• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

E. Tinjauan Kepustakaan

4. Pengertian Tindak Pidana Pemerkosaan Terhadap Anak

Menurut Wirjono Prodjodikoro Permerkosaan sebenarnya berasal dari bahasa Belanda Vercrating, bahasa Inggris disingkat Rape,yang jika diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia adalah Perkosaan. Pengertian Pemerkosaan itu sendiri menurut ahli hukum adalah sebagai berikut :

1. Seatandjo Wignojosoebroto mengemukakan bahwa :

“Pemerkosaaan adalah “suatu usaha melampiaskan nafsu oleh seseorang

lelaki terhadap sesorang perempuan dengan cara yang menurut moral dan atau hukum yang berlaku melanggar. Dalam pengertian seperti ini, apa yang disingkat perkosaan, disatu pihak dapat dilihat sebagai suatu perbuatan (ialah perbuatan seseorang yang secara paksa hendak melampiaskan nafsu seksualnnya), dan di dalam pihak dapatlah dilihat sebagai suatu peristiwa (ialah pelanggaran norma-norma dan demikian juga tata tertib sosial)”.

2. Sedangkan R.Sugandi , mengemukakan bahwa :

“Perkosaaan adalah “seorang pria yang memaksa seseorang yang bukan

istrinya untuk melakukan persetubuhan dengannya dengan ancaman kekerasan, yang mana diharuskan kemaluan pria telah masuk ke dalam lubang kemaluan seorang wanita yang kemudian mengeluarkan air mani.18

3. Menurut Wirdjono Prodjodikoro , yang dimaksud dengan :

Perkosaaan adalah seorang laki-laki, yang memaksa seorang perempuan yang bukan istrinya untuk bersetubuh dengan dia, sehingga sedemikian rupa tidak

dapat melakukan, maka dengan terpaksa ia mau melakukan persetubuhan itu”.

18

Leden Marpaung Kejahatan Terhadap Kesusilaan dan Masalah Prevensinya , ( Jakarta: Sinar Grafika ),hal 48

4. Soesilo merumuskan tentang perkosaan yang lebih cenderung pada aspek

yuridis yang terfokus pada “pemaksaan bersetubuh”, yang berbunyi sebagai

berikut :

“Perkosaan adalah seorang lelaki yang memaksa seorang wanita yang bukan

istrinya untuk bersetubuh dengan dia, sedemikian rupa, sehingga akhirnya si wanita tidak dapat melawan lagi dengan terpaksa mengikuti kehendaknya 5. Darma Weda yang condong pada pengertian perkosaan secara kriminilogis,

menyatakan bahwa :

Lazimnya dipahami bahwa terjadinya perkosaan yaitu dengan penetrasi secara paksa atau dimasukkan ke dalam vagina bukan penis si pelaku, tetapi jari, kuku, botol atau apa saja, baik ke dalam vagina maupun mulut atau anus. 6. Lamintang dan Samosir yang dimaksud dengan :

“Perkosaan adalah perbuatan seseorang yang dengan kekerasan atau ancaman

kekerasan memaksa seorang wanita untuk melakukan hubungan di luar ikatan perkawinan dengan dirinya.Secara umum pemerkosaan dapat diartikan sebagai pemaksaan kehendak dari suatu pihak kepada pihak lainnya, tanpa memperdulikan hak, kepentingan serta kemauan pihak lain yang dipaksa untuk maksud keuntungan atau kepentingan pribadi bagi pihak pemaksa”

Di dalam KUHP , pemerkosaan terhadap anak lebih dikenal dengan istilah perbuatan cabul , sehingga perbuatan cabul terhadap anak tidak dikategorikan sebagai perbuatan pemerkosaan terhadap perempuan dewasa. Pembatasan antara perbuatan

mana pemerkosaan dan pencabulan tidak jelas sehingga didalam prakteknya sering terjadi istilah yang membingungkan.

Dalam Pasal 285 KUHPidana dijelaskan tentang pengertian permerkosaan dan pencabulan , yang berbunyi sebagai berikut :

“Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa perempuan

yang bukan istrinya bersetubuh dengan dia, dihukum, karena memperkosa, dengan hukuman penjara selama-lamanya dua belas Tahun.”

Pasal lain yang mengatur yaitu pasal 286 KUHP yang berbunyi :

“Barangsiapa yang bersetubuh dengan seorang wanita diluar perkawinan,

padahal diketahui bahwa wanita didalam keadaan pingsan atau tidak berdaya ,

diancam dengan pidana penjara Sembilan tahun”.

Pasal lain di dalam KUHP yang mengatur yaitu pasal 287 yang berbunyi :

Ayat 1

“Barangsiapa yang bersetubuh dengan wanita diluar perkawinan , padahal

diketahuinya atau sepatutnya harus diduga bahwa umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak jelas, belum waktunya untuk kawin, diancam dengan pidana paling lama sembilan tahun ., diancam dengan melakukan perbuatan menyerang kehormata kesusilaan dengan pidana penjara Sembilan

tahun”.

Ayat 2

“Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan , kecuali jika umur wanitanya

belum sampai 12 tahun atau jika salah satu hal tersebut pasal 291 atau pasal

Pasal lain nya yang mengatur yaitu pasal 289 yang berbunyi :

“Barangsiapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang untuk melakukan atau membiarkan perbuatan cabul” .

Pasal lainya yang mengatur yaitu pasal 290 yang berbunyi,diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun :

1. Barangsiapa yang melakukan perbuatan cabul dengan seseorang padahal diketahui bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya.

2. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seseorang padahal diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa umurnya belum lima belas tahun atau umurnya ternyata belum mampu kawin.

3. Barangsiapa membujuk seseorang yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa umurnya belum limabelas tahun atau kalau umurnya tidak ternyata , atau belum mampu untuk dikawini untuk melakukan atau membiarkan dilakukan nya perbuatan cabul atau bersetubuh diluar perkawinan dengan orang lain.

Pasal lain nya yang mengatur yaitu pasal 294 KUHP yang berbunyi :

“Barangsiapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknnya , anak tirinya atau anak angkat nya yang dibawah pengawasan yang belum dewasa yang diserahkan kepadanya untuk dipelihara , didik dan dijaga atau dengan pembantunya atau bawahannya yang belum dewasa maka diancam pidana

Jadi dari ketentuan pasal – pasal di dalam KUHP dapat ditarik kesimpulan bahwa pemerkosaan unsur pokok dari pemerkosaan baik pemerkosaan yang dilakukan bagi wanita dewasa ataupun bagi wanita yang belum dewasa adalah kekerasan , dan pemaksaan untuk melakukan persetubuhan di luar dari perkawinan, dan dapat diancam pidana.

Dapatlah disimpulkan bahwa pengertian delik pemerkosaan adalah delik yang dengan atau ancaman kekerasan memaksa seorang perempuan yang bukan istrinya ancaman sebagaimana yang dimaksud agar perempuan tersebut tidak berdaya sehingga dapat disetubuhi.

Pada masa sekarang kasus – kasus pemerkosaan tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja tetapi juga terjadi pada anak – anak , pemerkosaan terhadap anak dapat dilakukan oleh orang – orang terdekat nya keluarga nya sendiri,anak yang diekspoitasi menjadi pekerja seks komersil.

Undang – Undang Nomor 23 Tahun 2002 tidak mengenal adanya kata “

Perkosaan” yang tertulis dengan tegas di dalam KUHP , tetapi dikenal dengan perbuatan asusila, perbuatan asusila ditulis didalam pasal 81 ayat 1 UU Nomor 23 Tahun 2002 dapat dikatakan sebagai ketentuan yang mengatur tentang pemaksaan untuk bersetubuh terhadap anak,

“ setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan memaksa anak melakukan persetubuhan dengan nya atau orang lain , dipidana dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun dan paling singkat tiga tahun dan denda

paling banyak Rp. 300.000.000”.

Jadi pemerkosaan terhadap anak adalah perbuatan yang memaksa seorang anak untuk melakukan persetubuhan dengan nya atau dengan orang lain.

Dokumen terkait