• Tidak ada hasil yang ditemukan

1 TINGKAT KEPUASAN GURU TERHADAP PELAKSANAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SMP SANTA THERESIA PANGKALPINANG TAHUN AJARAN 20062007 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "1 TINGKAT KEPUASAN GURU TERHADAP PELAKSANAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SMP SANTA THERESIA PANGKALPINANG TAHUN AJARAN 20062007 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

1

TINGKAT KEPUASAN GURU TERHADAP PELAKSANAAN SUPERVISI

PEMBELAJARAN DI SMP SANTA THERESIA PANGKALPINANG

TAHUN AJARAN 2006/2007

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Maria Santi Astuti

NIM : 011324041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO

Tidak ada sesuatu di dunia ini yang bisa menggantikan kegigihan. Bakat pun tidak; tidak ada yang lebih umum dibanding orang berbakat yang gagal. Orang yang jenius pun tidak; orang-orang jenius yang tidak memperoleh penghargaan hampir merupakan

pepatah. H anya kegigihan dan keteguhanlah yang membuat seseorang berhasil.

(5)

v

Halaman Persembahan

“Saat keinginanku belum tercapai, maka ku simpan sebagai harapan, dan ketika

harapan itu belum terwujud, ku genggam ke dalam mimpi, namun ketika mimpi itu

menjadi kenyataan, maka dia berubah menjadi kebahagiaan… … … ”

K ebahagiaan itu bukan hanya untuk ku syukuri dan ku rasakan tetapi akan menjadi

lebih sempurna disaat aku bisa menyebarkan kebahagiaan ini kepada keluarga,

sahabat, teman-teman, yang oleh karena mereka, yang selalu ada di dalam perjalanan

hidupku hingga aku bisa berada di sini sekarang… ..

M aka dengan setulusnya aku mempersembahkan skripsi ini untuk… …

K eluarga K udus Nazaret : Tuhan Yesus K ristus, Bunda M aria, dan Santo

Yosep atas keajaiban terindah dalam hidupku.

Bapak dan I bu yang senantiasa mendukung dan membimbing hingga aku

mampu menapaki langkah-langkah dalam hidupku.

Adekku Chirtina tercinta yang mendukung dan selalu membantu.

Keluarga besarku di Pangkalpinang, Jakarta, dan Yogyakarta.

Orang yang terakhir mengisi kehidupanku “Fandy” terimakasih untuk

semuanya.

(6)
(7)

vii ABSTRAK

TINGKAT KEPUASAN GURU TERHADAP PELAKSANAAN SUPERVISI PEMBELAJARAN DI SMP SANTA THERESIA PANGKALPINANG TAHUN

AJARAN 2006/2007

MARIA SANTI ASTUTI 011324041

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat kepuasan guru terhadap pelaksanaan supervisi pembelajaran. Hipotesis penelitian ini adalah pelaksanaan supervisi pembelajaran berpengaruh terhadap tingkat kepuasan guru.

Jenis penelitian ini adalah studi kasus yang dilaksanakan di SMP Santa Theresia Pangkalpinang pada bulan Maret - April 2007. Populasi dalam penelitian ini adalah guru-guru SMP Santa Theresia Pangkalpinang yang berjumlah 22 orang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 20 orang guru yang diambil dengan teknik sampling jenuh.

Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang diukur dengan skala likert dan dokumentasi. Teknik pengujian instrumen menggunakan uji validitas dengan rumus

Korelasi Product Moment dan uji reliabilitas dengan rumus Alpha Cronbarch. Teknik pengujian prasyarat regresi untuk mengetahui normalitas data digunakan teknik uji

Kolmogrov-Smirnov. Teknik analisis data menggunakan Penilaian Acuan Patokan tipe II (PAP II) dan untuk menguji hipotesis digunakan rumus Regresi Linier Sederhana.

Hasil penelitian menunjukkan:

1. Variabel pelaksanaan supervisi pembelajaran berpengaruh terhadap kepuasan guru. Hal ini didukung oleh Fhitung = 65,346 >Ftabel= 4,41. Pelaksanaan supervisi pembelajaran berpengaruh signifikan terhadap kepuasan guru. Hal ini diketahui dari nilai Asymtot signifikansi 0,000 < 0,05.

2. Responden yang menyatakan puas terhadap pelaksanaan supervisi pembelajaran sebanyak 10 orang guru (50%), sangat puas 4 orang guru (20%), cukup puas sebanyak 4 orang guru (20%), sedangkan sisanya tidak puas sebanyak 2 orang guru (10%).

(8)

viii ABSTRACT

LEVEL OF TEACHER’S SATISFACTION TOWARDS THE

IMPLEMENTATION OF LEARNING SUPERVISION IN SAINT THERESIA JUNIOR HIGH SCHOOL IN PANGKALPINANG AT THE 2006/2007

ACADEMIC YEAR

Maria Santi Astuti 011324041

Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

The purpose of the research is to analyse the level of teacher’s satisfaction towards the implementation of learning supervision. Hypothesis of this research is the implementation of supervision education influences the level of teacher’s satisfaction.

The research was a case study and carried out at Saint Theresia Junior High School from March to April 2007. The population of the research were 22 teachers of Saint Theresia Junior High School but the samples taken by appling satiatedsampling jenuh technique. The techniques of data collection were questionnaire measured by

Likert Scale and documentation. Techniques used in testing the instrument were

Product Moment Correlation Validity Test and Alpha Cronbarch Formula. The technique used in testing the pre-requisite regression to know the normality of the data was Kolmogrov-Smirnov. The technique of analyzing the data was Type II Reference of

Evaluation. For examining the hypothesis, Simple Linear Regression was applied. The result of the research shows that:

1. The implementation of learning supervision influences teacher’s satisfaction. It is supported by Fcount=65.346>Ftable=4.41.The implementation of education supervision influences significantly towards the teacher’s satisfaction. It can be perceived from the value of Asymtot signification 0.000 < 0.05.

2. Respondents who are satisfied with the implementation of education supervision are ten teachers ( 50% ), very satisfied are four teachers (20%), satisfied enough are four teachers ( 20% ), and the rest, two teachers are not satisfied ( 10% ). 3. The influence of the implementation of education supervision toward teacher’s

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas limpahan rahmat, berkat dan bimbinganNya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran di SMP Santa Theresia Pangkalpinang Tahun Ajaran 2006/2007” dapat terselesaikan dengan baik.

Skirpsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, dukungan semangat, bimbingan dan doa yang melimpah dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo, J.R selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi.

(10)

x

5. Bapak Y.M.V. Mudayen, S.Pd selaku Dosen Pembimbing II, atas bimbingan yang telah diberikan penulis ucapkan banyak terima kasih.

6. Bapak Drs. P.A. Rubiyanto, terima kasih atas waktu dan bimbingan yang telah diberikan.

7. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PE dan PAK: Pak Teguh, Pak Indra, Romo Gillies (Alm), Pak Soedarno (Alm), Pak Wid, Pak Bondan, Pak Heri, Pak Muhadi, Pak Sapto, Bu Indah, Bu Prem, Bu Catur, terima kasih atas bimbingan dan pelajaran-pelajaran yang penulis terima selama kuliah.

8. Mbak Titin, Pak Wawiek, Mbak Aris, yang telah membantu penulis dalam mengurus administrasi selama kuliah terlebih dalam penyusunan skripsi. 9. Bapak Didik Emanuel, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Santa Theresia

Pangkalpinang yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melakukan penelitian.

10. Guru-guru SMP Santa Theresia Pangkalpinang yang rela meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner yang penulis bagikan.

11. Karyawan SMP Santa Theresia Pangkalpinang yang telah membantu penulis pada saat penelitian.

12. Orang tua tercinta Bapak Paulus Sandi dan Ibu Ignatia, atas doa, bimbingan, dan kasih sayang penulis ucapkan banyak terima kasih.

(11)

xi

14. Keluarga besarku di Pangkalpinang, Jakarta dan Yogyakarta, terima kasih atas doa dan kasih sayangnya.

15. Orang yang aku sayangi Rustam Afandi, terima kasih atas doa, waktu, dukungan,dan kasih sayangnya.

16. Sahabat-sahabatku PEK 2001, terima kasih untuk waktu dan kebersamaannya.

17. Sahabat-sahabatku: Romo Markus Suradi OSC, Mas Dendy, Mas Wawan, Mas Henry, Mas Deda, Nana, Lalax, Trico Kembar, Dek Kris Galeri, Emi Tomblok, Wahyu, Jeng Roro, Ani Oneng, Wenny, Adjeng, terima kasih untuk waktu dan kesempatan dimana aku boleh mengenal kalian semuanya, terima kasih untuk kasih sayang dan kebersamaannya selama ini.

18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta,

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

HALAMAN KATA PENGANTAR... xi

HALAMAN DAFTAR ISI... xii

HALAMAN DAFTAR TABEL... xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Identifikasi Masalah... 6

C. Pembatasan Masalah... 7

D. Perumusan Masalah... 7

E. Tujuan Penelitian... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSATAKA... 9

A. Supervisi ... 9

(13)

xiii

2.Tujuan Supervisi... 11

3.Fungsi Supervisi ... 13

4.Sasaran Supervisi... 15

5.Prinsip-Prinsip Supervisi... 22

6.Teknik-Teknik Supervisi... 25

7.Pendekatan Dalam Pelaksanaan Supervisi ... 29

8.Tipe -Tipe Supervisi... 32

9.Prosedur Pelaksanaan Supervisi ... 35

B. Tingkat Kepuasan... 38

1.Pengertian... 38

2.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan... 41

3.Teori Kepuasan... 43

C. Penelitian yang Relevan ... 46

D. Kerangka Berpikir dan Hipotesis... 47

BAB III METODE PENELITIAN... 50

A. Jenis Penelitian... 50

B. Subjek dan Objek Penelitian... 50

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 51

D. Populasi dan Sampel... 51

E. Pengumpulan Data Penelitian... 52

F. Data yang Dicari... 53

(14)

xiv

H. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 54

I. Pengujian Instrumen Penelitian ... 56

J. Uji Normalitas ... 60

K. Teknik Analisis Data ... 60

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH... 63

1. Sejarah dan Perkembangan SMP Santa Theresia ... 63

2. Data Kepala Sekolah, Guru, dan Karyawan... 64

3. Data Siswa/Siswi... 66

4. Kondisi Lingkungan Secara Geografis... 66

5. Visi dan Misi... 67

6. Fasilitas-Fasilitas ... 68

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN... 69

A. Uji Prasyarat Regresi ... 69

B. Deskripsi Penelitian... 74

C. Analisis Data ... 75

D. Pembahasan ... 79

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN... 81

A. Kesimpulan ... 81

B. Keterbatasan... 82

C. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA... 84

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel III.1 : Skala Likert... 54

Tabel III.2 : Kisi-kisi Kuesioner ... 55

Tabel III.3 : Hasil Uji Validitas ... 58

Tabel III.4 : Hasil Uji Reliabilitas ... 59

Tabel III.5 : Penilaian Acuan Patokan... 61

Tabel IV.1 : Daftar Nama Kepala Sekolah... 64

Tabel IV.2 : Daftar Nama Guru ... 65

Tabel IV.3 : Daftar Nama Karyawan ... 66

Tabel IV.4 : Daftar Jumlah Siswa ... 66

Tabel V.1 : Uji Normalitas One Sample K-S ... 69

Tabel V.2 : Hasil Analisis Korelasi ... 70

Tabel V.3 : Hasil Analisis Uji R square ... 71

Tabel V.4 : Hasil Analisis Uji F ... 72

Tabel V.5 : Hasil Analisis Uji t ... 73

Tabel V.6 : Deskripsi Responden Berdasarkan Mata Pelajaran.... 75

Tabel V.7 : Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 76

Tabel V.8 : Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ... 76

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Data Hasil Penelitian... 86

2. Lampiran 2 : Data Hasil Pengolahan SPSS... 93

3. Lampiran 3 : Data Hasil Analisis Data ... 103

4. Lampiran 4 : Kuesioner ... 105

5. Lampiran 5 : Surat Ijin Penelitian... 112

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab XI pasal 39 ayat 2 (Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003) menyatakan bahwa:

“Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama pendidikan pada perguruan tinggi”.

Pasal tersebut menunjuk kepada guru, bahwa guru adalah pendidik yang merupakan tenaga profesional yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dari perencanaan, pelaksanaan pembelajaran, sampai dengan evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran. Evalua si dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik yang hasilnya dapat dijadikan umpan balik bagi guru untuk mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukannya.

Salah satu tanda bahwa proses pelaksanaan pembelajaran yang berhasil adalah diperolehnya nilai hasil evaluasi yang baik oleh peserta didik, sehingga dengan nilai yang didapatnya itu terpenuhi persyaratan untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. Sebaliknya, proses pelaksanaan pembelajaran tidak berhasil ditandai dengan diperolehnya nilai oleh peserta didik tetapi tidak dapat

(18)

digunakan untuk memenuhi persyarataan melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan selanjutnya.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Bab XI pasal 40 ayat 2b (UU RI, 20/2003:27) mengemukakan, “bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan”. Dari pasal tersebut menuntut pendidik , yaitu guru untuk melaksanakan kewajiban profesionalnya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan karena guru yang menjadi pelaku utama pelaksanaan pembelajaran. Guru memerlukan pembimbing untuk dapat mengembangkan kemampuan profesionalnya terutama dalam mengelola proses pembelajaran. Oleh sebab itu kepala sekolah dapat menggunakan perannya sebagai seorang supervisor.

(19)

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa banyak kepala sekolah belum berhasil menerapkan ketrampilan dan pengetahuan yang didapatkan selama penataran dan pelatihan. Kepala sekolah belum mampu mendudukkan diri selaku manajer dalam tugasnya mengelola unit layanan jasa pendidikan, dia belum mampu membawa sekolah mencapai tujuan-tujuan yang diharapkan dan mempengaruhi guru-guru melaksanakan tugas-tugas dalam rangka pencapaian tujuan organisasi. Manajemen sekolah pun dinilai masih belum baik karena kurangnya kemampuan pemimpinnya.

Kenyataan ini membawa kita kepada permenungan bahwa sesungguhnya baik buruknya kondisi dan situasi organisasi sekolah, rasa puas guru terhadap kepemimpinan kepala sekolah tergantung pada bagaimana kepala sekolah selaku pucuk pimpinan me ngelola dan memimpin organisasinya, tergantung pada bagaimana kepala sekolah mengambil kebijakan, keputusan dan pemecahan masalah yang terkait dengan pengelolaan dan penyelenggaraan sekolah dan seberapa jauh kepala sekolah memanusiakan bawahan dengan pemberdayaan dan kesempatan berpartisipasi kepada bawahannya dalam mencapai tujuan.

(20)

dirasakan masih rumit dan kompleks saat ini adalah mengenai mutu pendidikan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, sekolah memegang peranan sangat penting karena sekolah merupakan tempat yang terlibat langung dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena itu sekolah sebagai suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen pendidikan perlu dikelola secara efektif dan efisien sehingga diperoleh hasil yang optimal dalam upaya mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan (Nanang, 2000:81).

Dalam sistem sekolah, kedudukan kepala sekolah merupakan faktor penentu, penggerak semua sumber daya yang ada agar dapat berfungsi secara maksimal dalam meningkatkan mutu pendidikan. Keberhasilan suatu sekolah sangat dipengaruhi oleh keberhasilan kepala sekolah da lam melaksanakan fungsinya.

Untuk meningkatkan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan cara meningkatkan mutu guru dan staf sekolah. Mutu pendidikan dapat meningkat apabila guru-guru memperoleh kepuasan. Kepuasan dapat diperoleh melalui hasil kerja sendiri, penghargaan dari atasan atau orang lain atas prestasi kerjanya, dan adanya kesesuaian antara tuntutan pekerjaan dengan prestasi yang dicapai. Untuk menentukan keberhasilan kinerja guru di sekolah dapat dilaksanakan oleh kepala sekolah melalui kegiatan supervisi, yang semua itu dimaksudkan untuk memperbaiki kegiatan pengajaran yang dilaksanakan oleh guru di sekolah.

(21)

bermutu maka guru juga harus bermutu. Guru dikatakan bermutu apabila memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap serta memiliki wawasan yang cukup dan mau menggunakan potensi yang ada secara optimal. Rendahnya kinerja guru terkait dengan kepuasan guru terhadap pelaksanaan supervisi. Kenyataan membuktikan bahwa tidak ada perbedaan penghargaan antara guru yang rajin dengan guru yang tidak rajin. Keadaan demikian membuat kinerja guru dalam melaksanakan pengajaran menjadi kurang optimal.

Untuk mengantisipasi hal tersebut, kepala sekolah perlu melaksanakan fungsinya secara efektif. Supervisi merupakan salah satu fungsi kepala sekolah untuk meningkatkan kualitas guru dalam melaksanakan pengajaran. Supervisi merupakan suatu proses pemberian bantuan kepada guru untuk meningkatkan kualitas pengajaran.

(22)

B. Identifikasi Masalah

Kepala sekolah perlu melaksanakan supervisi agar sasaran dalam proses belajar mengajar dapat tercapai secara optimal. Pelaksanaan supervisi bertujuan untuk memperbaiki kinerja guru dalam melaksanakan pengajaran. Dengan demikian masalah-masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan supervisi dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Kepala sekolah belum melaksanakan supervisi secara optimal sebagaimana diharapkan.

2. Hasil supervisi tidak berdampak nyata terhadap kinerja guru.

3. Pembinaan yang diberikan terkadang tidak sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh guru .

4. Pembinaan yang dilakukan terkadang tidak sesuai dengan keinginan/kehendak guru.

5. Pembinaan yang dilaksanakan tidak dapat memotivasi guru.

(23)

C. Pembatasan Masalah

Mengingat ada banyak hal yang mempengaruhi kepuasan kerja guru misalnya gaji, lingkungan kerja, kepemimpinan kepala sekolah, supervisi, dan lain-lain, maka masalah yang akan diteliti dibatasi pada interaksi antara kepala sekolah dengan guru dalam pelaksanaan supervisi pendidikan.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan: Bagaimanakah tingkat kepuasan guru terhadap pelaksanaan supervisi pendidikan di sekolah?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menganalisis bagaimana tingkat kepuasan guru terhadap pelaksanaan supervisi pendidikan di sekolah.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi: 1. Kantor Dinas Pendidikan

(24)

2. Kepala Sekolah

Dalam melaksanakan supervisi perlu memperhatikan masukan dari guru agar supervisi yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan guru

3. Para Peneliti Bidang Pendidikan

(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Supervisi

1. Pengertian Supervisi

Untuk dapat memahami peranan dan fungsi supervisi di sekolah maka dikemukakan beberapa difinisi supervisi. Adam & Dickey (Sahertian, 1982:18) berpendapat bahwa, supervisi adalah program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran. Program itu pada hakikatnya adalah untuk memperbaiki hal belajar dan mengajar.

Dictionary of Education Good Carter, (Sahertian, 1982:18) memberi pengertian supervisi sebagai berikut:

Supervisi adalah usaha dari petugas-petugas sekolah dalam memimpin guru-guru dan petugas-petugas lainnya dalam memperbaiki pengajaran, termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan guru-guru serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode serta evaluasi pengaja ran.

Boardman (Sahertian, 1982:19) menganalisis supervisi pendidikan dari pandangan yang demokratis sehingga supervisi dijelaskan sebagai suatu usaha menstimulasi, mengkoordinir, dan membimbing secara kontinu pertumbuhan guru-guru di sekolah baik secara individual maupun secara kolektif, agar lebih mengerti dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran. Dengan demikian mereka dapat menstimulasi

(26)

dan membimbing setiap murid secara kontinu serta mampu dan lebih cakap berpartisipasi dalam masyarakat modern.

Menurut Harris (Sahertian, 2000:18) supervisi pengajaran adalah segala sesua tu yang dilakukan personalia sekolah dengan cara yang langsung mempengaruhi proses belajar mengajar dalam usaha meningkatkan proses belajar siswa.

Arikunto (2004:4) mengemukakan:

“Supervisi yang berasal dari bahasa Inggris terdiri dari dua akar kata, yaitu super yang artinya ‘di atas’ dan vision yang mempunyai arti ‘dilihat’, maka secara keseluruhan supervisi diartik an sebagai ‘melihat dari atas’, dengan pengertian itulah maka supervisi diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh pegawas dan kepala sekolah sebagai jabatan yang berkedudukan di atas…atau lebih tinggi dari guru untuk melihat atau mengawasi pekerjaan guru…”

(27)

2. Tujuan Supervisi

Kata kunci supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan kepada guru-guru, maka tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk mengembangkan situasi belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas. Sahertian (1982:23) mengemukakan tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada digilirannya untuk meningkatkan kualitas belajar siswa.

Selanjutnya, menurut Sahertian & Ma taheru Frans (1982:23):

“Tujuan supervisi ialah memperkembangkan situasi belajar dan mengajar yang lebih baik. Usaha ke arah perbaikan belajar dan mengajar ditujukan kepada pencapaian tujuan akhir dari pendidikan yaitu pembentukan pribadi anak secara maksimal”.

Pendapat tersebut kemudian diperjelas dengan tinjauan konkret supervisi pendidikan yaitu:

a) Membantu guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan. b) Membantu guru-guru dalam membimbing pengalaman belajar

murid-murid.

c) Membantu guru-guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman kerja.

d) Membantu guru-guru dalam menggunakan metode-metode dan alat-alat pelajaran modern.

(28)

f) Membantu guru dalam hal menilai kemajuan murid -murid dan hasil pekerjaan guru itu sendiri.

g) Membantu guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru dalam rangka pertumbuhan pribadi dan jabatan mereka.

h) Membantu guru baru di sekolah sehingga mereka merasa gembira dengan tugas yang diperolehnya.

i) Membantu guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat. j) Membantu guru agar waktu dan tenaga tercurahkan sepenuhnya dalam

pembinaan sekolahnya.

Burton H William & Brueckner Leo J (Burhanudin, 1990:292), tujuan langsung supervisi adalah mengembangkan kegiatan belajar mengajar secara kooperatif dan menyenangkan.

Arikunto (2004:40) mengemukakan tujuan umum supervisi adalah:

(29)

3. Fungsi Supervisi

Kimball Wiles (Sahertian, 2000:24) menyatakan,

“Supervisi berguna untuk: (a) membantu (assisting): kegiatan dilakukan untuk membantu guru dalam usahanya menguasai kecakapan-kecakapan baru, (b) suport (suporting): memberi dorongan bagi guru untuk melaksanakan tugasnya, (c) mengajak dan mengikutsertakan (sharing): memberikan ajakan dengan mengikutsertakan guru yang di supervisi guna mengemukakan tentang hal-hal yang terja di pada pelaksanakan pengajaran”.

Dengan demikian seorang supervisor yang melaksanakan perannya memberi bantuan pelayanan profesional kepada guru, supervisor harus betul-betul memahami masalah pembelajaran guru, sebagai dasar untuk dapat memberikan bantuan yang tepat bagi terwujudnya proses pembelajaran yang efektif, supervisor harus bisa mengkondisikan agar guru dengan kerelaan sendiri mengemukakan kesulitan dan hambatan yang dihadapi baik secara perorangan maupun kelompok, untuk selanjutnya supervisor memberi kesempatan kepada guru untuk mengembangkan kreativitas dan mengembangkan gagasan-gagasan bagi perbaikan pengajaran, supervisor harus dekat dengan guru.

Amentembun (Burhanudin, 1990:298) menggariskan fungsi-fungsi supervisi pendidikan seperti di bawah ini:

1) Penelitian: dalam rangka mengumpulkan data mengenai situasi belajar mengajar yang sebenarnya.

(30)

diteliti. Kesimpulannya tentu saja memuat segala tanggapan dan penilaian atas dasar data yang telah diinterpretasikan secara objektif. 3) Perbaikan: tujuan utama supervisi untuk memperbaiki situasi belajar

mengajar dengan segala aspeknya ke arah yang lebih baik.

4) Pembinaan: supervisor dapat melakukan bimbingan ke arah pembinaan orang-orang yang disupervisi, dan perbaikan situasi dengan memanfaatkan segala sumber yang ada demi terwujudnya tujuan-tujuan pendidikan yang dicita-citakan.

Menurut Arikunto (2004:13),

(31)

pembelajaran; (c) fungsi membina dan memimpin: supervisi mempunyai fungsi memimpin yang dilakukan oleh pejabat yang diserahi tugas memimpin sekolah yaitu kepala sekolah, diarahkan kepada guru dan tenaga tata usaha. Sasaran utamanya adalah guru, dengan asumsi bahwa jika guru sudah meningkat, akan ada dampaknya bagi siswa”.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat diambil kesimpulkan bahwa fungsi supervisi adalah: meneliti, menilai, memperbaiki, membina dan memimpin proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru sehingga guru memiliki kemampuan dalam bidang pembelajaran untuk dapat melaksanakan proses pembelajaran sebaik-baiknya yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan mutu serta hasil pembelajaran.

4. Sasaran Supervisi

(32)

Sahertian dan Mataheru (Burhanudin, 1970:259) menyatakan tujuan konkret supervisi adalah:

1) Membantu guru-guru melihat dengan jelas tujuan-tujuan pendidikan 2) Membantu guru-guru dalam membimbing pengalaman belajar

murid-murid

3) Membantu guru-guru dalam menggunakan sumber-sumber pengalaman belajar

4) Membantu guru dalam menggunakan metode -metode dan alat-alat pelajaran modern

5) Membantu guru-guru dalam memenuhi kegiatan belajar murid-murid 6) Membantu guru-guru dalam hal nilai kemajuan murid-murid dan

hasil pekerjaan guru itu sendiri

7) Membantu guru-guru dalam membina reaksi mental atau moral kerja guru-guru dalam rangka penumbuhan pribadi dan jabatan mereka 8) Membantu guru-guru baru di sekolah sehingga mereka merasa

gembira dengan tugas yang diperolehnya

9) Membantu guru-guru agar lebih mudah mengadakan penyesuaian terhadap masyarakat dan cara-cara menggunakan sumber-sumber masyarakat dan seterusnya

(33)

Tujuan konkret supervisi tersebut menunjukkan tugas-tugas nyata yang harus dilakukan oleh kepala sekolah dalam rangka memperbaiki dan mengembangkan “setting” pembelajaran dalam segala aspeknya, yang berpengaruh kearah yang lebih baik, dan hal tersebut juga menjadi pedoman kegiatan bagi kepala sekolah sebagai seorang supervisor.

Supervisi adalah usaha untuk menstimulasi dan membimbing perkembangan guru di sekolah agar lebih efektif. Guru merupakan penanggung jawab proses pembelajaran di kelas sehingga unsur utama yang terkait untuk menjadi sasaran supervisi adalah guru.

Ada beberapa hal yang harus dikuasai oleh seorang guru, yang dapat menjadi sasaran dalam pelaksanaan supervisi dari seorang supervisor. Supervisor dapat melihat kemampuan gur u dari hal-hal sebagai berikut (Arikunto: 2004:31):

(a) Satuan pe lajaran dan rencana pengajaran (b) Tes

(c) Laboratorium dan proyek-proyek khusus (d) Materi dan media

(e) Bacaan dan narasumber (f) Hasil siswa

(g) Rekaman-rekaman guru (portfolio)

(34)

Terdapat 6 (enam) faktor yang dapat menentukan hasil dari suatu proses pembelajaran (Arikunto: 2004:32) yaitu:

a) Siswa adalah bahan yang akan diolah dalam suatu proses pembelajaran dengan berbagai tujuan yaitu dikuasainya segenap pengetahuan, kemampuan, ketrampilan dan lain -lain oleh siswa setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan.

b) Guru adalah pelaku yang berperan langsung dalam proses pembelajaran mengelola siswa, dengan kemampuan profesionalnya. c) Kurikulum adalah komponen yang mengatur bagaimana guru harus

melaksanakan proses pembelajaran dengan bahan, waktu, metode,dan lain-lain serta target yang akan dicapai.

d) Sarana-prasarana adalah berupa hal atau konsep yang membantu untuk memperjelas konsep dengan sarana dan prasarana yang cukup, sehingga konsep dari guru akan lebih mudah diterima oleh siswa. e) Pengelolaan adalah tindakan dalam melakukan pengelolaan,

pengaturan berbagai komponen yang ada, seperti: siswa, sarana yang dibutuhkan, metode atau cara-cara yang paling tepat yang akan dilakukan oleh guru sehingga tercapainya tujuan yang diharapkan. f) Lingkungan adalah hal-hal yang ada di sekitar pelaksanaan

(35)
(36)

Pelaksanaan supervisi terhadap 6 (enam) faktor sasaran supervisi di atas, oleh Arikunto (2004:35) diuraikan sebagai berikut:

Komponen SAK SAD SLS

Kerajinan siswa yang terdaftar di sekolah yang bersangkutan, jumlah siswa yang menghasilkan piala kemenangan untuk sekolah, kerajinan siswa mengikuti lomba karya ilmiah atau lomba-lomba yang siswa di kelas atau

Banyaknya guru yang memiliki kewenangan mengajar mata pelajaran yang sesuai, banyaknya guru yang berlatar pendidikan yang tinggi, jumlah piagam yang diperoleh guru, semangat guru untuk mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

(37)

pokok bahasan

Kondisi gedung dan ruang kelas,

banyaknya buku paket yang dimiliki oleh sekolah, pemilikan ruang serba-guna. Kondisi ruang-ruang pendukung kegiatan siswa.

5 Pengelolaan Pembagian siswa dalam ke papan tulis mengerjakan ke kelas -kelas.

Kepemimpinan kepala sekolah, penunjukan guru untuk mewakili kepala sekolah menghadiri rapat kabupaten, hubungan jalinan antara sekolah dengan BP3 dan masyarakat lain. siswa di kelas.

Ketertiban dengan BP3 dan masyarakat, hubungan sekolah dengan sekolah lain.

Sumber: Dasar-dasar Supervisi (Arikunto, 2004:33)

(38)

Dari sasaran yang dituju adalah komponen guru dengan objek supervisi adalah perhatian guru kepada siswa yang sedang sibuk belajar, penampilan guru dalam menjelaskan materi pelajaran, ketrampilan guru dalam menggunakan alat peraga, ketelitian guru dalam menilai hasil belajar siswa di kelas atau mengoreksi pekerjaan siswa. Maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi objek supervisi adalah kemampuan profesional guru dalam pengelolaan pembelajaran.

Dengan demikian supervisi profesional kepala sekolah terhadap guru digolongkan sebagai supervisi akademik, sedangkan supervisi dengan fokus persiapan pembelajaran yang terdiri: satuan pelajaran, buku kumpulan soal, daftar nilai, catatan prestasi siswa adalah kegiatan yang bersifat administratif sebagai pendukung pembelajaran.

5. Prinsip-prinsip Supervisi

Sahertian (1982:30) menyatakan:

(39)

Untuk terlaksananya kondisi tersebut maka prinsip supervisi yang dilaksanakan adalah:

a) Prinsip Ilmiah (scientific)

Prinsip ilmiah mengandung ciri-ciri sebagai berikut:

1) Kegiatan supervisi dilaksanakan berdasarkan data obyektif yang diperoleh dalam kenyataan pelaksanaan proses belajar mengajar. 2) Untuk memperoleh data perlu diterapkan alat perekam data seperti

angket, observasi, percakapan pribadi dan seterusnya.

3) Setia p kegiatan supervisi dilaksanakan secara sistematis, berencana dan kontinu.

b) Prinsip Demokratis

Servis dan bantuan yang diberikan kepada guru berdasarkan hubungan kemanusian yang akrab dan kehangatan sehingga guru-guru merasa aman untuk mengembangkan tugasnya. Demokratis mengandung makna menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru, bukan berdasarkan atasan dan bawahan tapi rasa kesejawatan.

c) Prinsip Konstruktif dan Kreatif

(40)

Dari prinsip-prinsip supervisi dapat diketahui maknanya bahwa supervisi sebagai suatu kegiatan untuk dilakukan terencana, rutin, berkelanjutan yang dilakukan oleh kepala sekolah, yang menggunakan data dari hasil pengamatan atau observasi nyata menggunakan instrumen yang dapat memberikan informasi yang sebenarnya, sama sekali bukan hasil pelajaran pribadi supervisor. Hubungan antara supervisor bukan bersifat hararkis yang memposisikan atasan dengan bawahan, namun hubungan kesejajaran, hubungan kemanusian yang akrab, saling percaya, yang di supervisi merasa ada sesuatu yang dibutuhkan yaitu bantuan maupun bimbingan yang akan diberikan oleh supevisor.

(41)

6. Teknik -teknik Supervisi

Supervisi merupakan salah satu usaha untuk membantu meningkatkan dan mengembangkan kemampuan guru dalam proses pengajaran. Secara garis besar, cara atau teknik supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu teknik perseorangan dan teknik kelompok. a. Teknik perseorangan

Yang dimaksud teknik perseorangan dalam kegiatan supervisi adalah bantuan yang dilakukan secara sendiri oleh petugas supervisi, baik terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas. Dalam hal ini yang disupervisi mungkin juga perseorangan, tetapi mungkin juga bukan hanya seorang. Maksudnya adalah memberikan bimbingan perseorangan atau individual.

1) Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation)

Supervisi dengan kunjungan kelas dilakukan baik pada saat guru sedang mengajar atau kelas sedang kosong ataupun berisi guru dan siswa yang tidak sedang melakukan proses pembelajaran. Tujuannya adalah untuk mengetahui situasi kelas yang sebenarnya, sebaiknya terjadi diskusi antara supervisor dengan guru untuk merumuskan cara melaksanakan pembelajaran yang baik.

2) Mengadakan observasi kelas (classroom observation)

(42)

mengajar dengan menggunakan alat, metode, materi dan lain-lain, yang intinya guru sedang melaksanakan proses pembelajaran. Hasil pengamatan menjadi bahan supervisor untuk membimbing guru dengan cara mengundang guru untuk berdiskusi atau wawancara. 3) Mengadakan wawancara perseorangan (individual interview)

Supervisi dengan maksud untuk mendapatkan jawaban dari individu tertentu. Hal itu dilakukan untuk mencari penyelesaian suatu masalah yang tidak boleh diketahui oleh orang lain, dapat juga dilakukan untuk menge cek kebenaran data yang sudah dikumpulkan dari orang lain.

4) Mengadakan wawancara kelompok (group interview)

Dengan teknik ini masing-masing anggota dan kelompok mempunyai kesempatan dan kedudukan yang sama untuk mengemukakan pendapatnya. Diskusi dilakukan dengan duduk bersama dalam meja bundar, pewawancara duduk berada di antara anggota kelompok.

b. Teknik Kelompok

Yang dimaksud teknik kelompok dalam kegiatan supervisi yaitu teknik yang dapat dilaksanakan bersama-sama oleh supervisor dengan beberapa guru dalam satu kelompok.

1) Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting)

(43)

informasi dapat segera sampai kesemua warga dengan cepat. Kepala sekolah harus dapat melakukan fungsi pengarahan

(directing), pengoordinasian (coordinating), dan

pengkomunikasian (communicating), pertemuan diselenggarakan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan.

2) Mengadakan diskusi kelompok (group discussion)

Diskusi kelompok sangat baik dilakukan sebagai metode untuk mengumpulkan data, diskusi kelompok dapat digabungkan dengan teknik wawancara kelompok. Teknik ini digunakan untuk mempertemukan pendapat antara pimpinan dalam bentuk pertemuan khusus antar staf pemimpin saja. Sekolah dapat menerapkan pertemuan khusus yang dihadiri guru mata pelajaran tertentu atau yang berlainan sesuai dengan keperluannya untuk penyelenggaraan diskusi kelompok ini.

3) Mengadakan penataran-penataran (in-service training)

Penataran sebagai satu wadah untuk meningkatkan kemampuan guru dan staf. Penataran dapat berfungsi sebagai in-service training maupun pre-service training. Sekolah dapat mengundang nara sumber, tetapi untuk menghemat dapat juga penataran dilakukan bersama beberapa sekolah lain

(44)

dilakukan oleh supervisor (kepala sekolah) dengan datang ke kelas untuk melihat cara guru mengajar di kelas yang tujuan utamanya adalah memperoleh data mengenai keadaan yang sebenarnya selama guru mengajar, data yang digunakan sebagai dasar supervisor bersama guru mengadakan diskusi sebagai tindak lanjut supervisi. Hal ini bertolak belakang dengan pendapat Suharsimi Arikunto yang berpendapat teknik perkunjungan kelas dilakukan oleh pengawas atau kepala sekolah ke sebuah kelas, baik keadaan guru sedang melangsungkan proses pembelajaran maupun saat kelas sedang kosong, lebih lanjut Suharsimi Arikunto menggolongkan langkah supervisor seperti tersebut di atas sebagai observasi kelas (classroom observation) seperti yang dikemukakan sebagai berikut (Arikunto, 2004:5) yang dimaksud dengan observasi kelas adalah: “kunjungan yang dilakukan oleh supervisor, baik pengawas atau kepala sekolah ke sebuah kelas…”

(45)

Dapat disimpulkan bahwa kemampuan profesional yang dimaksud adalah kemampuan guru dalam hal:

(a) Menguasai materi pelajaran

(b) Merencanakan program belajar mengajar (c) Melaks anakan proses belajar mengajar (d) Menilai kemajuan proses belajar mengajar.

Arikunto (2004:33) mengemukakan kegiatan pokok supervisi adalah: “Melakukan pembinaan kepada personil sekolah pada umumnya dan khususnya guru, agar kualitas pembelajaran meningkat sebagai dampak dari meningkatnya kualitas pembelajaran, diharapkan dapat meningkat pula prestasi belajar siswa, dan itu berarti meningkat pada kualitas lulusan sekolah”.

Dengan melihat sasaran supervisi adalah guru yang melakukan kegiatan pembelajaran di kelas, maka supervisi yang tepat untuk dilakukan oleh kepala sekolah adalah supervisi akademik dengan teknik supervisi observasi kelas.

7. Pe ndekatan dalam Pelaksanaan Supervisi

Pendekatan dalam pelaksanaan supervisi didasarkan pada prinsip-prinsip psikologis. Pendekatan atau teknik yang digunakan sangat bergantung kepada prototype guru.

a. Pendekatan Langsung (direktif)

(46)

berdasar dari pemahaman terhadap psikologi behaviorisme, bahw a segala perbuatan berasal dari refleks yaitu respons terhadap rangsangan atau stimulus. Karena guru mempunyai kekurangan, perlu diberi rangsangan agar ia bisa bereaksi, supervisor dapat menggunakan

reinforcement (penguatan) dan punishment (hukuman).

Pendekatan dapat dilakukan dengan perilaku supervisor seperti berikut: (1) menjelaskan, (2) menyajikan, (3) mengarahkan, (4) memberi contoh, (5) menetapkan tolak ukur, dan (6) menguatkan. Cara pendekatan ini dilakukan terhadap guru yang acuh tak acuh dan bermut u rendah.

b. Pendekatan Tidak Langsung (non-direktif)

(47)

Perilaku supervisor dalam pendekatan non-direktif sebagai berikut: (1) mendengarkan, (2) memberikan penguatan, (3) menjelaskan, (4) menyajikan, (5) memecahkan masalah.

c. Pendekatan Kolaboratif

Pendekatan kolaboratif adalah cara pendekatan yang memadukan cara direktif dan nondirektif menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini antara supervisi maupun guru-guru bersama-sama menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Pendekatan kolaboratif didasarkan pada psikologi kognitif, yang beranggapan bahwa belajar adalah hasil paduan antara kegiatan individu dengan lingkungan yang pada gilirannya nanti berpengaruh pada pembentukan aktivitas individu. Pendekatan kolaboratif ada dua arah yaitu dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas.

Perilaku supervisor sebagai berikut: (1) menyajikan, (2) menjelaskan, (3) mendengarkan, (4) memecahkan masalah, dan (5) negosiasi. Pendekatan kolaboratif paling tepat diterapkan pada guru yang terlalu sibuk dan tukang kritik.

(48)

8. Tipe -tipe Supervisi

Arikunto (2004:14) membagi tipe supervisi menjadi lima tipe supervisi, yaitu (1) tipe inspeksi, (2) tipe laissses faire, (3) tipe coersive,

(4) tipe training and guidance, dan (5) tipe demokratis. a. Tipe Inspeksi

Supervisor berlaku seperti inspektur yang bertugas mengawasi pekerjaan, supervisi ini digunakan untuk mengawasi, meneliti dan mencermati tugas sudah dilaksanakan seperti perintah atau belum. Supervisi jauh dari upaya memberikan bantuan atau bimbingan tipe ini lazim dilakukan oleh pejabat yang melakukan pengawasan, yang bertanggung jawab atas terlaksananya tugas sehari-hari oleh bawahan yang berada dalam tugas pengawasannya.

b. Tipe laisses faire

Para pegawai dibiarkan saja bekerja sekehendaknya tanpa diberi petunjuk yang benar. Ditinjau dari kemerdekaan dan kebebasan pegawai sebetulnya tipe supervisi ini dapat dikatakan baik, karena guru diberi kesempatan untuk berkreasi sebagaimana mereka berinisiatif. Namun ditinjau dari kemampuan individual pegawai yang bervariasi, memberikan kebebasan kepada orang yang kurang inisiatif berarti sama saja dengan membiarkan mereka tidak bergerak.

c. Tipe coersive

(49)

kemampuan pihak yang disupervisi tetapi tetap saja dipaksakan berlakunya. Guru sama sekali tidak diberi kesempatan untuk bertanya mengapa harus demikian. Sebagai dampak dari perlakuan tersebut guru menjadi acuh tak acuh terhadap semua persoalan sekolah, atau menghindari tugas yang diberikan atau paling rendah mereka akan membantah.

d. Tipe training and guidance

Diartikan sebagai memberikan latihan dan bimbingan. Sesuai dengan makna luas pendidikan yakni merupakan proses pertumbuhan, perkembangan serta peningkatan, maka supervisi mendorong terjadinya pertumbuhan. Untuk ini diperlukan tambahan latihan dan bimbingan kepada guru dan staf tata usaha.

e. Tipe Demokratis

(50)

Perhatian dalam supervisi tipe ini adalah bahwa pemimpin bukan hanya memusatkan perhatiannya pada kemajuan situasi belajar mengajar saja. Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, kepala sekolah sebagai supervisor harus mampu meningkatkan kepemimpinannya yang dapat mengembangkan program seluruh sekolah dan memberdayakan lingkungan bagi semua guru, mengusahakan tercapainya kelengkapan sarana dan peralatan belajar sehingga memungkinkan orang dapat bekerja dan berkomunikasi secara optimal dalam pencapaian tujuan dan cara melaksanakan strategi pencapaiannya. Seorang kepala sekolah harus memiliki wawasan yang luas dan pandangan yang jeli agar dapat memperoleh sumber informasi maupun sumber dana yang memungkinkan pertumbuhan warga sekolah baik secara individual maupun kelompok dalam meningkatkan kecakapan mereka.

(51)

pada akhirnya dapat diterima guru bukan sebagai beban yang terpaksa dilakukan tetapi sebagai sesuatu yang diperlukan.

Demikian juga tipe yang tepat untuk dikembangkan dalam kegiatan supervisi adalah tipe demokratis karena dengan tipe itu dapat diciptakan suasana kondusif untuk berkembangnya ide, gagasan dan kretivitas guru yang dampaknya guru dapat mengembangkan diri secara optimal, pembelajaran akan lebih bermutu selanjutnya hasil belajarpun diharapkan meningkat.

9. Prosedur Pelaksanaan Supervisi

Ada berbagai teori yang dapat digunakan sebagai acauan dalam pelaksanaan supervisi dengan sasaran yang dituju komponen guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Ada beberapa tahap yang harus dilakukan oleh seorang supervisor ketika mengunjungi proses pembelajaran untuk mempelajari gaya mengajar guru, kemampuan dan kebutuhan dalam proses belajar mengajar menurut Lunenburg & Orstein (2000:507-509), yaitu:

1. Pra-observasi

(52)

pengamatan yang akan dilaksanakan dan setelah pengamatan dan tindak lanjut terhadap hasil pengamatan.

2. Observasi

Selama observasi, supervisor memperhatikan perilaku-perilaku khusus dan interaksi antara guru dan siswa. Supervisor selama mengamati, membuat catatan-catatan sebagai laporan tertulis yang berisi pendapat dan pandangannya terhadap penampilan guru yang disupervisi agar betul-betul berfungsi seperti yang diharapkan untuk meningkatkan kemampuan guru, maka supervisi harus sering dilakukan paling tidak 2 (dua) kali dalam setahun. Demikian juga sebaiknya supervisor memberitahu terlebih dahulu sebelum supervisi dilakukan. Jika pada tahap pra-observasi menekankan hal-hal yang akan dinilai, pelaksanaan observasi harus sesuai rencana dan tujuan yang ingin dicapai, konsentrasi pengamat ditujukan pada fokus utama pengamatan. Setelah pengamatan selesai, guru sebaiknya diberi nilai yang mencerminkan penampilannya selama mengajar, lebih jauh lagi temuan hasil supervisi agar menjadi bahan penelitian guru sebagai umpan balik.

3. Pasca-observasi

(53)

Pada tahap ini supervisor melakukan fungsinya untuk membantu guru mengembangkan kemampuannya dalam memahami pengajaran, kehidupan kelas, pengembangan keterampilan mengajar dan menggunakan teknik-teknik tertentu baik secara individual maupun kelompok. Menumbuhkan motivasi guru artinya mendorong guru mengembangkan kemampuannya, mendorong guru agar memiliki perhatian yang sungguh-sungguh (commitment) terhadap tugas dan tanggung jawabnya.

Pelaksanaan kegiatan pada pertemuan akhir ini, supervisor bersama orang yang disupervisi untuk mendiskusikan hasil supervisi. Pada saat itu guru yang disupervisi mendapat kesempatan untuk menyampaikan pendapatnya mengenai pelaksanaan tugasnya di kelas yang diamati oleh supervisor. Sebaliknya supervisor dapat menggunakan kesempatan membantu guru tersebut mengamati kesulitan pribadinya dalam hubungan dengan pelaksanaan tugas pekerjaannya. Supervisor juga dapat memberi tugas dalam rangka usaha memperbaiki kekurangan yang dialaminya. Hambatan yang ditemui dalam proses pelaksanaan pembelajaran dicari pemecahannya oleh guru dengan mempertimbangkan saran dari supervisor.

(54)

merupakan suatu kebutuhan bagi kepentingan kemajuan pendidikan di sekolah. Hal-hal yang akan menjadi fokus pengamatan supervisor juga perlu diketahui oleh guru. Hasil supervisi harus merupakan gambaran kemampuan guru yang sesungguhnya

Supervisor harus menjelaskan dan guru harus mengerti bagaimana menjadi guru yang baik karena guru merupakan salah satu penentu bagi upaya peningkatan mutu pendidikan. Supervisor yang dapat membina guru dalam hubungannya dengan pelaksanaan tugas mengajar adalah kepala sekolah karena kepala sekolah dapat mempunyai kesempatan untuk bertemu dan melakukan secara berkelanjutan. Hal itu tidak mungkin dilakukan oleh supervisor yang berkedudukan sebagai pengawas karena tugas ampunya sangat luas. Pengawas hanya dapat mengkomunikasikan hasil pelaksanaan supervisi kepada kepala sekolah yang dapat berwujud catatan-catatan hasil supervisi.

B. Tingkat Kepuasan

1. Pengertian

(55)

mendayagunakan guru, perlu diciptakan kondisi-kondisi yang tidak bertentangan dengan kodrat manusiawi.

(56)

Sikap karyawan yang berkaitan dengan kepuasan kerja pada dasarnya bersifat individual. Setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan yang berbeda -beda sesuai dengan sistem nilai yang berlaku pada dirinya. Hal itu disebabkan karena adanya perbedaan pada masing-masing individu. Semakin banyak aspek-aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan keinginan individu itu akan semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakannya, dan sebaliknya. Individu yang mendapatkan kepuasan kerja akan dapat memfokuskan perhatiannya kepada kerja, tidak mudah bosan dalam bekerja, rajin, bermotivasi, dan berusaha meningkatkan kualitas prestasinya.

(57)

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Hasibuan (2002:203) mengemukakan tujuh faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu:

a. Balas jasa yang adil dan layak.

b. Penempatan yang tepat sesuai dengan keahlian. c. Berat-ringannya pekerjaan.

d. Suasana dan lingkungan pekerjaan.

e. Peralatan yang menunjang pelaksanaan pekerjaan. f.Sikap pimpinan dalam kepemimpinan.

g. Sifat pekerjaan monoton atau tidak.

Sedangkan Mangkunegara mengelompokkan faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja menjadi dua yaitu faktor pegawai dan faktor pekerjaan (Mangkunegara, 2001:120).

a. Faktor pegawai.

Faktor ini meliputi kecerdasan (IQ), kecakapan khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman kerja, masa kerja, kepribadian, emosi, cara berpikir, persepsi, dan sikap kerja.

b. Faktor pekerjaan.

(58)

Selanjutnya, Hariandja mengemukakan enam faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu gaji, pekerjaan, rekan sekerja, atasan, promosi, dan lingkungan kerja (Hariandja, 2002:291-292).

a. Gaji

Merupakan jumlah bayaran yang diterima seseorang sebagai akibat dalam pelaksanaan kerja.

b. Pekerjaan

Merupakan isi pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan. c. Rekan sekerja

Merupakan teman-teman yang senantiasa berinteraksi bersama dalam pelaksanaan pekerjaan.

d. Atasan

Merupakan seseorang yang senantiasa memberi perintah atau petunjuk dalam pelaksanaan kerja.

e. Promosi

Merupakan kemungkinan seseorang berkembang melalui kenaikan jabatan.

f. Lingkungan kerja

(59)

Berdasarkan uraian faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yang dikemukakan oleh Hasibuan, Mangkunegara, dan Hariandja maka dapat disimpulkan bahwa kepusan kerja dipengaruhi oleh empat faktor pokok. Keempat faktor itu ialah kompensasi, struktur dan jenis pekerjaan, lingkungan kerja, dan kepemimpinan.

3. Teori Kepuasan Kerja.

Beberapa teori yang menjelaskan kepuasan ke rja adalah teori keseimbangan, teori perbedaan, teori pemenuhan kebutuhan, teori pandangan kelompok, dan teori dua faktor dari Herzberg (Mangkunegara, 2002:120-123).

a. Teori Keseimbangan (equity theory)

Teori ini menyatakan bahwa seseorang akan merasa puas atau tidak puas tergantung apakah ia merasakan adanya keadilan atau tdiak atas suatu situasi. Perasaan adil atau tidak adil atas suatu situasi diperoleh dengan cara membandingkan dirinya dengan orang lain yang sekelas atau sederajat, baik satu kantor maupun di luar kantor. Menurut teori ini, elemen-elemen keadilan terdiri dari input, outcome, dan

(60)

comparison person adalah perbandingan diri sendiri dengan orang lain di dalam ataupun di lua r organisasi atau membandingkan dirinya sendiri di masa yang lampau. Menurut teori ini, setiap karyawan akan membandingkan rasio input-outcome dirinya dengan rasio input

-outcome orang lain. Dengan demikian, menurut teori ini, kepuasan seseorang ditentukan dengan membandingkan input-outcome dirinya dengan input-outcome orang lain. Jika perbandingan ini dirasakan cukup adil, maka ia akan merasa puas. Sebaliknya apabila perbandingan itu dirasakan tidak seimbang dan merugikan, akan muncul ketidakpuasan.

b. Teori Perbedaan (discrepancy theory)

Teori ini mula -mula dipelopori oleh Proter. Dalam teori ini dikemukakan bahwa pengukuran kepuasan dapat dilakukan dengan cara menghitung selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan oleh karyawan. Sela njutnya Locke mengemukakan bahwa kepuasan kerja karyawan tergantung pada perbedaan antara apa yang didapat dan apa yang diharapkan oleh pegawai.

(61)

c. Teori Pemenuhan Kebutuhan (need fulfillment theory )

Teori ini menjelaskan bahwa kepuasan kerja karyawan bergantung pada pemenuhan kebutuhan karyawan. Apabila kebutuhan terpenuhi maka karyawan akan merasa puas. Dalam teori ini juga dijelaskan bahwa kepuasan kerja akan terus meningkat jika pemenuhan kebutuhan juga terus meningkat. Sebaliknya apabila kebutuhan tidak terpenuhi maka karyawan merasa tidak puas.

d. Teori Pandangan Kelompok (social reference group theory)

Teori ini menjelaskan bahwa kepuasan kerja karyawan tidak hanya bergantung pada pemenuhan kebutuhan saja, namun justru sangat bergantung pada pandangan atau pendapat kelompok yang oleh para karyawan dipandang sebagai kelompok acuan. Apa yang menjadi pendapat atau pandangan kelompok acuan menjadi tolok ukur untuk menilai diri karyawan dan lingkungannya. Selanjutnya kepuasan akan dicapai apabila hasil kerja karyawan sesuai dengan minat dan kebutuhan yang diharapkan oleh kelompok acuan.

e. Teori Dua faktor dari Herzberg

(62)

faktor ini meliputi administrasi dan kebijakan pemerintah, kualitas pengawasan, hubungan dengan pengawas, hubungan dengan

subordinate, upah, keamanan kerja, kondisi kerja dan status.

Sedangkan faktor yang kedua adalah faktor pemotivasian (motivationalfactors). Faktor ini disebut juga satisfier, motivators, job content, dan intrinsic factors. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa faktor ini meliputi dorongan berprestasi, pengenalan, kemajuan, work it self, kesempatan berkembang dan tanggung jawab.

C. Penelitian yang Relevan

(63)

Selanjutnya diketahui ada perbedaan kepuasan kerja guru antar STM Negeri tersebut. Berdasarkan temuan tersebut, ternyata bahwa sekolah yang tingkat perilaku supervisi kepala sekolahnya terbaik, memberikan kepuasan kerja guru yang tinggi dan kualitas guru dalam melaksanakan pengajaran yang terbaik.

D. Kerangka Teoritik dan Hipotesis

Pengajaran adalah suatu proses terjadinya interaksi guru dan siswa, kemampuan yang dikuasai oleh siswa menjadi hasil yang akan dicapai dalam kegiatan tersebut sehingga guru dapat menggunakan segenap kemampuan dan keterampila nnya untuk diterapkan dalam kegiatan mengajar yang antara lain meliputi: menggunakan alat atau media pembelajaran, mencari dan menggunakan sumber materi pengajaran, menerapkan berbagai metode yang tepat, menerapkan berbagai alat evaluasi yang berfungsi untuk melatih dan mengukur kemampuan siswa, yang kesemuanya dilakukan untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal.

(64)

Setiap orang berkeinginan mendapatkan kepuasan dalam melakukan tugas dan semua kegiatan yang dilakukannya. Dalam tugasnya mengajar dan mendidik siswa, seorang guru juga ingin meraih kepuasan. Seorang guru dalam menjalankan tugasnya selalu berhubungan dengan lingkungan dimana ia berada. Lingkungan mengajar guru adalah sekolah, yang terdiri dari berbagai komponen individu diantaranya adalah siswa, guru dan kepala sekolah. Kaitannya dengan hubungan fungsional, guru berada di bawah garis koordinasi dengan kepala sekolah. Kepala sekolah merupakan pimpinan dari organisasi sekolah, tugas kepala sekolah mengendalikan, mengorganisasikan dan mem impin sekolah termasuk guru. Salah satu fungsi kepala sekolah adalah melakukan supervisi terhadap guru, dengan tujuan meningkatkan kualitas guru dalam pembelajaran. Sehubungan pentingnya pelaksanaan supervisi maka perlu di ketahui tingkat kepuasan guru terhadap pelaksanaan supervisi pe mbelajaran.

Kepuasan guru dapat dilihat dari supervisi pendidikan yang dilakukan kepala sekolah dengan tujuan untuk membantu guru. Agar tujuan tersebut dapat berhasil maka harus dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan yang meliputi seluruh kegiatan supervisi pe mbelajaran.

(65)

permasalahan-permasalahan yang dihadapi guru dalam mengajar serta membimbing dan memberi rangsangan kepada guru untuk lebih meningkatkan kompetensinya hingga terbentuk seorang guru yang profesional. Hal tersebut sejalan dengan pendapat mengenai tujuan dari supervisi pendidikan (Rifai, 1982:39). Semakin sering dan teratur kepala sekolah melakukan supervisi terhadap guru-guru maka guru akan semakin terbantu dalam melaksanakan tugasnya dan dengan demikian guru akan merasa puas dengan pelaksanaan supervisi.

(66)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

1. Dilihat dari sudut cara dan taraf pembahasannya, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif yaitu hanya terbatas pada usaha mengungkapkan suatu masalah dan keadaan sebagaimana adanya sehingga hanya sekedar mengungkapkan fakta.

2. Jenis penelitian deskriptif yang digunakan penulis adalah penelitian studi kasus, yaitu penelitian yang membatasi subjeknya pada satu unit yang terbatas tetapi mencurahkan perhatian sepenuhnya pada setiap aspek unit tersebut (Sugiyono, 2003:7).

Studi kasus bertujuan untuk mempertahankan keutuhan dari objek artinya data yang dikumpulkan dipelajari sebagai suatu keseluruhan yang terintegrasi untuk memperkembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai objek yang bersangkutan sehingga kesimpulan yang ditarik berarti bagi unit yang diteliti.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek adalah orang yang akan dimintai informasi/orang yang menjadi sumber informasi. Jadi yang ditetapkan sebagai subjek penelitian adalah

(67)

guru-guru di SMP Santa Theresia Pangkalpinang yang berjumlah 20 orang guru.

2. Objek Penelitian

Sesuai dengan judul Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Pelaksanaan Supervisi Pembelajaran, maka yang menjadi objek penelitian adalah tingkat kepuasan guru terhadap pelaksanaan supervisi pembelajaran yang meliputi seluruh kegiatan supervisi pembelajaran.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi sebuah SMP di Pangkalpinang yaitu SMP Santa Theresia yang terletak di Jalan Toniwen No. 99 Pangkalpinang 33137.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret - April 2007.

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi penelitian

(68)

2. Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini sampel ditentukan dengan teknik sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2005:61). Sampel yang diambil sejumlah 20 responden.

E. Pengumpulan Data

1. Uji coba kuesioner Pelaksanakan Supervisi Pembelajaran.

Uji coba kuesioner dilakukan pada guru-guru SMP Santa Theresia Pangkalpinang pada hari Selasa tanggal 20 Maret 2007 berjumlah 22 orang guru, 2 orang guru tidak masuk dikarenakan sakit, jadi berjumlah 20 orang guru. Hasil uji coba ini akan diolah untuk mengetahui reliabilitas dan validitas kuesioner.

2. Pengumpulan Data Penelitian

Pengumpulan data penelitian dari guru-guru SMP Santa Theresia Pangkalpinang dilaksanakan pada hari Senin tanggal 9 April 2007. Dalam pelaksanaan penelitian ini kuesioner diedarkan oleh peneliti bersama dengan kepala sekolah.

(69)

F. Data yang Dicari

Data yang dicari dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data/responden melalui kuesioner yang meliputi data tentang tingkat kepuasan guru terhadap pelaksanaan supervisi pe mbelajaran di sekolah.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Kuesioner

Kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dalam arti laporan tentang pribadi/hal-hal yang ia ketahui. Data yang hendak diperoleh melalui kuesioner yakni pelaksanaan supervisi pembelajaran, prosedur pelaksanaan supervisi pembelajaran, dan hasil supervisi pembelajaran.

2. Dokumentasi

(70)

H. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat (Sugiyono, 2004:3). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelaksanaan supervisi pe mbelajaran dan dilambangkan dengan huruf X.

b. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2004:3). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepuasan guru dan dilambangkan dengan huruf Y.

2. Definisi Operasional dan Pengukurannya.

a. Supervisi Pembelajaran

Supervisi pembelajaran dalam penelitian ini adalah pembinaan kearah perbaikan situasi pendidikan. Pembinaan yang dimaksud berupa bimbingan/tuntunan ke arah perbaikan situasi pendidikan (termasuk pengajaran) pada umumnya, dan peningkatan mutu mengajar dan belajar pada khususnya.

Variabel ini diukur dengan menggunakan pertanyaan dengan skala Likert 5 pilihan. Adapun skala yang digunakan sebagai berikut:

Tabel III.1 Skala Likert

Kriteria Jawaban Pernyataan Positif

Sangat Puas 5

Puas 4

Cukup Puas 3

Tidak Puas 2

(71)

b. Kepuasan guru

Kepuasan guru dalam penelitian ini adalah hasil keseluruhan dari derajat rasa suka/tidak sukanya guru terhadap berbagai aspek dalam pelaksanaan supervisi pe mbelajaran yang dilakukan kepala sekolah.

3. Indikator dan Pengukuran

Tabel III.2 Kisi-kisi kuesioner

Variabel Indikator

Nomor Item

Positif Jumlah

Supervisi Pembelajaran

• Kegiatan supervisi pembelajaran. • Tujuan pelaksanaan

supervisi pembelajaran. • Fungsi-fungsi supervisi

pembelajaran.

• Sasaran-sasaran supervisi pembelajaran.

• Prinsip-prinsip supervisi pembelajaran.

• Teknik-teknik supervisi pembelajaran.

• Pendekatan-pendekatan supervisi pembelajaran. • Tipe-tipe supervisi

pembelajaran.

• Prosedur pelaksanaan supervisi pembelajaran. • Kerjasama antara guru dan

kepala sekolah.

• Tindakan kepala sekolah • Kesempatan mengajukan

pendapat.

• Keterlibatan guru dan staf • Penggunaan instrumen

sesuai dengan tujuan

(72)

supervisi.

• Pembinaan kepala sekolah. • Kegiatan kepala sekolah. • Koordinasi tugas antara

pengawas dengan kepala sekolah.

• Pelaksanaan supervisi pembelajaran.

• Peningkatan mutu pendidikan.

• Peningkatan kualitas pembelajaran. • Peningkatan kualitas

pengajaran.

I. Pengujian Instrumen Penelitian

Untuk mendapat data yang dapat dipercaya dan dapat dipertanggung jawabkan instrumen yang digunakan harus valid dan reliabel. Untuk itu perlu dilakukan uji coba alat pengukuran data.

a) Pengujian Validitas

(73)

( )( )

Σ : Jumlah skor -skor x yang dikuadratkan

Selanjutnya untuk menginterpretasikan harga koefisien korelasi (rxy) tiap-tiap item dapat dibandingkan dengan koefisien korelasi yang ada pada tabel (rtb). Kriteria pengujian suatu butir dikatakan valid atau sah apabila koefisien korelasi (rxy hitung), berharga positif dan lebih besar daripada

tabel

r dengan taraf signifikansi 5%. Sebaliknya suatu item dikatakan tidak valid apabila koefisien korelasi

(

rhitung

)

lebih kecil dari nilai

( )

rtabel dengan taraf signifikansi 5%.

Dari hasil perhitungan n = 20 dengan taraf signifikansi 5% diperole h

tabel

r = 0,444. Dalam menentukan butir instrumen valid atau tidak, dibandingkan antara rtabel dengan rhitung . Apabila rhitung < rtabel maka instrumen dinyatakan tidak valid dan sebaliknya apabila rhitung > rtabel

(74)

Tabel III.3

Item-Total Statistics

130.00 409.053 .703 . .966

130.00 402.000 .862 . .966

130.10 410.411 .657 . .967

130.05 402.576 .781 . .966

130.20 408.168 .588 . .967

129.90 415.674 .449 . .968

130.30 409.589 .529 . .967

130.30 410.011 .713 . .966

130.05 401.103 .888 . .966

129.90 406.095 .690 . .967

129.80 403.326 .795 . .966

129.90 400.095 .762 . .966

130.00 412.947 .524 . .967

130.10 407.779 .632 . .967

130.35 408.134 .665 . .967

129.95 406.471 .795 . .966

129.85 400.766 .800 . .966

130.05 402.155 .793 . .966

130.00 401.684 .756 . .966

130.25 402.408 .709 . .966

130.40 412.147 .612 . .967

130.50 409.632 .683 . .967

129.85 408.134 .596 . .967

129.80 406.274 .657 . .967

129.80 415.116 .534 . .967

130.30 408.116 .707 . .966

131.00 416.211 .519 . .967

130.25 408.303 .687 . .967

129.95 409.103 .706 . .966

129.95 406.366 .799 . .966

130.05 416.366 .459 . .968

130.60 415.095 .502 . .967

129.45 417.629 .445 . .968

129.75 417.987 .448 . .968

129.70 410.853 .655 . .967

129.75 413.039 .563 . .967

129.70 419.063 .594 . .967

129.50 418.579 .592 . .967

i1

(75)

b) Pengujian Reliabilitas

Menunjukkan sejauh mana suatu instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Untuk menghitung reliabilitas kuesioner dalam penelitian ini menggunakan koefisien Alpha Cronbach dengan taraf signifikansi 5% (Sugiyono, 2004:282-283)

Rumus Alpha Cronbach:

r = reabilitas instrumen

2

i

S = rata-rata kuadrat kesalahan k = rata-rata kuadrat antara subyek

2 t

S = jumlah varians total

Jika koefisien alpha lebih besar dari r tabel dengan taraf signifikansi 5% dimana kuesioner tersebut dinyatakan andal atau reliabel.

Tab el III.4

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Variabel Koefisien Alpha Kriteria Kesimpulan Pelaksanaan Supervisi

Pendidikan

0,968 Alpha>0,6 Reliabel Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian, 2007 (Lihat Lampiran 2, halaman

(76)

Tabel III.4 di atas menunjukkan bahwa semua variabel penelitian mempunyai koefisien alpha > 0,6 sehingga dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner tersebut adalah reliabel.

J. Uji Normalitas

Pengujia n normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data yang digunakan dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahui hal tersebut digunakan rumus Kolmogorov-Smirnov satu sampel yang persamaan rumusnya sebagai berikut:

D = Maksimum

[

Sn1

( )

xSn2

( )

x

]

Keterangan:

D = Deviasi maksimum

( )

x

Sn1 = Distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan

( )

x

Sn2 = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi

Jika Probabilitas (P) > 0,05 maka distribusi data dikatakan normal, sebaliknya jika Probabilitas (P) < 0,05 maka distribusi data dikatakan tidak normal.

K. Teknik Analisis Data

1. Penilaian Acuan Patokan (PAP)

(77)

II). Penilaian dengan menggunakan PAP II adalah sebagai berikut (Masidjo, 1995:157):

Tabel III.5

Penilaian Acuan Patokan (PAP II)

Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Pelaksanaan Supervisi

Kategori Kepuasan

2. Regresi Linier Sederhana

Untuk mengetahui pengaruh supervisi pendidikan

( )

X1 terhadap kepuasan guru (Y), maka menggunakan rumus analisis regresi Linier Sederhana, sebagai berikut (Sugiyono, 2004:243-250):

1 b = Koefisien regresi X1= Supervisi pendidikan

(78)

Gambar

Tabel III.1
Tabel III.2
tabel ( tbr ). Kriteria pengujian suatu butir dikatakan valid atau sah apabila
Tabel III.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Maka hasil output dari pengolahan data sebagai

Kecepatan Pengadukan Terhadap Kemampuan Adsorpsi 23 Gambar 4.1 Proses Pencucian Adsorben Pasir Putih 26 Gambar 4.2 Proses Pencucian Adsorben Pasir Putih 27 Gambar 4.3

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. © Wahyu Purnama 2014 Universitas

Formulir BOS 04 (Tertanggal Hari Senin, 4 Januari 2016) Beserta Fotokopi buku rekening BOS satu lembar.. Demi lancarnya proses pencairan mohon hadir tepat waktu dan

Eksperimen Metode Asistensi Untuk Meningkatkan Kualitas Gambar Mata Diklat Mengatur Tata Letak Gambar Manual Dan Layout Di Smk Negeri 6 Bandung.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit sukun (Artocarpus communis Forst) terhadap pemberian media penahan air yaitu spons. Penelitian ini menggunakan

Tulisan ini membahas analisis return dan resiko saham–saham syariah yang selalu masuk dalam JII pasca krisis global 2008 (Januari 2009 – 30 Desember 2010), alat analisis

Biyantu, (2007) MANAJEMEN PEMBELAJARAN (Studi tentang Pengaruh Kinerja Kepala Sekolah, Iklim Kerja Guru, Penghasilan Guru dan Mutu pembelajaran terhadap Kinerja