengan luas 8.426 m2 dengan luas bangunan

(50)

gudang dengan luas 1.800 m2 dan sisanya diperuntukkan untuk administrasi dan

ruang kerja karyawan atau buruh (seluas 832 m2). Sedangkan untuk tempat parkir,

taman dan jalan dengan luas 468 m2, dengan konstruksi bangunan sebagai berikut :

dasar bangunan batu padas, dinding batako, pilar kayu, lantai P.C, kap kayu dan

untuk atap digunakan seng dan asbes.

Dari tujuh unit bangunan yang ada, tiga unit diperuntukkan untuk gudang

penyimpanan kayu, satu unit untuk tempat proses pengolahan kayu, satu unit untuk

proses finishing mebel, satu unit untuk ruang pengiriman dan pos keamanan, satu unit

untuk ruang pengiriman dan pos keamanan, satu unit pengeringan dan satu unit

bangunan bertingkat untuk ruang administrasi dan ruang kerja karyawan. Dari

bangunan yang dibangun didapatkan tinggi bangunan 3,80 m, sempadan jalan 12,75

m, kiri kanan 0 m, belakang 0 m dan pagar 1,5 m. Sedangkan fasilitas lainnya yang

disediakan berupa parkir dengan luas 124 m2 dan fasilitas MCK berupa 5 kamar

mandi lengkap dengan toilet dengan luas masing-masing 6 m2, dan satu unit

bangunan untuk asrama karyawan.

CV. MERTANADI memiliki kapasitas sebanyak 12.025 unit per tahun

yang terbagi dalam beberapa jenis barang yang dihasilkan seperti : kusen 552 unit,

jendela 90.914 unit, daun pintu 4.275 unit, profil 3.864 unit dan meubelair sebanyak

420 unit sesuai dengan lampiran keputusan Kepala Dinas Perindustrian dan

Perdagangan kabupaten Badung Nomor : 530/347/Disperindag tanggal 2 Juni 2005

(lampiran keputusan terlampir).

(51)

(pengembang), perusahaan-perusahaan, hotel, sampai butik hotel. Kualitas adalah

jaminan kami disamping juga kemudahan dan keuntungan yang kami berikan berupa

konsultasi desain hingga model rancangan berupa visualisasi tiga dimensi tanpa

dikenakan biaya tambahan. Kayu dan material yang kami pergunakan dipilih dari

kayu-kayu dan material dengan kualitas terbaik di kelasnya dan ditunjang dengan

proses pengolahan yang baik dengan mesin-mesin di pabrik kami.

Saat ini jumlah (luas) hutan di Indonesia terus mengalami penurunan,

baik karena itu proses alami seperti bencana alam atau kebakaran atau karena ulah

manusia berupa pembabatan hutan untuk keperluan lahan pertanian, pemukiman atau

untuk memenuhi konsumsi masyarakat dan industri.

Visi Perusahaan

1. Memberikan kepuasan kepada konsumen

2. Memberikan kepercyaan jangka panjang

3. Memberikan kualitas mutu yang terjamin

Misi Perusahaan

Menerapkan sistem pengolahan yang hemat dan efisien melalui pemanfaatan

teknologi yang inovatif dan modern tanpa mengurangi mutu, fungsi, disamping juga

dapat menekan harga jual serta menghasilkan produk yang berkualitas dan

memuaskan para konsumen.

(52)

CV. MERTANADI bertujuan untuk menjadi salah satu asse nasional

dibidang industri khususnya pengolahan kayu yang ramah lingkungan selain juga

untuk tetap bertahan dalam persaingan dengan perusahaan sejenis dengan

mengutamakan kualitas pemikiran, ide-ide yang inovatif dan kerja sama yang baik

dengan semua pihak.

4.1.2 Strategi Perusahaan

Kami membangun kepercayaan melalui kepuasan konsumen. Untuk

mencapai hal tersebut maka CV. MERTANADI mengembangkan sistem manajemen

kualitas yang meliputi:

1. Produk dan Aplikasi yang Sesuai

Dengan mempelajari dan memahami dengan tepat apa yang dibutuhkan

oleh konsumen, sehingga dapat menghasilkan produk berkualitas tinggi yang sesuai

dengan apa yang menjadi keinginan konsumen bersangkutan baik dari segi desain,

pemilihan material, finishing dan sebagainya.

2. Harga yang Kompetitif

CV. MERTANADI selalu menawarkan harga yang kompetitif guna

kepuasan dan keuntungan konsumen. Hal tersebut mampu terwujud karena CV.

MERTANADI setiap saat melakukan revisi dan ricek terhadap ongkos produksi dan

material disesuaikan dengan kondisi saat itu.

Gambar

Gambar 2.1 Konsep Triple Bottom Line

Referensi

Dokumen terkait

Gambaran potensi sebagaimana yang disajikan dalam bab tiga dan empat, tidak serta merta dapat direalisasikan menjadi benar-benar penerimaan kalau beberapa prasyarat tidak dapat

Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan media Kit Sistem Tata Surya dalam kegiatan pembelajaran ini cenderung

[r]

imbal hasil saham perusahaan yang terdaftar di indeks

Dari sisi sistem yang dibutuhkan adalah database karena semua aplikasi web yang akan dibuat semua terhubung ke database dan akan melakukan tiga tahap yaitu input,

Menjadi menarik ketika etnis Minang merupakan salah satu etnis yang sering diangkat pada Media, namun banyak penggambaran akan etnis Minang yang disajikan membuat etnis ini

Penelitian ini berjudul Analisis Pengaruh Indikator Jingle Iklan Mizone terhadap Brand Awareness (Studi Iklan Mizone Versi Great DJ pada Mahasiswa Program Studi Manajemen

This research aims at finding out the correlation between the mastery of present tense and the ability I writing descriptive text of the eighth grade students of SMP N