• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

B. Tingkat Kepuasan

1. Pengertian

Untuk dapat memahami peranan dan fungsi supervisi di sekolah maka dikemukakan beberapa difinisi supervisi. Adam & Dickey (Sahertian, 1982:18) berpendapat bahwa, supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran. Program itu pada hakikatnya adalah untuk memperbaiki hal belajar dan mengajar.

Dictionary of Education Good Carter, (Sahertian, 1982:18) memberi pengertian supervisi sebagai berikut:

Supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengaja ran.

Boardman (Sahertian, 1982:19) menganalisis supervisi pendidikan dari pandangan yang demokratis sehingga supervisi dijelaskan sebagai suatu usaha menstimulasi, mengkoordinir, dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Dengan demikian mereka dapat menstimulasi

dan membimbing setiap murid secara kontinu serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat modern.

Menurut Harris (Sahertian, 2000:18) supervisi pengajaran adalah segala sesua tu yang dilakukan personalia sekolah dengan cara yang langsung mempengaruhi proses belajar mengajar dalam usaha meningkatkan proses belajar siswa.

Arikunto (2004:4) mengemukakan:

“Supervisi yang berasal dari bahasa Inggris terdiri dari dua akar kata, yaitu super yang artinya ‘di atas’ dan vision yang mempunyai arti ‘dilihat’, maka secara keseluruhan supervisi diartik an sebagai ‘melihat dari atas’, dengan pengertian itulah maka supervisi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pegawas dan kepala sekolah sebagai jabatan yang berkedudukan di atas…atau lebih tinggi dari guru untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru…”

Berdasarkan beberapa rumusan supervisi seperti disebutkan di atas, dapat dirumuskan bahwa supervisi merupakan pelayanan atau bimbingan profesional bagi guru-guru. Bimbingan atau pelayanan profesional yang dimaksud adalah bantuan dalam mengembangkan situasi pembelajaran ke arah yang lebih baik, dengan jalan memberikan bimbingan dan pengarahan pada guru-guru dan petugas lainnya dalam rangka untuk meningkatkan kualitas kerja mereka di bidang pengajaran dengan segala aspeknya.

2. Tujuan Supervisi

Kata kunci supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan kepada guru-guru, maka tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas. Sahertian (1982:23) mengemukakan tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada digilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa.

Selanjutnya, menurut Sahertian & Ma taheru Frans (1982:23):

“Tujuan supervisi ialah memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik. Usaha ke arah perbaikan belajar dan mengajar ditujukan kepada pencapaian tujuan akhir dari pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak secara maksimal”.

Pendapat tersebut kemudian diperjelas dengan tinjauan konkret supervisi pendidikan yaitu:

a) Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan. b) Membantu guru-guru dalam membimbing pengalaman belajar

murid-murid.

c) Membantu guru-guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman kerja.

d) Membantu guru-guru dalam menggunakan metode-metode dan alat-alat pelajaran modern.

e) Membantu guru-guru dalam memenuhi kebutuhan belajar murid-murid.

f) Membantu guru dalam hal menilai kemajuan murid -murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri.

g) Membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka.

h) Membantu guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya.

i) Membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat. j) Membantu guru agar waktu dan tenaga tercurahkan sepenuhnya dalam

pembinaan sekolahnya.

Burton H William & Brueckner Leo J (Burhanudin, 1990:292), tujuan langsung supervisi adalah mengembangkan kegiatan belajar mengajar secara kooperatif dan menyenangkan.

Arikunto (2004:40) mengemukakan tujuan umum supervisi adalah:

“Memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru (dan staf sekolah yang lain) agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya, terutama dalam melaksanakan tugas, yaitu melaksana kan proses pembelajaran. Selanjutnya apabila kualitas kinerja guru dan staf sudah meningkat, demikian pula mutu pembelajarannya maka diharapkan prestasi belajar siswa juga akan meningkat. Pemberian bantuan pembinaan dan pembimbing tersebut dapat bersifat langsung ataupun tidak langsung kepada guru yang bersangkutan”.

3. Fungsi Supervisi

Kimball Wiles (Sahertian, 2000:24) menyatakan,

“Supervisi berguna untuk: (a) membantu (assisting): kegiatan dilakukan untuk membantu guru dalam usahanya menguasai kecakapan-kecakapan baru, (b) suport (suporting): memberi dorongan bagi guru untuk melaksanakan tugasnya, (c) mengajak dan mengikutsertakan (sharing): memberikan ajakan dengan mengikutsertakan guru yang di supervisi guna mengemukakan tentang hal-hal yang terja di pada pelaksanakan pengajaran”.

Dengan demikian seorang supervisor yang melaksanakan perannya memberi bantuan pelayanan profesional kepada guru, supervisor harus betul-betul memahami masalah pembelajaran guru, sebagai dasar untuk dapat memberikan bantuan yang tepat bagi terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, supervisor harus bisa mengkondisikan agar guru dengan kerelaan sendiri mengemukakan kesulitan dan hambatan yang dihadapi baik secara perorangan maupun kelompok, untuk selanjutnya supervisor memberi kesempatan kepada guru untuk mengembangkan kreativitas dan mengembangkan gagasan-gagasan bagi perbaikan pengajaran, supervisor harus dekat dengan guru.

Amentembun (Burhanudin, 1990:298) menggariskan fungsi-fungsi supervisi pendidikan seperti di bawah ini:

1) Penelitian: dalam rangka mengumpulkan data mengenai situasi belajar mengajar yang sebenarnya.

2) Penilaian: setelah suatu situasi diamati melalui proses penilaian, supervisor selanjutnya menyimpulkan aspek-aspek apa saja yang telah

diteliti. Kesimpulannya tentu saja memuat segala tanggapan dan penilaian atas dasar data yang telah diinterpretasikan secara objektif. 3) Perbaikan: tujuan utama supervisi untuk memperbaiki situasi belajar

mengajar dengan segala aspeknya ke arah yang lebih baik.

4) Pembinaan: supervisor dapat melakukan bimbingan ke arah pembinaan orang-orang yang disupervisi, dan perbaikan situasi dengan memanfaatkan segala sumber yang ada demi terwujudnya tujuan-tujuan pendidikan yang dicita-citakan.

Menurut Arikunto (2004:13),

Sedikitnya ada tiga fungsi supervisi yaitu: (a) fungsi meningkatkan mutu pembelajaran: supervisi yang berfungsi meningkatkan mutu pembelajaran merupakan supervisi dengan ruang lingkup yang sempit, tertuju pada aspek akademik, khususnya yang terjadi di ruang kelas ketika guru sedang memberikan bantuan dan arahan kepada siswa. Perhatian utama supervisor adalah bagaimana dan perilaku siswa yang belajar, dengan bantuan atau tanpa bantuan guru secara langsung. Seberapa tinggi keberhasilan siswa kepada belajar, itulah fokusnya; (b) fungsi memicu unsur yang terkait dengan pembelajaran: supervisi berfungsi memicu atau penggerak terjadinya perubahan tertuju pada unsur -unsur yang terkait dengan atau bahkan merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pembela jaran, sifatnya melayani atau mendukung kegiatan

pembelajaran; (c) fungsi membina dan memimpin: supervisi mempunyai fungsi memimpin yang dilakukan oleh pejabat yang diserahi tugas memimpin sekolah yaitu kepala sekolah, diarahkan kepada guru dan tenaga tata usaha. Sasaran utamanya adalah guru, dengan asumsi bahwa jika guru sudah meningkat, akan ada dampaknya bagi siswa”.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulkan bahwa fungsi supervisi adalah: meneliti, menilai, memperbaiki, membina dan memimpin proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga guru memiliki kemampuan dalam bidang pembelajaran untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran sebaik-baiknya yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan mutu serta hasil pembelajaran.

4. Sasaran Supervisi

Supervisi dengan segala usahanya diarahkan pada pembinaan dan pengembangan aspek-aspek yang terdapat dalam situasi pembelajaran sehingga akan tercipta suatu situasi yang dapat menunjang pencapaian tujuan pendidikan di sekolah. Yang dimaksudkan dengan situa si pembelajaran ialah situasi ketika terjadi proses interaksi antara guru dan murid dalam usaha mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan.

Sahertian dan Mataheru (Burhanudin, 1970:259) menyatakan tujuan konkret supervisi adalah:

1) Membantu guru-guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan 2) Membantu guru-guru dalam membimbing pengalaman belajar

murid-murid

3) Membantu guru-guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar

4) Membantu guru dalam menggunakan metode -metode dan alat-alat pelajaran modern

5) Membantu guru-guru dalam memenuhi kegiatan belajar murid-murid 6) Membantu guru-guru dalam hal nilai kemajuan murid-murid dan

hasil pekerjaan guru itu sendiri

7) Membantu guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru-guru dalam rangka penumbuhan pribadi dan jabatan mereka 8) Membantu guru-guru baru di sekolah sehingga mereka merasa

gembira dengan tugas yang diperolehnya

9) Membantu guru-guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat dan seterusnya

10) Membantu guru-guru agar waktu dan tenaga baru tercurahkan sepenuhnya dalam pembinaan sekolah.

Tujuan konkret supervisi tersebut menunjukkan tugas-tugas nyata yang harus dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka memperbaiki dan mengembangkan “setting” pembelajaran dalam segala aspeknya, yang berpengaruh kearah yang lebih baik, dan hal tersebut juga menjadi pedoman kegiatan bagi kepala sekolah sebagai seorang supervisor.

Supervisi adalah usaha untuk menstimulasi dan membimbing perkembangan guru di sekolah agar lebih efektif. Guru merupakan penanggung jawab proses pembelajaran di kelas sehingga unsur utama yang terkait untuk menjadi sasaran supervisi adalah guru.

Ada beberapa hal yang harus dikuasai oleh seorang guru, yang dapat menjadi sasaran dalam pelaksanaan supervisi dari seorang supervisor. Supervisor dapat melihat kemampuan gur u dari hal-hal sebagai berikut (Arikunto: 2004:31):

(a) Satuan pe lajaran dan rencana pengajaran (b) Tes

(c) Laboratorium dan proyek-proyek khusus (d) Materi dan media

(e) Bacaan dan narasumber (f) Hasil siswa

(g) Rekaman-rekaman guru (portfolio)

Terdapat 6 (enam) faktor yang dapat menentukan hasil dari suatu proses pembelajaran (Arikunto: 2004:32) yaitu:

a) Siswa adalah bahan yang akan diolah dalam suatu proses pembelajaran dengan berbagai tujuan yaitu dikuasainya segenap pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan lain -lain oleh siswa setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan.

b) Guru adalah pelaku yang berperan langsung dalam proses pembelajaran mengelola siswa, dengan kemampuan profesionalnya. c) Kurikulum adalah komponen yang mengatur bagaimana guru harus

melaksanakan proses pembelajaran dengan bahan, waktu, metode,dan lain-lain serta target yang akan dicapai.

d) Sarana-prasarana adalah berupa hal atau konsep yang membantu untuk memperjelas konsep dengan sarana dan prasarana yang cukup, sehingga konsep dari guru akan lebih mudah diterima oleh siswa. e) Pengelolaan adalah tindakan dalam melakukan pengelolaan,

pengaturan berbagai komponen yang ada, seperti: siswa, sarana yang dibutuhkan, metode atau cara-cara yang paling tepat yang akan dilakukan oleh guru sehingga tercapainya tujuan yang diharapkan. f) Lingkungan adalah hal-hal yang ada di sekitar pelaksanaan

pembelajaran, yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap pelaksanaan pembelajaran serta menentukan hasil pembelajaran

Hal-hal tersebut di atas yang seharusnya menjadi objek atau sasaran supervisi karena supervisi yang bertujuan menghasilkan mutu pembelajaran. Agar tidak terjadi campur aduk, menurut objek yang harus disupervisi, maka Arikunto (2004:133) menyatakan bahwa supervisi dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu: (a) supervisi akademik, yang menitik beratkan pengamatan supervisor pada masalah-masalah akademik, yaitu hal-hal yang langsung berada dalam lingkungan kegiatan pembelajaran pada waktu siswa sedang dalam proses mempela jari sesuatu; (b) supervisi administrasi, yang menitik beratkan pengamatan supervisor pada aspek-aspek administrasi yang berfungsi sebagai pendukung dan pelancar telaksananya pembelajaran; (c) supervisi lembaga, yang menebarkan atau menyebarkan objek pengamatan supervisor pada aspek-aspek yang berada di seantero sekolah, jika supervisi akademik dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran maka supervisi lembaga dimaksudkan untuk meningkatkan nama baik sekolah atau kinerja sekolah secara keseluruhan”.

Pelaksanaan supervisi terhadap 6 (enam) faktor sasaran supervisi di atas, oleh Arikunto (2004:35) diuraikan sebagai berikut:

Komponen SAK SAD SLS

1 Siswa Intensitas keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran Kerajian siswa untuk menghadiri sekolah, kesiapan siswa menjelang pelajaran mulai, kelengkapan catatan dan kerapian buku catatan.

Kerajinan siswa yang terdaftar di sekolah yang bersangkutan, jumlah siswa yang menghasilkan piala kemenangan untuk sekolah, kerajinan siswa mengikuti lomba karya ilmiah atau lomba-lomba yang lain. 2 Guru Ketenagaan Perhatian guru kepada siswa yang sedang sibuk belajar, penampilan guru dalam menjelaskan materi pelajaran, keterampilan guru dalam menggunakan alat peraga, ketelitian guru dalam menilai hasil belajar siswa di kelas atau mengoreksi pekerjaan Beban mengajar guru, persiapan mengajar atau satuan pelajaran, buku kumpulan soal, daftar nilai, catatan prestasi siwa yang lain.

Banyaknya guru yang memiliki kewenangan mengajar mata pelajaran yang sesuai, banyaknya guru yang berlatar pendidikan yang tinggi, jumlah piagam yang diperoleh guru, semangat guru untuk mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

3 Materi Kurikulum Keluasaan dan kedalaman materi yang disajikan di kelas, keruntutan dan urutan penyajian materi, banyaknya dan ketetapan contoh untuk memperkuat konsep, jumlah dan jenis sumber bahan pendukung Ketersediaan Satuan Pelajaran yang dibawa oleh guru dan yang akan digunakan dalam pembelajaran, ketika guru memasuki ruang kelas, penyiapan peralatan sebelum pelajaran dimulai, Kelengkapan kepemilikan perangkat kurikulum, penyimpanan perangkat kurikulum, kesempatan semua guru untuk menelaah dan mempelajari perangkat kurikulum, upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam rangka sosialisasi kurikulum.

pokok bahasan yang dibahas di kelas. jadwal pelajaran, buku kemajuan kelas. 4 Sarana dan Prasarana Ketersediaan alat peragaan selama proses pembelajaran berlangsung, ketepatan alat dengan pokok bahasan, benar tidaknya penggunaan alat peraga, keterlibatan siswa dalam menggunakan alat peraga.

Kondisi gedung dan ruang kelas,

banyaknya buku paket yang dimiliki oleh sekolah, pemilikan ruang serba-guna. Kondisi ruang-ruang pendukung kegiatan siswa. 5 Pengelolaan Pembagian siswa dalam tugas kelompok, penunjukan siswa yang disuruh maju ke papan tulis mengerjakan soal, cara mengatur siswa yang mengganggu temannya. Penempatan tempat duduk siswa, menyusun jadwal penggunaan kelas khususnya mata pelajaran, mengatur gilir an penggunaan perpustakaan, mengatur kunjungan kepala sekolah ke kelas -kelas. Kepemimpinan kepala sekolah, penunjukan guru untuk mewakili kepala sekolah menghadiri rapat kabupaten, hubungan jalinan antara sekolah dengan BP3 dan masyarakat lain. 6 Lingkungan dan Situasi Umum Hiasan dinding dalam kelas, kebersihan kelas, ketenangan kelas, kenyamanan udara, ventilasi, pajangan hasil pekerjaan siswa di kelas. Ketertiban pemasangan papan pengumuman, majalah dinding, kerapian papan absensi, kerapian dokumen pendukung pembelajaran. Keindahan halaman sekolah, keamanan sekolah, kebersihan halaman dan ruang-ruang kelas, kekeluargaan, hubungan sekolah dengan BP3 dan masyarakat, hubungan sekolah dengan sekolah lain.

Sumber: Dasar-dasar Supervisi (Arikunto, 2004:33)

SAK : Supervisi Akademik SAD : Supervisi Administrasi SLS : Supervisi Lembaga Sekolah

Dari sasaran yang dituju adalah komponen guru dengan objek supervisi adalah perhatian guru kepada siswa yang sedang sibuk belajar, penampilan guru dalam menjelaskan materi pelajaran, ketrampilan guru dalam menggunakan alat peraga, ketelitian guru dalam menilai hasil belajar siswa di kelas atau mengoreksi pekerjaan siswa. Maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi objek supervisi adalah kemampuan profesional guru dalam pengelolaan pembelajaran.

Dengan demikian supervisi profesional kepala sekolah terhadap guru digolongkan sebagai supervisi akademik, sedangkan supervisi dengan fokus persiapan pembelajaran yang terdiri: satuan pelajaran, buku kumpulan soal, daftar nilai, catatan prestasi siswa adalah kegiatan yang bersifat administratif sebagai pendukung pembelajaran.

5. Prinsip-prinsip Supervisi Sahertian (1982:30) menyatakan:

“Masalah yang dihadapi dalam melaksanakan supervisi di lingkungan pendidikan adalah bagaimana cara mengubah pola pikir yang bersifat otokrat dan korektif menjadi sikap yang kreatif. Suatu sikap yang menciptakan situasi dan relasi di mana guru-guru merasa aman dan merasa diterima sebagai subyek yang dapat berkembang sendiri. Untuk itu supervisi harus dilaksanakan berdasarkan data, fakta yang obyektif”.

Untuk terlaksananya kondisi tersebut maka prinsip supervisi yang dilaksanakan adalah:

a) Prinsip Ilmiah (scientific)

Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai berikut:

1) Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data obyektif yang diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar. 2) Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data seperti

angket, observasi, percakapan pribadi dan seterusnya.

3) Setia p kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis, berencana dan kontinu.

b) Prinsip Demokratis

Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusian yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan atasan dan bawahan tapi rasa kesejawatan.

c) Prinsip Konstruktif dan Kreatif

Setiap guru akan merasa termotivasi dalam mengembangkan potensi kreativitas ka lau supervisi mampu menciptakan suasana kerja yang menyenangkan, bukan melalui cara-cara menakutkan.

Dari prinsip-prinsip supervisi dapat diketahui maknanya bahwa supervisi sebagai suatu kegiatan untuk dilakukan terencana, rutin, berkelanjutan yang dilakukan oleh kepala sekolah, yang menggunakan data dari hasil pengamatan atau observasi nyata menggunakan instrumen yang dapat memberikan informasi yang sebenarnya, sama sekali bukan hasil pelajaran pribadi supervisor. Hubungan antara supervisor bukan bersifat hararkis yang memposisikan atasan dengan bawahan, namun hubungan kesejajaran, hubungan kemanusian yang akrab, saling percaya, yang di supervisi merasa ada sesuatu yang dibutuhkan yaitu bantuan maupun bimbingan yang akan diberikan oleh supevisor.

Pembinaan yang diberikan supervisor sebagai sharing of idea, untuk saling memberi masukan, sehingga supervisi suatu interaksi antara supervisor dan yang disupervisi untuk saling memberikan umpan balik. Langkah pembinaan yang dilakukan supervisor dipercaya mampu dilaksanakan oleh yang di supervisi dan yang di supervisi dengan tidak terpaksa menerima saran supervisor . Hubungan yang demokratis bukan otokratis diharapkan menumbuhkan kreativitas dari para guru.

6. Teknik -teknik Supervisi

Supervisi merupakan salah satu usaha untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan kemampuan guru dalam proses pengajaran. Secara garis besar, cara atau teknik supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu teknik perseorangan dan teknik kelompok. a. Teknik perseorangan

Yang dimaksud teknik perseorangan dalam kegiatan supervisi adalah bantuan yang dilakukan secara sendiri oleh petugas supervisi, baik terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas. Dalam hal ini yang disupervisi mungkin juga perseorangan, tetapi mungkin juga bukan hanya seorang. Maksudnya adalah memberikan bimbingan perseorangan atau individual.

1) Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation)

Supervisi dengan kunjungan kelas dilakukan baik pada saat guru sedang mengajar atau kelas sedang kosong ataupun berisi guru dan siswa yang tidak sedang melakukan proses pembelajaran. Tujuannya adalah untuk mengetahui situasi kelas yang sebenarnya, sebaiknya terjadi diskusi antara supervisor dengan guru untuk merumuskan cara melaksanakan pembelajaran yang baik.

2) Mengadakan observasi kelas (classroom observation)

Supervisi ini dilakukan supervisor dengan mengunjungi kelas yang tujuannya mencermati peristiwa atau situasi yang sedang berlangsung di kelas yang bersangkutan. Misal: guru yang sedang

mengajar dengan menggunakan alat, metode, materi dan lain-lain, yang intinya guru sedang melaksanakan proses pembelajaran. Hasil pengamatan menjadi bahan supervisor untuk membimbing guru dengan cara mengundang guru untuk berdiskusi atau wawancara. 3) Mengadakan wawancara perseorangan (individual interview)

Supervisi dengan maksud untuk mendapatkan jawaban dari individu tertentu. Hal itu dilakukan untuk mencari penyelesaian suatu masalah yang tidak boleh diketahui oleh orang lain, dapat juga dilakukan untuk menge cek kebenaran data yang sudah dikumpulkan dari orang lain.

4) Mengadakan wawancara kelompok (group interview)

Dengan teknik ini masing-masing anggota dan kelompok mempunyai kesempatan dan kedudukan yang sama untuk mengemukakan pendapatnya. Diskusi dilakukan dengan duduk bersama dalam meja bundar, pewawancara duduk berada di antara anggota kelompok.

b. Teknik Kelompok

Yang dimaksud teknik kelompok dalam kegiatan supervisi yaitu teknik yang dapat dilaksanakan bersama-sama oleh supervisor dengan beberapa guru dalam satu kelompok.

1) Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting)

Komunikasi dalam manajemen dapat terlaksana bila masing-masing warga sekolah mempunyai hak yang sama, semua

informasi dapat segera sampai kesemua warga dengan cepat. Kepala sekolah harus dapat melakukan fungsi pengarahan

(directing), pengoordinasian (coordinating), dan

pengkomunikasian (communicating), pertemuan diselenggarakan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan.

2) Mengadakan diskusi kelompok (group discussion)

Diskusi kelompok sangat baik dilakukan sebagai metode untuk mengumpulkan data, diskusi kelompok dapat digabungkan dengan teknik wawancara kelompok. Teknik ini digunakan untuk mempertemukan pendapat antara pimpinan dalam bentuk pertemuan khusus antar staf pemimpin saja. Sekolah dapat menerapkan pertemuan khusus yang dihadiri guru mata pelajaran tertentu atau yang berlainan sesuai dengan keperluannya untuk penyelenggaraan diskusi kelompok ini.

3) Mengadakan penataran-penataran (in-service training)

Penataran sebagai satu wadah untuk meningkatkan kemampuan guru dan staf. Penataran dapat berfungsi sebagai in-service training maupun pre-service training. Sekolah dapat mengundang nara sumber, tetapi untuk menghemat dapat juga penataran dilakukan bersama beberapa sekolah lain

Terdapat perbedaan mendasar antara pendapat John Minor Gwyn (Sahertian, 2000:52) dengan Arikunto (2004:54), perbeda an tersebut adalah sebagai berikut: teknik supervisi kunjungan kelas menurut Gwyn

dilakukan oleh supervisor (kepala sekolah) dengan datang ke kelas untuk melihat cara guru mengajar di kelas yang tujuan utamanya adalah memperoleh data mengenai keadaan yang sebenarnya selama guru mengajar, data yang digunakan sebagai dasar supervisor bersama guru mengadakan diskusi sebagai tindak lanjut supervisi. Hal ini bertolak belakang dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang berpendapat teknik perkunjungan kelas dilakukan oleh pengawas atau kepala sekolah ke

Dokumen terkait