• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENYIDIKAN,

2.4. Pengertian Tindak Pidana Korupsi Dan Unsur-Unsur

a. Pengertian Tindak Pidana Korupsi

Pengertian tindak pidana korupsi berasal dari kata “tindak pidana” dan “korupsi”. Pembentuk undang-undang menggunakan istilah straafbaarfeit untuk menyebutkan nama tindak pidana, tetapi tidak memberikan secara rinci mengenai

31.

Soewarno Handayaningrat, 2002 Pengantar Studi Administrasi Dan Management, Gunung Agung, Jakarta, hlm.54.

32. Ibid.

30

strafbaarfeit tersebut. Dalam bahasa Belanda Straafbaarfeit terdapat dua unsur

pembentuk kata, yaitu strafbaar dan feit.33

Perkataan feit dalam bahasa Belanda diartikan “sebagai dari kenyataan”,

sedangkan straafbaar berarti “dapat dihukum”, sehingga secara harfiah perkataan straafbaarfeit berarti “sebagian dari kenyataan yang dapat dihukum” yang sudah

tentu tidak tepat. Oleh karena itu bahwa yang dapat dihukum adalah manusia sebagai pribadi bukan kenyataan, perbuatan, atau tindakan.34

Menurut Sudarto, istilah strafbaarfeit diterjemahkan dengan perbuatan

pidana, perbuatan itu adalah keadaan yang dibuat oleh seseorang atau barang sesuatu yang dilakukan.35 Perbuatan tersebut menunjuk kepada akibat maupun yang menimbulkan akibat. Jadi mempunyai makna abstrak yakni menunjukkan dua keadaan konkrit yaitu adanya kejadian tertentu dan adanya orang yang berbuat, yang menimbulkan kejadian itu.

Menurut R. Tresna sebagaimana dikutip oleh Guse Prayudi, menggunakan istilah peristiwa pidana sebagai terjemahan dari strafbaarfeit dan

mendefinisikannya sebagai suatu perbuatan atau rangkaian perbuatan manusia, yang bertentangan dengan Undang-undang atau peraturan perundang-undangan lainnya terhadap perbuatan mana diadakan penghukuman.36

33.

Osman Simajuntak, 1995, Teknik Penuntutan Dan Upaya Hukum, Gramedia Widiasarana, Jakarta, hlm. 29.

34.

Evi Hartanti, 2005, Tindak Pidana Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 5.

35.

Sudarto, 1990, Hukum Pidana Jilid I A Dan I B, Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, hlm 35.

36.

Guse Prayudi, 2010, Tindak Pidana Korupsi Dipandang Dalam Berbagai Aspek, Pustaka Pena, Yogyakarta, hlm 5.

31

Istilah “Tindak Pidana” juga yang dipakai dalam Undang-Undang No.31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi, hal ini terlihat dari judul Undang-undang tersebut yakni Undang-undang Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan dilihat dari rumusan Pasal yang mengatur tentang bentuk-bentuk atau kualifikasi dari perbuatan korupsi yang dinyatakan sebagai tindak pidana. Dengan demikian tindak pidana korupsi merupakan istilah yang digunakan dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 untuk

mengkualifikasikan berbagai bentuk perbuatan terlarangnya yang bersifat koruptif.37

Menurut Fockema Andrea dalam Andi Hamzah, kata korupsi berasal dari bahasa Latin corruptio atau corruptus yang berarti penyuapan. Kata corruptio itu

berasal pula dari kata asal corrumpore yang berarti merusak, suatu kata latin yang

lebih tua. Dari bahasa latin itulah turun ke banyak bahasa Eropa seperti dalam bahasa Inggris (corruption, corrupt) Perancis (corruption) dan Belanda

(corruptie).38 Arti harfiah dari kata itu adalah kebusukan, keburukan, kebejatan,

ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian, kata- kata atau ucapan yang menghina atau memfitnah.39

Definisi lain yang menurut A.S Hornby mengartikan istilah korupsi sebagai suatu pemberian atau penawaran dan penerimaan hadiah berupa suap (the

37.

Ibid.hlm.6.

38.

Andi Hamzah I, Op.cit. hlm.4.

39.

Andi Hamzah , 1991, Korupsi Di Indonesia, Pt. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm.7. (selanjutnya disingkat Andi Hamzah III).

32

offering and accepting of bribes), serta kebusukan atau keburukan

(decay).40sedangkan David M. Chalmer menguraikan pengertian korupsi dalam

berbagai bidang, antara lain menyangkut masalah penyuapan yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi, dan menyangkut bidang kepentingan umum.41

Definisi korupsi yang berkaitan dengan konsep jabatan dalam pemerintahan terlihat di dalam karya tiga pengarang sebagai berikut yaitu :42

1. Menurut Barley, perkataan “korupsi“ dikaitkan dengan perbuatan penyuapan

yang berhubungan dengan penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan sebagai akibat adanya pertimbangan dari mereka yang memegang jabatan bagi keuntungan pribadi.

2. Menurut M.Mc.Mullan, seseorang pejabat pemerintah dikatakan “ korup “ apabila ia menerima uang yang dirasakan sebagai dorongan untuk melakukan sesuatu yang ia bisa lakukan dalam tugas jabatannya, padahal ia selama menjalankan tugasnya seharusnya tidak boleh berbuat demikian.

3. Menurut J.S.Nye, korupsi sebagai perilaku yang menyimpang dari kewajiban- kewajiban normal suatu peranan jawatan pemerintah, karena kepentingan pribadi (keluarga, golongan, kawan akrab), demi mengejar status dan gengsi atau pencari pengaruh bagi kepentingan pribadi.

Menurut Subekti, korupsi adalah suatu tindak pidana yang memperkaya diri yang secara langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang negara untuk kepentingannya.43

40.

A.S. Hornby, et.al., 1963, The Advanced Leaner’s Dictionary Of Current English,

Oxford University Press, London, hlm.218.

41.

David M. Chalmers, 1975, Encyclopedia Americana, Americana Corporation,New York, hlm.22.

42.

Mochtar Lubis Dan James C.Scott, 1977, Bunga Rampai Karangan-Karangan Etika Pegawai Negeri, Bharata Karya Aksara, Jakarta, hlm.52

43.

33

Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia menyimpulkan bahwa korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok dan sebagainya. Soedarsono menyimpulkan bahwa korupsi adalah penyelewengan atau penggelapan uang negara atau perusahaan sebagai tempat seseorang bekerja untuk kepentingan pribadi atau orang lain.44

Korupsi menurut Pasal 2 Undang-Udang No. 31 Tahun 1999 adalah

“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya

diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara…” dan Korupsi menurut Pasal 3 Undang-

Udang No. 31 Tahun 1999 adalah “Setiap orang yang dengan tujuan

menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau

perekonomian negara…” Berdasarkan penjelasan tersebut, apabila pengertian tindak pidana dihubungkan dengan pengertian korupsi, maka Tindak Pidana Korupsi dapat diartikan sebagai suatu perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana oleh Undang-udang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Perbuatan-perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana itu merupakan perbuatan-perbuatan yang busuk, buruk, bejat, tidak jujur, dapat disuap, tidak bermoral, dan lain-lain.

a. Unsur-Unsur Tindak Pidana Korupsi

44.

34

Unsur-unsur tindak pidana korupsi tidak akan terlepas dari unsur-unsur yang terdapat dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Undang-Undang No.31 Tahun 1999

juncto Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak

Pidana Korupsi.

Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No.31 Tahun 1999 juncto Undang-

Undang No. 20 Tahun 2001 menentukan :

Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).

Unsur-unsur tindak pidana korupsi menurut Pasal 2 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 di atas adalah

sebagai berikut :

a. Unsur setiap orang

b. Unsur perbuatan melawan hukum

c. Unsur memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi

d. Unsur yang (dapat) merugikan keuangan negara atau perekonomian negara Pasal 3 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang No.

20 Tahun 2001 menentukan bahwa :

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp 50.000.000,00

35

(lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

Unsur-unsur tindak pidana korupsi menurut Pasal 3 Undang-Undang No.31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 di atas adalah

sebagai berikut :

a. Unsur setiap orang

b. Unsur menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi c. Unsur menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada

padanya karena jabatan atau kedudukan

d. Unsur yang (dapat) merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Penjelasan dari masing-masing unsur-unsur tersebut adalah :

a. Unsur setiap orang

Adapun yang dimaksud dengan “setiap orang” adalah menunjuk kepada subyek atau pelaku pada tindak pidana korupsi.Subyek atau pelaku pada tindak pidana korupsi adalah orang perseorangan atau korporasi.

b. unsur perbuatan melawan hukum

Dalam perundang-undangan unsur melawan hukum ini disebut dengan bermacam-macam istilah, seperti yang dijelaskan oleh Jonkers bahwa unsur sifat

melawan hukum biasanya disebut dengan perkataan “melawan hukum”

(wederechtelijke), tetapi disana sini Undang-undang mempergunakan istilah-

36

kekuasaannya, tanpa memperhatikan cara yang ditentukan dalam Undang-undang umum.45

Melawan hukum menurut Penjelasan Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang No.31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Tentang

Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi diartikan sebagai perbuatan melawan hukum dalam arti formil maupun dalam arti materil, yakni meskipun perbuatan tersebut tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan, namun apabila perbuatan tersebut dianggap tercela karena tidak sesuai dengan rasa keadilan atau norma-norma kehidupan sosial dalam masyarakat, maka perbuatan tersebut dapat dipidana (sifat melawan hukum formal dan materil dalam fungsi positif).

c. Unsur memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi. Adapun perbuatan menurut unsur ini adalah:

1. Memperkaya diri sendiri, artinya bahwa dengan perbuatan melawan hukum itu pelaku menikmati bertambahnya kekayaan atau harta benda miliknya sendiri.

2. Memperkaya orang lain, artinya akibat perbuatan melawan hukum dari pelaku, ada orang lain yang menikmati bertambahnya kekayaannya atau bertambahnya harta bendanya. Jadi, disini yang diuntungkan bukan pelaku langsung.

3. Memperkaya korporasi, artinya mendapat keuntungan dari perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh pelaku adalah suatu korporasi, yaitu

45.

Jonkers, 1987, Buku Pedoman Hukum Pidana Hindia Belanda, Bina Aksara, Jakarta, hlm 105.

37

kumpulan orang atau kumpulan kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.46

Dalam Undang-Undang No.31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang No.

20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, indikator

“memperkaya” tidak termuat dalam penjelasan Pasal akan tetapi termuat dalam

ketentuan aturan materiil yakni dalam Pasal 37 ayat (2) Undang-Undang No.31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang No. 20 Tahun 2001, Pasal 37 ayat (2)

tersebut menyatakan :

Dalam hal terdakwa tidak dapat membuktikan tentang kekayaan yang tidak seimbang dengan penghasilannya atau sumber penambahan kekayaannya, maka keterangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) digunakan untuk memperkuat alat bukti yang sudah ada bahwa terdakwa telah melakukan tindak pidana korupsi.

Dengan demikian dapat dikonstruksikan indikator untuk adanya

“memperkaya” adalah dengan melihat ketidakseimbangan antara penghasilan atau

sumber penambahan kekayaan terdakwa dengan kekayaannya.47

d. Unsur yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

Unsur merugikan keuangan negara berarti mengurangi atau mengganggu keuangan negara atau perekonomian negara. Merugikan perekonomian negara berarti mengurangi atau mengganggu kehidupan yang disusun sebagai usaha bersama berdasarkan kekeluargaan ataupun usaha masyarakat secara mandiri yang didasarkan pada kebijakan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di daerah

46.

Darwan Prints, 2002, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 31.

47.

38

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bertujuan memberikan manfaat, kemakmuran, dan kesejahteraan kepada seluruh kehidupan rakyat.

Unsur menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan, unsur menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan artinya adalah menunjuk kepada subyek/pelaku tindak pidana korupsi. Adapun perbuatan yang dilakukan adalah menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan.

Dokumen terkait