• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA

A. Prosedur Pengajuan Tabungan iB Tapenas Hasanah

1. Pengertian Tabungan iB Tapenas Hasanah

Secara umum dan sederhana, tabungan adalah sebagian pendapatan yang tidak dihabiskan atau tidak digunakan. Tabungan juga bisa diartikan sebagai sebuah cara yang dilakukan untuk berhemat demi mendapatkan simpanan uang yang bisa digunakan sewaktu-waktu saat dibutuhkan.

Menurut UU Perbankan No. 10 Tahun 1998 adalah simpanan yang pada penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang telah disepakati, namun tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Sedangkan menurut N. lapoliwa dan Daniel S. Kuswandi, tabungan adalah simpanan masyarakat yang penarikannya dapat dilakukan oleh orang yang menabung sewaktu-waktu sesuai keinginannya.

Ada berbagai bentuk tabungan dalam dunia perbankan hingga saat ini. Bentuk-bentuk tabungan ini disesuaikan fungsinya dengan kebutuhan masyarakat yang semakin besar terhadap keberadaan perbankan. Bentuk-bentuk tabungan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tabungan giro atau tabungan kas adalah jenis tabungan berupa uang yang disimpan di lembaga perbankan milik pemerintah Indonesia atau swasta.

b. Tabungan deposito adalah rekening tabungan, giro, atau jenis lainnya dari rekening bank di sebuah lembaga perbankan dimana uang yang disimpan bisa ditarik kembali.

c. Investasi adalah salah satu cara untuk mendapatkan uang pada bentuk asset dengan harapan bisa mendapatkan keuntungan di kemudian hari, seperti tambahan modal, deviden, atau bunga. d. Rekening tabungan online adalah salah satu bentuk rekening yang

bisa disimpan, dipindahkan, atau ditarik dengan cara memanfaatkan jaringan internet.

Tabungan (saving deposit)merupakan jenis simpanan yang sangat populer di lapisan masyarakat Indonesia mulai dari masyarakat kota sampai pedesaan. Dalam perkembangan zaman, masyarakat saat ini justru membutuhkan bank sebagai tempat menyimpan uangnya. Hal ini

disebabkan karena keamanan uangnya yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Simpanan Tabungan ialah salah satu bentuk simpanan yang diperlukan oleh masyarakat untuk menyimpan uangnya, karena merupakan jenis simpanan yang dapat dibuka dengan persyaratan yang sangat mudah dan sederhana.

2. Tujuan Menabung di bank:

a. Penyisihan sebagian hasil pendapatan nasabah untuk dikumpulkan sebagai cadangan masa depan.

b. Sebagai alat untuk melakukan transaksi bisnis atau usaha individu atau kelompok.

3. Manfaat Tabungan

Beberapa manfaat yang diperoleh dari tabungan pada umumnya, diantaranya:

a. Manfaat yang diperoleh bagi bank antara lain adalah:

1. Sebagai salah satu sumber dana bagi bank yang bersangkutan dan dapat digunakan sebagai penunjang operasional bank dalam memperoleh keuntungan atau laba.

2. Sebagai penunjang untuk menarik nasabah dalam rangka menggunakan fasilitas produk-produk lainnya.

3. Meningkatkan kesadaran bagi masyarakat untuk menyimpan dananya di bank.

b. Manfaat yang diperoleh bagi nasabah antara lain:

1. Akan mendapatkan bunga dengan meyimpan uang di bank. 2. Dapat terhindar dari pemakaian uang secara terus-menerus. 3. Terjamin keamanannya karena dengan meyimpan uang di bank

keamanan akan uang terjamin. 4. Manfaat menabung di bank syariah

a. Terhindar Dari Riba

Memakan uang riba adalah hal yang tidak dianjurkan, hal itu dikarenakan bunga bank konvensional merupakan uang riba yang tidak boleh dimakan. Oleh sebab itu menabung di bank syariah bisa menghindarkan Anda dari dosa.

b. Berdasarkan Syariah Islam

Manfaat menabung di bank syariah untuk umat islam sama saja dia telah menjalankan syariah islam dan telah melakukan muamalah berdasarkan islam.

c. Bonus

Bank Syariah memang tidak memberlakukan bunga, namun bank syariah memiliki bonus. Terutama jika nasabah memiliki investasi yang besar di bank.

d. Nasabah Tidak Akan Rugi

Perhitungan bagi hasil yang dilakukan oleh bank syariah tidak pada keuntungan yang diperoleh namun berdasarkan dengan pendapatan yang diperoleh oleh pihak bank setiap bulannya.

e. Terjamin Dengan LPS

Bagi nasabah yang menabung sebagai investasi di bank syariah, nasabah akan diuntungkan dengan jaminan yang diberikan oleh Lembaga penjaminan Simpanan atau LPS. Sehingga investasi yang ditanamnya akan dijamin jika suatu saat mengalami masalah tertentu.

f. Dilengkapi Fasilitas Net Banking

Meski berbasis syariah, fasilitas dan teknologi dalam bank syariah tidak kalah dengan bank konvensional.

g. Sistem Bagi Hasil

Dengan sistem ini, bagi hasil yang dilakukan oleh nasabah dan pihak bank adalah dengan melakukan perhitungan antara pendapatan bank, biaya yang dikeluarkan bank akan diambil dari bagi hasil yang menjadi hak bank.

h. Aman

Sama halnya dengan bank lain, menabung di bank syariah lebih aman dan terpecaya. Sistem keamanannya pun sama dengan menabung di bank konvensional hal itu dikarenakan bank syariah juga didukung dengan teknologi pengamanan yang tinggi sehingga orang yang tidak memiliki kepentingan tidak akan bisa mengetahui tabungan Anda.

Dengan menabung di bank syariah, nasabah akan dimudahkan dengan berbagai macam fasilitas yang ada di bank syariah tersebut. Salah satu fasilitas yang menguntungkan adalah sebagai berikut :

1) Gratis biaya administrasi bulanan sehingga setiap bulannya tabungan tidak akan terpotong.

2) Gratis biaya bulanan untuk kartu ATM.

3) Gratis ketika melakukan tarik tunai di ATM sendiri maupun di ATM bersama dan juga ATM Prima.

4) Gratis untuk melakukan cek saldo di ATM BRI maupun di jaringan ATM Bersama dan juga di ATM Prima.

5) Gratis untuk melakukan biaya transfer di ATM BRI maupun di ATM Prima dan juga di ATM Bersama.

6) Gratis untuk biaya debit Prima

j. Kartu ATM Bisa Berfungsi Sebagai Kartu Debit

Jika anda memiliki tabungan di bank syariah, kartu ATM nya bisa digunakan sebagai kartu debit untuk bisa membayar semua belanjaan anda tanpa harus mengeluarkan uang tunai untuk membayar belanjaan anda.

k. Memberlakukan Saldo Tabungan Yang Rendah

Yang berbeda dengan bank konvensional biasa, tabungan di bank syariah banyak yang memberlakukan jumlah saldo yang sedikit di dalam tabungan. Jika bank konvensional ada yang

memberlakukan saldo minimal sebanyak Rp 50.000, di bank syariah ada bank yang memberlakukan saldo senilai Rp. 25.000. l. Penabung Atau Nasabah Adalah Mitra Bank

Salah satu manfaat menabung di bank syariah adalah bank akan melihat nasabah sebagai mitranya. Jika di bank konvensional, akan tercipta hubungan antara debitur dan kreditur. Hubungan itu akan membuat asas berupa bank akan membayar bunga kepada penabung tidak peduli berapa keuntungan yang didapatkan bank dan tidak peduli berapa kerugian yang akan diderita oleh bank. Sedangkan di bank syariah, nasabah adalah mitra yang berhak untuk menerima hasil dari investasi yang dia tanamkan di bank tersebut. Muamalah di bank syariah berdasarkan dengan konsep kebersamaan dalam keuntungan dan risiko, sehingga bisa menciptakan ekonomi yang adil serta transparan.

m. Pemanfaatan Dana Penabung

Salah satu manfaat menabung di bank syariah adalah dana bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang baik dan sesuai dengan syariah islam. Jika menabung di bank syariah, nasabah akan mendapatkan hasil dari investasi yang halal. Bank syariah akan menyeleksi berbagai macam proyek yang hendak bank danai, tidak hanya melihat keuntungan yang diberikan serta kelayakan usaha saja, namun bank juga akan melihat dari sisi halal dan juga haramnya usaha tersebut.

n. Peringatan Dini Tentang Bahaya

Salah satu keunggulan dari bank syariah adalah bank syariah mampu memberikan peringatan dini kepada nasabahnya. Ketika bank syariah mengalami hasil yang terus merosot, nasabah bisa mendapatkan isyarat bahwa sesuatu yang tidak diinginkan terjadi pada banknya sehingga nasabah bisa melakukan antisipasi. Sedangkan di bank konvensional sinyal yang akan diberikan adalah kebalikan.

o. Dana Untuk Umat

Salah satu keunggulan dari bank syariah adalah dana yang didapatkan merupakan dana untuk umat, didapatkan dari umat, mengumpulkan dana dari umat dan akan dikembalikan untuk umat juga.Manfaat menabung di bank Syariah memang cukup banyak bagi masyarakat, tidak hanya itu konsep yang ditawarkan juga banyak berkembang sehingga semakin banyak yang beralih di bank syariah

D. Mudharabah

1. Pengertian Mudharabah

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses sesorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha.

Istilah ―mudharabah” merupakan istilah yang paling banyak digunakan oleh bank-bank islam. Prinsip ini juga dikenal sebagai

”qiradh” atau “muqaradah”.

Mudharabah juga disebut qiradh yang berarti ―memutuskan‖.

Dalam hal ini, si pemilik uang itu telah memutuskan untuk menyerahkan sebilangan uang itu untuk diperdagangkannya berupa barang-barang dan memutuskan sekalian sebagian dari keuntungannya bagi pihak kedua orang yang berakad qiradh ini.

Menurut istilah Syarak, mudharabah dikenal sebagai suatu akad atau perjanjian atas sekian uang untuk dipertindakkan oleh amil (pengusaha) dalam perdagangan, kemudian keuntungannya dibagikan diantara keduanya menurut syarat-syarat yang ditetapkan terlebih dahulu, baik dengan sama rata maupun dengan kelebihan yang satu atas yang lain.

Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh 100% modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat dari kelalaiam si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

Menurut Adiwarman Karim (2004:192) mudharabah adalah bentuk kontrak antara dua pihak dimana satu pihak berperan sebagai pemilik modal dan mempercayakan sejumlah modalnya untuk dikelola oleh pihak kedua, yakni si pelaksana usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan.

2. Landasan Teori

Secara umum, landasan dasar syariah al-mudharabah lebih mencerminkan lanjutan untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat-ayat dan hadits berikut ini.

a. Al-Qur‘an

dan dari orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT‖ (al-Muzzammil:20)

Yang menjadi wajhud-dilalah atau argument dari surah al-Muzzammil:20 adalah adanya kata yadhribun yang sama dengan akar kata mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha.

”Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di

muka bumi dan carilah karunia Allah SWT” (al-Jumu‘ah:10)

“Tidak ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu” (al-Baqarah:198)

Surah al-Jumu‘ah:10 dan al-Baqarah:198 sama-sama mendorong kaum muslimin untuk melakukan upaya perjalanan usaha.

b. Hadits

Dhari Shlaih bin Shuhaib r.a bahwa Rasullah saw. Bersabda,

“Tiga hal tang didalamnya terdapat keberkatan:jual beli secara

tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan unuk dijual”. (HR Ibnu Majah no. 2280, kitab at-Tijarah).

c. Ijma

Imam Zailai telah menyatakan bahwa para sahabat telah berkonsensus terhadap legitimasi pengolahan harta yatim secara mudharabah. Kesepakatan para sahabat ini sejalan dengan spirit hadits yang dikutip Abu Ubaid.

3. Jenis-jenis Mudharabah

a. Mudharabah muthlaqah (Investasi tidak terikat)

Yang dimaksud dengan transaksi mudharabah muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara shahibul maal dan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.

b. Mudharabah Muqayyadah (Investasi terikat)

Mudharabah Muqayyadah atau disebut juga dengan istilah restricted mudharabah/specified mudharabah adalah kebalikan dari mudharabah muthlaqah. Si mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.

4. Karakteristik Mudharabah

a. Kedua pihak yang mengadakan kontrak antara pemiik dana dan mudharib akan menentukan kapasitas baik sebagai nasabah maupun pemilik.

b. Modal adalah sejumlah uang pemilik dana diberikan kepada mudharib untuk diinvestasiikan (dikelola) dalam kegiatan usaha mudharib.

c. Keuntungan adalah jumlah yang melebihi jumlah modal dan merupakan tujuan mudharabah dengan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Keuntungan ini haruslah berlaku bagi kedua belah pihak dan tidak ada satu pihak pun yang akan memilikinya.

2. Haruslah menjadi perhatian dari kedua belah pihak dan tidak terdapat pihak ketiga yang akan turut memperoleh bagi hasil darinya.

3. Pemilik dana akan menanggung semua kerugian sebaliknya mudaharib tidak akan menanggung kerugian sedikit pun. d. Jenis usaha/pekerjaan diharapkan mewakili/menggambarkan

adanya kontribusi mudharib dalam usahanya untuk mengembalikan/membayar modal kepada penyedia dana.

e. Modal mudharabah tidak boleh dalam penguasaan pemiik dana, sehingga “tidak dapat” ditarik sewaktu-waktu.

f. Garansi dalam mudharabah untuk menunjukan adanya tanggung jawab mudharib dalam mengembalikan modal kepada pemilik dana dalam semua pekerjaannya.

5. Rukun akad

a. Pelaku akad, yaitu shahibul maal adalah pihak yang memiliki modal tetapi tidak bisa berbisnis, dan mudharib adalah pihak yang pandai berbisnis, tetapi tidak memiliki modal.

b. Objek akad, yaitu modal (mal), kerja (dharabah), dan keuntungan (ribh); dan

c. Shighah, yaitu ijab dan Qabul 6. Bentuk-bentuk akad mudharabah

a. Mudharabah bilateral (sederhana)

Mudharabah bilateral adalah bentuk mudharabah antara satu pihak sebagai shahibul maal dan satu pihak sebagai mudharib.

b. Mudharabah multiteral

Mudharabah multuteral adalah bentuk mudharabah antara beberapa pihak sebagai shahibul maal dan satu pihak lain sebagai mudharib.

c. Mudharabah bertingkat (re-mudarabah)

Adalah bentuk mudharabah antara tiga pihak. Puhak pertama sebagai shahibul maal, pihak kedua sebagai mudharib antara, dan pihak ketiga sebagai mudharib akhir.

Dalam perjanjian mudharabah pada umumnya diasumsikan bahwa pengelola tidak ikut menanamkan modalnya, tetapi hanya bertanggung jawab dalam menjalankan usaha, sedangkan modal seluruhnya berasal dari pemodal.

7. Aplikasi dalam perbankan

Mudharabah biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. Pada sisi penghimpunan dana, mudharabah diterapkan pada:

a. Tabungan berjangka, yaitu tabungan yang dimaksudkan untuk tujuan khusus, seperti tabungan haji, tabungan qurban, dan sebagainya;

Deposito biasa;

b. Deposito special (special investment) di mana dana yang dititipkan nasabah khusus untuk bisnis tertentu, misalnya murabahah atau saja ijarah saja.

Adapun pada sisi pembiayaan, mudharabah diterapkan untuk: 1. Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan

jasa;

2. Investasi khusus, disebut juga mudharabah muqayyadah di mana sumber dana khusus dengan penyaluran yang khusus dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal.

8. Manfaat Mudharabah

a. Manfaat Mudharabah

1) Bank akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat.

2) Bak tidak berkewajiban membayar bagi hasil kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatan/hasil usaha bank sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread.

3) Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/ arus kas usaha nasabah sehingga tidak memberatkan nasabah.

4) Bank akan lebih selektif dan hati-hati mencari usaha yang benar-benar halal, aman, dan menguntungkan karena keuntungan yang konkret dan benar-benar terjadi itulah yang akan dibagikan.

5) Prinsip bagi hasil dalam mudharabah/musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan menagih penerima pembiayaan (nasabah) satu jumlah bungan tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi.

b. Risiko Mudharabah

Risiko yang terdapat dalam mudharabah, terutama pada penerapannya dalam pembiayaan, related tinggi. Di antaranya:

1) Side streaming; nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak;

2) Lalai dan kesalahan yang disengaja;

3) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah bila nasabah tidak jujur.

Secara umum, aplikasi perbankan mudharabah dapat digambarkan dalam skema berikut ini.

Gambar 2.1 Skema Mudharabah PERJANJIAN BAGI HASIL keahlian modal /ketrampilan 100% Nisbah Nisbah X% Y% Pengambilan modal pokok BANK (Shahibul maal) NASABAH (Mudharib) PROYEK/USA HA PEMBAGIA N MODAL

E. Tabungan Mudharabah

Tabungan mudharabah adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang telah disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu seperti dijelaskan dalam butir tabungan wadiah. Dalam Fatwa Dewan syariah Nasional Nomor 02/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 1 April 2000 tentang Tabungan, memberikan landasan syariah dan ketentuan tabungan mudharabah adalah sebagai berikut:

1. Landasan syariah tentang tabungan a. Firman Allah QS Annisa:29

“Hai orang-orang yang beriman ! janganlah kalian saling memakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela

diantaramu”

b. Firman Allah QS Al-Baqarah:28

“Maka jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,

hendaknya yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan

hendaknya ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya”

c. Firman Allah QS Almaidah:1

“Hai orang-orang yang beriman ! Penuhilah akad akad itu”

d. Firman Allah QS Almaidah:2

“Dan bertolong-menolonglah dalam mengerjakan kebaikan”

“Nabi bersabda “ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli

tidak secara tunai, muqaradah (mudharabah), dan mencampur gandum dan jewawut untuk kepentingan rumah tangga, bukan

untuk dijual” (HR Ibnu Majah dari Shuhaib)‖

2. Ketentuan tentang Tabungan Mudharabah, yakni sebagai berikut: a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal atau

pemilik dana dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.

b. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan menembangkannya termasuk didalamnya mudharabah dengan pihak lain.

c. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya dalam bentuk tunai dan bukan piutang.

d. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.

e. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan menggunakan nisbah keuntungan biaya operasional tabungan.

f. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.

3. Perhitungan bagi hasil untuk Tabungan Mudharabah

Perhitungan bagi hasil tabungan dilakukan berdasarkan besarnya dana investasi rata-rata selama satu periode perhitungan bagu hasil dimana dana rata-rata tersebut dihitung dengan menjumlahkan saldo harian setiap tanggal dibagi dengan hari periode perhitungan bagi hasil. Perhitungan saldo rata-rata dapat dilakukan dengan mempergunakan rumus:

a1 + a2 + a3 + a4….. + aN

jumlah hari periode perhitungan 90.000.000/30 = 3.000.000

Misalnnya indikasi rate bagi hasil untuk kelompok tabungan pada periode tersebut sebesar 6% dan bagi hasil selama 30 hari maka perhitungan bagi hasil tabungan tersebut adalah

3.000.000 x 30 x 6 = 88,77 365x100

F. Pengertian Akad

Akad (ikatan,keputusan, atau penguatan) atau perjanjian kesepakatan atau transaksi dapat diartikan sebagai komitmen yang terbingkai dengan nilai-nilai syariah. Dalam istilah fiqih, secara umum akad berarti sesuatu yang menjadi tekad seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak, seperti wakaf, talak, dan sumpah, maupun yang muncul dari dua pihak, seperti jual beli, wakalah, dan gadai.

Secara khusus akad berarti keterkaitan antara ijab (petnyataan penawaran/pemindahan kepemilikan) dan qabul (pernyataan penerimaan kepemilikan) dalam lingkup yang disyariatkan dan berpengaruh pada sesuatu. Rumusan akad mengindikasikan bahwa perjanjian harus merupakan perjanjian kedua belah pihak untuk mengikatkan diri tentang perbuatan yang akan dilakukan dalam suatu hal yang khusus. Akad ini diwujudkan pertama, dalam ijab dan qabul. Kedua, sesuai dengan kehendak syariat. Ketiga, adanya akibat hukum pada objek perikatan (Hasbi, 1984).

1. Rukun Akad a. Pelaku akad

Pelaku akad haruslah orang yang mampu melakukan akad untuk dirinya (ahliyah) dan mempunyai otoritas syariah yang diberikan pada seseorang untuk merealisasikan akad sebagai perwakilan dari yang lain (wilayah).

b. Objek akad

Objek akad harus ada ketika terjadi akad, harus sesuatu yang disyariatkan, harus bisa diserahterimakan ketika terjadi akad, dan harus sesuatu yang jelas antara dua pelaku akad.

c. Shighah, atau pernyataan ijab dan qabul

Ijab qobul merupakan ungkapan yang menunjukan kerelaan atau kesepakatn kedua belah pihak yang melakukan kontrak atau

akad. Dalam ijab qobul terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, ulama fiqih menuliskannya sebagai berikut:

1. Adanya kejelasan maksud antara dua belah pihak. 2. Adanya kesesuaian antara ijab dan qobul.

3. Adanya pertemuan antara ijab dan qobul.

4. Adanya satu majelis akad dan adanya kesepakatan antara kedua belah pihak, tidak menunjukan penolakan dan pembatalan dari keduanya.

2. Syarat Akad

a) Syarat berlakunya akad (in’iqod) Syatar umum:

1. Harus ada pelaku akad 2. Objek akad dan shighah

3. Akad pada bukan sesuatu yang diharamkan 4. Akad pada sesuatu ang bermanfaat.

Syarat khusus:

Syarat khusus merupakan merupakan sesuatu yang harus ada pada akad-akad tertentu, seperti syarat minimal dua saksi pada akad nikah.

b) Syarat sahnya akad (shihah)

Syarat shihah yaitu syarat yang diperlukan secara syariah agar akad berpengaruh, seperti dalam akad perdagangan harus bersih dari cacat.

c) Syarat terealisasinya akad akad (Nafadz)

Syarat nafadz ada dua yaitu kepemilikan (barang dimiliki oleh pelaku dan berhak menggunakannya) dan wilayah.

d) Syarat Lazim

Syarat lazim yaitu bahwa akad harus dilaksanakan apabila tidak terjadi cacat atai tidak ada cacat.

3. Akad yang digunakan bank syariah

Akad atau transaksi yang digunakan bank syariah dalam operasinya terutama diturunkan dari kegiatan mencari keuntungan (ijarah) dan sebagian dari kegiatan tolong-menolong (tabbaru’). Cakupan akad yang akan dibahas meliputi akad perniagaan (al-bai’) yang umum digunakan untuk produk bank syariah. Ditambahkan akad-akad lain diluar perniagaan, seperti qardhul hasan (pinjaman kebajikan).

4. Keterkaitan akad dan produk

Allah telah menghalalkan perniagaan (Al-Bai’) dan mengharamkan riba (QS 2:275). Inilah dasar utama operasi bank syariah yang meninggalkan penggunaan sistem bunga dan menerapkan penggunaan sebagian akad-akad perniagaan dalam produk-produk bank syariah.

Akad atau transaksi yang berhubungan dengan kegiatan usaha bank syariah dapat digolongkan ke dalam transaksi untuk mencari keuntungan (ijarah) dan transaksi tidak untuk mencari keuntungan (tabbaru’). Transaksi untuk mencari keuntungan dapat dibagi lagi menjadi dua, yaitu transaksi yang mengandung kepastian (natutal

Dokumen terkait