• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

D. Pengertian Struktur Modal

Struktur modal merupakan keputusan keuangan yang kompleks. Untuk mencapai tujuan perusahaan memaksimalkan kekayaan pemilik, manajamen keuangan harus dapat menilai struktur modal perusahaan dan memahami hubungannya dengan risiko, hasil/pengembalian dan nilai.

Hubungan antara pinjaman dan modal sendiri mempunyai perbedaan utama dalam hak suara, tuntutan atas pendapatan dan aktiva, jatuh tempo dan perlakukan pajak. Hal ini menjadi jelas sesuai dengan posisinya maka pemberi modal sendiri mempunyai risiko yang lebih besar dan karenanya harus mendapat kompensasi dengan pendapatan yang lebih tinggi daripada pemberi dana pinjaman.

Kebijakan struktur modal melibatkan perimbangan (trade-off) antara risiko dan tingkat pengembalian :

a. Menggunakan lebih banyak hutang berarti memperbesar risiko yang ditanggung pemegang saham.

b. Menggunakan lebih banyak hutang juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan.

Resiko yang makin tinggi cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatkan tingkat pengembalian yang diharapkan. Teori trade-off menjelaskan bahwa apabila keuntungan dengan menggunakan hutang lebih besar dari pada biaya hutang maka perusahaan sebaiknya menggunakan hutang. Apabila sebaliknya, maka perusahaan sebaiknya menggunakan ekuitas. Posisi struktur modal optimal perusahaan terletak pada titik di mana keuntungan penggunaan hutang sama dengan biaya penggunaan hutang (Brigham dan Weston, 2005:15)

Husnan (2000:293) menyatakan bahwa dalam teori struktur modal terdapat dua kondisi, yaitu :

1. Struktur modal pada pasar modal sempurna dan tidak ada pajak

Pasar modal tersebut antara lain tidak dikenal dengan biaya kebangkrutan, tidak ada biaya transaksi, bunga simpanan dan pinjaman sama yang berlaku untuk semua pihak.

a. Laba operasi yang diperoleh setiap tahunnya dianggap konstan. Ini berati bahwa perusahaan tidak merubah keputusan investasinya.

b. Laba yang tersedia bagi pemegang saham dibagikan sebagai dividen. Ini berarti kita tidak memasukkan kerumitan faktor kebijakan dividen.

c. Hutang yang dipergunakan bersifat permanen. Ini berarti bahwa hutang yang jatuh tempo akan diperpajang lagi.

d. Struktur hutang yang akan berganti dilakukan secara langsung. Artinya, apabila perusahaan menambah hutang, maka modal sendiri dikurangi dan sebaliknya.

Teori struktur modal pasar sempurna dan tidak ada pajak terdapat dua pendekatan, yaitu: 1. Pendekatan Tradisional

Pendekatan tradisional ini, menyatakan bahwa pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak, nilai perusahaan atau biaya modal perusahaan bisa dirubah dengan cara merubah struktur modalnya.

2. Pendekatan Modigliani dan Miller (MM)

Pendekatan ini menyatakan bahwa pendekatan tradisional adalah tidak benar. Pendekatan ini menunjukkan bahwa dalam keadaan pasar modal sempurna dan tidak ada pajak maka keputusan pendanaan menjadi tidak relevan. Artinya penggunaan hutang ataukah modal sendiri akan memberi dampak yang sama bagi kemakmuran pemilik perusahaan.

2. Struktur modal pada pasar modal sempurna dan ada pajak

Keputusan pendanaan menjadi relevan apabila dalam keadaan ada pajak. Hal ini disebabkan oleh karena pada umumnya bunga yang dibayarkan (karena penggunaan hutang) bisa dipergunakan untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak. Perusahaan yang menggunakan hutang (dan membayar bunga) maka perusahaan yang membayar bunga akan

membayar pajak penghasilan yang lebih kecil. Karena menghemat membayar pajak merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan, maka tentunya nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih besar dari nilai perusahaan yang tidak menggunakan hutang.

Menurut Martono & Harjito (2001:138), struktur modal adalah bauran atau perpaduan dari hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Struktur modal yang ditargetkan adalah perpaduan antara hutang, saham preferen, saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya, sedangkan struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham.

Menurut Brigham dan Weston (2005:150), struktur modal adalah yang ditargetkan adalah bauran atau perpaduan dari hutang, saham preferen, dan saham biasa yang dikehendaki perusahaan dalam struktur modalnya. Struktur modal yang optimal adalah gabungan dari utang dan ekuitas yang memaksimumkan harga saham perusahaan. Menurut Warsono (2003:236), struktur modal perusahaan secara umum terdiri dari tiga komponen. Pertama, hutang jangka panjang, kedua, saham preferen yaitu merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang, dan terajhir atau ketiga, ekuitas saham biasa.

Berdasarkan pengertian struktur modal diatas, maka struktur modal dapat dinyatakan dalam dua indikator (Warsono, 2003):

1. Rasio Utang (Debt Ratio)

Rasio hutang secara sistematis dapat diformulasikan sebagai berikut: Rasio Hutang =

Aktiva Total

Hutang Total

Semakin tinggi rasio hutang suatu perusahaan mengindikasikan bahwa dengan struktur modal tersebut, resiko keuangan yang ditanggung para pemegang saham biasa semakin tinggi.

2. Rasio Hutang-Ekuitas (Debt to equity ratio)

Rasio hutang-ekuitas adalah perbandingan antara hutang jangka panjang dengan ekuitas saham biasa (stock equity). Secara sistematis, rasio hutang-ekuitas dapat diformulasikan sebagai berikut: Rasio Hutang-Ekuitas = Biasa Saham Ekuitas Panjang Jangka Hutang

Semakin tinggi rasio hutang-ekuitas mengindikasikan bahwa dengan struktur modal tersebut, rasio keuangan yang ditanggung oleh para pemegang saham biasa semakin tinggi. Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan yang sehubungan dengan stuktur modal (Sawir, 2005:12) adalah:

1. Resiko bisnis perusahaan atau tingkat resiko yang terkandung pada aktiva perusahaan apabila tidak menggunakan hutang. Makin besar resiko perusahaan, makin rendah resiko hutang optimalnya.

2. Posisi pajak perusahaan, alasan utama untuk menggunakan utang adalah karena biaya bunga dapat dikurangkan dalam perhitungan pajak. Akan tetapi jika sebagian besar dari pendapatan perusahaan telah terhindar dari pajak karena penyusutan yang dipercepat atau kompensasi kerugian, maka tarif pajaknya akan rendah dan keuntungan akibat penggunaan hutang juga akan mengecil.

3. Fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk menambah modal dengan persyaratan yang masuk akal dalam keadaan yang kurang menguntungkan. Karena itu, kemungkinan

tersedianya dana dimasa mendatang dan konsekuensinya akibat kurangnya dan sangat berpengaruh terhadap struktur modal yang ditargetkan.

Dokumen terkait